Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bencana menurut Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007

merupakan suatu peristiwa yang dapat mengancam nyawa dan penghidupan

masyarakat terdampak yang disebabkan faktor alam maupun faktor non-alam

sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan,

kerugian material dan beban psikologis. (dalam Sudiarto dan Sartono : 2013).

Bencana seperti banjir, letusan gunung berapi, tsunami, kebakaran hutan,

tanah longsor dan gempa bumi adalah yang paling sering terjadi di Indonesia

dan menyebabkan sawah tergenang, meluluhlantakkan perumahan dan

pemukiman merusak fasilitas pelayanan, prasarana publik dan korban jiwa.

Tidak hanya itu, banjir juga menimbulkan kerugian material dan menyisakan

trauma bagi para korban bencana alam (Wijayanti, 2010; Danudjaja, 2006).

Indonesia merupakan negara yang dilewati oleh garis khatulistiwa.

Hal ini membuat Indonesia mengalami curah hujan yang tinggi dibandingkan

negara lain. Curah hujan yang tinggi dan kondisi daerah dengan topografi

yang rendah serta cekung memungkinkan terjadinya bencana banjir. Tercatat,

di seluruh Indonesia terdapat 5.590 sungai induk dan 600 sungai diantaranya

berpotensi pula menimbulkan banjir. Bencana banjir ini merupakan fenomena

alam yang berpotensi menimbulkan kerusakan terutama pada daerah padat

penduduk, penutupan lahan. Menurut data BPBD melalui wawancara pada 15

Oktober 2016, selama kurun waktu 10 tahun terakhir jumlah kejadian

1
2

bencana di Indonesia mencapai 1928 kali dan sebanyak 31,7 % diakibatkan

oleh bencana banjir dan ini merupakan persentase tertinggi dari semua

bencana yang terjadi. Hampir seluruh wilayah di Indonesia berpotensi

mengalami banjir. Terutama pulau Jawa, hal ini disebabkan karena pulau

Jawa memiliki topografi yang relatif rendah. Kepadatan penduduk yang

tinggi juga menjadi penyebab timbulnya bencana banjir di pulau Jawa, karena

pertumbuhan bangunan pada bantaran sungai yang ada di pulau Jawa dan

semakin hilangnya lahan hijau. Kabupaten Malang merupakan daerah terluas

kedua di pulau Jawa yang berada di provinsi Jawa Timur. Keadaan geografis

dari kabupaten Malang berupa dataran bergelombang, pegunungan dan

dataran rendah di pesisir selatannya serta sebagian besar pantainya berbukit.

Kondisi seperti ini membuat kabupaten Malang beresiko tinggi terhadap

bencana banjir.

Di malang sendiri tercatat sampai bulan Oktober sudah terjadi sekitar

24 kasus bencana banjir. Dan bencana banjir yang baru – baru ini terjadi

adalah di desa Pujiharjo kecamatan Tirtoyudo. Menurut warga setempat,

banjir terjadi akibat curah hujan yang tinggi dan mengakibatkan sungai tundo

meluap disertai material longsoran dari gunung Gede. Menurut warga

setempat, banjir sering terjadi di desa Pujiharjo, setidaknya 1 kali dalam

setahun dengan intensitas yang tinggi. Sekolah Dasar Negeri Pujiharjo 03

merupakan Sekolah dengan dampak paling besar terhadap serangan bencana

banjir ini, hal ini diakibatkan karena Sekolah berada dekat dengan Sungai

Tundo.
3

Banyak yang dilakukan oleh pemerintah ataupun pihak terkait dalam

mengatasi banjir di Pujiharjo, salah satunya adalah program sekolah sungai

Dari banyak korban jiwa akibat banjir, paling banyak terjadi pada anak –

anak. Hal ini disebabkan karena anak – anak merupakan kelompok yang

paling rentan beresiko terkena dampak bencana (PP No 21, 2008). Anak –

anak menjadi kelompok rentan karena keterbatasan pemahaman tentang

bencana dan berakibat pada ketidaksiapsiagaan dalam menghadapi bencana.

Berdasarkan angka kejadian bencana di beberapa wilayah, anak – anak yang

menjadi korban merupakan anak – anak pada usia sekolah. Hal ini didukung

dalam Undang – Undang No. 24 tahun 2007 bahwa penaggulangan bencana

harus dilakukan ke dalam program pembangunan termasuk dalam bidang

pendidikan. Menurut Deklarasi Hyogo yang di susun oleh PBB, pendidikan

siaga bencana masuk ke dalam prioritas, yaitu priority for action. Sebanyak

113 Negara sudah memasukkan pendidikan tentang siaga bencana ke dalam

kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Negara tersebut diantaranya

Mongolia, Tonga, Turkey, Iran, Bangladesh dan India. Belajar dari bencana

yang pernah terjadi di Indonesia, maka pendidikan siaga bencana perlu di

ajarkan di sekolah.

Pendidikan kesehatan merupakan metode yang paling efektif dalam

mengajarkan anak – anak tentang kesiapsiagaan terhadap bencana untuk

mengurangi dan meminimalisir dampak dari bencana tersebut. Terlebih lagi

pada anak usia usia 9 – 12 tahun, karena anak pada umur tersebut memiliki

rasa ingin tahu yang tinggi terhadap hal – hal baru. Salah satu cara

meningkatkan pengetahuan anak – anak yakni dengan pendidikan kesehatan


4

(Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia, 2015). Metode yang dapat

dilakukan sangatlah beragam, salah satunya dengan menggunakan simulasi.

Diharapkan para siswa dapat menggunakan pengetahuan yang didapat setelah

di beri pendidikan kesehatan

Dari fenomena diatas, peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh

pemberian pendidikan kesehatan menggunakan metode simulasi dengan

pengetahuan siswa tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir.

1.2 Rumusan Masalah

“Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode simulasi terhadap

pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana banjir pada siswa kelas 4 dan 5 Sekolah

Dasar di SDN Pujiharjo 03 ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode simulasi

terhadap pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana banjir pada siswa kelas 4

dan 5 Sekolah Dasar di SDN Pujiharjo 03

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan pada siswa kelas 4 dan 5 di SDN

Pujiharjo 03 sebelum dilaksanakan pendidikan kesehatan dengan

simulasi tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir.

2. Mengidentifikasi pengetahuan pada siswa kelas 4 dan 5 di SDN

Pujiharjo 03 sesudah dilaksanakan pendidikan kesehatan dengan

metode simulasi tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir.


5

3. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode

simulasi terhadap pengetahuan tentang kesiapsiagaan menghadapi

bencana banjir pada siswa kelas 4 dan 5 di SDN Pujiharjo 03.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Responden

Sebagai gambaran awal dan pengetahuan bagi siswa tentang

kesiapsiagaan bencana banjir.

1.4.2 Bagi Lahan Penelitian

Menjadi bahan referensi bagi lahan dalam upaya memberikan gambaran

awal serta pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana banjir kepada

siswa.

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai referensi tambahan untuk penelitian selanjutnya tentang pasca

terjadinya bencana banjir.

