Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ANALISIS SINTESIS TINDAKAN RELAKSASI NAFAS


DALAM PADA NY S

DI KLINIK GRIYA MEDIKA UTAMA KARANGANYAR


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik KMB

Dosen Pengampu : Noerma Shovie Rizqiea S. Kep., Ns., M. Kep

Disusun Oleh :

Nama : Vika Septia Nur Annisa

NIM : SN20126

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN AKADEMIK

2020 / 2021
ANALISIS SINTESIS TINDAKAN

Analisis Sintesis Tindakan Relaksasi Nafas Dalam Pada Ny S

Di Klinik Griya Medika Utama Karanganyar

Hari : Rabu

Tanggal : 3 Februari 2021

Jam :10.30 WIB

A. Keluhan Utama

Pasien mengatakan pusing berputar-putar

B. Diagnosis medis

Vertigo

C. Diagnosis keperawatan

Nyeri akut b.d agen pencedera biologis

D. Data yang mendukung diagnosis keperawatan

DS : Pasien mengatakan pusing

P : Kecapekan

Q : Berputar-putar

R : Kepala

S : Skala nyeri 5

T : Terus menerus

DO : TD: 140/80 mmHg

N : 20 x/ menit
HR : 98 x/ menit

S : 36,2 ° C

E. Dasar pemikiran

Vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere, yang berarti memutar. Vertigo
adalah suatu perasaan gangguan keseimbangan. Vertigo seringkali dinyatakan
sebagai rasa pusing, sempoyongan, rasa melayang, badan atau dunia
sekelilingnya berputar-putar dan berjungkir balik. Vertigo disebabkan karena
alat keseimbangan tubuh tidak dapat menjaga keseimbangan tubuh dengan
baik (Darmawansyah, 2020).

F. Prinsip tindakan keperawatan

Fase Orientasi

1. Mencuci tangan

2. Memperkenalkan diri

3. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

4. Memastikan identitas

5. Menanyakan kesediaan

Fase kerja

1. Mengatur posisi klien dengan nyaman (duduk/berdiri)

2. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan 1 tangan di  abdomen

3. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik napas dalam melalui


hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)

4. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen

5. Meminta pasien menahan nafas sehingga 3 hitungan


6. Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut
bibir seperti meniup)

7. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dari kontraksi dari


otot

8. Menjelaskan kepada pasien untuk melakukan latihan ini bila mengalami


sesak nafas/nyeri

9. Merapikan pasien

Fase terminasi

1. Mengevaluasi respon pasien

2. Membereskan alat & mencuci tangan

3. Melakukan dokumentasi

G. Analisis tindakan

Terapi relaksasi telah terbukti meredakan nyeri , mengurangi kecemasan,


menurunkan ketegangan otot. Mekanisme pereda nyeri dengan terapi
relaksasi telah dijelaskan dalam kaitannya dengan teori kontrol gerbang nyeri.
Teori kontrol gerbang nyeri mendalilkan bahwa perubahan atau modifikasi
impuls nyeri yang ditransmisikan dari reseptor saraf tepi ke otak dapat
menghasilkan sedikit atau tidak ada persepsi nyeri. Substansia gelatinosa,
sekelompok sel padat di sepanjang sumsum tulang belakang, dianggap
sebagai tempat penyumbatan transmisi. Saat 'terbuka', area ini memungkinkan
transmisi sensasi nyeri mencapai tanduk dorsal sumsum tulang belakang.
Faktor emosional dan kognitif diduga mempengaruhi transmisi sensorik ini.
Ketakutan, kecemasan, perhatian pada rasa sakit, pengalaman masa lalu, dll.,
Semuanya mempengaruhi respons rasa sakit dengan bertindak pada sistem
kontrol gerbang . Terapi relaksasi dianggap mempengaruhi perubahan
kognitif dan emosional ini sehingga memberikan pereda nyeri. Melzack dan
Chapman mengemukakan bahwa gangguan perhatian dari tempat yang
menyakitkan, pengurangan kecemasan dan pengembangan rasa kendali atas
rasa sakit melalui terapi relaksasi dapat membantu mengurangi perasaan
berbahaya. Relaksasi juga membantu mengurangi ketegangan otot dan mental
sehingga mengurangi stimulasi simpatis pada hipotalamus. Ini memodulasi
produksi opioid endogen dalam sistem saraf yang pada gilirannya mengurangi
penyebaran impuls nyeri. Pengurangan kecemasan dan pengembangan rasa
kontrol atas rasa sakit melalui terapi relaksasi dapat membantu mengurangi
perasaan berbahaya. Relaksasi juga membantu mengurangi ketegangan otot
dan mental sehingga mengurangi stimulasi simpatis pada hipotalamus. Ini
memodulasi produksi opioid endogen dalam sistem saraf yang pada
gilirannya mengurangi penyebaran impuls nyeri. Pengurangan kecemasan dan
pengembangan rasa kontrol atas rasa sakit melalui terapi relaksasi dapat
membantu mengurangi perasaan berbahaya (Ju, dkk, 2019).

H. Bahaya dilakukannya tindakan

Tidak ada efek yang muncul jika dosis/ jumlah pemberian intervensi tidak
sesuai dan keselahan pemberian tindakan

I. Tindakan keperawatan lain yang dilakukan Hasil yang didapatkan


setelah dilakukan tindakan

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas


nyeri

2. Kolaborasi pemberian analgetik

J. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan tindakan

S : Pasien mengatakan pusing

P : Kecapekan

Q : Berputar-putar

R : Kepala
S : Skala nyeri 5

T : Terus menerus

O : TD : 140/ 80 mmHg

N : 98x/ menit

RR : 20x/ menit

S : 36,2 ° C

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

- Memberikan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri

K. Evaluasi

Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik

L. Daftar pustaka / referensi

Darmawansyah, I. 2020. Manajemen Resiko Jatuh Pada Pasien Vertigo.


Jurnal Ners Muda Vol 1, No.1

Ju, et al. 2019. Efficacy of relaxation therapy as an effective nursing


intervention for post-operative pain relief in patients undergoing
abdominal surgery: A systematic review and meta-analysis.
Experimental and therapeutic medicine 18: 2909-2916

Mengetahui,
Mahasisawa praktikan Pembimbing Klinik/CI

(Vika Septia Nur Annisa) (.......................................)

Anda mungkin juga menyukai