Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fikih Lembaga Keuangan Syariah
Dosen Pengampu : Gina Sakinah, S.E.Sy., M.E
Disusun Oleh :
Hasbi Abdul Al-Wahhab Kh (1173070063)
Hestiani Fauziyah (11730700…)
Hilman Muhamad Ihsan (11730700…)
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Akad Salam Menurut Fikih Dalam Lembaga Keuangan Syariah”
ini, Pada makalah ini Penulis banyak mengambil dari berbagai sumber dan
refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak. oleh sebab itu, dalam kesempatan ini
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari
sempurna, untuk itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
4 Lihat, kitab Min Fiqhil Mu’âmalat, Syaikh Shâlih Ali fauzân, hlm. 148
5 Nihâyatul Muhtâj Syarhu Minhâjit Thâlibîn, ar-Ramli. Lihat, kitab Buhûts Fiqhiyyah Fi
Qadhâyâ Iqtishâdiyah al-Mu’âshirah, 1/183
6 Buhûts Fiqhiyyah Fi Qadhâyâ Iqtishâdiyah al-Mu’âshirah, 1/183
sebagai bukti kepercayaan. Namun hal ini perlu bukti pembayaran yang
sah berupa kwitansi atau catatan yang ditandatanagani penerima uang.7
b. Landasan Syari’ah
Landasan syari’ah transaksi ba’i as-salam terdapat dalam Al-Qur’an dan
Al-Hadits.
Al-Qur’an
َم ْن اَ ْسلَفَ فِ ْي َشي ٍْئ فَفِ ْي َك ْي ٍل َم ْعلُوْ ٍم َو َو ْز ٍن َم ْعلُوْ ٍ\م اِلَى اَ َج ٍل َم ْعلُوْ ٍم
“Barang ssiapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan
dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka
waktu yang diketahui.”8
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw
dating ke Madinah dimana mereka melakukan jual-beli As Salaf untuk
7 Moh Rifai, Konsep Perbankan Syari’ah, CV Wicaksana, Semarang 2002, hlm. 68-69.
8 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah: Dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,
2001,hlm. 108.
penjualan buah-buahan dangan waktu satu tahun atau dua tahun. Kemudian
Rasululloh saw bersabda: “Siapa yang melakukan salaf, hendaknya
melakukannya dengan takaran yang jelas serta timbangan yang jelas pula,
sampai dengan batas waktu tertentu.”
Salam diperbolehkan oleh Rasululloh saw. Dengan beberapa syarat yang
harus dipenuhi. Tujuan utama dari jual beli salam yaitu untuk memenuhi
kebutuhan para petani kecil yang memerlukan modal untuk memulai masa
tanam juga untuk menghidupi keluarganya sampai waktu panen tiba.
Setelah pelarangan riba, mereka tidak bisa lagi mengambil pinjaman ribawi
untuk keperluan ini sehingga diperbolehkan bagi mereka untuk menjual
produk-produk pertaniannya dimuka.
Pertama, pembayaran. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik
berupa uang, barang, maupun manfaat, pembayaran harus dilakukan pada saat
kontrak disepakati serta pembayaran bukan dalam bentuk pembebasan utang.
Kedua, barang yang dibeli (dipesan) harus jelas cirinya dan dapat diakui sebagai
utang, harus jelas spesifikasinya, penyerahannya dilakukan kemudian, waktu dan
tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan, pembeli
tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya, dan tidak boleh menukar
barang kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan.
2.2 Produk Hukum Akad Salam di Lembaga Keuangan Bank dan Non
Bank
2.3 Implementasi Akad Salam dalam Perbankan
Bai’ As-Salam dapat diterapkan atau digunakan pada pembiayaan bagi
barang industri dengan jangka waktu relatif pendek dan bank tidak ada niat
untuk menjadikan barang-barang tersebut sebagai inventory (simpanan),
yakni persediaan atau barang jadi suatu perusahaan. Oleh karena itu,
dilakukanlah akad Bai’ As-Salam kepada pembeli kedua, misalnya kepada
Bulog, pedagang pasar induk atau grosir. Inilah yang dalam perbankan
Islam dikenal sebagai Salam Paralel.
Salam Paralel yang diterapkan dalam industri, jelasnya sebagai berikut :
Kalau Bai’ as-Salam diaplikasikan atau diterapkan pada pembiayaan barang
industri, misalnya produk garmen (pakaian jadi) yang ukuran barang
tersebut sudah diketahui umum, dengan cara saat nasabah mengajukan
permohonan pembiayaan untuk pembuatan pakaian jadi, bank
mereferensikan penggunaan produk tersebut. Hal ini berarti bank memesan
pembuatan pakaian jadi tersebut dan membayarnya pada waktu pengikatan
kontrak. Bank kemudian mencari pembeli kedua. Pembeli tersebut bisa saja
rekanan yang telah direkomendasikan oleh produsen garmen tersebut. Bila
garmen tersebut telah selesai diproduksi, produk tersebut diantarkan kepada
rekanan tersebut. Rekanan kemudian membayar kepada bank, baik secara
mengangsur maupun tunai.
DAFTAR PUSTAKA