1.5 Batasan Penelitian

Penelitian ini membatasi tingkatan pengetahuan dari pendidikan

kesehatan di C2 yaitu paham tentang kesiapsiagaan bencana banjir.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Pendidikan Kesehatan

2.1.1 Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang

dinamis, dimana perubahan ini bukan hanya sekedar proses transfer

materi kepada orang lain dan bukan juga seperangkat prosedur, tetapi

perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri

individu, kelompok ataupun masyarakat. (Wahid, dkk 2007)

2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan dari pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah

perilaku individu, kelompok atau masyarakat (Undang – Undang

Kesehatan No.23 tahun 1992 dan WHO dalam Wahid, dkk, 2007):

1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat

2. Mendorong individu atau kelompok agar mampu secara mandiri

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

3. Mendorong pengembangan serta penggunaan secara tepat sarana

pelayanan kesehatan yang ada.

2.1.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai

aspek atau dimensi, diantaranya dimensi sasaran pendidikan dan

dimensi tempat pelaksanaan atau aplikasinya serta dimensi tingkat

pelayanan kesehatan.

6
7

1. Dimensi sasaran pendidikan

Menurut sasarannya, pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3

kelompok, yaitu :

a. Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.

b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.

c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat

luas.

Sasaran pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3 kelompok sasaran,

yaitu :

a. Sasaran primer (primary target), sasaran langsung kepada

masyarakat dalam segala upaya pendidikan kesehatan Oen

pemberi pendidikan kesehatan.

b. Sasaran sekunder (secondary target), sasaran pada tokoh

masyarakat, diharapkan tokoh masyarakat ini dapat memberikan

pendidikan kesehatan kepada masyarakat disekitarnya

c. Sasaran tersier (tersier target), sasaran pada pembuat keputusan

atau kebijakan baik ditingkat pusat maupun daerah, diharapkan

keputusan dari kelompok ini dapat berdampak pada perilaku

kelompok sekunder bahkan pada kelompok primer

2. Dimensi tempat pelaksanaan

Pendidikan kesehatan dapat dilakukan diberbagai tempat, misalnya :

a. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan

sasaran murid sekolah.


8

b. Pendidikan kesehatan di rumah sakit, dilakukan di rumah sakit

dengan sasaran pasien atau keluarga pasien di pukesmas, rumah

sakit atau pelayanan kesehatan lainnya.

c. Pendidikan kesehatan ditempat kerja, dengan sasaran buruh atau

karyawan yang bersangkutan.

3. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan

Pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan 5 tingkatan

pencegahan (five level of prevention) berdasarkan Leavel & Clark,

sebagai berikut :

a. Health Promotion atau promosi kesehatan

Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan status

kesehatan di masyarakat, dengan melalui beberapa kegiatan.

1) Pendidikan kesehatan (Health education)

2) Penyuluhan kesehatan masyarakat

3) Pengamatan tumbuh kembang anak

4) Program P2M

5) Pengendalian lingkungan

6) Perlindungan gigi

7) Pengadaan rumah sehat

8) Pendidikan sex

Masalah kesehatan yang masuk dalam promosi kesehatan bukan

hanya penyakit infeksi yang menular tetapi juga masalah

kesehatan lainnya seperti kesehatan jiwa, kecelakaan, kesehatan

kerja dan lain – lain.


9

b. General And specific Protection atau perlindungan umum dan

khusus

Merupakan usaha pelayanan kesehatan untuk memberikan

perlindungan secara umum maupun khusus kepada individu

ataupun masyarakat. Bentuk perlindungan ini dapat berupa :

1) Imunisasi dan personal hygiene

2) Perlindungan diri dari kecelakaan

3) Kesehatan kerja, dan lain - lain

c. Early diagnosis Ana prompt Treatment atau diagnosis dini dan

pengobatan segera atau adekuat

Usaha ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan

kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit. Usaha

yang dilakukan dapat berupa :

1) Penemuan kasus secara dini

2) Pemeriksaan umum lengkap

3) Pemeriksaan massal

4) Survey terhadap kontak, sekolah, rumah dan lingkungan

5) Penanganan kasus dan pengobatan adekuat

d. Disability Elimination atau pembatasan kecacatan

Tujuan dari pelayanan kesehatan ini adalah untuk menambah

pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang penanganan satu

penyakit atau masalah secara dini agar tidak terjadi kecacatan.


10

Kegiatan yang dapat dilakukan seperti :

1) Pencegahan komplikasi

2) Penurunan beban sosial penderita

3) Perbaikan fasilitas kesehatan, dan lain – lain

e. Rehabilitation atau rehabilitasi

Pelayanan kesehatan dalam hal rehabilitasi bertujuan untuk

memulihkan kembali individu atau masyarakat setelah

mendapatkan pelayanan pembatasan cacat.

2.1.4 Metode Pendidikan Kesehatan

Dalam proses belajar, pendidik harus mampu memilih dan

menggunakan metode mengajar yang tepat dan relevan sesuai dengan

kondisi dan keadaan

2.1.4.1 Jenis metode secara garis besar

a. Metode didaktis

Metode ini dilakukan secara satu arah atau One way method.

Tingkat keberhasilan dari dari metode didaktif sulit untuk

dievaluasi karena peserta didik cenderung pasif. Metode

didaktis ini berupa ceramah, film, leaflet, poster, buklet dan

media cetak

b. Metode sokratik

Metode ini dilakukan secara dua arah atau Two way method.

Dengan metode ini peserta didik dan pendidik bersikap aktif

dan kreatif. Bentuk metode ini berupa diskusi kelompok,

panel, debat, buzz Group, forum, bermain peran,


11

seminar,demonstrasi studi kasus, curah pendapat (Brain

storming), sosiodrama, lokakarya dan simulasi

2.1.4.2 Klasifikasi metode

Dibawah ini akan diuraikan beberapa klasifikasi metode, yaitu

metode pendidikan individual, kelompok dan massa

1. Metode pendidikan individual

Metode pendidikan individual ini digunakan untuk membina

perilaku baru atau seseorang yang mulai tertarik kepada

sesuatu perubahan perilaku atau inovasi.

