Anda di halaman 1dari 10

SEMINAR KIMIA

DISUSUN OLEH

NAMA : BAIQ HESTI


YULIATIN NIM : E1M017009
KELAS : VII/A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM
2020
JUDUL

1. ANALISIS KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF KIMIA DITINJAU DARI


SIKAP ILMIAH DAN MINAT BELAJAR MAHASISWA UNIVERSITAS
MATARAM.
2. ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS KIMIA MAHASISWA
PENDIDIKAN KIMIA UNIVERSITAS MATARAM.
3. HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN
KEMAMPUAN LITERASI SAINS PADA MATERI LAJU REAKSI
MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA DI UNIVERSITAS MATARAM
ARGUMENTASI ILMIAH MASING-MASING JUDUL

“ANALISIS KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF KIMIA DITINJAU DARI SIKAP


ILMIAH DAN MINAT BELAJAR MAHASISWA UNIVERSITAS MATARAM”
A. Daya kompetitif suatu bangsa salahsatunya ditentukan oleh kreativitas sumber daya
manusianya. Kreativitas diperlukan pada setiap bidang kehidupan untuk mendesain
sesuatu, mengkreasi perubahan, menyelesaikan masalah yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup. Dengan demikian pendidikan harus diarahkan untuk
menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, disamping memiliki
budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. Kemampuan pemecahan masalah,
berpikir kritis dan berpikir kreatif merupakan hakekat tujuan pendidikan dan menjadi
kebutuhan bagi mahasiswa untuk menghadapi dunia nyata (Santyasa,2004)

Urgensi penelitian ini didukung oleh penelitian yang relevan dari Nursa’adah
(2016) yang menyatakan bahwa “keterampilan mahasiswa dalam memecahkan
masalah masih rendah. Mahasiswa sering mengalami kegagalan dalam memecahkan
masalah yang menuntut jawaban divergen. Mahasiswa cenderung menjawab
pertanyaan hanya dengan menggunakan satu cara saja atau sesuai dengan yang
dicontohkan dosen tanpa berusaha untuk mencari alternatif jawaban yang berbeda.
Tingkat kegigihan mahasiswa dalam memecahkan masalah masih rendah sehingga
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif mereka. Kedua, Sikap Ilmiah
mahasiswa masih belum berkembang, hal ini terlihat dari rasa ingin tahu tentang alam
semesta masih sedikit, masih gegabah dalam menyelesaikan permasalahan dan dalam
penarikan kesimpulan belum didukung bukti-bukti yang kuat. Ketiga, minat belajar
mahasiswa pada mata kuliah Kimia Dasar II masih rendah. Hal ini tampak pada
beberapa indikator, yaitu mahasiswa hanya memanfaatkan sumber informasi yang
terbatas, mahasiswa jarang bertanya selama proses pembelajaran dan jarang
mendiskusikan materi yang telah dipelajari, indikator lainnya adalah waktu belajar di
kelas dengan durasi yang cukup panjang terkadang membuat mahasiswa tidak dapat
mempertahankan semangatnya selama pembelajaran, selain itu mahasiswa cenderung
memanfaatkan waktu yang ada di kampus tanpa harus mengembangkan materi
tambahan untuk memperluas wawasan mahasiswa di luar jam kuliah”.
Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mengenai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif. Perkembangan berpikir kreatif pada
mahasiswa dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor
yang berasal dari mahasiswa contohnya : kecerdasan, bakat, ketahanmalangan
(Adversity Quotient), minat, dan sikap. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal
dari luar mahasiswa seperti lingkungan keluarga, kampus dan masyarakat. Tidak
banyak yang telah melakukan penelitian tersebut, Oleh karena itu diperlukan
penelitian lebih lanjut terkait dengan analisis kemampuan berfikir kreatif mahasiswa
kimia ditinjau dari sikap ilmiah dan minat belajar, khususnya pada mahasiswa
pendidikan kimia di universitas mataram,.
“ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS KIMIA MAHASISWA PENDIDIKAN
KIMIA UNIVERSITAS MATARAM”.

B. Pendidikan pada abad 21 diharapkan mampu membentuk manusia yang sadar akan
sains dan teknologi seutuhnya. Pendidikan seperti itu dapat menjadi jembatan yang
menghubungkan individu dengan lingkungannya ditengah-tengah era globalisasi yang
semakin berkembang. Salah satu yang harus dilakukan adalah mengembangkan
potensi melalui bidang pendidikan sains. Ilmu sains sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan
masalah-masalah yang dapat diidentifikasi. Permasalahan di dalam kehidupan dapat
dipecahkan jika seseorang mempunyai literasi sains.

