PENDAHULUAN
sebagai masalah pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang secara sistematis
Conflict and Post-conflict Societies”, berupa laporan Sekjen PBB yang diajukan
HAM berat, meluas dan sistematis di masa lalu, sebagai upaya mewujudkan
keadilan dan mencapai perdamaian, maka segala proses dan mekanisme untuk
mewujudkan masyarakat yang berdamai dengan masa lalunya”, dan “hal ini dapat
harus semuanya), dalam hal penuntutan pidana, penuntutan ganti rugi (reparasi),
1
Tosa Hiroyuki, (Kobe University) Keadilan Transisional Yang Terabaikan, Tinjauan Ulang Masalah Indonesia
Dan Timor-Timur. Pdf, Diunduh Pada 23 mei 2020, Pukul 20:20 WITA, Hlm 1
1
Hak Asasi Manusia atau disingkat HAM adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan dilindungi oleh negara, hukum dan pemerintah, dan setiap orang demi
terhadap hak asasi karena diberikan oleh Tuhan secara lansung sejak lahir
luput dari yang namanya Hak Asasi Manusia. Gagasan atau ide tentang HAM,
muncul setelah berakhirnya perang dunia II (dua) bahwa hak asasi tersebut harus
dilindungi oleh hukum. Maka dari itu, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebagai
lembaga dunia kemudian membahas mengenai gagasan HAM yang terdiri atas:
ditegakan tanpa membedakan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama,
politik maupun pendapat lain yang berlainan mengenai asal mula kebangsaan atau
Desember 1948, The Universal Declaration Of human Rights yang didukung oleh
160 Negara. Penghormatan terhadap HAM sangat penting karena hak yang
Sudah menjadi hukum sejarah bahwa setiap terjadi pelanggaran berat hak
2
Lihat Pasal 1 UU No 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
2
menjadi pemerintahan yang demokratis melalui revolusi atau reformasi selalu
otoriter dengan korupsi politik menuntut adanya tindakan apa saja yang dapat
tindakan melanggar hak asasi manusia (HAM) oleh penguasa otoriter dengan
berbagai corak dan variasinya akan menjadi jalan yang tidak bisa dielakkan.3
menjadi tanggung jawab bersama (erga omnes obligation) bagi rakyat, negara,
Kejahatan berat HAM selalu menjadi mendung dan sisi gelap perjalanan
mengasosiasikan kejahatan HAM oleh Hitler dengan Jerman, jugun ianfu dengan
Jepang, genosida antara Tutsi versus Hutu di Rwanda, Serbia versus Herzegovina
Kamboja, dan lain sejenisnya.Untuk itu, utang sejarah dalam krisis kemanusiaan
upaya realisasi keadilan transisional selalu ada dua lembaga kembar yang lahir,
3
Lihat https://nasional.kompas.com/read/2015/07/30/15272881/HAM.dan.Keadilan.Transisional?page=all.
Dengan judul HAM dan Keadiloan Transisional, Diakses tanggal 23 Juni 2020, Pukul 21.09 WITA.
3
yaitu Pengadilan HAM Ad Hoc atau tribunal dan Komisi Kebenaran dan
dunia, Topik yang menarik dalam diskursus HAM khususnya dalam konteks atau
satu pijakan dengan lahirnya berbagai badan atau komisi seperti; komisi pencari
fakta, komisi klarifikasi, komisi penyelidik atau lebih dikenal dengan sebutan
terhadap pelanggaran HAM yang bersifat massif dan/atau meluas yang pada
intinya pelanggaran hak asasi yang bersifat massif dan/atau meluas masuk dalam
kategori.
