Anda di halaman 1dari 11

BAB V

ALTERNATIF INVESTASI

5.1 Pendahuluan

Bab ini membahas topik yang berkaitan dengan nilai uang terhadap waktu yang
berhubungan dengan pengambilan keputusan dalam suatu proyek. Pokok bahasan dalam
topik ini meliputi 4 metoda perhitungan dalam pengambilan keputusan diantara beberapa
alternatif proyek. Pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan perhitungan
dengan menggunakan 4 metoda perhitungan dalam mengambil keputusan untuk memilih
diantara beberapa alternatif proyek yang didasarkan pada ukuran keuangan/ekonomi

5.2 Metoda Perhitungan Alternatif

Untuk mengambil suatu keputusan, apakah suatu rencana proyek akan dijalankan
/ dilaksanakan atau tidak yang didasarkan pada ukuran keuangan/ekonomi, diperlukan
suatu analisa perhitungan yang jelas. Ada beberapa metode perhitungan yang dapat dipakai
sehubungan dengan adanya rencana dan alternatif proyek yang biasa digunakan oleh
pengambil keputusan antara lain :

1. Metode Ongkos Tahunan


2. Metode Harga Sekarang (Net Present Value)
3. Metode Benefit Cost Ratio (B/C)
4. Metode Rate of Return

5.2.1 Metode Ongkos Tahunan

Metode Ongkos Tahunan adalah metode yang menggunakan besaran


ongkos/biaya tahunan dari alternatif proyek atau rencana proyek yang akan dijalankan.
Metode ini digunakan untuk membandingkan biaya tahunan diantara beberapa alternatif
proyek yang ada. Misalnya sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pekerjaan
tambang/galian menghadapi beberapa pilihan, apakah akan membeli Loader baru Type A
atau Type B atau memperbaiki loadernya yang sudah rusak (C) ?

Data mengenai Loader yang dimaksudkan diperlihatkan pada tabel halaman


berikut ini :

V -1
Tabel. 5.1 Data Peralatan
Jenis Loader
Uraian
Type A Type B Type C
Biaya Permulaan Rp. 1.000.000.000 Rp. 1.200.000.000 Rp. 500.000.000
Umur pakai 10 tahun 10 tahun 5 tahun
Nilai sisa Rp. 700.000.000 Rp. 800.000.000 Rp. 300.000.000
Biaya operasional / tahun Rp. 250.000.000 Rp. 200.000.000 Rp. 275.000.000
Tingkat suku bunga 10% 10% 10%
Penyelesaian :
Setiap permasalahan, langkah pertama yang harus dilakukan dalam penyelesaian adalah
membuat diagram aliran dana seperti yang diperlihatkan pada gambar 5.1 Diagram Aliran
Dana di bawah ini :
S = 0,7 M
ALTERNATIF A i = 10% Penerimaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A A A A A A A A A A
A = 0,25 M Pengeluaran

P=1M
S = 0,8 M
ALTERNATIF B i = 10% Penerimaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A A A A A A A A A A
A = 0,2 M Pengeluaran

P = 1,2 M
S = 0,3 M
ALTERNATIF C i = 10%
Penerimaan
1 2 3 4 5

A A A A A
A = 0,275 M Pengeluaran

P = 0,5 M
Gambar 5.1 Diagram ALiran Dana

Selanjutnya masing-masing alternatif dianalisa dengan metoda ongkos tahunan pada


halaman berikut ini :