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance And counseling)

Bimbingan merupakan metode pendidikan yang berisi

penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah

pekerjaan, pribadi, pendidikan dan masalah sosial yang

disajikan dalam bentuk pelajaran. Sedangkan konseling

merupakan proses belajar dengan tujuan memungkinkan

peserta didik mengenal dan menerima diri sendiri serta

realistis dalam penyelesaian dengan lingkungannya

(Nurihsan, 2005 dalam Maulana 2009).

b. Wawancara (interview)

Wawancara merupakan bagian dari bimbingan dan

penyuluhan. Wawancara antar pewawancara dengan klien

dilakukan untuk mencari informasi dengan cara tanya

jawab.
12

2. Metode pendidikan kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, pendidik harus

memperhatikan besar kecilnya kelompok sasaran serta

tingkat pendidikan formal sasarannya.

a. Kelompok besar

1) Ceramah

Ceramah adalah pidato yang disampaikan

seseorang didepan sekelompok pengunjung ataupun

pendengar. Metode ini cocok digunakan pada sasaran

yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Metode

ceramah ini dapat digunakan apabila dalam kondisi

berikut :

a) Kelompok terlalu besar untuk menggunakan metode

lain.

b) Ingin menambah atau menekankan apa yang sudah

dipelajari.

c) Pendengar sudah termotivasi.

d) Pembicara menggunakan gambar dalam kata – kata.

e) Sasaran dapat memahami kata – kata yang

digunakan.

f) Mengulangi, mengantarkan atau memperkenalkan

suatu pelajaran.
13

Kelebihan metode ceramah ini adalah :

a) Dapat dipakai dalam kelompok besar.

b) Dapat digunakan pada orang dewasa.

c) Tidak terlalu banyak melibatkan alat bantu.

d) Dapat dipakai untuk mengulang atau memberi

pengantar pada pelajaran

Kekurangan metode ini adalah :

a) Dapat menjadi kurang menarik.

b) Sulit digunakan oleh anak – anak.

c) Pembicara harus menguasai pokok pembicaraan.

d) Hanya pembicara tidak selalu dapat menilai reaksi

pendengar.

e) Hanya menggunakan satu indera saja.

f) Daya ingat terbatas.

g) Pembicara kurang dapat memanfaatkan pendengar.

h) Hanya sedikit pengajar yang dapat menjadi

pembicara yang baik.

2) Seminar

Seminar adalah salah satu metode

pendidikan dengan penyajian atau presentasi dari satu

atau beberapa ahli mengenai suatu topik yang dianggap

penting dan masih hangat di masyarakat. Metode

seminar ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar

dengan tingkat pendidikan menengah ke atas.


14

b. Kelompok kecil

Dikatakan kelompok kecil apabila peserta didik kurang

dari 15 orang. Metode yang cocok digunakan adalah

sebagai berikut :

1) Diskusi kelompok

Diskusi kelompok adalah percakapan tiga

orang atau lebih yang direncanakan atau dipersiapkan

dengan topik tertentu dan salah satu orang memimpin

diskusi tersebut.

2) Bola salju (Snow ball)

Metode Snow ball adalah metode pendidikan

dengan menggunakan kelompok beranggotakan dua

orang yang membahas suatu pertanyaan atau masalah,

setelah kurang lebih 5 menit kelompok beranggotakan

dua orang tadi bergabung dengan kelompok lain dan

begitu seterusnya.

3) Curah pendapat (Brain storming)

Metode ini merupakan modifikasi dari

metode diskusi kelompok. Prinsip dari metode ini juga

sama dengan diskusi kelompok, yang membedakan

hanya pada saat permulaan. Dalam curah pendapat

pemimpin kelompok memancing anggotanya dengan

suatu masalah kemudian tiap anggota kelompoknya


15

memberikan jawaban atau tanggapan dari masalah

tersebut.

4) Kelompok kecil – kecil (buzz group)

Metode Buzz Group ini dilakukan dengan

cara membagi kelompok sasaran menjadi kelompok

kecil yang membahas suatu masalah dan hasil dari

diskusi kelompok kecil tadi dilaporkan kepada

kelompok besar.

Metode ini digunakan apabila terdapat kondisi sebagai

berikut :

a) Waktu terbatas.

b) Ingin menciptakan suasana yang menyenangkan

dalam kelompok.

c) Kelompok terlalu besar sehingga tidak

memungkinkan setiap orang berpartisipasi.

d) Pokok pembahasan dapat dipecah dalam beberapa

bagian.

Keuntungan metode ini adalah :

a) Memupuk kepemimpinan.

b) Dapat dipakai dengan metode lain.

c) Memberi variasi pada proses belajar.

d) Memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan.

e) Mendorong peserta yang malu – malu.

f) Menciptakan suasana yang menyenangkan.


16

g) Menghemat waktu.

h) Memungkinkan pengumpulan pendapat dari

sebanyak mungkin peserta.

Kekurangan metode ini adalah sebagai berikut :

a) Terkadang terdapat pemimpin yang lemah.

b) Laporan mungkin tidak tersusun dengan baik.

c) Kemungkinan terbentuk kelompok yang terdiri atas

orang - orang yang tidak tahu apa – apa.

d) Harus belajar sebelumnya agar mendapat hasil yang

baik.

e) Biasanya akan memakan waktu saat persiapan.

5) Role Play

Bermain peran adalah metode pendidikan

dengan cara permainan sebuah situasi dalam hidup

manusia dengan atau tanpa latihan terlebih dahulu.

Dalam metode ini para peserta diminta memerankan

bagian – bagian dari berbagai karakter dalam situasi

kasus. Para peserta diminta membayangkan diri sendiri

tentang peranan tertentu dan mengambil alih perasaan

serta sikap dari orang yang ditokohkan.

Metode ini digunakan jika dalam kondisi sebagai

berikut :

a) Digunakan untuk pemecahan masalah.

b) Ingin mencoba merubah sikap peserta.


17

c) Bertujuan membantu peserta memahami suatu

masalah.

d) Peserta perlu mengetahui lebih banyak tentang

pandangan yang berlawanan.

Keuntungan metode ini adalah sebagai berikut :

a) Membangkitkan semangat peserta untuk

memecahkan masalah.

b) Membangkitkan rasa percaya diri peserta.

c) Segera mendapatkan perhatian.

d) Membantu anggota memperoleh pengalaman yang

dialami oleh orang lain.

e) Dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil.

Kekurangan metode ini adalah.

a) Kesulitan melakukan suatu peran.

b) Terbatas pada beberapa situasi saja.

c) Membutuhkan pemimpin yang terlatih.

d) Banyak yang tidak senang memainkan suatu peran.

e) Berpotensi memunculkan masalah sosialisasi dengan

pemerannya.

6) Simulasi

a) Definisi simulasi

Metode simulasi merupakan gabungan antara role

play dengan diskusi kelompok. Simulasi adalah

suatu cara permainan menirukan perilaku dan


18

karakteristik tertentu sehingga para peserta dapat

memperagakan suatu perilaku seperti keadaan

sebenarnya.

b) Prinsip metode simulasi

Metode simulasi memiliki beberapa prinsip, yaitu :

1) Sebelum melakukan simulasi diharapkan

memberikan petunjuk terlebih dahulu.

2) Semua siswa atau peserta harus ikut terlibat

langsung dan menjalankan perannya masing –

masing.

3) Dilakukan dalam bentuk kelompok dan

mendapatkan kesempatan yang sama.

4) Penentuan topik disesuaikan dengan tingkat

kemampuan kelas.

5) Simulasi harus menggambarkan situasi yang

lengkap.

6) Simulasi harus dapat memberikan ilmu pada

peserta. (Tukiran Taniredja, dkk, 2011)

c) Kelebihan metode simulasi

Menurut Tukiran Taniredja,dkk (2011), metode

simulasi memiliki beberapa kelebihan, yaitu :

1) Memvisualkan sesuatu yang abstrak.

2) Melatih peserta berpikir kritis.


19

3) Memungkinkan terjadinya interaksi antar

kelompok atau peserta.

