Anda di halaman 1dari 5

“BENCANA METEOROLOGI KEBAKARAN DAN BANJIR BANDANG”

Dibuat untuk memenuhi tugas Mata kuliah Geografi Kebencanaan


(ABKA554)

Dosen Pengampu :
Dr. DEASY ARISANTY, M.Sc.
Dr. SIDHARTA ADYATMA, M.Si

Disusun Oleh :

NAMA: HASBULLAH
NIM: 1810115210033
KELAS: A

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2020
SOAL
1. Jelaskan yang dimaksud dengan risiko bencana?
2. Berikan contoh mengenai risiko bencana geologi (cari dari artikel jurnal?
JAWABAN

1. Risiko Bencana
Kebakaran lahan gambut di Kalimantan Barat terjadi sejak bertahun-tahun yang
lalu, hingga saat ini kebakaran tersebut masih sering terjadi disetiap musim kemarau.
Kondisi ini dapat dilihat dari data Kementerian Lingkungan Hidup bahwa tahun 2014
Provinsi Kalimantan Barat mengalami peningkatan kasus kebakaran lahan yang besar,
mencapai 270 titik api yang tersebar di beberapa kabupaten (KLH, 2014). Kebakaran
lahan yang menyebabkan bencana asap tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Berdasarkan data BNPB (2013) kebakaran disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu
kondisi iklim dan aktivitas manusia dalam pengelolaan lahan. Persentase yang berasal
dari kegiatan manusia sebanyak 99%, baik disengaja maupun karena unsur kelalaian.
Kebakaran lahan yang terjadi akibat pengaruh iklim hanya terjadi sebagian kecil
(Qodriyatun, 2014).
Motif kebakaran lahan yang disebabkan aktivitas manusia tersebut atas
pertimbangan aspek ekonomi. Alasan yang dikemukakan bahwa pembukaan maupun
penyiapan lahan dengan membakar merupakan cara yang paling mudah, murah serta
lebih efektif (BNPB, 2013). Hasil penelitian dari JICA (2013) menunjukkan bahwa
kebakaran lahan juga dipengaruhi oleh faktor sosial. Komunitas yang ditemui memiliki
kontak sosial yang rendah. Masyarakat membiarkan api begitu saja saat terjadi
kebakaran. Kepedulian penduduk untuk melaporkan kejadian kebakaran tersebut kepada
pihak yang berwajib masih kurang.
Akibat dari kejadian kebakaran tersebut banyak mengganggu aktivitas manusia
(Arifudin et al ., 2013), menimbulkan berbagai macam permasalahan yang sangat besar
pada berbagai aspek, mulai dari aspek kesehatan, aspek sosial serta aspek ekonomi.
Besarnya kerugian yang ditimbulkan akibat kebakaran yang sering terjadi, maka perlu
dilakukan upaya mengenai pencegahan kebakaran. Pencegahan kebakaran lebih baik
sebagai tindakan pertama daripada melakukan pemadaman dan rehabilitasi yang jauh
lebih sulit dan mahal. Tindakan pencegahan dalam pengelolaan kebakaran lahan
mempunyai tujuan mencegah kebakaran, meminimalkan terjadinya kebakaran,
memperkecil dampak kebakaran serta memelihara dan menjaga sumberdaya hutan dari
bahaya kebakaran (Akbar, 2011).
Upaya pencegahan kebakaran lahan yang telah dilakukan pihak pemerintah, di
antaranya adalah membentuk kelompok pemadam kebakaran yang dilengkapi unit
kendaraan dan mesin pompa air. Upaya lainnya berupa peningkatan peran serta dari
semua pihak, baik aparat maupun masyarakat di kabupaten dan kota. Pemerintah juga
memberikan pelatihan serta sosialisasi kepada masyarakat dan masyarakat juga
dianjurkan untuk melakukan pengolahan lahan tanpa bakar (Kementan, 2014). Upaya
pencegahan tersebut diharapkan dapat mengurangi terjadinya kebakaran, namun pada
tahun 2014 masih terjadi kebakaran besar khususnya di Kabupaten Mempawah (Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, 2014). Tercapainya tujuan dalam pencegahan
kebakaran yang dilakukan pemerintah tidak terlepas dari partisipasi masyarakat yang
berada disekitar lahan gambut. Partisipasi merupakan kesediaan dari individu untuk
