Anda di halaman 1dari 15

 Trading

 Eduspot

 More

 Artikel Inspirasi


o
o


o
o

MOVING AVERAGE
Mulai dari chapter ini Anda akan mempelajari indikator teknikal. Perlu Anda ketahui bahwa indikator teknikal
bukanlah alat yang bisa menjadikan Anda seperti cenayang. Indikator teknikal hanya membantu Anda untuk
mengenali potensi pergerakan harga.

Kali ini Anda akan mempelajari indikator teknikal yang bernama Moving Average. Moving average
(selanjutnya akan kita sebut sebagai MA) merupakan salah satu indikator tren yang cukup populer. Indikator ini
“memperhalus” pergerakan harga dalam rentang waktu tertentu, sehingga Anda dipermudah untuk mengenali
tren atau arah pergerakan harga secara umum. Mari kita lihat gambar berikut ini.
Gambar di atas adalah grafik 1 jam-an AUD/USD. Garis berwarna merah yang terlihat grafik tersebut adalah
salah satu contoh indikator moving average yang memiliki periode 50 (MA 50). Artinya, indikator tersebut
mengambil data harga dari 50 candlestick terakhir, lalu menggambarkannya sebagai garis yang Anda lihat itu.
Standar harga yang digunakan biasanya adalah harga penutupan (close), namun ada beberapa metode yang
menggunakan harga open, high, atau low. Namun kita tidak akan membahas hal tersebut kali ini.

Kembali ke gambar di atas, Anda bisa melihat bahwa MA bisa memperlihatkan kepada Anda tren yang sedang
berlangsung. Jika harga pada umumnya berada di bawah MA, maka tren saat itu adalah downtrend.

Sebaliknya, jika harga secara umum bergerak di atas MA, maka tren saat itu adalah uptrend. Dari contoh di atas
terlihat bahwa trend untuk AUD/USD pada grafik 1 jam-an (hourly) adalah turun (downtrend). Semakin curam
kemiringan MA tersebut, maka itu artinya tren yang terjadi semakin kuat. Dengan demikian, Anda bisa lebih
mudah memperkirakan potensi arah pergerakan selanjutnya.

MA juga bisa berfungsi sebagai support dan resistance. Istilahnya adalah support dan resistance dinamis
(dynamic support and resistance). Dinamakan demikian karena ia bergerak sesuai dengan pergerakan harga.
Pada saat uptrend, MA berfungsi sebagai support. Sebaliknya pada saat downtrend, MA berfungsi
sebagai resistance.

Oke, mungkin Anda sudah tidak sabar ingin segera mencicipi resep trading menggunakan MA ini. Sabar…
bahkan Utut Adianto juga belajar dasar-dasar catur dulu kok sebelum menjadi Grand Master. 🙂

Baiklah, kita akan segera melangkah lebih jauh lagi.

Dalam pembelajaran mengenai MA ini, Anda hanya akan membahas dua jenis MA yang populer saja, yaitu:

1. Simple Moving Average (SMA)


2. Exponential Moving Average ( EMA)

Anda akan mempelajari dasar-dasarnya dulu, baru nanti Anda akan pelajari strateginya. Oke, ini dia….

Simple Moving Average (SMA)


Simple Moving Average (SMA) ini merupakan MA yang paling sederhana. Ya, sesuai dengan namanya: simple.
Tapi jangan remehkan kemampuan si SMA yang sederhana ini, karena dengan penggunaan yang tepat ia pun
bisa menuntun Anda untuk mengenali pergerakan harga. Ingin belajar dalam bentuk video? Kunjungi channel
youtube kami berjudul Simple Moving Average.

Jika Anda menggunakan SMA 50 di grafik 1 jam-an, maka SMA 50 yang Anda lihat adalah hasil dari
penjumlahan 50 harga penutupan terakhir, lalu hasil penjumlahan itu dibagi lagi dengan 50. Dari perhitungan
itulah Anda bisa memperoleh nilai rata-rata dari harga penutupan dalam 50 jam terakhir.

Sudah dapat gambarannya kan? Oke, kita lanjutkan.

