Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

P
DENGAN CHRONIC KIDNEY DISEASE
DI RUANG C3L1 RSDK SEMARANG

Disusun Oleh :
KODARIYAH
G5A206011

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
2006
LAPORAN PENDAHULUAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE
A. Pengertian
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penurunan fungsi ginjal secara
progresif atau irreversial dimana tubuh tidak dapat mempertahankan metabolik
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia serta terjadi
penurunan GFR / glomerulus fitrolit rate yang merupakan sumber dari
terganggunya fungsi ginjal (Carpenito, 1995).
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia atau retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah
(Brunner & Suddarth, 2001).

B. Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi menjadi 3 stadium :
1. Stadium I
Penurunan cadangan ginjal, pada stadium ini kadar kreatinin serum normal
dan penderita asimptomatik.
2. Stadium II
Infuisiensi ginjal dimana lebih dari 75% jaringan telah rusak. Blood Urea
Nitrogen (BUN) meningkat, kreatinin serum meningkat.
3. Stadium III
Gagal ginjal stadium akhir atau urenia.

Pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG (Laju Filtrasi
Glomerulus) :
1. Stadium I
Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG masih
normal (> 90 ml/menit / 1,73 m3).
2. Stadium II
kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89
ml/menit / 1,73 m3
3. Stadium III
kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 m/menit / 1,73 m3
4. Stadium IV
Kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29 ml/menit / 1,73 m3
5. Stadium V
Kelainan ginjal dengan LFG < 15 ml/menit / 1,73 m2 atau ginjal terjadi
kegagalan yang terminal.

C. Etiologi
1. Infeksi pielonefrietis kronik
2. Penyakit peradangan gromerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif ; nekrosklerosis benigna, refroskelrosis
maligna, sterosis arteria renalis.
4. Gangguan jaringan kolagen lurus eritematosis sistemis (SLE), poliartritis,
nodusa, sklerosis sistemik prognesis.
5. Gangguan kongenital dan perediter : penyakit ginjal polikistik
6. Penyakit metabolik : DM, galit
7. Nefropati obstruksi : hipertensi prostat, struktur uretra
8. Bakteri E. coli pseudomonal dan kleastella (Price dan Wilson, 1995)/

D. Manifestasi Klinik
1. Umum
Fatigue, malaise, gagal tumbuh.
2. Kulit
- Pucat, pigmentasi
- Perubahan rambut dan kuku
- Pruritas, pucat kering dan menar
3. Kepala dan leher
Feton uremit, lidah kering dan berselaput.
4. Mata
fundus hipertensif, mata merah.
5. Kardiovaskuler
- Hipertensi
- Retinopati dan enselopati, hipertensif
- Beban sirkulasi berlebihan
- Edema
- Gagal jantung kongesti
- Perikarditis
- Distritmia
6. Pernafasan
- Pernafasan kusmaull, dispnea
- Edema paru
- Pneumonia
7. Gastroenteritis
- Anoreksia, mual muntah
- Perdarahan saluran cerna
- Gastritis
- Diare
8. Traktus urinaris
- Roliuri, oli guri, anuria
- Nokturia
- Proteinurria
- Berat jenis kemih
9. Reproduksi
Penurunan libido, impotensi, amenore, imfertilitas, kejang.
10. Tulang
hiperparatirodisme, difisit vitamin D
11. Sendi
Bout, psyob gout, kalsifikasi ekstra tulang
12. Hematologi
- Anemia
- Hemolisis
- Perdarahan
- Menurunnya imun
13. Metabolisme intermediet
- Protein intoleransi
- Karbohidrat, hiperglikemi
- Lemak : peningkatan kadar trigiseride

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Kadar kreatinin meningkat seiring penurunan, lain filtrasi glomerulus bila
lajunya kurang dari 60 ml/menit konsentrasi di bawah 1 mmd/lt
b. Ureum plasma kurang dapat dipercaya karena dapat dipengaruhi oleh diit
protein, kekurangan garam dan keadaan metabolik konsetrasi ureum pada
gagal ginjal terminal 25-60 mmol/liter
c. Bicarbonat plasma terjadi penurunan (15-25 mmol/liter)
d. Rif penurunan
e. Fospat plasma meningkat
f. Natrium biasanya normal, dapat meningkat atau menurun akibat masukan
cairan in adekuat atau berlebihan
g. Hiperkalimen sebagai tanda 66 k berat kecuali terjadi masukan
berlebihan, asidosis tubuler ginjal akibat hiperaldesteronisme
h. Protein urien 200-1000 mg/hari
i. Urine mikoskopik ada kelainan sesuai penyakit yang mendasarinya
2. Radiologi
- USG ginjal sangat penting untuk mengetahui ukuran ginjal dan penyebab
gagal ginjal obstruksi pelvis ginjal.
- BNO foto polos abdomen dapat juga untuk mengetahui gagal ginjal
kronik dengan melihat ginjal lebih kecil dibandingkan dan besar tubuh
pasien.