4) Memungkinkan kegiatan eksperimen berlangsung

tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya.

5) Merupakan metode yang menyenangkan

6) Menimbulkan respon yang positif dari siswa yang

kurang motivasi

d) Langkah – langkah metode simulasi

Menurut Abdul Majid, 2013, langkah – langkah

dalam melakukan simulasi dibagi menjadi 3 tahap,

yaitu :

1) Tahap persiapan

a) Tetapkan topik dan tujuan yang akan

disimulasikan

b) Beri gambaran masalah dalam situasi yang

akan disimulasikan

c) Tetapkan pemeran yang akan terlibat dalam

simulasi

d) Beri kesempatan peserta untuk bertanya,

khususnya bagi para pemeran

2) Tahap pelaksanaan

a) Simulasi dimainkan dengan cara berkelompok

b) Pelatih seharusnya memberikan bantuan

kepada peserta yang mengalami kesulitan


20

c) Simulasi hendaknya dihentikan saat puncak,

hal ini bertujuan untuk mendorong peserta

untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah

yang sedang disimulasikan.

3) Tahap penutup / evaluasi

a) Lakukan diskusi kepada para peserta simulasi

b) Merumuskan kesimpulan

e) Bentuk metode simulasi

Menurut Abdul Majid, 2013, metode simulasi terdiri

dari beberapa jenis , yaitu :

1) Role play

Merupakan suatu metode pembelajaran dari

simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi

peristiwa sejarah, aktual atau kejadian yang

mungkin akan muncul.

2) Psikodrama

Merupakan metode pembelajaran bermain peran

yang berkaitan untuk memecahkan masalah

psikologis, biasanya digunakan sebagai terapi.

3) Sosiodrama

Suatu metode pembelajaran bermain peran untuk

memecahkan masalah yang berkaitan dengan

fenomena sosial.
21

4) Permainan

merupakan metode dengan cara bermain peran,

berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu

melalui permainan dengan mematuhi peraturan

yang ditentukan.

2.2 Konsep Pengetahuan

2.2.1 Definisi Pengetahuan

Suatu proses menjadi “tahu” yang terjadi setelah individu

mengadakan penginderaan melalui 5 panca indera terhadap suatu objek

tertentu. Pada waktu melakukan penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang didapat melalui

indera penglihatan dan pendengaran. (Notoatmodjo, 2003)

2.2.2 Tingkatan Pengetahuan

Terbentuknya tindakan seseorang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan

orang tersebut. Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

(Notoatmodjo, 2007)

1. Tahu (know)

Maksud dari tahu adalah dapat mengingat suatu materi yang spesifik

yang telah dipelajari sebelumnya. Tingkatan tahu ini merupakan

tingkatan yang paling rendah. Cara mengukur bahwa seseorang tahu

tentang apa yang dipelajari adalah dengan menyebutkan,

mengidentifikasi, menguraikan, menyatakan dan sebagainya.


22

2. Paham (comprehention)

Paham adalah suatu kemampuan untuk dapat menjelaskan secara

benar dan dapat menginterprestasikan secara benar tentang sesuatu

yang telah dipelajari. Individu yang yang telah paham akan suatu

objek atau materi dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, menafsirkan tentang sesuatu yang telah

dipelajarinya.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi merupakan kemampuan untuk dapat menggunakan materi

yang telah dipelajari pada kondisi atau keadaan yang sebenarnya.

Materi yang dapat diaplikasikan disini seperti rumus, hukum –

hukum prinsip, metode dan sebagainya.

4. Analisis (analysis)

Analisis merupakan kemampuan untuk menyatakan materi ke dalam

komponen – komponen tapi masih dalam satu struktur tersebut dan

masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (syntesis)

Sintesis merupakan kemampuan untuk menghubungkan atau

melaksanakan bagian – bagian di dalam suatu materi keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis merupakan kemampuan untuk

menyusun sesuatu yang baru dari sesuatu yang telah ada.


23

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu objek. Kriteria yang dievaluasi dapat

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.

2.2.3 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoadmojo, 2003, cara memperoleh pengetahuan adalah

sebagai berikut :

1. Cara kuno

a. Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini adalah cara yang paling tua, bahkan sebelum ada

peradaban. Cara ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan itu gagal, maka dicoba kemungkinan lain sampai

masalah tersebut dapat diselesaikan.

b. Cara kekuasaan atau otoritas.

Cara ini menggunakan peran dari pihak yang berperan penting di

masyarakat baik formal ataupun non-formal, kepala

pemerintahan, ahli agama dan sebagainya tanpa menguji terlebih

dahulu atau membuktikan kebenaran dari pengetahuan tersebut

baik berdasarkan fakta empiris maupun penalarannya sendiri.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Cara memperoleh pengetahuan melalui masa lalu adalah dengan

mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi di masa lalu.


24

2. Cara modern

Cara modern ini biasa disebut dengan penelitian ilmiah atau

metodologi penelitian. Awal mula metode ini dikembangkan oleh

Francis Bacon (1561 - 1626) dan dikembangkan lagi oleh Deobold

Van Daven

2.2.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Dewi dan

Wawan, 2010 adalah :

1. Pendidikan

Pendidikan memiliki peranan penting dalam perubahan

perilaku untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Semakin tinggi

pendidikan yang ditempuh maka diharapakan tingkat pengetahuan

seseorang bertambah banyak sehingga mudah dalam menerima

pengetahuan yang baru.

2. Usia

Usia juga sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan

individu karena semakin bertambahnya usia maka tingkat berfikir

individu tersebut juga akan semakin bijak dan intelektual.

3. Pekerjaan

Pekerjaan tidak kalah penting dalam tingkat pengetahuan

individu, karena seseorang yang bekerja akan lebih banyak

pengalaman dan juga pengetahuan berbeda dengan seseorang yang

tidak bekerja.
25

4. Pengalaman

Pengalaman ikut berperan penting dalam bertambahnya

pengetahuan, pengalaman digunakan untuk mencari kebenaran dari

suatu pengetahuan dan memecahkan masalah di masa lalu.

5. Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan atau penyuluhan pada masyarakat

merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan pengetahuan.

Diharapkan dengan adanya pendidikan kesehatan pada masyarakat

dapat merubah stigma masyarakat tentang pengetahuan tentang

sesuatu hal.

6. Media masa

Seiring berkembangnya zaman berdampak pada banyaknya

media massa yang beraneka ragam yang dapat diakses oleh siapapun

dan kapanpun . Hal ini merupakan salah satu faktor yang mendukung

bertambahnya pengetahuan individu.

7. Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang terdapat dalam masyarakat

mampu mempengaruhi sikap masyarakat dalam menerima pengetahuan.

Hal ini dilakukan masyarakat tanpa melalui penalaran, apakah nantinya

hal tersebut akan berdampak positif atau negatif dan secara tak disadari

akan menambah pengetahuan masyarakat.