Seperti yang pernah disampaikan, pada prakteknya Anda tidak perlu susah-susah lagi menghitung SMA ini,
platform trading yang Anda gunakan sudah menyediakan alatnya. Lho, lalu mengapa repot-repot mempelajari
perhitungannya? Tujuannya hanya agar Anda memiliki gambaan mengenai apa sebenarnya SMA ini. Juga agar
Anda memiliki dasar jika nanti Anda ingin memodifikasi SMA ini sesuai dengan strategi Anda nantinya.

Seperti yang telah disampaikan di awal tadi: MA “memperhalus” pergerakan harga. Semakin besar periode yang
digunakan maka semakin “halus” pula MA yang dihasilkan. Semakin halus MA yang dihasilkan maka akan
semakin lambat ia bereaksi terhadap pergerakan harga.
Mari kita lihat perbandingan antara SMA 20 dengan SMA 50 berikut ini.

MA Sample

Nah, kelihatan kan? SMA 20 yang berwarna biru memiliki liukan-liukan yang lebih agresif dibandingkan
dengan SMA 50 yang berwarna merah. Ini menunjukkan bahwa SMA 20 yang memiliki periode lebih pendek
lebih cepat bereaksi terhadap pergerakan harga, sedangkan SMA 50 cenderung lebih lambat daripada SMA 20.
SMA 50 terlihat lebih “kalem”, tidak se-“liar” SMA 20.

Dengan mengamati kedua SMA di atas Anda bisa melihat bahwa pasar tengah dalam keadaan trending. Kedua
SMA yang Anda lihat pada grafik di atas menggambarkan arah tren secara umum, yaitu downtrend.
Pada topik yang lebih lanjut Anda akan mempelajari strategi penggunaan SMA ini, kelemahannya serta cara
mengantisipasi kelemahan SMA tersebut.

Exponential Moving Average (EMA)

Perhitungan EMA tidaklah sesederhana SMA. EMA memberikan bobot yang lebih dalam perhitungan harga
rata-rata dalam rentang waktu tertentu. Efeknya adalah EMA cenderung lebih sensitif terhadap pergerakan harga
, sehingga EMA bergerak sedikit lebih agresif daripada SMA.

Gambar di atas memperlihatkan SMA dan EMA yang diplot pada grafik yang sama. Periode yang digunakan
juga sama-sama 50 namun metode perhitungannya berbeda. MA yang berwarna biru adalah EMA, sedangkan
MA yang berwarna merah adalah SMA. Anda bisa melihat bahwa EMA 50 selalu lebih dekat kepada SMA 50.
Ini artinya EMA lebih merepresentasikan pergerakan harga (price action) daripada SMA. Dengan kata lain,
EMA lebih menggambarkan apa yang terjadi di pasar saat ini.

SMA atau EMA?

Mungkin sekarang Anda akan berteriak, “Jadi yang mana yang harus saya pakai? SMA atau EMA?” Hehe…
jangan bingung ya. EMA maupun SMA memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri. Kita bahas satu per satu.

Kalau Anda adalah trader yang agresif dan ingin menggunakan MA yang bereaksi cepat terhadap pergerakan
harga, maka EMA merupakan pilihan yang tepat. EMA bisa membantu Anda menangkap peluang lebih cepat
dibandingkan SMA. Dengan demikian profit yang bisa Anda dapatkan tentunya akan lebih besar pula. Namun
kekurangannya adalah Anda bisa saja terjebak oleh fake signal (sinyal palsu) yang diberikan oleh EMA.

Nah, SMA sendiri adalah kebalikan dari EMA. SMA bereaksi lebih lamban pada pergerakan harga daripada
EMA. Dengan demikian, peluang yang diberikan pun akan lebih lambat muncul. Artinya, profit yang dihasilkan
pun akan lebih kecil. Namun kemungkinan terjebak oleh fake signal lebih kecil.

Jadi pilih yang mana? Terserah Anda. Ya, benar-benar terserah Anda. Anda sudah tahu kekurangan dan
kelebihan masing-masing MA. Pilih yang sesuai dengan karakter Anda.