Urgensi penelitian mengenai Analisis kemampuan literasi sains mahasiswa


pendidikan Kimia ini, terkait dengan adanya penelitian yang relevan, penelitian dari
Faisal (2013) Hubungan penulisan jurnal belajar berbasis literasi sains terhadap hasil
belajar siswa SMAN 2 Mataram , menyatakan bahwa kurangnya kemampuan siswa
dalam literasi sains disebabkan pembelajaran sains belum dilaksanakan sesuai hakikat
sains. Rendahnya literasi sains atau literasi kimia diindonesia bisa dtitingkatkan
dengan perbaikan dibidang pendidikan. Calon pendidik ( Mahasiswa Pendidikan )
adalah salah satu komponen penting dalam bidang pendidikan, karena calon pendidik
merupakan cikal bakal pengajar atau guru yang nantinya akan membantu peserta
didik mengembangkan literasi kimia. Sejauh ini belum banyak yang melakukan
penelitian Analisis kemampuan literasi sains kimia, khususnya Pada Mahasiswa
pendidikan Kimia Universitas Mataram.
“HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN
LITERASI SAINS MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA DI UNIVERSITAS
MATARAM “
C. Pada abad 21 ini, kemampuan literasi tidak hanya sekadar membaca dan menulis,
namun melibatkan keterampilan berpikir yang membuat mereka literate dalam
belajar, termasuk dalam pembelajaran sains. Kemampuan berliterasi peserta didik
berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan membaca yang berujung pada
kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif.
Keterampilan berpikir kritis (Critical Thinking) merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi kemampuan literasi sains. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Abruscato (2012) yang menyebutkan tujuan utama pendidikan sains adalah
membentuk manusia yang memiliki kreativitas, berpikir kritis, menjadi warga
negara yang baik, dan menyadari karir yang luas. Oleh karena itu, pembelajaran
sains saat ini mengarahkan peserta didik menjadi literat terhadap sains, sehingga
berimplikasi terhadap peserta didik yang harus memiliki kemampuan berpikir kritis
dan pemecahan masalah.
Urgensi penelitian mengenai hubungan antara keterampilan berpikir kritis
dan kemampuan literasi sains ini, ada beberapa penelitian relevan pada beberapa
tahun terakhir. Hasil analisis yang dilakukan oleh Rasmawan (2017) menunjukkan
bahwa Keterampilan berpikir kritis mahasiswa prodi pendidikan kimia semester V
memiliki rata-rata skor sebesar 195,38 yang berada pada kategori kurang. Sehingga,
sejauh ini belum banyak informasi yang memberikan data tentang keterkaitan antara
keterampilan berpikir kritis dan kemampuan literasi sains pada pembelajaran kimia.
Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan
hubungan antara keterampilan berpikir kritis dan kemampuan literasi sains
khususnya pada materi Laju reaksi.
LITERATUR (JURNAL) PENDUKUNG MASING-MASING JUDUL

NO. JUDUL JURNAL NAMA PENELITI HASIL DAN PEMBAHASAN

1. ANALISIS NURSA’ADAH. Berdasarkan hasil analisis data SPSS versi


KEMAMPUAN 2016. 16.0 dapat diketahui bahwa Adversity
BERPIKIR Jurnal Formatif 6(3): Quotient memiliki hubungan dengan
KREATIF KIMIA 197-206. Kemampuan berpikir kreatif kimia yang
DITINJAU DARI ISSN: 2088-351X ditandai dengan perolehan hasil pengujian
ADVERSITY hipotesis nilai sig=0,012 dan thitung =
QUOTIENT, SIKAP 2,595 sedangkan t tabel = 1,999 karena
ILMIAH nilai sig < 0,05 dan thitung > ttabel, , maka
DAN MINAT H0 tidak dapat diterima, berarti H1
BELAJAR diterima. Artinya, terdapat pengaruh yang
signifikan variabel Adversity Quotient
terhadap kemampuan berpikir kreatif kimia
(Y). Berdasarkan hasil analisis data SPSS
versi 16.0 terlihat bahwa nilai sig = 0,646
dan thitung = -0,461 sedangkan ttabel =
1,999 karena nilai sig > 0,05 dan thitung <
ttabel, maka H0 diterima, berarti H1 tidak
dapat diterima. Artinya, tidak terdapat
pengaruh yang signifikan variabel sikap
ilmiah terhadapkemampuan berpikir kreatif
kimia (Y). Berdasarkan hasil analisis data
SPSS versi 16.0 terlihat bahwa nilai sig =
0,508 dan thitung = -0,666 sedangkan
ttabel = 1,999 karena nilai sig > 0,05 dan
thitung < ttabel, maka H0 diterima, berarti
H1 tidak dapat diterima. Artinya, tidak
terdapat pengaruh yang signifikan variabel
minat belajar terhadapkemampuan berpikir
kreatif kimia (Y). dari penelitian ini
disimpulkan bahwa Terdapat pengaruh
antara Adversity Quotient, Sikap Ilmiah
dan Minat Belajar secara bersama-sama
terhadap kemampuan berpikir kreatif
kimia.