2.2.5 Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006), pengetahuan individu dapat diketahui dengan

skala yang bersifat kualitatif, yaitu :


26

1. Baik : hasil presentase 76 – 100 %

2. Cukup : hasil presentase 56 – 75 %

3. Kurang : hasil presentase <56 %

2.3 Konsep Anak Usia Sekolah

2.3.1 Definisi anak usia sekolah

Anak usia sekolah menurut definisi WHO (World HealtH

Organization) yaitu golongan anak yang berusia 7-15 tahun, sedangkan

di Indonesia lazimnya anak berusia 7-12 tahun. Wooldridge (2005

dalam Indriya, 2011) menyebutkan bahwa anak usia sekolah dapat

dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu kelompok middle

childhoold dan kelompok preadolescence. Kelompok middle

childhoold adalah kelompok anak yang berusia antara 5-10 tahun

sedangkan kelompok preadolescence adalah anak yang berusia antara

9-11 tahun untuk anak perempuan dan usia 10-12 tahun untuk anak

laki-laki.

Notoatmodjo (1983 dalam Ditta, 2012) membagi anak usia

sekolah menjadi tiga kelompok, yaitu masa kelas rendah, masa kelas

tiga, dan masa pueral. Masa kelas rendah sekolah dasar umumnya

memiliki sifat kecenderungan untuk memuji diri sendiri,

membandingkan dirinya dengan teman, patuh terhadap peraturan, dan

jika tidak mampu menyelesaikan suatu masalah maka hal tersebut akan

dianggap menjadi tidak penting.

Anak usia 9-12 tahun mempunyai ciri rasa ingin tahu yang tinggi,

ingin belajar dan realistis, timbul minat kepada pelajaran - pelajaran


27

khusus. Pada usia tersebut anak akan lebih mudah untuk menangkap

informasi melalui aplikasi atau praktik. Maka dari itu anak pada usia

tersebut lebih mudah diberikan informasi dengan metode simulasi

(Izzaty, 2008).

2.4 Konsep Bencana

2.4.1 Definisi Bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat

yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun

faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa

manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

psikologis. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara

lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,

angin topan dan tanah longsor. Bencana non alam adalah bencana yang

diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa non alam yang

antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan

wabah penyakit.

2.4.2 Jenis Bencana

2.4.2.1 Bencana alam

1. Gempa Bumi

Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi

pada permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar


28

lempeng bumi, patahan aktif, aktivitas gunung api atau

runtuhan batuan.

2. Letusan Gunung Api

Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik

yang dikenal dengan istilah “erupsi”. Bahaya letusan gunung

api dapat berupa awan panas, lontaran material (pijar), hujan

abu lebat, lava, gas racun, tsunami, dan banjir lahar.

3. Tsunami

Tsunami berarti gelombang ombak lautan. Tsunami adalah

serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul

karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bui.

4. Tanah Longsor

Tanah longsor adalah salah satu jenis gerakan massa tanah

atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau

batuan penyusun lereng.

5. Banjir

Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya

suatu daerah atau daratan karena volume air yang meningkat.

6. Banjir Bandang

Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba

dengan debit air yang besar yang disebabkan terbendungnya

aliran sungai pada alur sungai.

7. Kekeringan
29

Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah

kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan

ekonomi dan lingkungan. Adapun yang dimaksud kekeringan

di bidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi di lahan

pertanian yang ada tanaman (padi, jagung, dan lain-lain) yang

sedang dibudidayakan

8. Kebakaran

Kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat

seperti rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-

lain dilanda api yang menimbulkan korban dan/atau kerugian.

9. Angin Puting Beliung

Angin puting beliung adalah angin kencang yang datang

secara tiba-tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar

menyerupai spiral dengan kecepatan 40-50 km/jam hingga

menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu

singkat (3-5 menit).

10. Abrasi

Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga

gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi

biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai

akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan

alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa

disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut

sebagai penyebab utama abrasi.


30

2.4.2.2 Bencana non alam

1. Kecelakaan industri

Kecelakaan industri adalah kecelakaan yang disebabkan oleh

dua faktor, yaitu perilaku kerja yang berbahaya (unsafe

human act) dan kondisi yang berbahaya (unsafe conditions).

Adapun jenis kecelakaan yang terjadi sangat tergantung pada

pada macam industrinya, misalnya bahan dan peralatan kerja

yang dipergunakan proses kerja, kondisi tempat kerja, bahkan

pekerja yang terlibat didalamnya.

2. Kejadian Luar Biasa (KLB)

Kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau

meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang

bermakna secara epidermilogis pada suatu daerah dalam

kurun waktu tertentu.

Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri

Kesehatan RI No.949/MENKES/SK/VII/2004.

3. Konflik Sosial

Konflik sosial adalah suatu gerakan massal yang bersifat

merusak tatanan dan tata tertib sosial yang ada, yang dipicu

oleh kecemburuan sosial, budaya dan ekonomi yang biasanya

dikemas sebagai pertentangan antar suku, agama, ras.


31

2.4.3 Definisi Bencana Banjir

Menurut Act International Network, Banjir adalah peristiwa

meluapnya air yang mengenangi permukaan tanah, dengan ketinggian

melebihi batas normal. Banjir umumnya terjadi pada saat aliran air

melebihi volume air yang dapat ditampung dalam sungai, danau, rawa,

drainase, tanggul, maupun saluran air lainnya pada selang waktu

tertentu.

2.4.4 Penyebab Banjir

Banjir disebabkan oleh dua faktor, yaitu:

a. Faktor Alam

1. Curah hujan tinggi

2. Badai

3. Naiknya permukaan air laut dan sungai yang dipengaruhi oleh

pemanasan global

4. Kondisi geografis yang lebih rendah dari permukaan laut

b. Faktor Manusia

1. Sampah yang menyumbat saluran air

2. Berkurangnya daerah resapan air karena pemukiman dan

penggundulan hutan

3. Pendangkalan dasar sungai dan penyempitan daerah aliran sungai

4. Rusak atau kurangnya infrastruktur pengendali banjir


32

5. Banjir juga dapat disebabkan oleh rusak/jebolnya tanggul

penahan air. Intensitas hujan yang tinggi meningkatkan pasokan

air di sungai dan dapat merusak tanggul, terutama bila kondisi

infrastruktur tanggul tidak terpelihara dengan baik.

2.4.5 Jenis Banjir

a. Banjir Sungai

Banjir sungai adalah banjir yang terjadi di dataran rendah yang

dilalui oleh aliran sungai. Banjir akibat luapan sungai dapat terjadi

selama berminggu – minggu. Kondisi ini diperburuk oleh

pendangkalan aliran sungai oleh sedimentasi, sampah, dan

penggunaan bantaran kali untuk pemukiman.

b. Banjir Pantai

Banjir pantai adalah banjir yang terjadi karena meluapnya air laut di

daerah sekitar pantai. Meluapnya air laut dapat disebabkan oleh

angin atau badai, pemanasan global yang menyebabkan naiknya

permukaan air laut, pengerukan pasir pantai, dan rusaknya ekosistem

pantai.

c. Banjir Bandang

Banjir bandang adalah jenis banjir yang datang secara cepat akibat

hujan yang sangat lebat. Adakalanya banjir bandang meluas ke

bantaran sungai dan mengakibatkan jebolnya tanggul maupun

bendungan. Banjir bandang sangat berbahaya dan banyak

menimbulkan korban jiwa karena dapat menghanyutkan semua

benda yang dilaluinya.