Penggunaan Moving Average  ( lihat Juga  video ” Strategi Forex – Trik Jitu Memanfaatkan Moving
Average dan Stochastic” )

Ingat selalu kalimat ini:

“JIKA HARGA SECARA UMUM BERGERAK DI ATAS MA, MAKA TREN YANG BERLANGSUNG
ADALAH UPTREND. SEBALIKNYA JIKA HARGA SECARA UMUM BERGERAK DI BAWAH MA,
MAKA TREN YANG BERLANGSUNG ADALAH DOWNTREND.”
Mudah kan? Inilah prinsip dasar penggunaan MA. Dengan demikian, berhati-hatilah jika harga bergerak
menembus MA (terjadi breakout), karena hal tersebut merupakan indikasi awal (bukan kepastian) bahwa
tren akan berubah arah.

Ingat juga bahwa pada saat uptrend strategi yang terbaik adalah Buy. Sebaliknya, pada saat downtrend strategi
yang terbaik adalah Sell.

Pada saat uptrend, MA bisa Anda pergunakan sebagai area referensi untuk buy. Sebaliknya, pada saat
downtrend, MA bisa Anda pergunakan sebagai area referensi untuk melakukan sell. Strategi yang biasanya
diterapkan adalah bounce trading.

Mari kita cermati gambar berikut ini:


MA Buy Strategy

Dalam gambar di atas terlihat indikator SMA 50 yang diplot pada grafik 1 jam-an. Terlihat bahwa harga
terkoreksi dan mendekati SMA 50 dan memantul. Dengan demikian Anda memperoleh konfirmasi bahwa
terjadi pantulan. Level stop loss yang terlihat di gambar adalah exit point berdasarkan support yang terdekat.
Level target yang diambil adalah resistance yang terdekat. Perlu diingat bahwa jika Anda akan melakukan buy
menggunakan MA, maka pastikan bahwa garis MA sedang menanjak (naik).

Kita lihat apa yang terjadi kemudian.


Ternyata bounce yang terjadi valid dan target Anda tercapai.

Pada strategi sell, yang dilakukan sebenarnya hanya kebalikan dari strategi buy. Ketika harga mengalami
pullback ke area MA, yang Anda lakukan adalah menunggu konfirmasi bounce untuk melakukan sell.
Perhatikan gambar di bawah ini.
MA Sell Strategy

Contoh di atas juga mempergunakan SMA 50. Yang pertama kali harus Anda perhatikan adalah apakah garis
SMA tersebut sedang turun. Ketika harga mengalami pullback ke area SMA, pastikan bahwa kemiringannya
SMA tetap ke bawah (turun). Dalam gambar di atas, kita melihat bahwa harga persis menyentuh garis SMA.
Memang ada false break, namun segera harga bergerak turun dan bergerak di bawah SMA. Keadaan ini
menggambarkan bahwa tekanan bearish lebih besar daripada bullish. Pada saat ini Anda boleh langsung
mengambil posisi sell dengan target di support terdekat dan stop loss di resistance terdekat.

Apa yang terjadi selanjutnya?


Ya… ya… sederhana memang, tapi ingat: tidak selamanya skenarionya seperti ini. Terkadang bounce yang
terjadi gagal dan harga malah berbalik dan menembus MA dengan sadisnya. Itulah sebabnya Anda
perlu menempatkan stop loss. Nantinya, dengan strategi ditambah manajemen resiko yang baik (akan
dipelajari nanti pada level yang lebih tinggi), strategi yang sederhana pun bisa menghasilkan profit yang
konsisten.
Nah, ada pengembangan dari penggunaan MA sebagai entry point. Salah satu pengembangan yang populer
adalah mengkombinasikan dua buah MA di dalam satu grafik. Kombinasi yang cukup populer adalah kombinasi
SMA 20 dan SMA 50. Strategi ini kita sebut sebagai “double MA”.
Double MA Strategy

Idenya adalah memanfaatkan celah yang merupakan area di antara dua MA (apakah nanti Anda akan
menggunakan SMA ataupun SMA, sama saja. Hanya saja dalam contoh ini kami menggunakan SMA). Dari
gambar di atas Anda bisa melihat bahwa sell dilakukan ketika harga masuk ke dalam area yang dimaksud.