membantu keberhasilan setiap program sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya
(Mubyarto, 1984). Pentingnya partisipasi dari masyarakat tersebut karena sebagai
pelaksana berbagai kegiatan pencegahan kebakaran yang diupayakan oleh pemerintah.
Berdasarkan hal tersebut yang men
jadi pertanyaan besar dalam penelitian ini adalah apakah kebakaran lahan yang
sering terjadi disebabkan karena rendahnya partisipasi masyarakat dalam pencegahan
kebakaran lahan gambut. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis tingkat
partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan kebakaran lahan gambut, 2)
mengidentifikasi faktorfaktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan partisipasi
masyarakat dalam pencegahan kebakaran lahan gambut di Kabupaten Mempawah.
A. Faktor Penyebab Kebakaran Lahan Gambut di Kabupaten Mempawah,
Provinsi Kalimantan Barat
Berdasarkan data BNPB (2013) kebakaran disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu
kondisi iklim dan aktivitas manusia dalam pengelolaan lahan. Persentase yang berasal
dari kegiatan manusia sebanyak 99%, baik disengaja maupun karena unsur kelalaian.
Kebakaran lahan yang terjadi akibat pengaruh iklim hanya terjadi sebagian kecil
(Qodriyatun, 2014).
Motif kebakaran lahan yang disebabkan aktivitas manusia tersebut atas
pertimbangan aspek ekonomi. Alasan yang dikemukakan bahwa pembukaan maupun
penyiapan lahan dengan membakar merupakan cara yang paling mudah, murah serta
lebih efektif (BNPB, 2013). Hasil penelitian dari JICA (2013) menunjukkan bahwa
kebakaran lahan juga dipengaruhi oleh faktor sosial. Komunitas yang ditemui memiliki
kontak sosial yang rendah. Masyarakat membiarkan api begitu saja saat terjadi
kebakaran. Kepedulian penduduk untuk melaporkan kejadian kebakaran tersebut kepada
pihak yang berwajib masih kurang.(Sawerah, Muljono, & Tjitropranoto, 2016)
B. Upaya Untuk Mengatasi
Upaya pencegahan kebakaran lahan yang telah dilakukan pihak pemerintah, di
antaranya adalah membentuk kelompok pemadam kebakaran yang dilengkapi unit
kendaraan dan mesin pompa air. Upaya lainnya berupa peningkatan peran serta dari
semua pihak, baik aparat maupun masyarakat di kabupaten dan kota. Pemerintah juga
memberikan pelatihan serta sosialisasi kepada masyarakat dan masyarakat juga
dianjurkan untuk melakukan pengolahan lahan tanpa bakar (Kementan, 2014).
Upaya pencegahan tersebut diharapkan dapat mengurangi terjadinya kebakaran,
namun pada tahun 2014 masih terjadi kebakaran besar khususnya di Kabupaten
Mempawah (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, 2014). Tercapainya tujuan
dalam pencegahan kebakaran yang dilakukan pemerintah tidak terlepas dari partisipasi
masyarakat yang berada disekitar lahan gambut. Partisipasi merupakan kesediaan dari
individu untuk membantu keberhasilan setiap program sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya (Mubyarto, 1984). Pentingnya partisipasi dari masyarakat tersebut karena
sebagai pelaksana berbagai kegiatan pencegahan kebakaran yang diupayakan oleh
pemerintah. Berdasarkan hal tersebut yang menjadi pertanyaan besar dalam penelitian ini
adalah apakah kebakaran lahan yang sering terjadi disebabkan karena rendahnya
partisipasi masyarakat dalam pencegahan kebakaran lahan gambut. Penelitian ini
bertujuan untuk: 1) menganalisis tingkat partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan
kebakaran lahan gambut, 2) mengidentifikasi faktorfaktor internal dan eksternal yang
berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam pencegahan kebakaran lahan gambut
di Kabupaten Mempawah.

