Anda di halaman 1dari 8

ACARA I

PENGENALAN PETA TOPOGRAFI DAN RUPA BUMI


Shofa El Karera
15405241038

I. Tujuan
1. Mampu mengenali informasi yang terkandung dalam peta topografi
maupun rupa bumi baik secara tersirat maupun tersurat.
2. Mampu menggunakan peta topografi baik dalam kerja laboratorium
maupun dalam lapangan.
3. Mampu mnggunakan peta topografi dalam pengenalan kenampakan
geomorfologi melalui identifikasi pola dan kerapatan garis kontur dan
pola aliran sungai.

II. Dasar Teori


Peta topografi adalah peta yang memperlihatkan unsur-unsur alam
(asli) dan unsur-unsur buatan manusia di atas permukaan bumi. Unsur
tersebut di usahakan untuk diperlihatkan pada posisi yang sebenarnya.
Peta topografi disebut juga peta umum (bersifat umum). Karena dalam peta
topografi menyajikan semua unsur yang ada pada permukaan bumi, tentu
saja dengan memperhitungkan skala yang sangat terbatas (Prihandito,
1989).
Tujuan utama pemetaan topografi adalah menyajikan data/unsur
topografi dari suatu daerah secara benar, tepat (akurat), jelas, menarik
(indah), ekonomis sehingga pemakai peta dapat menggunakannya secara
maksimal (Subagio, 2003: 8).
Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai
ketinggian sama. Kontur ini dapat memberikan informasi relief, baik secara
relatif maupun absolut. Informasi relief secara relatif ini dapat digambarkan
dengan garis-garis kontur secara rapat untuk daerah terjal dan sedangkan
untuk daerah landai dapat diperlihatkan dengan menggambarkan garis-
garis kontur secara renggang (Subagio, 2003: 18).
Garis kontur tidak boleh saling berpotongan satu sama lain. Sifat-sifat
garis kontur adalah sebagai berikut:
1. Garis kontur selalu merupakan garis tertutup (loop), kecuali pada batas peta.
2. Dua buah garis kontur dengan ketinggian yang berbeda tidak mungkin saling
berpotongan.
3. Garis kontur tidak mungkin bercabang (dalam hubungannya dengan keaslian
alam, kecuali buatan manusia).
4. Garis kontur dengan ketinggian berbeda tidak mungkin menjadi satu, kecuali
pada bagian tanah yang vertikal akan digambarkan sebagai garis yang
berimpit.
5. Semakin miring keadaan tanah, kontur akan digambarkan semakin rapat.
6. Semakin landai kondisi tanah, kontur yang digambarkan semakin jarang.
7. Garis kontur yang melalui tanjung/lidah bukit akan cembung kearah turunnya
tanah.
8. Garis kontur yang melalui lembah atau teluk akan cembung kearah titik atau
hulu lembah.
9. Garis kontur yang memotong sungai akan cembung kearah hulu sungai.
10. Garis kontur yang memotong jalan akan cembung kearah turunnya jalan.
11. Garis kontur yang berbentuk “U” menunjukan punggung pegunungan.
12. Garis kontur yang berbentuk “V” menunjukan lembah atau jurang (K.
Wardiyatmoko, 2012: 15)

III. Alat dan Bahan


1. Alat tulis digunakan untuk menulis dan mencatat proses praktikum.
2. Peta topografi, lembar 1408-241 Sleman digunakan untuk menganalisis
fenomena pada peta topografi.

IV. Langkah Kerja


Pada praktikum kali ini terdapat langkah kerja sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dibutuhkan.
2. Mulai mengamati dan mengidentifikasi fenomena yang ada dalam peta
tersebut.
3. Mencatat hasil yang diperoleh dari pengamatan tersebut.
4. Menyusun laporan hasil praktikumnya.

