Anda di halaman 1dari 1

Latar Belakang

Data World Health Organization (WHO) yang diterbitkan pada 2010


menyebutkan bahwa kanker merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit
kardiovaskuler (Depkes, 2012). Masalah kanker merupakan salah satu penyakit
yang banyak menimbulkan kesengsaraan dan kematian pada manusia. Saat ini
kanker menempati peringkat kedua penyebab kematian setelah penyakit jantung
(Ghofar, 2009).

Kanker payudara adalah tumor ganas yang sering menyerang jaringan


payudara. Ciri-ciri dari kanker payudara yaitu adanya rasa sakit pada payudara,
benjolan pada payudara semakin membesar, kulit payudara meneriput seperti kulit
jeruk dan terkadang keluar cairan atau darah dari putting susu (Romito et al,
2012). Selain itu, kanker payudara merupakan jenis payudara yang sering
menimbulkan luka dari pada jenis kanker lainnya (Lund-Nielsen, 2011).

Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau di rasakan


dengan jelas oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam
keadaan lanjut. Hasil penelitian Anggorowati (2012), Surbakti (2013) dan Fitoni
(2014), menunjukan bahwa wanita dengan riwayat keluarga pernah menderita
kanker payudara lebih berisiko terkena kanker payudara dibandingkan wanita
yang tidak ada riwayat kanker payudara pada keluarga. Ketika seseorang
menderita penyakit ini akan sangat berdampak bagi aspek psikologis penderita,
yaitu perubahan citra tubuh, konsep diri, hubungan social dan lainnya (Costa-
Requena, Rodriguez dan Fernandez-Ortega, 2013; Romito, et al, 2012; Sarafino
dan Smith, 2012)

Menurut hasil penelitian Siburian (2012) dan Husni (2015), dukungan


keluarga mempunyai peranan yang sangat penting untuk meningkatkan kesehatan
anggota keluarga sehingga dapat meningkatkan harga diri penderita atau pasien
tersebut. Adapun penelitian selaras yang menyatakan juga bahwa semakin baik
dukungan keluarga maka semakin berkurang tingkat kecemasan pasien kanker
payudara karena dengan dukungan keluarga menjadi hal sangat penting dalam
memberikan motivasi positif dan meminimalkan rasa cemas (Nurpeni, 2014).

Anda mungkin juga menyukai