F. Patofisiologi
Ada dua pendekatan teori dari sudut tradisional.
Semua unit refron telah terserang penyakit namun dalam stadium yang
berbeda-beda dan bagian-bagian spesifik dari netron yang berkaitan dengan
fungsi tertentu dapat saja benar-benar rusak atau berubah struktur, misalnya lesi
organik pada medula akan rusak susunan anatomik dari lengkaung henle dan vasa
rekta atau pompa klorida yang akan mengganggu proses aliran balik pemekatan
dan alkiran balik penukar.
Pendekatan kedua dikenal dengan hipotesis blecker atau hipotesis nefron
yang masih umum tetap bekerja normal. pada hipotesis ini penyakit ginjal kronis
terus berlanjut. namun jumlah solut yang harus diekskresi oleh ginjal untuk
mempertahankan homeostatis tidaklah berubah, kendati jumlah nefron yang
bertugas melakukan tugas tersebut sudah menurun secara progresif. dua adaptasi
penting dilakukan sebagai respon terhadap ancaman ketidakseimbangan ciaran
dan elektrolit, sisa nefron yang mengalami hipertrofi dalam usahanya untuk
melakukan seluruh beban kerja ginjal, peningkatan kecepatan filtrasi beban solut
dan reabsorbsi tubulus dalam setiap nefron meskipun GFR untuk seluruh massa
nefron yang terdapat dalam ginjal terus dibawa nilai normal. mekanisme ini
cukup berhasil dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
sehingga tingkat fungsi ginjal yang sangat rendah. namun akhirnya kalau sekitar
75% massa nefron sudah hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban dan solut
demikian tinggi sehingga keseimbangan gromerutus tubulus tidak dapat lagi
dipertahankan.
G. Pathways

Poliarthistik Nefrosklerosis Bakteri Plelonefritis kronis Glomerulonetritis Diabetes mellitus ….


nodosa kerusakan tubula
inter Kadar insulin
Penyempitan lumen Kandung kemih Gangguan metabolisme
pada intra renal Peradangan ginjal asam urat
Radang & nekrosis bilateral Endapan matrik
pada arteri Melalui aliran darah Atrofi dan retropasi
Pertumbuhan Penghancuran masif sel ynag
arteri dan tirah baring reflek Lesi pada gromenlus
Lesi pada mengandung nukleo protesi
Arteri Arteriola glumerolus
ginjal Kerusakan gronemulus Ginjal
Glomerulus sklerasis Kerusakan -- > ginjal
dan atropi ginjal Gangguan pada
Mengisi fiksi nefron Kerusakan pada
Intake Glomerulo ginjal nefron
ginjal nefritis Nefron rusak Kerusakan nefna Nefroskelorsis

Fungsi nefron terganggu


Fungsi nefron terganggu
Penurunan fungsi ginjal
Gangg.metab.eritropastin
GFR menurun
Stimulasi ke arteri glomerulos
Sistem dematologi Penekanan sumsum tulang
Angiotensin I Potensi metabolik nitrogen 
Sistem renin
angiotensin Penumpukan ureum pe He, eritrosit, leukosit
Angiotensin II Uremia

Kortek adrenal Pembuluh darah Fungsi organ tubuh terganggu Gangguan metab. Kemampuan HB dalam Daya tahan
Vaskuler Vit. K mengikat O2 berkurang tubuh me
ADH & aldusteron Nasokontriksi Gastrointestinal
meningkat Penginaktifan Suplai O2 kejar me Resiko
Tek.darah.naik Prod.sel menurun entropoitin infeksi
Pruritas
Retensi Na
dan Air Pemb.kontraksi Mukosa oral kering Penurunan kerja otot,
otot jantung Umur sdm kelemahan, malaise
pe cairan pada pendek
Mual, muntah, anoreksia
cavun pleura Oedema
Resiko pe Resiko gangg. Intoleransi
Penurunan intake per oral Integritas kulit aktifitas
Pengembangan Keseimbangan cop
alveoli in adekuat cairan & elektrolit
Perubahan nutrisi Gangguan
Hipertensi Kelebihan kurang kebutuhan body image
volume cairan
Resiko gangguan
pola nafas
H. Penatalaksanaan
Tujuannya untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homostatis selama mungkin.
1. Konservatif
Komplikasi dapat dicegah dengan pemberian anti hipertensif, eritropaein,
suplemen besi, agens pengikat fosfat dan suplemen kalsium.
2. Diit
Pengaturan yang cermat terhadap masukan protein, cairan, natrium,
pemberian suplemen vitamin dan perbatasan kalium.
3. Dialisis yang adekuat
Hemodialisa dan peritoneal dialisa.
4. Transplantasi ginjal
transplantasi ginjal dilakukan untuk memperpanjang rasa hidup klien gagal
ginjal kronik, donor ginjal didapat dari orang yang meninggal anggota
keluarga yang cocok dan kepada yang identik.