V -2
Alternatif A :
Biaya permulaan P = Rp. 1 M, dihitung menjadi nilai ongkos tahunan sebagai A1
Biaya operasional pertahun sudah diketahui, sebagai A2 = 0,25 M
Penerimaan dari nilai sisa (S) dihitung menjadi penerimaan tahunan, sebagai A3
Sehingga besarnya biaya tahunan A = A1 + A2 – A3
A1 = P (A/P,10%, 10) = Rp. 1.000.000.000 (0,1627) = Rp. 162.700.000
A3 = S (A/F,10%, 10) = Rp. 700.000.000 (0,0627) = Rp. 43.890.000
A = A1 + A2 – A3
A = Rp. 162.700.000 + Rp. 250.000.000 – Rp. 43.890.000 = Rp. 368.810.000
Jadi ongkos tahunan dari alternatif A sebesar : Rp. 368.810.000
Alternatif B :
Biaya permulaan P = Rp. 1,2 M, dihitung menjadi nilai ongkos tahunan sebagai A1
Biaya operasional pertahun sudah diketahui, sebagai A2 = 0,2 M
Penerimaan dari nilai sisa (S) dihitung menjadi penerimaan tahunan, sebagai A3
Sehingga besarnya biaya tahunan A = A1 + A2 – A3
A1 = P (A/P,10%, 10) = Rp. 1.200.000.000 (0,1627) = Rp. 195.240.000
A3 = S (A/F,10%, 10) = Rp. 800.000.000 (0,0627) = Rp. 50.160.000
A = A1 + A2 – A3
A = Rp. 195.240.000 + Rp. 200.000.000 – Rp. 50.160.000 = Rp. 345.080.000
Jadi ongkos tahunan dari alternatif B sebesar : Rp. 345.080.000
Alternatif C :
Biaya permulaan P = Rp. 0,5 M, dihitung menjadi nilai ongkos tahunan sebagai A1
Biaya operasional pertahun sudah diketahui, sebagai A2 = 0,275 M
Penerimaan dari nilai sisa (S) dihitung menjadi penerimaan tahunan, sebagai A3
Sehingga besarnya biaya tahunan A = A1 + A2 – A3
A1 = P (A/P,10%, 5) = Rp. 500.000.000 (0,2638) = Rp. 131.900.000
A3 = S (A/F,10%, 5) = Rp. 300.000.000 (0,1638) = Rp. 49.140.000
A = A1 + A2 – A3
A = Rp. 131.900.000 + Rp. 275.000.000 – Rp. 49.140.000 = Rp. 357.760.000
Jadi ongkos tahunan dari alternatif C sebesar : Rp. 357.760.000
Ketiga Analisa ongkos tahunan menunjukkan bahwa alternatif B yang lebih ekonomis.

V -3
5.2.2 Metode Harga Sekarang (Net Present Value)

Metode Harga Sekarang adalah metode yang menggunakan perhitungan besaran


nilai/ harga sekarang semua pengeluaran dan penerimaan. Metode ini digunakan untuk
membandingkan biaya sekarang diantara beberapa alternatif proyek yang ada. Sebagai
contoh perhitungan dengan metoda ini, kita selesaikan kembali Contoh permasalahan pada
metoda ongkos tahunan pada halaman depan. Perhatikan kembali gambar 5.1 Diagram
aliran dana untuk selanjutnya kita akan hitung semua pengeluaran dan penerimaan ke awal
tahun (Saat sekarang = P).
Alternatif A :
Biaya permulaan P = Rp. 1 M, sebagai pengeluaran P1
Biaya operasional A = 0,25 M, dihitung menjadi pengeluaraan awal tahun, sebagai P2
Penerimaan dari nilai sisa (S) dihitung menjadi penerimaan awal tahun, sebagai P3
Sehingga besarnya biaya sekarang P = P1 + P2 – P3
P2 = A (P/A,10%, 10) = Rp. 250.000.000 (6,1446) = Rp. 1. 536.150.000
P3 = S (P/F,10%, 10) = Rp. 700.000.000 (0,3855) = Rp. 269.850.000
P = P1 + P2 – P3
P = Rp. 1.000.000.000 + Rp.1.536.150.000 – Rp. 269.850.000 = Rp. 2.266.300.000
Jadi Harga sekarang dari alternatif A sebesar : Rp. 2.266.300.000
Alternatif B :
Biaya permulaan P = Rp. 1,2 M, sebagai pengeluaran P1
Biaya operasional A = 0,2 M, dihitung menjadi pengeluaraan awal tahun, sebagai P2
Penerimaan dari nilai sisa (S) dihitung menjadi penerimaan awal tahun, sebagai P3
Sehingga besarnya biaya sekarang P = P1 + P2 – P3
P2 = A (P/A,10%, 10) = Rp. 200.000.000 (6,1446) = Rp. 1. 228.920.000
P3 = S (P/F,10%, 10) = Rp. 800.000.000 (0,3855) = Rp. 308.400.000
P = P1 + P2 – P3
P = Rp. 1.200.000.000 + Rp.1.228.920.000 – Rp. 308.400.000 = Rp. 2.120.520.000
Jadi Harga sekarang dari alternatif B sebesar : Rp. 2.120.520.000
Alternatif C :
Untuk menganalisa alternatif C ini sangat diperlukan estimasi apakah data tentang kondisi
pembiayaan dalam tabel 5.1 akan tetap sama atau tidak setelah 5 tahun ?