2. KEMAMPUAN Nur Ajeng. 2017 . Hasil perhitungan menunjukkan bahwa


BERFIKIR KREATIF JPE 6 (3) (2017) : didapatkan nilai 𝑧= 1.971 dengan
DALAM 267 – 276 𝑧𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙=1.645. Karena 𝑧≥𝑧0,5−𝛼 atau
PEMBELAJARAN 1.971 ≥ 1.645, yang berarti proporsi siswa
MODEL Connecting yang diajar dengan pembelajaran model
Organizing Reflecting CORE mencapai KKM lebih dari sama
Extending DITINJAU dengan 75 dengan tuntas klasikal lebih dari
DARI KECERDASAN 75%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai
EMOSIONAL kemampuan berpikir kreatif matematis
pada pembelajaran model CORE mencapai
ketuntasan belajar secara klasikal. Nilai
kemampuan berpikir kreatif matematis
dengan pembelajaran model CORE
mencapai ketuntasan klasikal lebih dari
75%, kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa dengan pembelajaran
model CORE lebih baik daripada model
ekspositori, dan terdapat pengaruh positif
kecerdasan emosional siswa terhadap
kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa sebesar 80,2%.

3. PENGARUH Haslidia. 2019. Berdasarkan data, terlihat bahwa skor


KONSEP DIRI , PRISMA 2 :737-747 konsep diri lebih banyak pada kategori
MINAT BELAJAR ISSN 2613-9189 sedang. Rata-rata skor angket konsep diri
DAN SIKAP ILMIAH siswa yaitu 77,74 termasuk pada kategori
SISWA TERHADAP sedang. skor minat siswa lebihbanyak pada
HASIL BELAJAR kategori sedang. Rata-rata skor angket
minat siswa yaitu 71,97 termasuk pada
kategori sedang. skor sikap ilmiah siswa
lebih banyak pada kategori sedang. Rata-
rata skor angket minat siswa yaitu 74,96
termasuk pada kategori sedang. skor hasil
belajar matematika siswa lebih banyak
pada kategori sedang. Rata-rata skor hasil
belajar matematika siswa yaitu 46,84
termasuk pada kategori sedang

4. Pengaruh Model Eka Nurul Berdasarkan hasil penelitian dan


Pembelajaran Inkuiri Qomaliyah, Sukib, I pembahasan, maka dapat disimpulkan
Terbimbing Berbasis Nyoman Loka. 2016. bahwa penerapan model Inkuiri terbimbing
Literasi Sains Terhadap Jurnal pijar Mipa. berbasis literasi sains setelah dikendalikan
Hasil Belajar Materi XI (2) : 105-109 oleh kovariabel (variabel pretest)
Pokok Larutan berpengaruh positif terhadap hasil belajar
Penyangga materi pokok larutan penyangga pada kelas
XI SMAN 1 Gunungsari tahun ajaran
2015/2016.
5. Literasi Kimia A. Sujana*, A. Berdasarkan uraian yang telah
Mahasiswa Pgsd Dan Permanasari, W. dikemukakan di atas, diketahui bahwa
Guru Ipa Sekolah Sopandi, A. literasi kimia mahasiswa PGSD dan guru
Dasar Pada Tema Mudzakir. 2014. SD terutama pada tema udara belum sesuai
Udara Jurnal dengan harapan. Masih banyak diantara
pendidikan IPA. 3 mereka yang literasi kimianya masih
(1) : 5-11 rendah, meskipuan sudah tercapai. Ini
dibuktikan dengan sedikitnya dari mereka
yang telah mencapai literasi kimia, bahkan
untuk guru SD, ternyata literasi kimia
mereka masih sangat rendah
6. Membelajarkan Ms Hernani, Ahmad Kekuatan dari model pembelajaran
Konsep Sains-Kimia Mudzakir, Siti berbasis STL untuk materi sains-kimia
Dari Perspektif Sosial Aisyah. 2009. Jurnal SMP. yang telah dikembangkan adalah
Untuk Meningkatkan P.Mipa. 13(1). dapat meningkatkan kemampuan siswa
Literasi Sains Siswa pada keseluruhan aspek yang dituntut dari
Smp literasi sains. Sedangkan kelemahannya
adalah diperlukannya waktu yang lebih
banyak untuk persiapan pembelajaran
maupun pelaksanaan pembelajaran,
Tanggapan siswa terhadap model
pembelajaran berbasis STL yang
dikembangkan sangat positif, karena dapat
meningkatkan minat dan motivasi untuk
mempelajari sains secara lebih mendalam.

Anda mungkin juga menyukai