I. Pengkajian Fokus
1. Sistem Integumen
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering tersisik, pruritas, purpura,
ekinosis, kuku tipis dan rapuh, perubahan turgor kulit.
2. Sistem Gastrointestinal
Mual, muntah, anoreksia, nafas berbau amoniak, ulserasi dan berdarahan
pada mulut, nyeri ulu hati, konstipasi dan diare.
3. Sistem Kardiovaskuler
Hipertensi, pitting oedema (kaki tangan) pembesaran vena leher, aritmia.
4. Sistem Pernafasan
Krekels, sputum kental dan liat pernafasan kusmaul, dispnea.
5. Sistem Neurologi
Kelemahan dan keletihan, perubahan perilaku, sakit kepala, disorientasi.
6. Sistem Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, foot drop.
7. Sistem Reproduksi
Amenorhea, atrofi testikulan
8. Sistem Eliminasi
Nokturia, poliuria, anuria (Doengoes, 2000).

J. Diagnosa dan Intervensi


1. Kelebihan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
Ditandai dengan : oedema jaringan umum, oliguria, peningkatan BB,
hipernatremi, hiperklemi.
Tujuan :
Tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit dengan kriteria hasil :
Menunjukkan pengeluaran urine dengan BB mendekati normal, BB stabil,
TTV dalam batas normal, tidak ada oedema, nilai laboratorium mendekati
normal.
Intervensi dan Rasional :
a. Monitor denyut jantung, TD dan CVP
b. Monitor balance cairan
c. Mengevaluasi cairan yang menimbulkan edema
d. Monitor edema perifer
e. Berikan penkes tentang pembatasan cairan
f. Monitor pemeriksaan laboratorium
g. Kolaborasi cairan yang tepat dan obat-obatan diuretik atau antiseptik

2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


pembatasan diit terganggunya sensasi, rasa mual dan muntah, penurunan
intake peroral ditandai dengan : penurunan BB, penurunan lemak subkutan,
tonus otot berkurang, klien mual muntah, porsi makan tidak habis.
Tujuan :
Status nutrisi seimbang dan adekuat dengan kriteria : BB ideal, tonus otot
baik, porsi makan habis.
Intervensi dan Rasional :
a. Motivasi klien untuk mematuhi aturan tentang diet
b. Anjurkan makan sedikit tapi sering
c. Monitor intake dan output makanan dan minuman
d. Kolaborasi dengan gizi kurang diet TKRP
e. Batasi kalium, natrium dan fosfat sesuai indikasi

3. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan


cairan elektrolit, penurunan vaskuler, sistemik ditandai dengan : peningkatan
frekuensi jantung, penurunan haluaran urine, kulit dingin, diaphoresis nadi
perifer, perubahan gambaran EKG.
Tujuan :
Tidak terjadi penurunan curah jantung dengan kriteria : RR normal, nadi
perifer kuat, haluaran urine adekuat, gambaran EGK normal.
Intervensi dan rasional :
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru, monitor adanya edema
b. Kaji adanya hipertensi, TTV
c. Identifikasi adnaya nyeri dada
d. Kolaborasi pemberian TT matras busa

4. Resiko pola nafas terganggu berhubungan dengan edema paru, keterbatasan


pengembangan diafragma, penurunan ekspansi paru (jantung ditandai dengan
perubahan pernafasan, bunyi nafas normal, batuk dengan atau tanpa sputum.
Tujuan :
Pola nafas efektif.
Ditandai dengan : frekuensi normal, bunyi nafas / jantung normal.
Intervensi dan Rasional :
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
b. Auskultasi bunyi nafas yang abnormal
c. Berikan posisi semi fowler
d. Observasi pola batuk dan karakteristik sekret
e. Bantu untuk latihan nafas dalam dan bantuk efektif
f. Kolaborasi pemberian O2