V -4
5.2.3 Metode Benefit Cost Ratio (B/C)

Benefit Cost Ratio (B/C) adalah angka perbandingan antara harga sekarang dari seluruh
keuntungan atau manfaat (Benefit) dengan harga sekarang dari seluruh biaya (Cost).
Sebagian besar suatu proyek yang dianalisa dengan metode ini, terutama proyek
pemerintah yang lebih banyak bersifat pelayanan, umum. Permasalahn yang sukar dalam
menggunakan metode ini adalah oleh karena susahnya memberikan penilaian secara
kuantitatif atas berbagai factor yang sifatnya kualitatif. Besaran benefit cost ratio
dinyatakan dalam :
B/C < 1 ------- Kemungkinan proyek tidak akan dijalankan / dilaksanakan
B/C = 1 ------- Proyek kurang menguntungkan

Sebagai contoh analisa metoda ini yaitu sebuah proyek irigasi dibangun untuk mengairi
sawah seluas 5000 Ha dengan menghabiskan biaya Rp. 10 M. produksi padi pada tahun
pertama mencapai 3 Ton/Ha kemudian meningkat sebesar 0,45 Ton/Ha setiap tahunnya
selama 10 tahun pertama dan konstan pada 20 tahun berikutnya. Harga padi Rp. 200 /Kg
dan suku bunga sebesar 10%/tahun. Biaya pengolahan tanah dan pupuk Rp. 500.000
/Ha/tahun. Biaya pemeliharaan intensif sistim irigasi total Rp. 50.000.000 / tahun.
Hitunglah besarnya Benefit cost ratio dari proyek tersebut ?

Penyelesaian :
Perhitungan Biaya (Cost)
Biaya Pembangunan : Rp. 10 M
Biaya pengolahan tanah dan pupuk = Rp. 500.000 /Ha/Th x 5000 Ha = Rp. 2,5 M/Thn
Biaya pemeliharaan dan sistim irigasi = Rp. 50.000.000 / tahun = Rp. 0,05 M/Thn
Total = Rp. 2,55 M/Thn
Perhitungan Pendapatan / Penerimaan (Benefit):
Produksi padi = 3 ton/Ha x 5000 Ha = 15000 ton = 15000000 Kg
Pendapatan = 15000000 Kg x Rp. 200 / Kg = Rp 3 M (untuk tahun pertama)
Pendapatan tahun ke-2 ~ tahun ke-10 meningkat terus 0,45 Ton/Ha x 5000 Ha = 2250 Ton
= 2250000 x Rp 200 /Kg = Rp 0.45 M sehingga nilai pendapatan di tahun ke 11-20 adalah
sebesar Rp. 3 M + 9G = Rp. 3 M + 9 x Rp. 0,45 M = Rp. 7,05 M