Implikasi konsep keadilan transisi yaitu keadilan yang mencoba keluar dari
4
ibid
5
Yohanes De Masinus Arus, The Right To Know The Truth, Kerangka Normatif Mengungkap Kebenaran,
Dalam Pencarian Keadilan Di Masa Transisi, Cetakan Pertama, (Jakarta: Elsam, 2003), Hlm 334
6
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barakatullah, Ilmu Hukum Dan Filsafat Hukum, Cetakan Kedua,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007) Hlm, 60-61
4
yaitu keadilan distributive dan korektif dan juga konsep keadilan yang di
transisi terdiri dari beberapa konsep yaitu keadilan pidana atau kriminal yang
masa transisi, adapun dari lima keadilan yang telah dijabarkan pada paragraph di
yang telah dilakukan rezim tersebut. Keadilan pidana merupakan keadilan yang
penghukuman bagi pelaku pelanggaran HAM masa lalu. Dalam konteks ini,
7
Herry Sucipto Dan Harjianto Tohari, Penanganan Pelanggaran berat HAM Masa Lalu, Dalam Penyelesaian
Pelanggaran berat HAM Masa Lalu, Dignitas, Volume VIII No 1 Tahun 2012,Hlm 80
8
Ruti G Teitel, Keadilan Transisi, Sebuah Tinjauan Analitis-Komprehensif, Terjemahan Elsam Dari Transisional
Justice, Cetakan Pertama, (Jakarta : Elsam, 2004) Hlm 23
5
tentang sejarah dan pertanggungjawabannya. Penyelidikan dan narasi sejarah ini
memainkan peran penting dalam transisi dari masa lalu ke masa kini. 9 Dimana
masa lalu suatu rezim dengan segala bentuk tindakan represif pengabaian atas
HAM bukan sekedar masa lalu dalam pengertian waktu tetapi proses berpikir
yang sangat penting artinya bagi tatanan sosial politik suatu bangsa kedepan.
fokus pada proses perbaikan kesalahan yang telah dilakukan oleh rezim
dimasa lalu. Istilah keadilan reparatoris ini memiliki dimensi yang luas yang
merupakan pelengkap dari keadilan pidana yang secara tradisional ditujukan pada
penjatuhan hukuman kepada pelaku. Keadilan pidana juga bisa gagal menghukum
pelaku dan akibatnya pihak yang bersalah masih bisa memegang kekuasaan
dalam rezim yang baru, atau dengan kata lain penerapan keadilan administrasi
9
Ruti G Teitel, Ibid, Hlm 7
10
Suparman Marzuki, Pengadilan Ham Di Indonesia., Cetakan Pertama, (Jakarta : Airlangga, 2012) Hlm 20
11
Suparman Marzuki, Pengadilan Ham Di Indonesia, Ibid, Hlm 20
12
Suparman Marzuki, Pengadilan Ham Di Indonesia, Ibid, Hlm 20
13
Ruti G Teitel, Ibid, Hlm 7
6
masa perubahan atau reformasi yang telah terjadi. Pasca runtuhnya rezim orde
baru diikuti pula dengan beberapa perubahan didalam konstitusi negara yang
mengantisipasi munculnya rezim yang sama seperti pada zaman otoriter dan
represif, terjaminya Rule Of Law, serta diakui dan dihormatinya hak asasi dan
lalu; kedua memberikan kesempatan kepada pada saksi maupun korban untuk
penyelidikan yang adhoc dan otonom, dan berpusat pada korban:16 Namun tak
dapat dipungkiri di sisi lain Keadilan transisional selalu beririsan dengan subjek-
14
Suparman Marzuki, Pengadilan Ham Di Indonesia, Opcit, Hlm 21
15
Eko Prasetyo, Ham Kejahatan Negara Dan Imprealisme Modal, Cetakan Pertama, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar,
2001) Hlm 222
16
Mark Freeman,. Komisi-Komisi Kebenaran Dan Kepatutan Procedural. Penerjemah wibOwo DKK dari Truth
Commission And Procedural Fairness, Cetakan Pertama, (jakarta: Elsam, 2008) Hlm 5-6
7
Berbagai cara hak asasi telah menjadi pusat dari revolusi demokratis yang
telah menyentuh setiap bagian dari belahan dunia dalam beberapa Tahun terakhir
HAM. Problematika yang dihadapi oleh negara yang baru demokratis adalah
melakukan berbagai kejahatan tersebut dalam rezim yang lama. Kesulitan yang
muncul dalam mencapai suatu solusi yang adil yang dapat diterima oleh
masyarakat yang telah lama menderita.17 Hal lain yang mewarnai keadilan transisi
justice atau total justice guna membangun kembali ekuilibrium metafisik dan
adanya upaya restoratif tersebut, gairah kehidupan sosial akan berpendar kembali
perlindungan HAM dalam Pancasila, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab,
17
Satya Arinanto, Hak Asasi Manusia Dalam Transisi Politik Di Indonesia, Cetakan Kedua, (Jakarta : Pusat
Studi Hukum Tata Negara, 2005) Hlm 56
18
Lihat https://nasional.kompas.com/read/2015/07/30/15272881/HAM.dan.Keadilan.Transisional?page=all.