33

d. Banjir Kota

Banjir kota adalah banjir yang terjadi di wilayah perkotaan karena

berkurangnya lahan kosong untuk menyerap air hujan dan sistem

drainase yang buruk.

2.4.6 Akibat Banjir

Banjir dapat mengakibatkan :

a. Timbulnya berbagai macam penyakit seperti ISPA, penyakit kulit,

leptospirosis, DBD, bahkan kehilangan nyawa

b. Harta benda rusak atau hilang terseret banjir

c. Lumpuhnya perekonomian karena aktivitas normal terganggu

d. Lumpuhnya sarana umum seperti jalan yang sulit dilalui, kantor-

kantor pelayanan masyarakat, rumah sakit, sekolah dan tempat

lainnya sulit dicapai

e. Erosi atau pengikisan tanah

f. Rusaknya lingkungan yang terdampak banjir

2.4.7 Kesiapsiagaan Bencana Banjir

a. Peringatan dini bahaya banjir

1. Perhatikan cuaca di sekitar tempat tinggal Anda dan selalu

membaca informasi ketinggian air dari pintu air dan papan

informasi yang terpasang di sekitar Anda atau dari berita cuaca

dan banjir di TV atau radio


34

2. Cari informasi ketinggian air dari petugas pintu air atau aparat

kelurahan di mana Anda tinggal

3. Dengarkan alat sistem peringatan dini (sirine, pengeras suara,

kentongan, bel, dll) untuk melakukan tindakan - tindakan sesuai

dengan yang diminta petugas atau aparat kelurahan, RW atau RT

setempat

b. Upaya kesiapsiagaan bencana banjir

1. Buatlah rencana penanggulangan banjir bersama dengan teman

sekelas dan guru

2. Pahamilah daerah rawan bencana di sekitar anda

3. Buatlah jalur evakuasi di sekitar tempat anda

4. Pastikan sungai, pantai dan saluran-saluran air di sekitar tempat

tinggal Anda bebas dari sampah dan sedimentasi

5. Pastikan ketersediaan daerah sumber resapan air di lingkungan

Anda

6. Bersihkanlah lingkungan anda salah satunya tidak membuang

sampah sembarangan dan sering membersihkan selokan

7. Tentukan tugas yang harus dilakukan teman sekelas saat terjadi

banjir

8. Ketika tanda – tanda banjir akan muncul, beritahu seluruh

anggota keluarga Anda

9. Pindahkan barang berharga dan persediaan makanan ke tempat

yang lebih tinggi


35

10. Laporkan kepada regu penyelamat jika ada orang berkebutuhan

khusus, ibu hamil, orang lanjut usia, orang sakit atau anak-anak

di lingkungan Anda

11. Simpan dokumen penting seperti KTP, buku bank, ijazah, surat

tanah, dll dalam bungkus kedap air dan disimpan di tempat

tinggi

12. Siapkan perlengkapan darurat dalam tempat yang mudah

dijangkau dan dibawa

13. Pastikan HP atau alamat komunikasi yang lain dengan baterai

yang terisi penuh dan siap digunakan setiap saat

14. Dapatkan informasi balai pengobatan di sekitar rumah anda

yang masih buka dan siap melayani bila dibutuhkan

15. Tentukan tugas yang harus dilakukan anggota keluarga saat

banjir

2.5 Pengaruh Pendidikan kesehatan dengan Metode Simulasi terhadap

Pengetahuan tentang Kesiapsiagaan Bencana Banjir.

Pendidikan kesehatan dapat diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan

terencana yang bertujuan untuk mengubah perilaku seseorang maupun

kelompok sehingga dapat meningkatkan pengetahuan serta pemahaman

individu maupun kelompok dalam bidang kesehatan (Mubarak dkk, 2007)

Dengan adanya pendidikan kesehatan diharapkan dapat membangun

suatu budaya keselamatan dan ketahanan khususnya untuk anak-anak dan

generasi muda Pendidikan Siaga Bencana perlu lebih lanjut dikembangkan

pada tingkat pendidikan dasar. Belajar dari pengalaman tentang kejadian


36

bencana alam yang besar dan berbagai bahaya yang ada di Indonesia maka

dipandang perlu untuk mengajarkan kepada anak-anak tentang Siaga Bencana

Sekolah (Pribadi, 2008).

Dalam pendidikan kesehatan diperlukan metode dalam memberikan

pendidikan, salah satunya dengan metode simulasi. Metode simulasi adalah

suatu cara peniruan karakteristik – karakteristik atau perilaku – perilaku

tertentu didunia riil sehingga para peserta latihan dapat berealisasi seperti

pada keadaan sebenarnya. Dengan demikian, metode ini akan lebih efektif

diterapkan pada anak usia sekolah. Karena metode ini menggunakan role

playing atau bermain peran maka anak usia sekolah akan lebih mudah untuk

memahami materi pendidikan kesehatan yang diberikan (Maulana, 2009).

Sehingga diharapkan dengan memberikan pendidikan kesehatan

dengan metode simulasi diharapkan anak usia sekolah dapat lebih mudah

untuk memahami materi yang diberikan dan mampu meningkatkan

pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana banjir pada anak usia sekolah.


37

2.6 Kerangka Konsep

Tingkat pengetahuan :
1. Baik (76-100%)
2. Cukup (56-75%)
Faktor yang mempengaruhi 3. Kurang (<56%)
pengetahuan siswa:
a. Pendidikan
b. Usia Pengetahuan kesiapsiagaan
Siswa kelas 4 dan 5
Pendidikan Kesehatan bencana banjir
SDN 03 pujiharjo c. Pekerjaan
d. pendidikan kesehatan
Metode : Metode :
e. Lingkungan Simulasi
Simulasi Role play
f. Sosial budaya
- Ceramah Psikodrama
- Seminar Sosiodrama
- Bermain peran permainan
- dll

Keterangan:
: diteliti : tidak diteliti

Bagan 2.1 : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Tentang Kesiapsiagaan Bencana Banjir Siswa Kelas 4 dan 5
Sekolah Dasar, (Studi di SDN 03 Pujiharjo).
38

Penjelasan Kerangka Konsep

Siswa kelas 5 mempunyai ciri rasa ingin tahu yang tinggi, ingin belajar

dan realistis, timbul minat kepada pelajaran - pelajaran khusus. Anak mengalami

pertumbuhan fisik dan perkembangan dan psikologis pada masa ini. Semua

kejadian ingin diselidiki dengan tekun dan penuh minat. Banyak keterampilan

mulai dikuasai dan kebiasaan-kebiasaan tertentu mulai dikembangkan. Sekolah

memberikan pengaruh yang sistematis oleh karena itu perlu diberikan pendidikan

kesehatan kepada anak usia sekolah agar mereka tahu dan memahami tentang

suatu pengetahuan. Dalam penelitian kali ini, peneliti akan memberikan

pendidikan kesehatan tentang kesiapsiagaan bencana banjir dengan metode

simulasi. Metode simulasi adalah suatu cara peniruan karakteristik – karakteristik

atau perilaku-perilaku tertentu dari dunia riil sehingga para peserta latihan dapat

berealisasi seperti pada keadaan sebenarnya. Sehingga diharapkan anak akan

mengerti tentang kesiapsiagaan bencana. Dalam proses pendidikan kesehatan

nantinya akan diukur tingkat kemampuan anak tersebut apakah baik, cukup, dan

kurang.