V -5
Selanjutnya besarnya biaya dan pendapatan tersebut digambarkan dalam diagram aliran
dana sebagai berikut :

Penerimaan
A = Rp. 7,05 M
G = Rp. 0,45 M
Rp. 3 M
0 10 20 25
30

A = Rp. 2,55
M
Pengeluaran
Rp 10 M

Perhitungan Nilai sekarang seluruh biaya (Cost)


P Total = Rp. 10 M + Rp. 2,55 M (P/A,10%, 30 th)
= Rp. 10 M + Rp. 2,55 M (9,4269)
= Rp. 34.038.595.000
Perhitungan Nilai sekarang seluruh Pendapatan (benefit)
P1 = Rp. 3 M (P/A,10%,10 thn) = Rp. 3 M (6.1446) = Rp. 18.433.800.000
P2 = Rp. 0,45 M (P/G,10%,10 thn) = Rp. 0,45 M (22.8913) = Rp. 10.301.085.000
P3 = Rp. 7,05 M (F/A,10%,20 thn) (P/F,10%,30 Thn)
= Rp. 7,05 M (57,275) (0,0573) = Rp. 23.137.095.375
P total = P1 + P2 + P3
= Rp. 18.433.800.000 + Rp. 10.301.085.000 + Rp. 23.137.095.375
= Rp. 51.871.980.375

Rp. 51.871.980.375
Benefit Cost Ratio (B/C) = ――――――――― = 1,524
Rp. 34.038.595.000

V -6
5.2.4 Metode Rate of Return

Rate of Return adalah tingkat suku bunga dimana nilai sekarang dari aliran dana
bersih sama dengan nol. Dalam hal ini nilai sekarang dari semua pengeluaran sama dengan
nilai sekarang dari semua penerimaan. Metoda ini menghitung besarnya tingkat suku
bunga di awal periode. Perhitungan dengan metode ini, dikerjakan dengan sistim coba-
coba (Trial and Error) dimana dua atau lebih tingkat suku bunga diasumsikan kemudian
nilai aliran dana tahunan dihitung di awal periode dan tingkat pengembalian (rate of
return) diperoleh dengan cara interpolasi linier. Persamaan dasar metode ini dapat juga
dinyatakan sebagai berikut :

Bn - Cn
n
Σ N = 0
n=1
n
(1 + IRR)

Dimana :
n = Periode atau jangka waktu
B = Manfaat atau penerimaan (Benefit)
C = Biaya (Cost)
IRR = Internal Rate of Return
Contoh Perhitungan dengan metoda Rate of Return
Jika seseorang membeli tanah kapling dengan harga Rp. 20.000.000 dengan harapan
setelah 10 tahun dapat dijual seharga Rp. 50.000.000,
a). Berapakah internal rate of return (IRR) usaha ini ?
b). Berapakah IRR jika pemilik harus membayar pajak sebesar Rp.25.000 per tahun ?
Penyelesaian :
F = 50.000.000

Penerimaan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pembayaran
P = 20.000.000

V -7
Semua aliran dana dihitung pada awal tahun, asumsikan besarnya tingkat suku bunga
kemudian dilakukan suatu interpolasi. Seperti ccontoh sebagai berikut :
P cost = Rp. 20.000.000
P benefit = Rp. 50.000.000 (P/F,i,10 thn)
P benefit – P cost = 0
Rp. 50.000.000 (P/F,i,10 thn) - Rp. 20.000.000 = 0
Coba i = 9%, diperoleh dalam tabel (P/F,i,10 thn) = 0.4224
Sehingga Rp. 50.000.000 x 0,4224 - Rp. 20.000.000 = Rp. 1.120.000
Coba i = 10%, diperoleh dalam tabel (P/F,i,10 thn) = 0.3855
Sehingga Rp. 50.000.000 x 0,3855 - Rp. 20.000.000 = Rp. - 725.000
Hal ini berarti bahwa tingkat suku bunga berada diantara 9% - 10% berikut ini akan
dilakukan interpolasi mencari tingkat suku bunga yang sebenarnya (IRR)
725.000
IRR = 10% - ――――――――― ( 10% - 9%) = 9,607 %
1.120.000 + 725.000