Dengan judul HAM dan Keadiloan Transisional, Diakses tanggal 23 Juni 2020, Pukul 21.09 WITA.
8
dan UUD NRI 1945 dengan amandemennya, juga ada UU No 39 Tahun 1999
Political Rights (ICCPR) atau kovenan hak-hak sipil dan politik dengan UU No
12 Tahun 2005 yang dalam Pasal 2 Ayat (3) a menentukan: setiap negara pihak
kovenan ini berjanji: a) untuk menjamin bahwa setiap orang yang hak-haknya
memperoleh ganti rugi yang efektif meskipun pelanggaran dilakukan oleh orang-
keterbatasan hukum.
9
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penulisan
D. Manfaat Penulisan.
10
BAB II
PEMBAHASAN
atau suatu perubahan dalam tataran politik. Jadi masalah keadilan transisional
timbul pada jangka waktu antara dua sistem pemerintahan. Pemahaman umum
dari kurang demokratik menjadi lebih demokratik. Kemudian lebih lanjut oleh
Teitel dikatakan fenomena transisi mengarah pada kaitan erat dalam pergeseran
transisi.
sendiri sebagaimana yang juga menjadi tujuan hukum. Akan tetapi pemenuhan
keadilan yang berkaitan dengan masa transisi suatu pemerintahan negara dari
fenomena yang tidak biasa atau tidak normal yang menawarkan cara pandang
baru yang melampaui teori-teori klasik seputar keadilan, demokrasi, peran dan
hakikat hukum, negara dan masyarakat. Adanya makna baru yang ditemukan
untuk persoalan keadilan di masa transisi dan peran hukum dalam penegakan
11
transitional justice yang memproposalkan teori keadilan transisional dan teori
dilakukan karena suasana transisi berarti dibayangi adanya kekerasan masa lalu
dan adanya keinginan meraih harapan akan tatanan sosial yang adil dan damai di
masa depan.
masa transisi dapat berjalan dengan baik dan tidak dibebankan oleh persoalan
atau kasus-kasus HAM) yang pernah terjadi. Oleh karena itulah penyelesaian
berkaitan dengan tantangan yang dihadapi oleh suatu negara transitional yang
masa silam yang dikategorikan sebagai crime against humanity. Selain pelaku
pelanggaran HAM tersebut diproses, diadili dan dihukum juga banyak yang
berbagai cara sebagai sebuah healing process seperti proses melalui komisi
kebenaran dan keadilan. Intinya transitional justice ingin menghapus mata rantai
12
impunity melalui proses truth finding, healing process dan rekonsiliasi dengan
Ifdal Kasim,20 kedua proses penyelesaian ini tidak sama sekali terpisah satu
keabsahan norma-norma yang selama ini telah dilanggar. Dalam konteks ini
implikasi yang jauh lebih penting ketimbang menghukum lima belas perwira di
antara ratusan perwira. Oleh karena walaupun dihukum ia akan bebas kembali,
pengakuan bersalah dan permintaan maaf yang harus pula diikuti oleh
depan. Kalau jalan pemulihan para korban ini tidak ditempuh, maka pengakuan
masyarakat telah muncul tuntutan agar para pelanggar HAM berat diadili.
20
Ifdal Kasim & Riyadi Terre, editor, 2003. Pencarian Keadilan di Masa Transisi, h. 29- 30.