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan tidak adekuat


ditandai dengan : kelemahan dan cepat lelah
Tujuan :
Aktivitas dapat ditoleransi.
Dengan kriteria hasil : klien dapat meningkatkan aktivitas secara bertahap.
Intervensi dan Rasional :
a. Indentifikasi faktor yang dapat mendukung klien untuk toleransi aktivitas
b. Atur jadwal untuk pemberian istirahat yang cukup
c. Anjuran untuk melakukan aktivitas perawatan diri, bantu jika dibutuhkan
klien
d. Kaji respon untuk peningkatan aktivitas
e. Berikan support untuk pencapaian kemajuan aktivitas sesuai dengan
kemampuan

6. Resiko kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan gangguan


sirkulasi, status metabolik, gangguan turgor kulit, akumulasi toksin dalam
kulit
Tujuan :
Integritas kulit dapat dipertahankan dengan kriteria hasil : turgor kulit baik,
tidak tampak purpura dan ekimosis.
Intervensi dan Rasional :
a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, ekimosis, purpura
b. Pantau masukan cairan hidrasi kulit dan membran mukosa
c. Berikan bantalan pada tonjolan tulang
d. Ubah posisi sesering mungkin
e. Berikan perawatan kulit, batasi penggunaan sabun
f. Pertahankan massage pada kulit

7. Resiko infeksi berhubungan dengan depresi sel ditandai dengan ureum darah
meningkat.
Tujuan :
Tidak terjadi depresi.
Intervensi dan Rasional :
a. Kaji tanda dan gejala infeksi
b. Gunakan terkait steril untuk setiap tindakan intensif
c. Berikan intake makanan dan ciaran yang cukup
d. Pertahankan integritas kulit dan mukosa dengan memberikan perawatan
kulit dan oral hygiene
e. Monitor pemeriksaan laboratorium, leukosit dan ureum
f. Ambil sperimen untuk kultur dan sensitifitas
g. Berikan antibiotik sesuai indikasi
KONTAK KERJA
Tujuan Strategi Sumber Hasil yang Waktu
diharapkan
Dengan berakhir nya Untuk mencapai 1. Doengoes, 1999, Dalam PBK saya Hari Rabu
PBK diruang C3L1 tujuan tersebut saya Rencana Asuhan akan menunjukkan 1. Presentasikan LP
saya mampu : akan : Keperawatan, kemampuan dalam 2. Mencari pasien dan
1. Mengidentifikasi 1. Melaksanakan Jakarta : EGC. mengelola pasien membuat kontrak
pasien dengan study pustaka 2. Manjoer A, dengan CKD 3. Mengkaji dan
CKD 2. Melakukan 2010, Kapita melalui : melakukan
2. Melakukan pemeriksaan Selakta 1. Mempresen – pemeriksaan
pemeriksaan dan fisik dan Kedokteran, tasikan LP kepada 4. Mengumpulkan
pengkajian memakai tanda- Jakarta : Media pembimbing data-da fokus dan
3 Mengetahui tanda- tanda CKD Auskuladius 2. Tersusunnya merumuskan
tanda CKD 3. Merawat pasien 3. Mija Kin, 1995, laporan askep diagnosa
4. Merumuskan CKD dan dengan Diagnosa kelolaan Hari Kamis
diagnosa dan bimbingan dari Keperawatan, 3. Mendapatkan 1. Mengetahui tanda
penyusun NCP pembimbing Jakarta : EGC. pengesahan dan penyebab CKP
5. Mengelola pasien lahan / klinik 4. Susana, E, 2001 pembimbing untuk 2. Melakukan
dengan dindingan Keperawatan melakukan : prawatan
pembimbing klinik Medikal Bedah, a. Mengumpulkan pemenuhan
Jakarta : EGC. data-data kebutuhan cairan
5. Sylvia, A, 1995, pengkajian dan dan nutrisi
Patofisiologi, riwayat 3. Mengetahui hasil
Jakarta : EGC. kesehatan lab yang
6. Sarwono, 1999, b. Menemukan menunjang
Ilmu Penyakit tanda-tanda diognosa CKP
Dalam, Jakarta. CKD dengan Hari Jum’at :
pemeriksaan 1. Mengkaji pasien
fisik dan resume dan
laboratorium merumuskan
c. Mengetahui diagnosa
stadium CKD 2. Mendapatkan data-
dan faktor data fokus
penyebab CKD 3. Menemukan tanda
pada pasien dan etiologi
kelolaan.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC.


Manjoer, A, dkk, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Auskulapius
Sylvia, A Price, 1995, Patofisiologi, Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai