Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

STIMULASI PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI)

A. Latar Belakang
Terapi Aktivitas Kelompol (TAK) adalah upaya memfasilitasi kemampuan
sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Salah satu gangguan
hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa adalah  gangguan persepsi sensori:
Halusinasi.
Halusinasi merupakan salah satu masalah keperawatan yang dapat ditemukan
pada pasien gangguan jiwa. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana
pasien mengalami perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi yang diderita klien diantaranya dapat
menyebabkan klien tidak mempunyai teman dan asyik dengan fikirannya sendiri. Salah
satu penanganannya yaitu dengan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok yang bertujuan
untuk mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol halusinasi yang dialaminya.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas yang menggunakan aktivitas mempersepsikan berbagai stimulasi
yang terkait dengan pengalaman dengan kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.
Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian
masalah. Dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi dibagi dalam 5
sesi, yaitu:
1. Sesi I              : Klien mengenal halusinasi
2. Sesi II             : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
3. Sesi III         : Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
4. Sesi IV : Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas Terjadwal
5. Sesi V            : Mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat

Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di RS Moch. Ansari Saleh
khususnya Ruang Yakut sebagian besar pasien menderita halusinasi. Oleh karena itu,
perlu diadakan Terapi Aktivitas Kelompok tentang halusinasi.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi dalam
kelompok secara bertahap.
2. Tujuan khusus
a. Klien dapat mengenal halusinasi.
b. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.

C. Landasan Teori
1. Definisi TAK
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas yang menggunakan aktivitas mempersepsikan berbagai
stimulasi yang terkait dengan pengalaman dengan kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau
alternatif penyelesaian masalah.
2. Jenis TAK
a. TAK stimulasi persepsi:
1) Mengenal Halusinasi seperti waktu terjadinya halusinasi, situasi terjadinya
halusinasi, perasaan saat terjadi halusinasi
b. TAK stimulasi persepsi:
1) Mengontrol Halusinasi dengan menghardik
3. Tahapan TAK
Dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi dibagi dalam 2 sesi,
yaitu:
a. Sesi I : Klien mengenal halusinasi
b. Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
4. Sasaran TAK
a. Klien gangguan orientasi realita yang mulai terkontrol
b. Klien mengalami perubahan persepsi
Nama Klien yang mengikuti TAK:
1) Tn O
2) Tn U
3) Tn L
4) Tn T
5) Tn R
D. Pengorganisasian
1. Waktu
Tanggal : 11 April 2019
Hari : Kamis
Jam : 10.00 WITA
Lama tiap langkah kegiatan : 30 menit
2. Tim terapis
a. Leader
1) Nama: Ahmad Ridani
2) Tugas:
a) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Memimpin jalannya terapi kelompok
c) Memimpin diskusi
b. Co Leader
1) Nama: Nisa Asriani
2) Tugas:
a) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
c) Membantu memimpin jalannya kegiatan
d) Menggantikan leader jika terhalang tugas
c. Fasilitator
1) Nama:
a) Andre Maulana
b) Ivena Roselly May
c) Khairun Nisa
d) Muhammad Jauhar Ridho
e) Nida Hariati
f) Robiatul Islamiah
g) Uswatun Hasanah
2) Tugas:
a) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
b) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
c) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan
d) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
e) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
f) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
d. Observer:
1) Nama:
a) Adhitia Shandy Almadani
b) Eka Yulia Rizki Nasution
2) Tugas:
a) Mengamati semua proses kegiatanyang berkaitan dengan waktu, tempat
dan jalannya acara
b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok
denga evaluasi kelompok

E. Setting Tempat
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Tempat tenang dan nyaman.

Gambar Setting Tempat

L CL

                 

K K

F F

K K

F K F

Keterangan gambar:

L
: Leader                                  

CL : Co-Leader
O : Observer

 : Fasilitator
F

 : Klien K

Metode dan media

a. Media
1) Handphone
2) Bola
3) Papan Nama
b. Metode
1) Diskusi dan tanya jawab
2) Bermain peran atau simulasi

F. Pelaksanaan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan sensori
persepsi : halusinasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
3) Menanyuakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi/ validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
3. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu mengenal
suara-suara yang didengar.
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut.
a) Klien bersedia mengikuti aktivitas kelompok
b) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
pada terapis
c) Kalau mau izin ke toilet mengacungkan tangan dulu dan izin pada terapis
d) Lama kegiatan 30 menit
e) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
f) Seluruh klien bermain secara sportif
g) Jika ada klien yang melakukan hal-hal yang sangat menganggu terapi
aktivitas kelompok maka dikeluarkan dari kegiatan terapi
h) Jika terapi aktivitas kelompok belum selesai saat waktu sudah habis maka
akan diminta persetujuan klien untuk memperpanjang waktu

G. Tahap Kerja
1. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suara-suara yang
didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan
klien pada saat terjadi serta memperagakan cara menghardik.
2. Terapis memutar lagu sambil memutar bola dan saat lagu dihentikan dan yang
terakhir memegang bola, berdiri lalu menceritakan halusinasinya, isi, jenis, waktu,
frekuensi, perasaan dan yang dilakukan pasien serta memperagakan cara menghardik
yang telah diajarkan oleh perawat.
3. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
4. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari suara yang biasa
didengar dan cara menghardik.

H. Antisipasi Masalah
1. Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas
a. Memanggil klien
b. Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau klien lain
2. Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin
a. Panggil nama klien
b. Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan
3. Bila klien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang telah dipilih
b. Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti oleh klien
tersebut
c. Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi pesan
pada kegiatan ini
I. Evaluasi Kegiatan
1.  Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan memungkinkan klien
untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
b. Posisi tempat dilantai
c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
e. Leader, Co-leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya.
2. Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab
dalam antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok
yang berfungsi sebagai evaluator kelompok
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
3. Evaluasi Hasil
Diharapkan 75% dari kelompok mampu:
a. Menjelaskan apa yang sudah digambarkan dan apa yang dilihat
b. Menyampaikan halusinasi yang dirasakan dengan jelas
c. Mampu memperagakan cara menghardik halusinasi dengan jelas
a. Format evaluasi

No Nama Menyebut isi Menyebut Menyebut Menyebut Pasien


klien halusinasi waktu situasi perasaan saat mampu
terjadi terjadi halusinasi menghardik
halusinasi halusinasi
1 Tn.O     
2 Tn.R     
3 Tn.T   X  X
4 Tn.U     X
5 Tn. L     X
Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi: isi, waktu situasi,
dan perasaan. Beri tanda  jika klien mampu dan tanda X jika klien tidak mampu

J. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh klien mengikuti TAK stimulasi persepsi: halusinasi sesi 1.
Klien mampu menyebutkan isi halusinasi (menyuruh memukul), waktu (pukul 9 malam),
situasi (jika sedang sendiri), perasaan (kesal dan geram) anjurkan klien mengidentifikasi
halusinasi yang timbul dan menyampaikan kepada perawat serta pada sesi 2 klien mampu
memperagakan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik.

K. Lampiran
1) Lembar penilaian
2) Daftar hadir
3) Referensi
Copel, Linda Carman. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri Pedoman Klinis Perawat.
Jakarta: EGC
Dalmi, Ernawati dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa.
Jakarta: Penerbit Trans Info Media
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosa
Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta: Salemba Medika
Jenny dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan: USU Press
4) Lembar konsultasi
LEMBAR KONSULTASI
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN
POLITEKKES KEMENKES BANJARMASIN DI RSUD ANSARI SALEH
BANJARMASIN

KELOMPOK :
NAMA :
TEMPAT PRAKTIK :
PEMBIMBING :
JUDUL :

Materi yang Paraf


No Tanggal Komentar/Saran Pembimbing
Dikonsulkan Pembimbing

Pembimbing

(…………………….)
PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

STIMULASI PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI)

Disusun Oleh :
1. Adhitia Shandy Almadani
2. Ahmad Ridani
3. Andre Maulana
4. Eka Yulia Rizki Nasution
5. Ivena Roselly May
6. Khairun Nisa
7. Muhammad Jauhar Ridho
8. Nida Hariati
9. Nisa Asriani
10. Robiatul Islamiah
11. Uswatun Hasanah

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
DAFTAR ABSENSI

No. Nama TTD


1 Tn. O
2 Tn. U
3 Tn. T
4 Tn. L
5 Tn. R
KONSEP DASAR HALUSINASI

A. Definisi
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera
(Isaacs, 2002). Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar. Halusinasi merupakan suatu penghayatan yang
dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren/ persepsi palsu
(Maramis, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart,
2007). Menurut Varcarolis (2006: 393), halusinasi dapat didefenisikan sebagai
terganggunya proses sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. Halusinasi
adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus)
eksternal (Stuart & Laraia, 2001). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.

B. Etiologi
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang memengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi dpata meliputi
a. Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan
b. Faktor sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang
membesarkannya.
c. Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika
seseorang mengalami stress yang berlebihan, maka di dalam tubuhnya akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogen ik neurokimia seperti
beffofenon dan dimethytranferase (DMP)
d. Faktor psikologis
Hubungan interpersonalyang tidak harmonis serta adanya peran ganda
bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibtkan stres
dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitass
e. Faktor genetik
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belumdiketahui, tetapi hasil
studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.

2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energy ekstra untuk
menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien
dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada di
lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus
terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang
merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.