13
Seperti diketahui pada saat rezim Orde Baru memimpin telah terjadi beberapa
pelanggaran HAM yang telah ditimbulkan baik yang bersifat vertical (yang
dilakukan oleh aparat negara terhadap warga negara) maupun horizontal (antar
warga negara sendiri) dan tidak sedikit masuk dalam kategori (gross violation of
human rights). Hal tersebut tercermin dari kejadian berupa penangkapan yang
Selain itu, terjadi pula penyalagunaan kekuasaan oleh pejabat publik dan
1998. Akan tetapi, dari hasil penyelidikan Komnas HAM. Komisi tersebut telah
beberapa kali dengan tempat dan tenggang waktu yang berbeda. Seperti yang
Priok (1984), Talang Sari, Lampung (1989), penghilangan orang secara paksa
21
Lihat Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Paragraph 6
22
Rival Mainur, Kebijakan Negara Dalam Penyelesaian Pelanggaran Ham Masa Lalu Melalui Perspektif Penal
Dan Non Penal, Makala Di Sampaikan Dalam Ruang Kuliah, Program Pasca Sarjana, Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia, Jogjakarta 20 November 2014.
14
Peristiwa pembantaian Partai Komunis Indonesia atau disingkat PKI
dilatarbelakangi atas dasar tuduhan bahwa PKI dalang dari pembunuhan tujuh
perwira jendral, yang terjadi pada tanggal 30 September 1965 dikenal dengan
negara untuk meniadakan partai tersebut dan diikuti dengan tindakan kekerasan
terhadap warga negara yang dituduh sebagai anggota maupun simpatisan PKI.
diduga sebagai simpatisan menjadi lembar sejarah hitam bangsa ini. Karena
(Sumatera Utara).24
Pada masa rezim Orde Baru pelanggaran HAM maupun kejahatan lainnya
5Ringkasan Eksekutif, Laporan Penyelidikan Pelanggaran Ham Yang Berat (Jakarta : Komnas
23
15
pertengahan 1960-an rangkaian kekerasan kemudian melanda sektor-sektor
yang menolak asas tunggal pancasila, gerakan mahasiswa, aktivis buru, petani
Meskipun rezim Orde Baru (Soeharto) telah runtuh dan berganti ke rezim
yang konon katanya lebih demokratis. Namun pada sisi lain, keluarga korban
pelanggaran HAM masa lalu dan memberikan keadilan bagi mereka yang telah
menjadi korban. Keadilan yang telah didambakan oleh para korban adalah
melalui pembentukan pengadilan HAM yang bersifat adhoc ternyata tidak bisa
diberbagai negara dapat dijadikan contoh, karena ketika satu jalan tidak berhasil,
Hasilnya, sejumlah kemenangan bisa diraih, meski berkorban waktu yang cukup
lama. Hal ini menegaskan bahwa tidak ada jalan tunggal dalam penyelesaian
Pengadilan HAM yang telah menjadi pijakan dasar pemerintah Indonesia dalam
25
Hilmar Farid dan Riikardo Simarmata.,, Demi Kebenaran., Pemetaan Upaya-Upaya Pencarian Keadilan
Dalam Masa Transisi Di Indonesia., Cetakan Pertama (Jakarta : Elsam, 2004) Hlm 15
26
Agus Raharjo, Implikasi Pembatalan Undang-Undang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Terhadap Prospek
Penanganan Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia. Mimbar Hukum, Volume 19, No 1 Febuari 2007, Hlm 2.
27
Elsam, Penyelesaian Pelanggaran Ham Masa Lalu, Mendorong Inisiatif Masyarakat Sipil, Memastikan Negara
Bertanggung Jawab, Kertas Posisi Keadilan Transisional 3, (Jakarta:Elsam, 2012), Hlm 1
16
rangka penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu. Kehadiran pengadilan HAM
rangkaian pelanggaran HAM masa lalu. Begitu banyak kasus pelanggaran HAM
bawah tahun 2000, baru dua kasus yakni: Pelanggaran HAM yang terjadi di
Timur-Timur dan Tanjung Priuk ditangani oleh pengadilan HAM yang bersifat
Adhoc di Jakarta.28
HAM masa lalu, maka perlu adanya upaya untuk membentuk suatu lembaga
dibeberapa negara, tentu saja berada dalam masa transisi suatu pemerintahan,
kebenaran dan memberikan keadilan bagi korban melalui jalur Non Yudisial.
