Anda di halaman 1dari 7

ACARA V

MENGIDENTIFIKASI BENTUKLAHAN ASAL STRUKTURAL


Muhammad Hafizh ‘Imaduddin
16405241043
I. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menidentifilkasi bentuklahan asal structural.
2. Mahasiswa mampu menggambarkan kenampakan bentuklahan
asal struktural.

II. Dasar Teori


Menurut Noor (2010: 44) Bentangalam Struktural adalah
bentangalam yang proses pembentukannya dikontrol oleh gaya
tektonik seperti perlipatan dan atau patahan. Dari suatu patahan
sesar mendatar yang menghasilkan bentuk bentuk bentangalam
antara lain Gawir, Bukir Tertekan (pressure ridge), Sag Basin, Shutter
Ridge, dan Offset River.
Menurut Hugget (2003) dalam Pramono dan Ashari (2014: 88)
diastrofisme merupakan proses yang berkaitan dengan tektonisme
(atau geotektonik). Proses diastrofisme antara lain meliputi pelipatan,
patahan, pengangkatan, dan amblesan dari litosfer. Secara umum
diastrofisme dapat dibedakan menjadi dua yaitu epirogenesa dan
orogenesa. Orogenesa berarti pembentukan gunung. Dalam
perkembangan selanjutnya istilah ini digunakan untuk menjelaskan
pelipatan batuan pada sabuk lipatan. Adapun epirogenesa merupakan
pengangkatan atau amblesan pada suatu wilayah yang luas tanpa
perlipatan dan retakan yang signifikan. Epirogenesa juga meliputi
pergerakan isostatik seperti kembali terbukanya lahan pasca
peleburarn lembaran es, serta cymatogeny yang merupakan
pelengkungan dan kadang-kadang pembentukan kubah dari batuan
pada wilayah sekurang-kurangnya 10-10.000 km.
1. Pegunungan Blok
Pegunungan blok adalah pegunungan yang mempunyai
struktur sesaran. Pada umumnya pegunungan blok dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu termiringkan (tilted) dan
terangkat (lifted). Suatu blok yang termiringkan akan mempunyai

1
satu sisi yang curam dan satu sisi yang landai. Sisi yang curam
merupakan lereng curam sesaran (fault scrap). Sedangkan pada
blok terangkat ditandai oleh lereng yang curam di kedua sisinya
(Pramono dan Ashari, 2014: 97).
Terdapat beberapa jenis sesaran menurut Pramono dan
Ashari (2014: 97) :
a. Sesaran Normal
Apabila bidang datar sesaran atau fault plane-nya
dalam keadaan hampir vertikal sehingga terdapat satu sisi
yang terangkat (upthrown) dan satu sisi yang turun
(downthrown). Suatu blok yang turun di antara dua sesaran
normal maka akan tampak sebagai palung sesaran yang
panjang dan sempit, disebut graben. Sebaliknya apabila
suatu blok muncul sebagai massa yang terangkat di antara
dua sesaran normal, disebut horst.
b. Sesaran Terbalik
Terjadi apabila lereng curam sesarnya sebagai
dinding yang terangkat dan menggantung di atas blok yang
turun. Apabila bidang datar sesarannya sangat miring, maka
terbentuk sesaran dorong (thrust fault).
c. Sesaran Horizontal
Terbentuk karena adanya pergeseran mendatar.
d. Sesaran melintasi lipatan
Sesaran yang ujungnya berakhir pada suatu lipatan.
Gejala ini menunjukan lapisan batuan agak massif.
Perkembangan pegunungan blok oleh Lobenck (1930)
dalam Pramono dan Ashari (2014: 100) dibedakan dalam tiga
tahap yaitu stadium muda, dewasa, dan tua. Pada stadium
muda, kenampakannya runcing dan menyudut dengan wajah
depan yang curam dan lereng punggung yang landai. Pada
stadium dewasa, telah banyak terjadi pengikisan baik pada
lereng bagian depan maupun pada lereng punggungnya.
Berbagai kenampakan baru dapat dijumpai seperti :
a. Igir-igir blok telah terdorong lebih kebelakang sehingga dua
buah sisi lereng cenderung sama.