2. ARTIKEL KAJIAN METEOROLOGIS BENCANA BANJIR BANDANG


DI WASIOR, PAPUA BARAT

A. KAJIAN METEOROLOGIS BENCANA BANJIR BANDANG DI WASIOR,


PAPUA BARAT
Banjir Bandang yang terjadi di Wasior, Papua Barat pada tanggal 4 Oktober 2010
cukup banyak menelan korban, baik jiwa maupun harta. Berdasarkan data Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bencana tersebut telah merenggut 144
korban tewas, 179 orang luka berat, 641 orang luka ringan dan 103 orang hilang
(Antara, 11 Oktober 2010). Pemerintah menyatakan bahwa terjadinya banjir bandang
di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat baru-baru ini disebabkan faktor alam yaitu
intensitas curah hujan yang tinggi. Otoritas setempat mengaku belum menemukan
indikasi banjir bandang karena adanya pembalakan liar, sementara dari editorial
Metro TV pada tanggal 6 Oktober 2010 menyatakan bahwa banjir Wasior diakibatkan
oleh pembalakan liar. Lepas dari itu tulisan ini akan melakukan kajian meteorologis
berkaitan dengan kejadian banjir tersebut. Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) juga menyebutkan adanya perubahan suhu udara yang
mengakibatkan peningkatan pertumbuhan awan pada malam sebelum kejadian banjir.
(Syaifullah, 2010)
Kawasan Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, memang dikenal
sebagai daerah yang rawan banjir bandang. Tercatat telah tiga kali banjir bandang
berkekuatan besar telah menghempas pemukiman penduduk di distrik 1)tersebut,
yaitu pada tahun 1955 dan tahun 2008. Namun dalam bencana banjir bandang
sebelumnya tidak pernah memakan korban jiwa, sebab kala itu penduduk Wasior
tidak sebanyak sekarang. Pada awalnya Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri PU
menyatakan bahwa banjir Wasior diakibatkan oleh pembalakan liar, tetapi kemudian
Menteri Pekerjaan Umum menegaskan kembali bahwa kejadian banjir di wilayah ini
bukan karena pembalakan liar setelah melakukan analisis foto udara, karena dari hasil
foto udara tidak tampak ada 2)pengurangan jumlah hutan. (Syaifullah, 2010)

B. Faktor Penyebab Bencana Banjir Bandang di Wasior, Papua Barat


Pemerintah menyatakan bahwa terjadinya banjir bandang di Wasior, Teluk
Wondama, Papua Barat baru-baru ini disebabkan faktor alam yaitu intensitas curah hujan
yang tinggi. Otoritas setempat mengaku belum menemukan indikasi banjir bandang
karena adanya pembalakan liar, sementara dari editorial Metro TV pada tanggal 6
Oktober 2010 menyatakan bahwa banjir Wasior diakibatkan oleh pembalakan liar.
(Syaifullah, 2010)
C. Upaya Untuk Mengatasi
Kejadian ini menunjukkan bahwa Wasior memerlukan upaya mitigasi terhadap
bencana alam, khususnya banjir bandang. Mitigasi ini sangat diperlukan untuk
mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh banjir bandang. Salah satu bentuk mitigasi
bencana yang dapat dilakukan adalah mengetahui kerentanan daerah yang berisiko
terhadap bencana secara sosial dan ekonomi (Muwamanah, 2016). Pengetahuan tentang
tingkat kerentanan sosial ekonomi masyarakat dalam menghadapi bencana khususnya
banjir bandang diperlukan untuk mengetahui resiko bencana secara sosial dan ekonomi
(Karagiorgos et al., 2016). Penelitian tentang kerentanan dalam menghadapi banjir
bandang sangat penting dilakukan, sebagai upaya pencegahan terhadap timbulnya
kerugian material maupun korban jiwa akibat bencana banjir bandang yang kemungkinan
bisa terjadi lagi di Wasior.(Hutapea, 2020)

Reference:
Hutapea, B. W. H. dan F. J. (2020). ANALISIS TINGKAT KERENTANAN TERHADAP
BANJIR BANDANG BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN
KELEMBAGAAN DI WASIOR, TELUK WONDAMA, PAPUA BARAT. WASIAN, 7(1),
25–38. https://doi.org/10.20886/jwas.v7i1.4785
Sawerah, S., Muljono, P., & Tjitropranoto, P. (2016). Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan
Kebakaran Lahan Gambut di Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal
Penyuluhan, 12(1).
Syaifullah, F. R. dan M. D. (2010). KAJIAN METEOROLOGIS BENCANA BANJIR
BANDANG DI WASIOR, PAPUA BARAT, (8), 33–41.

Anda mungkin juga menyukai