Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ILMU GIZI DASAR ANEMIA

POLITEKNIK KESEHATAN
JURUSAN GIZI POLTEKKES SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR
 
Puji dan syukur Kami sampaaikan kehadiran Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridhonya
kami mendapat hidayah sehingga kami telah dapat Menyelesaikan makalah tentang anemia ini
yang disusun berdasarkan materi yang telah ditentukan, Materi yang kami tulis dalam makalah
ini memang masih minim , karena kami berharap mahasiswa dapat mengadakan pengembangan
diri untuk mencari lagi materi – materi yang belum lengkap. Kami bertujuan dengan makalah ini
dapat membantu kita untuk belajar mandiri dan juga membuat mahasiswa lebih aktif dan giat
dalam belajar.

Demikian makalah ini kami susun  dan kami berharap bermanfaat dan dapat
mendapingi kita dalam proses belajar, dan kami juga mengucapkan  terima kasih banyak atas
dukungan dari teman – teman dan dosen pembimbing kami.

Semarang, 25 Oktober 2019


Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang…………………………………………………………………………………….4
Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………5
Tujuan……………………………………………………………………………………………..5
Manfaat……………………………………………………………………………………………5
BAB II PEMBAHASAN
Definisi…………………………………………………………………………………………….6
Etiologi…………………………………………………………………………………………….6
Tanda atau Gejala……...………………………………………………………………………….6
Factor penyebab…………………………………………………………………………………...7
Upaya Pencegahan…………………………………….…………………………………………8
BAB III PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………………………………………9
Saran……………………………………………………………………………………………..9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………10

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pada dasarnya anemia sama halnya dengan masalah Kurang Energi Protein (KEP),
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), dan Kekurangan Vitamin A (KVA), yaitu
suatu keadaan yang salah satu penyebabnya adalah ketidakcukupan beberapa zat gizi yang
dikonsumsi seseorang. Ketidakcukupan energi dan protein pada KEP, Yodium pada GAKY,
Vitamin A pada KVA, serta tidak adekuatnya asupan beberapa zat gizi seperti zat besi, folat,
dan vitamin B12 pada anemia (Arisman, 2004).

Wanita lebih sering menderita anemia dibandingkan laki-laki, terutama wanita hamil,
wanita muda, dan miskin (Scholl, 1992 dalam Dilla, 2009). Hal ini sesuai dengan kebutuhan
fisiologis wanita yang meningkat saat hamil, dan juga faktor perdarahan melalui menstruasi
yang terjadi setiap bulan (Depkes, 2003). 45,7% wanita usia subur (WUS) di Asia Tenggara
dan 47,5% di Afrika dilaporkan menderita anemia (WHO, 2008). Di Bangladesh, 26 %
kematian ibu disebabkan oleh anemia dan perdarahan setelah melahirkan (Ahmed, 2001).
Menurut Riskesdas tahun 2007 yang berdasarkan pada acuan nilai SK Menkes 2
menunjukkan bahwa prevalensi anemia terbesar terjadi pada perempuan dewasa yaitu 19.7%.

Penyebab langsung terjadinya anemia beraneka ragam antara lain : defisiensi asupan
gizi dari makanan (zat besi, asam folat, protein, vitamin C, ribovlavin, vitamin A, seng dan
vitamin B12), konsumsi zat-zat penghambat penyerapan besi, penyakit infeksi, malabsorpsi,
perdarahan dan peningkatan kebutuhan (Ramakrishnan, 2001).

Konsumsi protein hewani dapat meningkatkan penyerapan besi dalam tubuh. Dengan
rendahnya konsumsi protein maka dapat menyebabkan rendahnya penyerapan zat besi oleh
tubuh. Keadaan ini dapat mengakibatkan tubuh kekurangan zat besi dan dapat menyababkan
anemia atau penurunan kadar hemoglobin (Hb) (Nursin, 2012). Sebagian besar anemia gizi
besi disebabkan oleh makanan yang dimakan kurang mengandung zat besi terutama dalam
bentuk besi hem, di samping itu pada wanita dikarenakan kehilangan darah saat mengalami
mestruasi (Almatsir, 2009).

Vitamin A memiliki peran dalam hematopoiesis dimana defisiensi vitamin A


menyebabkan mobilisasi besi terganggu dan simpanan besi tidak dapat dimanfaatkan untuk
eritropoesis(Kirana, 2011). Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan anemia melalui efek
metabolisme besi, hematopoiesis, dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi ( Semba &
Bloem, 2002).

B. RUMUSAN MASALAH
 Apa yang dimaksud anemia ?
 Bagaimana etiologi anemia ?
 Apa saja tanda / gejala anemia ?
 Bagaimana upaya pencegahan anemia ?

C. TUJUAN
 Untuk mengatahui definisi anemia
 Untuk mengetahui etiologi anemia
 Untuk mengetahui tanda / gejala anemia
 Untuk melakukan upaya pencegahan anemia
D. MANFAAT
Agar kita dapat mengetahui apa itu anemia sera dapat mengenali tanda atau gejala
anemia dan dapat melakukan upaya pencegahan sedini mungkin agar terhindar
dari anemia itu sendiri.
BAB II
PEMABAHASAN

A. DEFINISI

Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) seseorang dalam
darah lebih rendah dari normal sesuai dengan nilai batas ambang menurut umur dan jenis
kelamin (WHO, 2001).

Anemia merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang masih sering ditemukan
dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia (Rasmaliah,2004). Anemia dapat
didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana kadar haemoglobin (Hb) dalam darah kurang
dari normal, yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Anemia
kurang besi adalah salah satu bentuk gangguan gizi yang merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang penting di seluruh dunia, terutama di negara berkembang termasuk
Indonesia. Konsumsi zat besi dari makanan sering lebih rendah dari dua pertiga
kecukupan konsumsi zat besi yang dianjurkan, dan susunan menu makanan yang
dikonsumsi tergolong pada tipe makanan yang rendah absorbsi zat besinya
(Rasmaliah,2004).