2.7 Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara terhadap permasalahan

penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. (Arikunto, 2012)

Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya dengan

seksama serta menetapkan anggapan dasar, maka lalu membuat suatu teori

sementara, yang kebenarannya masih perlu diuji (dibawah kebenaran). Ini lah

hipotesis peneliti harus berpikir bahwa hipotesisnya itu dapat diuji.


39

Selanjutnya peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis ini. Peneliti

mengumpulkan data-data yang paling berguna untuk membuktikan hipotesis.

Berdasarkan data yang terkumpul, peneliti akan menguji apakah hipotesis

yang dirumuskan dapat naik status menjadi tesa, atau sebaliknya, tumbang

sebagai hipotesis, apabila tidak terbukti.

H0: tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode simulasi

terhadap pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana banjir pada siswa kelas

4 dan 5 di SDN Pujiharjo 03.

H1: ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode simulasi terhadap

pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana banjir pada siswa kelas 4 dan 5 di

SDN Pujiharjo 03.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian one group pretest-posttest desain

merupakan rancangan yang dilakukan dengan menggunakan seluruh siswa –

siswi dikelas 4 dan 5 SDN Pujiharjo 03. Kemudian dilakukan prestest (01)

pada kelompok eksperimen tersebut, dan di ikuti intervensi perlakuan (X)

pada kelompok eksperimen. Setelah diberi intervensi, dilakukan posttest

pada kelompok eksperimen (Notoatmodjo, 2008).

R (Kel. Eksperimen) O1 X O2

Ket :

O1 : pretest sebelum dilakukan pendidikan kesehatan

X : dilakukan pendidikan kesehatan

3.2 Waktu Dan Tempat

Penelitian ini dilakukan selama 2 hari, pada tanggal 15 dan 16 Februari

2017 dilakukan penelitian pada kelompok di SDN Pujiharjo 03 bertempat di

halaman sekolah.

40
41

3.3 Kerangka Kerja

POPULASI
Memakai populasi target, yaitu seluruh siswa Kelas 4 dan 5 SDN Pujiharjo
03 dan SDN yang berjumlah 51 siswa

SAMPEL
Siswa Kelas 4 dan 5 SDN Pujiharjo 03 yang hadir dalam penelitian
(accidental sampling)

TEHNIK SAMPLING
Purposive Sampling

DESAIN PENELITIAN
One group pretest-posttest group

PRETEST
Pretest pada kelompok

PERLAKUAN
Kelompok diberikan perlakuan berupa kegiatan simulasi

POSTEST
Posttes pada kelompok

PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA


Editing, Coding, dan Tabulating. Uji statistik menggunakan Uji Wilcoxon
dan SPSS versi 16

KESIMPULAN
Jika P > 0,05 maka Ho diterima artinya tidak ada pengaruh
Jika P < 0,05 maka H1 ditolak artinya ada pengaruh

Bagan 3.1 Kerangka Kerja


42

3.4 Desain Sampling

3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas 4 dan 5 SDN

Pujiharjo 03 yang berjumlah 51 siswa.

3.4.2 Sampel

Sampel merupakan objek yang akan diteliti dan dianggap mewakili

dari seluruh populasi dari penelitian (Notoatmodjo, 2012).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan siswa kelas 4 dan 5 di

SDN Pujiharjo 03 yang hadir dalam penelitian (Accidental Sampling)

Adapun kriteria untuk menjadi sampel meliputi :

a. Kriteria inklusi

1. Siswa kelas 4 dan 5 SDN Pujiharjo 03

2. Siswa hadir dalam penelitian

b. Kriteria eksklusi

1. Siswa yang sedang sakit

2. Siswa tidak bersedia menjadi responden

3. Siswa yang kurang lancar menulis berhitung

3.4.3 Teknik sampling

Cara penentuan sampel, besar sampel dan berapa sampel yang akan

diambil (Nanang Martono, 2010). Penelitian ini menggunakan

Purposive sampling

.
43

3.5 Identifikasi Variabel

Variabel merupakan ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota –

anggota dari kelompok yang berbeda dengan yang dimliki oleh kelompok

lain (Notoatmodjo, 2012).

3.5.1 Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen atau bebas adalah variabel yang mempengaruhi

variabel dependen atau terikat (Notoatmodjo, 2012).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan

metode simulasi.

3.5.2 Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen atau terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh

varabel independent atau bebas (Notoatmodjo, 2012)

Dalam penelitian kali ini, variabel dependennya adalah pengetahuan

tentang kesiapsiagaan bencana banjir.


3.6 Definisi Operasional

Identifikasi
Definisi Operasional Indikator Alat Ukur Skala Ukur Skoring
Variabel

Suatu proses penyampaian Materi pendidikan kesehatan yang - - -


Variabel informasi atau materi dengan diberikan:
bebas: cara menirukan peran dan 1.penyebab banjir
Pendidikan karakteristik seperti keadaan
sesungguhnya 2.Akibat banjir
kesehatan
dengan 3. Peta rawan resiko bencana
metode
simulasi. 4.Peringatan dini bahaya banjir
5.Upaya kesiapsiagaan banjir

Variabel Segala sesuatu yang Kuesioner menjawab pertanyaan Kuisioner Ordinal Kriteria :
terikat: diketahui siswa tentang hal tentang kesiapsiagaan bencana
yang harus disiapkan banjir: 1. Baik 76-100%
Pengetahuan sebelum terjadinya bencana 1.Penyebab banjir 2. Cukup 56-75%
kesiapsiagaan banjir 3. Kurang <56
bencana banjir 2.Akibat banjir (Arikunto, 2006)
3. Peta rawan resiko bencana
4.Peringatan dini bahaya banjir
5.Upaya kesiapsiagaan banjir

Tabel 3.1 Definisi Operasional

44
3.7 Pengumpulan Data dan Analisa Data

3.7.1. Proses Pengumpulan Data

Setelah mendapatkan surat permohonan ijin penelitian dari

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen, SDN Pujiharjo 03 kelas 4

dan 5 yang berjumlah 51 siswa. Penelitian ini berlangsung selama 2

hari yaitu pada tanggal 15 Februari 2017 dan 16 Februari 2017.