V. Hasil Praktikum
Peta adalah gambaran seluruh atau sebagian permukaan bumi dalam
bidang datar yang diperkecil dengan menggunakan skala. Sedangkan peta
topografi itu sendiri adalah sebuah peta yang di dalamnya terdapat
kenampakan baik alami maupun buatan. Dalam praktikum kali ini dilakukan
identifikasi mengenai fenomena yang terdapat pada peta topografi.
Fenomena yang harus di identifikasi adalah relief dengan garis kontur
yang menunjukkan ketinggian suatu tempat, juga mengidentifikasi drainase
yang tergambar dalam peta tersebut, serta fenomena cultur yang ada dalam
peta topografi tersebut.
Berikut adalah hasil analisis dari pengamatan peta topografi wilayah
Sleman lembar 1408-241 :
No. Kenampakan Keterangan
1. Relief Gunung Wukir memiliki kontur rapat dan lembah
berbentuk V terdapat pada desa Kadiluwih,
kecamatan Salam. Pada gunung ini juga terdapat
variasi lereng, ketinggian puncak berada pada 336
mdpl.
Gunung Grogolan memiliki kontur yang rapat dan
semakin ke puncak semakin rapat, memiliki lembah
berbentuk V. Terdapat pada kecamatan Sleman,
ketinggian puncak pada 312 mdpl.
Gunung Tugel memiliki kontur sangat rapat dan
lembah berbentuk U berada di desa Sendang rejo
kecamatan Minggir, Sleman. Puncak pada
ketinggian 255 mdpl.
Gunung So memiliki kontur yang renggang dan
memiliki lembah berbentuk U. Puncaknya pada
ketinggian 173mdpl. Berada pada desa Sidorejo,
Godean, Sleman.
Gunung Gedang relief kontur rapat, lembah bagian
utara berbentuk V, lembah selatan U. Puncak
berada pada ketinggian 193 mdpl.
2. Drainase Kali Progo melewati Kabupaten Magelang dan
Kabupaten Kulon Progo. Termasuk sungai
permanen karena pada peta digambarkan dengan
garis biru yang terus berlanjut tanpa putus-putus.
Kali Kuning, berada di kabupaten Magelang.
merupakan sungai permanen karena sungai ini
digambarkan dengan menggunakan garis biru yang
tidak putus-putus.
Danau yang terdapat di daerah bangun rejo,
Sleman
Terdapat sungai periodik yang melewati Pantong
wetan anak sungai kali Progo. Sungai ini ada di
Kecamatan Kalibawang. Pada peta digambarkan
dengan garis biru putus-putus sehingga sungai ini
termasuk sungai periodik.
3. Cultur Bangunan di dusun Sebayu, desa Triharjo, Sleman
Jembatan layang yang melintasi Beran lor, sleman.
Sekolah di desa Bendosari gede, desa Salam,
Magelang
Pasar di daerah Cebongan pasar, Cebongan Lor.
Gereja di dusun Mlati Glondong, desa Sendang
Ngadi terdapat pada koordinat 042940mT dan
9144900mU
Masjid di Jatirejo terdapat pada koordinat
043040mT dan 9144700
Desa Trihanggo terdapat pada koordinat 042820mT
dan 9143800mU

1. Relief
Berdasarkan garis konturnya telah teridentifikasi beberapa
kenampakan, yang pertama terdapat pada Gunung Wukir yang
puncaknya berada pada ketinggian 336 mdpl berada di desa
Kadiluwih, kecamatan Salam. Gunung ini memiliki lembah yang
berbentuk V yang menandakan bahwa lembah tersebut memiliki
kedalaman yang curam. Memiliki garis kontur yang rapat, itu
artinya daerahnya merupakan daerah yang terjal, namun pada
daerah lembah dan menuju puncak terdapat sebuah relief kontur
yang menandakan adanya variasi kontur karena variasi lereng,
variasi lereng ini sendiri dikarenakan oleh faktor pembentukan yang
berkaitan dengan waktu terbentuknya.
Kemudian ada Gunung Tugel yang memiliki kontur yang sangat
rapat dan lembah berbentuk U yang menandakan bahwa di daerah
tersebut memiliki lembah yang landai namun daerahnya terjal.
Gunung Tugel berada di desa Sendang rejo, kecamatan Minggir,
Sleman. Puncak Gunung Tugel berada pada ketinggian 255 mdpl.
Lalu ada Gunung So yang memiliki garis kontur yang renggang dan
lembah berbentuk U itu artinya daerahnya landai dan lembahnya
pun landai. Gunung So terletak di desa Sidorejo Kecamatan
Minggir dan puncaknya berada pada ketinggian 173 mdpl.
Sementara Gunung Grogolan yang berada di daerah Salam
memiliki kontur yang menuju ke puncaknya semakin rapat itu
artinya terdapat daerah landai namun semakin ke puncak semakin
terjal, sementara lembahnya sendiri curam. Puncaknya terletak
pada ketinggian 312 mdpl.
Sedangkan Gunung Gedang yang memiliki puncak pada
ketinggian 193 mdpl. Memiliki kontur yang rapat dan lembah
bagian utara berbetuk V sementara lembah pada bagian selatan
berbentuk U hal tersebut menandakan daerah pada Gunung
Gedang adalah daerah yang terjal dan memiliki 2 bentuk lembah
yaitu pada lembah bagian utara lembahnya curam sedangkan pada
bagian selatan lembahnya landai.