Untuk menyelesaikan bagian b, diagram aliran dana akan berubah menjadi :


F = 50.000.000

Penerimaan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000

P = 20.000.000 Pembayaran

P cost = Rp. 20.000.000 + Rp. 25.000 (P/A,i,10 thn)


P benefit = Rp. 50.000.000 (P/F,i,10 thn)
P benefit – P cost = 0

Coba i = 9%,
P cost = Rp. 20.000.000 + Rp. 25.000 (6,4177) = Rp. 20.160.443
P benefit = Rp. 50.000.000 (0,4224) = Rp. 21.120.000
―――――――――――――――――――――――――――
P benefit – P cost = Rp. 959.558

V -8
Coba i = 10%,
P cost = Rp. 20.000.000 + Rp. 25.000 (6,1446) = Rp. 20.153.615
P benefit = Rp. 50.000.000 (0,3855) = Rp. 19.275.000
―――――――――――――――――――――――――――
P benefit – P cost = Rp. - 878.615

Dari hasil perhitungan, diperoleh tingkat suku bunga berada diantara 9% - 10% .
dan selanjutnya dari hasil interpolasi akan diperoleh tingkat suku bunga yang sebenarnya
(IRR) sebesar : 9,522 %.
Dari contoh yang telah diberikan, apabila tingkat suku bunga di bank diberikan sebesar
10% pertahun, maka usaha pembelian tanah ini tidak menarik. Hal ini disebabkan karena
IRR proyek < i Bank. Untuk investasi disarankan IRR proyek jauh lebih besar dari suku
bunga di bank.

5.3 Penutup

5.3.1 Kesimpulan

Ada beberapa metode perhitungan yang dapat dipakai sehubungan dengan


adanya rencana dan alternatif proyek yang biasa digunakan oleh pengambil keputusan
antara lain :

1. Metode Ongkos Tahunan


2. Metode Harga Sekarang (Net Present Value)
3. Metode Benefit Cost Ratio (B/C)
4. Metode Rate of Return

5.3.2 Soal - Soal


1. Sebuah Dump Truk dibeli dengan harga Rp. 250.000.000,- rencana pemakaian selama 6
tahun dan diperkirakan nilai sisa sebesar Rp. 100.000.000,- Biaya perawatan, pajak,
asusransi dan lain-lain diperkirakan Rp. 20.000.000 pada tahun pertama, Rp. 25.000.000,-
pada tahun kedua, dan seterusnya meningkat sebesar Rp. 5.000.000 tiap tahun pada tahun
tahun berikutnya. Hitunglah besar biaya tahunan dari mobil tersebut jika diperhitungkan
tingkat suku bunga 12% per tahun.
2. Estimator sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang persewaan alat-alat berat,
mengusulkan investasi alat berat yang diperkirakan akan berfungsi dengan baik selama 10

V -9
tahun. Alat tersebut dapat dibeli dengan harga $. 110.000,-. Perkiraan penerimaan aliran
dana dari alat tersebut sebesar $. 5.000,- pada tahun pertama, $. 9.000,- pada tahun ke-dua,
$. 13.000,- pada tahun ke-tiga dan seterusnya naik sebesar $. 4.000,- setiap tahunnya
sampai pada tahun ke 10.
a. Buatlah diagram aliran dana dari usulan investasi tersebut di atas dan hitunglah
Rate of Return usulan tersebut.
b. Jika diketahui tingkat suku bunga yang diberikan sebesar 10 % pertahun, buatlah
diagram aliran dana dan hitunglah Benefit Cost Ratio dari usulan tersebut

V - 10
V - 11

Anda mungkin juga menyukai