SHOFA EL KARERA
15405241038
I. Tujuan
1. Mampu mengidentifikasi bentuklahan asal proses denudasional
berdasarkan :
a. Relief
b. Pola aliran
2. Peneplain
Apabila proses dunadasional bekerja terus menerus pada perbukitan
atau pegunungan, maka permukaan lahan pada daerah tersebut akan
cenderung menurun ketinggiannya dan membentuk suatu permukaan
yang hampir datar (Pramono dan Ashari, 2004: 114). Proses yang
membentuk peneplain adalah fluvial dan gravitasi pada lereng
perbukitan (Goudie, 2004 dalam Pramono dan Ashari, 2004).
6. Lahan rusak
Lahan rusak sering disebut dengan badland, merupakan daerah
dengan lereng curam hingga sangat curam dan terkikis sangat kuat.
Hasil pengikisan ini telah membentuk lembah-lembah yang dalam dan
berdinding curam serta igir-igir tajam da
n membulat (Pramono dan Ashari, 2004: 117)
Struktur Pola Aliran Sungai
Bahan :
V. Hasil Praktikum
2. Perbukitan denudasional
Perbukitan denudasional adalah perbukitan yang dicirikan dengan
topografi berbukit dan bergelombang dengan dengan kemiringan lereng
15% hingga < 55% dan perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50% hingga
<500% meter. Bentuklahan ini juga dicirikan oleh konturnya yang
melingkar dan memiliki kerapatan tinggi pada satu sisi, namun pada sisi
yang lain kerapatan konturnya semakin renggang. Pada peta tersebut
bentuklahan ini dapat kita lihat pada titik 226 mdpl, 276 mdpl, 314 mdpl.
Bentuklahan ini umumnya terbentuk karena mengalami pengikisan
sedang hingga kecil. Pengikisan ini dapat disebabkan oleh beberapa
faktor salah satunya adalah erosi dan gelombang air laut sehigga
terbentuk lereng-lereng yang curam.
Adapun pola aliran pada peta tersebut adalah pola dendritik. Pola
dendritik adalah ciri dari bentuklahan daerah denudasional.
Daftar Pustaka
Pramono, Heru dan Arif Ashari. 2004. Geomorfologi Dasar. Yogyakarta: UNY
Press
Jurnal Bentang Denudasional oleh Upi Supriatna,S.Pd