Berat melalui mekanisme non pengadilan yaitu melalui Komisi Kebenaran dan
17
pemerintahan dari sistem otoriter atau represif ke suatu sistem negara yang
pelanggaran HAM masa lalu yang ingin dicapai dalam suatu peralihan
(keadilan transisional).
dinyatakan tidak berlaku lagi oleh Mahkamah Konstitusi (MK). Putusan MK ini
Kebenaran dan Keadilan terhadap beberapa pasal dalam UU KKR ini (Pasal 1
angka 9, Pasal 27, dan Pasal 44) yang dianggap bertentangan dengan UUD
KKR ini saling bertentangan. Tidak ada kepastian hukum dalam norma UU
komisi ini adalah lembaga independen yang dibentuk untuk mencari dan
muncul dari konteks negara-negara yang sedang menghadapi transisi dari rezim
18
dan wewenang yang berbeda-beda. Di antaranya memiliki mandat terbatas
hanya pada satu tipe pelanggaran HAM, misalnya KKR di Chile dan Argentina
Akan tetapi sebagian besar KKR yang ada, memiliki mandat sangat luas
mengenal proses seperti itu karena bukan badan peradilan. Hasil utama dari
sehingga tidak membawa rasa keadilan. Berbeda dengan proses peradilan yang
Bagi yang menerima dan menolak keberadaan KKR dapat dilihat alasannya
19
Komisi ini dapat menciptakan perdamaian dan tatanan politik yang stabil. Bagi
pelaku kejahatan (sarana impunity) dan tidak memenuhi rasa keadilan bagi
lampau, baik yang dilakukan oleh pemerintah yang sementara berkuasa maupun
syarat penyelesaian substansial dari sebuah konflik dan kekacauan yang terjadi.
beban sejarah kasus Ham yang terjadi. Untuk itu, utang sejarah dalam krisis
justice). Dalam upaya realisasi keadilan transisional selalu ada dua lembaga
kembar yang lahir, yaitu Pengadilan HAM Ad Hoc atau tribunal dan Komisi
(TRC). Harus dicatat bahwa hubungan dua lembaga kembar tersebut bersifat
20
Penyelenggaraan Pengadilan HAM Ad Hoc merupakan upaya pencerahan
atas sisi gelap perjalanan bangsa agar pembangunan negara tidak tersandera oleh
masa lalu. Penyelesaian kejahatan HAM yang berkualifikasi most serious crimes
Belajar dari apa yang telah dilaksanakan di Afrika Selatan, Amerika Latin,
Sierra Leone, Kamboja, dan lain sejenisnya, negara kita Indonesia dituntut untuk
mencerahkan mendung kasus HAM masa lalu. Untuk itu, kelahiran Pengadilan
HAM Ad Hoc biasanya yang memberlakukan ex post facto law atau hukum
HAM dalam Pancasila, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab, dan UUD
29
Lihat https://nasional.kompas.com/read/2015/07/30/15272881/HAM.dan.Keadilan.Transisional?page=all.
Dengan judul HAM dan Keadiloan Transisional, Diakses tanggal 23 Juni 2020, Pukul 21.09 WITA.
21
UU No 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM yang mengadopsi Statuta
and Political Rights (ICCPR) atau kovenan hak-hak sipil dan politik dengan UU
No 12 Tahun 2005 yang dalam Pasal 2 Ayat (3)a menentukan: setiap negara
pihak kovenan ini berjanji: a) untuk menjamin bahwa setiap orang yang hak-
will menjadi determinan. Apalagi dalam konteks proses peradilan HAM ad hoc
di Indonesia, kemauan dan keberanian politik yang kuat dari pemerintah dan
pemerintahan yang otokratik adalah pekerjaan maha berat yang dipastikan akan
22
mendapat resistensi dari pihak-pihak yang berkepentingan agar pelanggaran
HAM masa lalu tetap tak tersentuh. Legitimasi dari rakyat adalah modal yang
amanat reformasi dalam kerangka demokratisasi yang antara lain tidak terlepas
kemudian dirumuskan pula Rencana Aksi Nasional (RAN) HAM yang disusul
kesadaran akan adanya masalah yang serius yang melakat pada sistem peradilan
30
Manunggal K. Wardaya, “Menanti Keadilan: Urgensi Penyelesaian Masalah Pelanggaran HAM Berat Masa
Lalu Di Ujung Masa Transisi”
31
Ibid
32
Ibid
23
umum dalam menyelesaikan kejahatan terhadap HAM, apalagi bila peristiwanya
terjadi pada masa lalu dan terjadi dalam skala yang amat luas, dan sistemik.
bahwa sistem peradilan umum tak dapat diharapkan terlalu banyak untuk
menyakitkan.