Tanggal 15 Februari 2017 dilakukan pretest berupa pemberian

koesioner sebanyak 15 soal pada para siswa di dalam kelas 4 dan 5

SDN Pujiharjo 03. Kemudian pada tanggal 16 Februari 2017

diberikan pendidikan kesehatan dengan metode simulasi selama 30

menit. Selanjutnya peneliti membagi 51 siswa menjadi kelompok

kecil dengan jumlah 10 siswa. Kemudian dilakukan simulasi

kesiapsiagaan bencana sebelum dan saat terjadi bencana secara

bersama – sama. Setelah selesai dilakukan pengukuran pengetahuan

siswa tentang kesiapsiagaan bencana banjir dengan memberikan

koesioner sebanyak 15 soal (postest).

3.7.2. Instrument Pengumpulan Data

Instrument penelitian adalah alat – alat yang akan digunakan

untuk pengumpulan data. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan alat pengumpulan data kuisioner. Dalam lembar

kuisioner berisi pertanyaan – pertanyaan tentang kesiapsiagaan

bencana banjir (Notoatmodjo, 2005).

3.7.3. Uji Validasi Dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

45
46

Validitas merupakan indeks yang menunjukkan alat ukur

itu benar – benar mengukur apa yang diukur. Demikian pula

kuesioner sebagai alat ukur harus mengukur apa yang diukur,

perlu diuji dengan uji korelalasi antara skor (nilai) tiap item

(pertanyaan) dengan skor total kuesioner tersebut. Apabila telah

memiliki validitas berarti semua item (pertanyaan) yang ada di

dalam kuesioner itu mengukur konsep yang kita ukur

(Notoadmodjo, 2012). Peneliti menggunakan rumus korelasi

produk moment atau Pearson correlation dan setelah itu menguji

t lalu melihat penafsiran dari indeks korelasinya. Uji validitas ini

dilakukan dengan bantuan komputer program windows SPSS

versi 16. Uji validitas dikatakan valid apabila nilai signifikasinya

kurang dari 0,05.

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

xy = jumlah perkalian antara variabel X dan variabel Y

x2 = jumlah dari kuadrat nilai X

y2 = jumlah dari kuadrat nilai Y

(x)2 = jumlah nilai X kemudian dikuadratkan

(y)2 = jumlah nilai Y kemudian dikuadratkan

b. Uji reliabilitas
47

Setelah validitas terukur, maka selanjutnya perlu mengukur

reliabilitas data, apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak.

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan bantuan program

windows SPSS versi 16. Menurut Sugiyono (2012) tingkat

reliabilitas umumnya dapat diterima pada nilai sebesar 0,70. Uji

relibiliras dengan nilai conbrach alpha dibawah 0,70 dianggap

tidak reliabel. Nilai conbrach’s alpha semakin mendekati nilai 1

tingkat reliabelnya semakin baik.

3.8 Teknik Analisa Data

3.8.1. Editing

Seluruh data yang dianggap memenuhi syarat dipakai sebagai data

dalam penelitian dan siap diolah. Data memenuhi syarat bila semua

lembar identitas diisi sesuai dengan petunjuk pengisian.

3.8.2. Coding

Coding adalah pemberian kode yakni mengubah data berbentuk

kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo,

2012).

a. Kode penilaian kuesioner

Kode 0 : salah

Kode 1 : benar

b. Kode jenis kelamin


48

Kode L : laki-laki

Kode P : perempuan

c. Kode umur

Kode U1 : 9 Tahun

Kode U2 : 10 Tahun

Kode U3 : 11 Tahun

Kode U4 : 12 Tahun

3.8.3. Tabulating

Tabulasi data, baik tabulasi data mentah maupun tabel kerja untuk

menghitung data tertentu secara statistik. Untuk ini peneliti

melakukan tabulasi data menurut kriteria tertentu agar pengujian

hipotesis mudah dilakukan (Notoatmodjo, 2005).

a. Klasifikasi

pengetahuan bisa diketahui dan diinterpretasikan dengan skala

yang bersifat kualitatif (Arikunto, 2006), yaitu:

baik : hasil prosentase 76 – 100%

cukup : hasl prosentase 56 – 75%

kurang : hasil prosentasi <56%

3.9 Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa deskriptif (univariat) digunakan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan variabel – variabel yang akan diteliti. Dalam hal ini

digunakan untuk mendeskripsikan variabel pengaruh sebelum dan

sesudah diberikannya pendidikan kesehatan.


49

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan antara

dua variabel. Dalam penelitian ini peneliti ingin menganalisis pengaruh

pendidikan kesehatan dengan metode simulasi terhadap pengetahuan

tentang kesiapsiagaan bencana banjir. Analisis yang digunakan untuk

melihat dua variabel tersebut adalah korelasi Wilcoxon match pair test

digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang

berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal.

3. Uji Normalitas

Untuk menentukan apakah statistik dalam penelitian ini benar-

benar statistic parametrik atau tidak maka diperlukan suatu uji

normalitas. Apabila data berdistribusi normal maka statistik penelitian

merupakan statistik parametris. Uji normalitas dalam penelitian ini

Menggunakan uji kolgromov test.

4. Uji Homogenitas

Untuk menentukan rumus t-test, yang akan dipilih untuk

melakukan uji hipotesis maka akan dilakukan uji varians antara kedua

sampel apakah kedua sampel tersebut homogeny atau tidak. Pengujian

homogenitas varians dilakukan dengan Menggunakan uji varians

Lavene’s test. Jika uji varians menghasilkan nilai p >0,05, maka varians

data yang diuji adalah sama.


50

3.10 Penarikan Kesimpulan

a. Jika P < 0,05 maka H0 ditolak yang artinya ada pengaruh pengetahuan

kesiapsiagaan bencana banjir sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan

b. Jika P > 0,05 maka H1 diterima artinya tidak ada pengaruh pengetahuan

kesiapsiagaan bencana banjir sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan.

3.11 Etika Penelitian

3.11.1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Setelah mendapatkan ijin melakukan penelitian di SDN Pujiharjo 03,

peneliti kemudian melakukan survei lapangan dan pendekatan pada

kesiswaan. Lembar persetujuan responden diberikan kepada calon

responden dengan tujuan supaya subyek dapat mengerti dan

memahami tentang tujuan serta dampak pengumpulan data. Jika

subyek bersedia menjadi responden maka subyek diharuskan

menandatangani lembar persetujuan sebagai responden.

3.11.2. Anonimity (Tanpa nama)

Nama Subyek dicantumkan pada lembar pengumpulan data, tetapi

tidak dicantumkan pada hasil penelitian. Untuk mengetahui

keikutsertaan subyek, peneliti menuliskan kode pada masing –

masing lembar pengumpulan data.

3.11.3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah didapatkan dari subyek dijamin

oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan


51

pada hasil penelitian dengan menjaga responden dan nilai-nilai

keyakinan dari responden.

3.11.4. Justice And Inclusiveness (keadilan dan keterbukaan)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan

kejujuran, keterbukaan dan kehati – hatian. Untuk itu lingkungan

penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip

keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip

keadilan ini menjamin bahwa semua objek penelitian memperoleh

perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan gender,

agama, etnis, dan sebagainya. Pada penelitian ini peneliti akan

memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol, hal itu

dilakukan setelah penelitian ini selesai dilaksanakan (Notoatmodjo,

2010
52

Anda mungkin juga menyukai