Kalau Anda akan melakukan transaksi dengan strategi double MA maka minimal dua kondisi berikut harus
terpenuhi:

1. Kedua MA harus memiliki arah kemiringan yang sama. Jika akan BUY, maka kemiringan kedua MA
harus ke atas (naik). Sebaliknya, jika akan SELL, maka kemiringan kedua MA harus ke bawah (turun).
2. Harga sudah berada di dalam celah yang merupakan area di antara dua MA.
Contoh di bawah ini adalah menggunakan strategi double MA untuk melakukan Buy.

Double MA Buy Strategy

Oke, Anda sudah tahu bahwa celah MA tersebut bisa Anda manfaatkan untuk entry. Pertanyaannya kemudian
adalah: kapan persisnya Anda bisa buy atau sell?

Untuk sementara, Anda gunakan saja dulu area tersebut. Jadi ketika harga masuk dan candlestick ditutup di area
tersebut, maka pada saat itulah Anda melakukan transaksi. Nantinya, akan ada alat bantu tambahan yang bisa
membantu Anda untuk menentukan timing kapan harus melakukan aksi. Itu akan dipelajari di tingkat yang lebih
lanjut. Stay tune!
Double MA Crossover
Perpotongan antara dua MA bisa Anda jadikan sinyal atau indikasi awal bahwa tren akan berubah arah. Hal
tersebut juga bisa Anda pergunakan sebagai sinyal untuk entry.

Double MA Crossover Sell

Gambar di atas memperlihatkan SMA yang diplot di grafik 1 jam-an untuk currency pair GBP/USD. Pergerakan
dari tanggal 27 Mei 2011 hingga lebih kurang 31 Mei 2011 adalah naik. Sekitar tanggal 1 Juni 2011, terjadi
crossover (perpotongan) antara SMA 20 dan SMA 50. Setelah terjadi pullback sedikit, terlihat GBP/USD
meluncur turun mulai tanggal 1 Juni 2011 hingga 2 Juni 2011.

Jika Anda melakukan sell ketika kedua SMA itu berpotongan, maka pada tanggal 2 Juni Anda sudah
memperoleh setidaknya 100 pips. Yummy!
Kalau buy bagaimana? Sederhana saja, perpotongan dari bawah ke atas merupakan sinyalnya.

Double MA Crossover Buy

Perpotongan dua MA tersebut juga bisa Anda manfaatkan sebagai exit point jika Anda seandainya telah
melakukan Buy berdasarkan strategi double MA sebelumnya. Jadi, selain sebagai entry point, perpotongan dua
MA juga bisa digunakan sebagai exit point.

Kembali Ke: Fibonacci Retracement


Lanjut: Bollinger Bands
Indeks Kelas Dasar
Strategi Menggunakan Trendline
Fibonacci Retracement
Moving Average
Bollinger Bands
Commodity Channel Index (CCI)
Stochastic OScilator
Relative Strength Index (RSI)
Moving Average Convergence Divergence (MACD)
 About Us
 Keuntungan Anda
 Regulasi
 Deposit & Withdrawal
 Lokasi
 Forex Trading
 Komoditi
 Multilateral
 Belajar Forex
 Kamus Forex
 Analisa Forex
 Berita Forex
PT. International Mitra Futures
Jl. Sunda No. 57
Bandung 40112
Phone : 022 - 426 6000
Fax : 022 - 426 6001

Disclaimer: www.FOREXimf.com sebagai website resmi PT International Mitra Futures menyediakan informasi berdasarkan


sumber yang terpercaya, namun tidak bertanggung jawab atas segala bentuk risiko atau kerugian yang dialami secara langsung atau
tidak langsung atas keputusan yang diambil berdasarkan informasi tersebut.  
Kebijakan Privasi: FOREXimf.com (PT. International Mitra Futures) akan menyimpan beberapa informasi yang bersifat pribadi
dari pendaftaran demo dan live account di website FOREXimf.com. Informasi-informasi tersebut hanya digunakan untuk internal
PT. International Mitra Futures sendiri. FOREXimf.com (PT. International Mitra Futures) akan menjaga kerahasiaan dan tidak akan
memberikannya kepada pihak ke manapun kecuali kepada pihak otoritas negara bilamana diwajibkan oleh Undang-Undang yang
berlaku di Republik Indonesia. 
Hak cipta © 2015 FOREXimf.com (PT. International Mitra Futures).
 Regulasi
 Disclaimer
 Privacy Policy
 Blog

Anda mungkin juga menyukai