2. Drainase
Terdapat sungai besar yang membentang dari Kabupaten
Magelang hingga Kabupaten Kulon Progo yang biasa disebut Kali
Progo, Sungai ini termasuk pada sungai permanen. Sementara Kali
Kuning yang merupakan anak sungai Kali Progo yang berada
didaerah Kabupaten Magelang merupakan sungai permanen. Lalu
pada desa Bangun rejo, Sleman terdapat sebuah danau. Danau ini
berasal dari Kali Bedog yang kemudian beranak dan melewati
daerah Tegal Jaten dan akhirnya bermuara di danau yang berada
di Bangun rejo, Sleman. Dalam pengamatan kali ini juga
didapatkan fenomena berupa sungai periodik yang melewati
Pantong Wetan di kecamatan Kalibawang, yang merupakan anak
sungai kali Progo.

3. Cultur
Cultur merupakan bentang alam atau fenomena buatan. Ada
banyak sekali kenampakan buatan yang terdapat pada peta
tersebut, namun hanya beberapa yang akan di identifikasi.
Dari pengamatan kali ini di dapatkan fenomena sawah irigasi
yang terdapat di desa Bligo di Kecamatan Ngluwar Kabupaten
Magelang, yang meliputi dusun Bakalan Lor, Bakalan Kidol dan
kedon, namun hampir seluruh area pertanian pada desa bligo
merupakan sawah irigasi.
Sawah tadah hujan terdapat pada daerah Pakunden yang masih
termasuk Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang terdapat pada
beberapa dusun seperti Klitak, Mriyan, Gondangan Lor,
Gondangan Kidul, Guling dan hampir seluruh wilayah desa
Pakunden merupakan sawah tadah hujan .
Ada warna kuning pada peta yang berarti daerah tegalan seperti
terdapat di daerah Semampir Kulon tepatnya desa Sumber rejo,
kecamatan Tempel . Lalu ada juga kenampakan berupa kebun
dengan warna hijau pada peta dan terdapat pada daerah Karang
Kopek Kulon, desa Ngluwar, Kecamatan Ngluwar.
Kemudian terdapat kenampakan berupa bangunan, dan sarana
prasarana umum seperti halnya bangunan, jembatan, sekolah,
pasar, dan kantor pos.
Pada dasarnya terdapat banyak sekali kenampakan buatan
dalam peta, namun hanya mencantumkan beberapa fenomena
saja dalam laporan ini. Yang pertama ada bangunan yang ada
pada daerah Sebayu desa Triharjo, kecamatan Sleman. Kemudian
ada jembatan layang yang terdapat pada daerah Beran lor,
Sleman. Kemudian terdapat sebuah sekolah pada daerah
Bendosari Gede, desa Salam, Magelang. Ada pasar di daerah
Cebongan pasar desa Cebong lor. Dan ada pelayanan pos pada
desa Kregolan, kabupaten Sleman.
Dan ada beberapa fenomena yang teridentifikasi dengan
menggunakan titik koordinat yang pertama ada Gereja di daerah
Mlati glondong, desa Sendsng Ngadi dengan koordinat 042940 mT
dan 9144900 mU. Kemudian desa Trihanggo dengan koordinat
042820 mT dan 9143800 mU. Lalu masjid di desa Jatirejo dengan
ttik koordinat 043040 mT dan 9144700 mU.
DAFTAR PUSTAKA
Prihandito, Aryono. 1989. Kartografi. Yogyakarta: PT. Mitra Gama Widya
Subagio. 2003. Pengetahuan Peta. Bandung: ITB

Anda mungkin juga menyukai