2
b. Garis dasar di kaki lereng curam sesaran tidak lagi lurus.
c. Terdapat lereng curam berbentuk segitiga (triangular facets)
pada ujung-ujung spur dibagian muka blok.
d. Muncul ngarai-ngarai yang sisi-sisinya agak curam .
e. Di depan rangkaian pegunungan terdapat dataran yang luas
sebagai hasil dari penggabungan kipas-kipas alluvial.
f. Disepanjang muka rangkaian pegunungan terdapat mata air-
mata air yang sering hangat atau panas.
g. Terdapat danau di antara dua blok yang miring (block basin
lake).
Pada stadium tua, lereng depan dan lereng punggungnya hampir
sama. Muka rangkaian pegunungan telah terdorong jauh ke belakang
dari bidang sesarnya yang asli. Rangkaian pegunungan telah
kehilangan sebagian besar aspeknya sebagai suatu pegunungan
blok. Pada tingkat yang sangat lanjut, tinggal bukit-bukit sisa yang
terpisah-pisah yang disebut monadnock (apabila sisinya tidak curam)
atau inselbreg (apabila sisi-sisinya curam) yang berdiri diatas
paneplain (Pramono dan Ashari, 2014: 101).

III. Alat dan Bahan


1. Alat
1. Drawing pen hitam digunakan untuk menggambar bentuklahan
pada peta.
2. Walking board digunakan sebagai alas dalam menggambar.
3. Penggaris digunakan untuk menggaris proyeksi penampang
bentuklahan.
4. Pensil digunakan untuk menggambar proyeksi.
5. Penghapus digunakan untuk menghapus apabila terdapat
kesalahan.
2. Bahan
1. Satu buah kertas kalkir digunakan untuk menggambar dan
menyalin bentuklahan dan membuat penampangnya.
2. Peta topografi digunakan sebagai informasi.

3
IV. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan untuk melaksanakan kegiatan
praktikum.
2. Meletakkan peta topografi dan kertas kalkir pada walking board.
3. Menggambar bentuklahan yang terdapat di peta topografi pada
kertas kalkir menggunakan drawing pen hitam.
4. Menggambar proyeksi bentuklahan.
5. Mengidentifikasi bentuklahan asal structural yang terdapat pada
peta
.
V. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Dari hasil praktikum kali ini dapat dianalisis kenampakan
bentuklahan struktural yang tergambar di peta yang terurai dalam
tabel di bawah ini (lihat tabel 1).

Tabel 1. Bentuklahan struktural yang ditemukan pada peta


topografi wilayah Parangtritis dan sekitarnya.
No. Bentuklahan Keterangan
1. Pegunungan Pegunungan blok merupakan
Blok bentanglahan asal proses structural
yang disebabkan oleh adanya proses
tektonik yaitu berupa patahan. Pada
peta, pegunungan blok teridentifikasi
berada di Desa Pundong dan Desa
Girijati
2. Horst dan Horst dan graben terbentuk karena
Graben adanya patahan. Horst merupakan
bagian yang menonjol ke atas.
Sedangkan graben adalah bagian yang
merupakan amblesan. Horst meliputi
Kecamatan Pundong dan Graben
meliputi wilayah Kecamatan Kretek.
3. Tebing Tebing escarpment merupakan
Escarpment bentangalam yang berbentuk bukit

4
dimana salah satu lerengnya
merupakan bidang sesar. Pada peta
terdapat di bagian timur yaitu di Desa
Girijati.

B. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan dan analisis dari peta topografi
bentuklahan struktural, maka dapat diketahui bentanglahan
pertama yang teridentifikasi pada peta topografi adalah
pegunungan blok.
1. Pegunungan blok memiliki ciri-ciri dengan lerengnya yang
curam. Terbukti pada peta topografi memiliki garis kontur yang
rapat. Hal ini menandakan bahwa di daerah tersebut memiliki
lereng yang curam. Proses terbentuknya pegunungan blok di
Kabupaten Bantul yang tergambar pada peta topografi, terjadi
karena adanya proses tektonisme berupa patahan. Hal
tersebut dapat dilihat dalam peta pada daerah pegunungan
blok di Kecamatan Pundong yang memiliki perbedaan
ketinggian yang cukup segnifikan dengan daerah disebelah kiri
Kecamatan Pundong. Kecamatan Pundong memiliki
ketinggian 346 mdpal, dan Kecamatan Kretek yang berada di
sebelah kiri Kecamatan Pundong memiliki ketinggian 2 mdpal.
Hal tersebut dapat membuktikan bahwa terdapat proses
tektonik berupa patahan. Jika dilihat dari gambar penampang
proyeksi pegunungan blok yang terdapat pada peta topografi
tersebut berada pada stadium dewasa, karena kenampakan
pegunungan bloknya sudah tidak meruncing lurus dan
menyudut, pada pegunungan blok tersebut sudah mengalami
banyak pengikisan baik pada lereng bagian depan maupun
lereng punggungnya. Karena terjalnya lereng yang terdapat di
pegunungan blok di Kabupaten Bantul pada peta topografi
tersebut maka jarang dijumpai pemukiman disana,
digambarkan pada peta dengan symbol warna orange hanya
terdapat beberapa yaitu di bagian kaki lereng pada bagian
barat dan di bagian desa Girijati. Pada pegunungan blok

5
tersebut banyak dimanfaatkan untuk ladang dan perkebunan.
Dan sebagian besar wilayah di pegunungan blok Kabupaten
Bantul ditumbuhi dengan semak belukar.
2. Bentuklahan horst dan graben. Terbentuknya morfologi horst
dan graben tidak terpisah dari patahan yang terjadi di wilayah
tersebut. Terbentuknya pegunungan blok tersebut juga
menyebabkan terbentuknya horst dan graben. Horst meliputi
wilayah Kecamatan Pundong atau merupakan wilayah
pegunungan blok. Dan graben meliputi wilayah Kecamatan
Kretek.
3. Bentuklahan tebing escarpment. Dicirikan dengan bukit yang
memanjang dengan perbedaan tinggi yang cukup ekstrim
antara bagian yang datar dan bagian bukit. Dan ditandai
dinding yang vertical. Tebing escarpment ini terjadi karena
adanya sesar baru yang diserati perpindahan secara
horizontal akibat adanya gempa bumi yang menghasilkan
patahan. Tebing escarpment pada kebupaten Bantul terdapat
di Desa Girijati.

VI. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum mengenai identifikasi bentuklahan
asal struktural dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Bantul
tepatnya pada daerah Parangtritis memiliki beberapa bentuklahan
structural yaitu pegunungan blok yang terlihat adanya kontur yang
curam akibat adanya patahan meski sudah mengalami
pengikisan. Kemudian ada horst dan graben yang terlihat di
Kecamatan Pundong dan Kecamatan Kretek yang terlihat dari
konturnya yang menunjukkan adanya patahan karena adanya
pengaruh dari bentuklahan pegunungan blok. Kemudian yang
terakhir ada tebing escarpment yang terlihat di bagian kanan peta
yang terlihat jelas karena konturnya yang menunjukkan adanya
bukit memanjang namun ada perbedaan ketinggian yang ekstrim
antara bagian yang datar dengan bagian bukit.

6
DAFTAR PUSTAKA

Noor, Djauhari. 2010. Geomorfologi. Pakuan: Universitas Pakuan.

Pramono, Heru dan Arif Ashari. 2014. Geomorfologi Dasar. Yogyakarta: UNY
Press.

Anda mungkin juga menyukai