KKR jelas dapat menawarkan terobosan yang berarti jika institusi ini dapat
menjembatani kesenjangan itu. Selain itu, institusi ini barulah dapat dianggap
di satu pihak, dan kebutuhan untuk menyongsong masa depan yang lebih
berliku-liku tanpa akhir. KKR hanya mungkin membantu para korban berdamai
dengan masa lalunya dan pelakunya untuk bertobat apabila terdapat kepercayaan
depan dengan cara menarik garis yang jelas antara masa lalu dan masa depan.
transisional.
kesadaran baru tentang pentingnya semua orang di negeri mengerti satu hal.
Yakni, jangan ada lagi hal buruk dalam kehidupan hak-hak asasi manusia di
negeri ini seperti yang kita, alami pada masa lalu. KKR memang mempunyai
33
Carl Joachim Friedrich, The Philosophy of Law in Historical Perpective, Filasafat Hukum, Perpektif Historis,
alih bahasa Raisul Muttaqien, cet. Ke1, (Bandung: Penerbit Nusa dan Penerbit Nusamedia, 2004), hlm. 239.
24
banyak keterbatasan dan kekurangan dalam gagasan maupun didalam
menjangkau lebih dari sekedar institusi yang berbasis moralitas hak asasi
sejarah yang amat penting bagi generasi mendatang, yakni the future of never
again.
BAB III
25
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai uraian di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan, sebagai
berikut :
adanya masalah yang serius yang melakat pada sistem peradilan umum dalam
masa lalu dan terjadi dalam skala yang amat luas, dan sistemik. Dengan kata lain,
pengakuan diam-diam bahwa sistem peradilan umum tak dapat diharapkan terlalu
dan Pembukaan UUD 1945, yang menjunjung tinggi supremasi hukum dan
B. Saran
Adapun yang menjadi saran dalam penulisan makalah ini, adalah sebagai
berikut :
26
1. Diperlukan adanya kesadaran kolektif dari segenap stakeholder agar
27
DAFTAR PUSTAKA
A. BAHAN PUSTAKA
Eko Prasetyo, HAM, Kejahatan Negara Dan Imprealisme Modal, Cetakan Pertama,
Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2001
Herry Sucipto dan Harjianto Tohari, Penanganan Pelanggaran berat HAM Masa
Lalu, Dalam Penyelesaian Pelanggaran berat HAM Masa Lalu, Volume
VIII No 1, Dignitas, 2012.
Ifdal Kasim & Riyadi Terre, Pencarian Keadilan di Masa Transisi, Editor, 2003
28
Rival Mainur, Kebijakan Negara Dalam Penyelesaian Pelanggaran Ham Masa Lalu
Melalui Perspektif Penal Dan Non Penal, Makala Di Sampaikan Dalam
Ruang Kuliah, Program Pasca Sarjana, Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia, Jogjakarta : UIM, 2014.
Satya Arinanto, Hak Asasi Manusia Dalam Transisi Politik Di Indonesia, Cetakan
Kedua, Jakarta : Pusat Studi Hukum Tata Negara, 2005.
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barakatullah, Ilmu Hukum Dan Filsafat Hukum,
Cetakan Kedua, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007.
Yohanes De Masinus Arus, The Right To Know The Truth, Kerangka Normatif
Mengungkap Kebenaran, Dalam Pencarian Keadilan Di Masa Transisi,
Cetakan Pertama, Jakarta: Elsam, 2003.
B. PERUNDANG – UNDANGAN
C. INTERNET
https://nasional.kompas.com/read/2015/07/30/15272881/HAM.dan.Keadilan.Transi
sional?page=all. Dengan judul HAM dan Keadiloan Transisional, Diakses
tanggal 23 Juni 2020, Pukul 21.09 WITA
29