C. Rentang Respon Halusinasi


Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang berbeda
rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005). Ini merupakan persepsi
maladaptive. Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifisikan dan
menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca
indera (pendengaran, pengelihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan) klien
halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun stimulus tersebut
tidak ada.Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu
hal mengalami kelainan persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus yang
diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi. Klien mengalami jika interpresentasi yang
dilakukan terhadap stimulus panca indera tidak sesuai stimulus yang
diterimanya,rentang respon tersebut sebagai berikut:
Respon adaptif Respon maladaptif

 Pikiran logis  Kadang-kadang  Waham


 Persepsi akurat proses pikir  Halusinasi
 Emosi konsisten terganggu (distorsi  Sulit berespons
dengan pikiran  Perilaku
pengalaman  Ilusi disorganisasi
 Perilaku sesuai  Menarik diri  Isolasi sosial
 Hubungan sosial  Reaksi emosi >/<
harmonis  Perilaku tidak biasa
D. Jenis Halusinasi
Menurut  Stuart (2007), jenis halusinasi antara lain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa
yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan
kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau
harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda
mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
E. Tanda Gejala
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atautertawa yang
tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicarasendiri,pergerakan mata cepat, diam,
asyik dengan pengalamansensori,kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan
realitas rentangperhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit,
kesukaranberhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat diri,perubahan.
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi (Stuart & Sudden, 1998)
Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien
disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat membahayakan.

Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan


cahaya, gambar giometris, gambar
karton dan atau panorama yang luas dan
komplek. Penglihatan dapat berupa
sesuatu yang menyenangkan /sesuatu
yang menakutkan seperti monster.

Penciuman Membau bau-bau seperti bau darah,


urine, fases umumnya baubau yang
tidak menyenangkan. Halusinasi
penciuman biasanya sering akibat
stroke, tumor, kejang / dernentia.

Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa


darah, urine, fases.

Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan


tanpa stimulus yang jelas rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda
mati atau orang lain.

kanestetik Merasakan fungsi tubuh seperti aliran


darah divera (arteri), pencernaan
makanan.

Kinestetik Merasakan pergerakan sementara


berdiri tanpa bergerak

F. Fase Halusinasi
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001):
1. Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian,
rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas.Di sini klien tersenyum atau tertawa
yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
diam dan asyik.
2. Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan
menakutkan.Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil
jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan.Disini terjadi peningkatan tanda-
tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital
(denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman
sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
3. Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar
berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi
perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
4. Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
mengikuti perintah halusinasi.Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik
diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu
berespon lebih dari 1 orang.Kondisi klien sangat membahayakan.
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pasien skizofrenia adalah dengan pemberian obat-obatan dan
tindakan lain, yaitu (Residen bagian Psikiatri UCLA, 1990):
1. Psikofarmakologis
Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran
yang merupakan gejala psikosis pada pasien skizofrenia adalah obat-obatan anti-
psikosis.
KELAS KIMIA NAMA GENERIK DOSIS HARIAN
(DAGANG)
Fenotiazin Asetofenazin (Tidal) 60-120 mg
Klopromazin (Thorazine) 30-800 mg
Flufenazine (Prolixine, Permiti) 1-40 mg
Mesoridazin (Serentil) 30-400 mg
Perfenazin (Trilafon) 12-64 mg
Proklorperazin (Compazine) 15-150 mg
Promazin (Sparine) 40-1200 mg
Tiodazin (Mellaril) 150-800 mg
Trifluoperazin (Stelazine) 2-40 mg
Trifluopromazine (Vesprin) 60-150 mg
Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) 75-600 mg
Tiotiksen (Navane) 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg
Dibenzondiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg
Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-225 mg

a. Terapi kejang listrik atau Elektro Compulcive Therapy (ECT)


b. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

H. Pathway (Keliat, 2005)

Resiko perilaku mencederai diri sendiri


Halusinasi pendengaran dan penglihatan

Akibat

Isolasi sosial

Core Problem

Gangguan konsep diri: harga diri rendah


kronis

Penyebab

I. Masalah Keperawatan yang Perlu Dikaji


1. Mengkaji Jenis Halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi pada pasien gangguan jiwa. Kira-kira 70%
halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi dengar atau
suara, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% halusinasi penghidu, pengecap,
perabaan, senestik dan kinestik. Mengkaji halusinasi dapat dilakukan dengan
mengevaluasi perilaku pasien dan menanyakan secara verbal apa yang sedang
dialami oleh pasien.
2. Mengkaji Isi Halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata
apabila halusinasi yang dialami adalah halusinasi dengar. Atau apa bentuk
bayangan yang dilihat oleh pasien, bila jenis halusinasinya adalah halusinasi
penglihatan, bau apa yang tercium untuk halusinasi penghidu, rasa apa yang
dikecap untuk halusinasi pengecapan, atau merasakan apa dipermukaan tubuh bila
halusinasi perabaan.
3. Mengkaji Waktu, Frekuensi, dan Situasi Munculnya Halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya
halusinasi yang dialami oleh pasien.Hal ini dilakukan untuk menentukan
intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang
menyebabkan munculnya halusinasi.Sehingga pasien tidak larut dengan
halusinasinya.Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat
direncanakan frekuensi tindakan untuk pencegahan terjadinya halusinasi.
Informasi ini penting untuk mengidentifikasi pencetus
Data Subjektif
a. Tidak mampu memecahkan masalah halusinasi (misalnya: mendengar suara-
suara atau melihat bayangan)
b. Mengeluh cemas dan khawatir

Data Objektif
a. Mudah tersinggung
b. Apatis dan cenderung menarik diri
c. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi kadang berhenti
bicara seolah-olah mendengar sesuatu
d. Menggerakan bibirnya tanpa menimbulkan suara
e. Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai
f. Gerakan mata yang cepat
g. Pikiran yang berubah-ubah dan konsentrasi rendah
h. Kadang tampak ketakutan
i. Respon-respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap petunjuk
yang komplek)

Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji


Perubahan persepsi Subjektif:
sensori: halusinasi 1. Klien mengatakan mendengar sesuatu
2. Klien mengatakan melihat bayangan putih
3. Klien mengatakan dirinya seperti disengat listrik
4. Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap, seperti
feses
5. Klien mengatakan kepalanya melayang di udara
6. Klien mengatakan dirinya merasakan ada sesuatu
yang berbeda pada dirinya
Objektif:
1. Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri
2. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
3. Berhenti bicara ditengah-tengah kalimat untuk
mendengarkan sesuatu
4. Disorientasi
5. Pikiran cepat berubah-ubah
6. Kekacauan alur pikiran

J. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Risiko tinggi perilaku kekerasan
2. Perubahan persepsi sensori: halusinasi
3. Isolasi sosial
4. Harga diri rendah

K. Diagnosa Keperawatan
Perubahan persepsi sensori: halusinasi

L. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Rencana tindakan keperawatan untuk klien
a. Tujuan/strategi pelaksanaan
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien
1) Mengidentifikasi jenis halusinasi
2) Mengidentifikasi isi halusinasi
3) Mengidentifikasi waktu halusinasi
4) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
5) Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6) Mengidentifikasi respons klien terhadap halusinasi
7) Mengajarkan klien menghardik halusinasi
8) Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian

Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk klien


1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
3) Menganjurkan klien memaukkan dalam jadwal kegiatan harian

Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk klien


1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan
(kegiatan yang biasa dilakukan klien di rumah)
3) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Strategi pelaksanaan 4 (SP 4) untuk klien


1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
3) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
2. Tindakan keperawatan untuk klien
a. Membantu klien mengenali halusinasi
Diskusi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu
klien mengenali halusinasinya. Perawat dapat berdiskusi dengan klien terkait
isis halusinasi (apa yang didengar atau dilihat), waktu terjadi halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul,
dan perasaan klien saat halusinasi muncul
b. Melatih klien mengontrol halusinasi
Perawat dapat melatih empat cara dalam mengendalikan halusinasi pada
klien. Keempat cara tersebut sudah terbukti mampu mengntrol halusinasi
seseorang. Keempat cara tersebut adalah mengahrdik halusinasi, bercakap-
cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas yang terjadwal, dan
mengonsumsi obat secara teratur.

3. Rencana tindakan keperawatan untuk keluarga klien


a. Tujuan/strategi pelaksanaan
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk keluarga
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi yang dialami klien
beserta proses terjadinya
3) Menjelaskna cara-cara merawat klien halusinasi
Strategi pelaksanaan 2 (SP) untuk keluarga
1) Melatihkeluarga mempraktikkan cara merawat klien halusinasi
2) Melatih keluarga melakukan cara merawat klien halusinasi

b. Tindakan keperawatan untuk keluarga klien


Pendidikan kesehatan kepada keluarga dapat dilakukan melalui tiga
tahap. Tahap pertama adalah menjelaskan tentang masalah yang dialami oleh
klien dan pentingnya peran keluarga untuk mendukung klien, tahap kedua
adalah melatih keluarga untuk merawat klien, dan tahap yang ketiga yaitu
melatih keluarga untuk merawat klien langsung.
Informasi yang perlu disampaikan kepada keluarga meliputi pengertian
halusiansi, jenis yang dialami klien, tanda dan gejala, proses terjadinya
halusinasi, cara merawat klien (cara komunikasi, pemberian obat, pemberian
aktivitas klien), serta sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa
dijangkau.

Anda mungkin juga menyukai