B. ETIOLOGI
Secara garis besar, anemia dapat disebabkan karena :
1) Peningkatan destruksi eritrosit, contohnya pada penyakit : gangguan sistem
imun,talasemia.
2) Penurunan produksi eritrosit, contohnya pada penyakit anemia aplastik,
kekurangannutrisi.
3) Kehilangan darah dalam jumlah besar, contohya akibat perdarahan akut,
perdarahankronis, menstruasi, ulser kronis dan trauma

C. TANDA / GEJALA

1. Gejala anemia :
Bila anemia terjadi dalam waktu yang lama, konsentrasi Hb ada dalam jumlahyang
sangat rendah sebelum gejalanya muncul. Gejala- gejala tersebut berupa :
 Asimtomatik : terutama bila anemia terjadi dalam waktu yang lama
 Letargi
 Nafas pendek atau sesak, terutama saat beraktfitas
 Kepala terasa ringan
 Palpitasi
2. Tanda-tanda dari anemia yang harus diperhatikan saat pemeriksaan yaitu :

 Pucat pada membrane mukosa, yaitu mulut,konjungtiva, kuku.


 Sirkulas hiperdinamik, seperti takikardi, pulse yang menghilang, aliran murmursistolik
 Gagal jantung
 Pendarahan retina
3. Tanda-tanda spesifik pada pasien anemia diantaranya :

 Glossitis : terjadi pada pasien anemia megaloblastik, anemia defisiensi besi


 Stomatitisangular : terjadi pada pasien anemia defisiensi besi. 
 Jaundis(kekuningan) : terjadi akibat hemolisis, anemia megaloblastik ringan.
 Splenomegali: akibat hemolisis, dan anemia megaloblastik.
 Ulserasi di kaki : terjadi pada anemia sickle cell
 Deformitas tulang : terjadi pada talasemia
 Neuropati perifer, atrofi optik, degenerasi spinal, merupakan efek dari
defisiensivitamin B12. 
 Garing biru pada gusi (Burton‟s line),ensefalopati, dan neuropati motorik perifer
sering terlihat pada pasien yang keracunan metal

D. FAKTOR – FAKTOR RESIKO PENYEBAB OSTEOPOROSIS

 Pola makan kurang vitamin tertentu seperti makan makanan yang rendah zat besi, vitamin
B-12, dan folat secara menerus meningkatkan risiko kekurangan darah merah
 Gangguan usus dapat memengaruhi penyerapan nutrisi di usus kecil Anda (seperti penyakit
celiac dan penyakit Crohn) membuat Anda berisiko kekurangan sel darah merah. 
 Menstruasi juga membuat wanita berisiko lebih besar mengalami anemia defisiensi zat besi
daripada laki-laki dan wanita pasca menopause. Ini disebabkan karena menstruasi
menyebabkan hilangnya sel darah merah.
 Kehamilan dapat menyebabkan Ibu mengalami kekurangan zat besi karena zat besi Anda
harus membantu peningkatan volume darah. Zat besi juga serta menjadi sumber hemoglobin
untuk bayi Anda agar dapat tumbuh.
 Punya penyakit kronis seperti kanker, ginjal atau gagal hati, berisiko anemia mengalami
kondisi kekurangan darah merah.
 Riwayat keluarga yang memiliki sejarah kekurangan darah merah dapat diturunkan ke Anda,
misalnya seperti jenis anemia sel sabit.
 Faktor-faktor lain seperti pernah mengalami infeksi tertentu, penyakit darah, gangguan
autoimun, alkoholisme, paparan bahan kimia beracun, juga dapat menurunkan  produksi sel
darah merah 

E. UPAYA PENCEGAHAN

1. Perbanyak makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, vitamin C, dan asam
folat. Zat tersebut banyak terdapat pada daging, kacang, sayuran berwarna hijau, jeruk,
pisang, sereal, susu, melon dan buah beri.
2. Hindari minum kopi, teh, atau susu sehabis makan karena dapat mengganggu proses
penyerapan zat besi dalam tubuh.
3. Transfusi darah. Tambahan darah sesuai kebutuhan akan cepat mengembalikan jumlah
sel darah merah dalam kondisi normal. Namun, setelah normal, pasien hendaknya
menjaga agar terus stabil.
4. Konsumsi suplemen. Pilih suplemen yang mengandung zat besi dan vitamin lengkap
lainnya sebagai penunjang pembentukan sel darah merah. Namun jangan bergantung
pada suplemen. Kandungan zat dalam suplemen biasanya lebih besar dari yang
dibutuhkan tubuh sehingga menyebabkan kerja ginjal bertambah berat. Maka jika
gejala anemia sudah hilang, lakukan pola hidup yang baik agar kesehatan ibu dan anak
terjaga dan anemia tidak kambuh lagi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah atau kadar hemoglobin didalam sel
darah merah kurang dikarenakan adanya kelainan dalam bentuk sel, perdarahan atau
gabungan keduanya. Anemia sering dijumpai di masyrarakat dan mudah dikenali (di
diagnosa). Tanda dan gejalanya beragam, seperti pucat, lemah, mual, dan lain-lain.
Pendiagnosaan anemia dapat di tunjang dengan pemeriksaan laboratorium yakni adanya
penurunan kadar Hb.

B. SARAN
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan seluruh masayrakat yang
membaca serta dapat menjadi pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari
hari.

Anda mungkin juga menyukai