Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DASAR

“KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR: PPOK”

Untuk Memenuhi Tugas Praktik Belajar Klinik 1

Dosen Pembimbing:

Wildan Akasya, S.Kep.,Ns,M.Kep

Di susun oleh:

RIKO FIRMANSYAH

NIM 10218066

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATAKEDIRI

TAHUN AKADEMIK 2021 / 2022


LAPORAN PENDAHULUAN......

A. Definisi

Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan


karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan; penyempitan ini bersifat berulang namun reversible, dan di
antara episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang
lebih normal. (Nurarif & Kusuma, 2015). Asma merupakan sindroma klinik
yang dihasilkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan dengan
patogenesisnya. Sebagai complex genetics disorder, asma memiliki kolerasi
positif dengan riwayat alergi (atopi) di dalam keluarga. (Wahyudi, Fitri Yani,
& Erkadius, 2016)
B. Anatomi Fisiologi
C. Klasifikasi
D. Manifestasi klinis
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi
1. Alergen
Alergi dianggap mempunyai peranan pada sebagian besar anak dengan asma.
Disamping itu hiper reaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang penting.
Bila tingkat hiper reaktivitas bronchus tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit
dansebaliknya jika hiper reaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih
tinggi untuk menimbulkan serangan asma.Sensitisasi tergantung pada lama dan
intnsitas hubungan dengan bahan alergen berhubungan dengan umur. Bayidan anak
kecil sering berhubungan dengan sisi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau
bulu binatang, spora jamur yang terdapat di rumah. Dengan bertambahnya umur
makin banyak jenis allergen pencetusnya. Asma karena makanan sering terjadi pada
bayi dan anak kecil.
2. Infeksi.
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan
ialah respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para influenza. Kadang-kadang
karena bakteri misalnya; pertusis dan streptokokus, jamur, misalnya Aspergillus dan
parasit seperti Askaris.
3. Iritan.
Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari cat, SO2
dan polutan udara lainya dapat memacu serangan asma. Iritasi hidung dan
batuksendiri dapat menimbulkan refleks bronkokonstriksi.
4. Cuaca.
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara
berhubungan dengan percepatan dan terjadinya serangan asma
5. Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan
asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus.
Pasien dengan faal paru di bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.
6. Infeksi saluran nafas.
Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat memudahkan
terjadinya sma pada anak. Rinitis alergika dapat memberatkan asma melalui
mekanisme iritasi atau refleks.
7. Faktor psikis.
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat
kompleks. Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persolan yang
berhubungan dengan asma oleh anak sendiri / keluarganya akan menggagalkan
usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari depan
anak juga dapat memperberat serangan asma.
Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus bersamaan misalnya
pada anak dengan pencetus alergen sering disertai pencetus non allergen yang dapat
mempercepat dan memperburuk serangan. Faktor pencetus adalah alergen dan
infeksi; diduga infeksi virus memperkuat reaksi pencetus alergenik maupun non
alergenik. Serangan dapat terjadi pada seorang anak setelah mendapat infrksi virus
pada saluran nafas atas kemudian berlari-lari pada udara dingin.
F. Masalah-masalah yang terjadi
G. Patofisiologi

Adanya debu, asap rokok, bulu binatang, hawa dingin terpapar pada
penderita. Benda-benda tersebut setelah terpapar ternyata tidak di kenali oleh
sistem tubuh penderita sehingga di anggap sebagai benda asing (antigen).
Anggapan itu yang kemudian memicu dikeluarkannya antibodi yang berperan
sebagai respon reaksi hipersensitif sebagai neutropil,basofil dan
imunoglonulin E. Masuknya antigen pada tubuh yang memicu reaksi antigen
akan menimbulkan reaksi atigen-antibodi yang membentuk ikatan seperti key
and lock (gembok dan kunci).Ikatan antigen dan antibodi akan merangsang
peningkatan pengeluaran mediator kimiawi seperti histamin,neutrophil
chemotactic slow acting, epineprin, norepineprin, dan prostaglandin.
Peningkatan mediator-mediator kimia tersebut akan merangsang peningkatan
permeabilitas kapiler, pembengkakan pada mukosa saluran pernafasan
(terutama bronkus). Pembengkakan yang hampir merata pada semua bagian
bronkus akan menyebabkan penyempitan bronkus (bronkokontriksi) dan
sesak nafas. Penyempitan bronkus akan menurunkan jumlah oksigen luar
yang masuk saat inspirasi sehungga menurunkan oksigen yang ada pada
darah. Kondisi ini akan berakibat pada penurunan oksigen jaringan sehingga
penderita terlihat pucat dan lemah.Pembengkakan mukosa bronkus juga
akan meningkatkan sekresi mukus dan meningkatkan pergerakan silia
pada mukosa. Penderita jadi sering batuk dengan produksi mukus
yang cukup banyak. (Sujono & Sukamin, 2009).
H. WOC
I. Penatalaksanaan

1) Manajemen Asma
a) Menghindari anak dari paparan alergen seperti debu,hawa dingin
dengan cara memberi proteksi seperti masker.
b) Mengenali tanda-tanda pada anak jika akan terjadi serangan asma.
2) Manajemen jalan napas
3) Pemantauan pernafasan
Pantau tanda-tanda vital secara teratur terutama pernafasan meliputi
frekuensi,kedalaman,irama dan upaya pernafasan.
4) Pengaturan posisi
Atur posisi pasien yang memungkinkan untuk pengembangan
maksimal rongga dada (misalnya, bagian kepala tempat tidur di
tinggikan 45˚ kecuali ada kontraindikasi)
a. Penatalaksanaan Kolaboratif
1) Pemberian Oksigen
2) Pemberian obat bronkodilator seperti salbutamol dengan dosis rata-
rata yang dapat dipakai 0,1-0,2 mg/kg BB setiap kali pemberian
bronkodilator.
3) Pemberian antibiotik seperti ampisilin atau amoksilin peroral dengan
dosis rata-rata yang dapat dipakai 10-20 mg/Kg BB setiap kali
pemberian. Antibiotik ini berfungsi mencegah timbulnya penyakit
sekunder terutama pada bronkus. Penumpukan sekret yang berlebihan
atau gerakan silia yang berlebihan dapat membuat perlukaan pada
jaringan mukosa sehingga dapat menjadi mediator pertumbuhan
mikroorganisme. (Riyadi & Sukarmin, 2009)
4) Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan
intravena, untuk mendapatkan konsentrasi yang dapat memenuhi
kebutuhan dapat di berikan secara bicanule maupun masker dengan
dosis rata-rata 3 liter/menit.

Pemberian Kortikosteroid untuk pengontrol jangka panjang.


Kortikosteroid oral dan intravena dapat digunakan pada keadaan gawat
darurat untuk mengontrol serangan asma atau di gunakan sebagai
jembatan untuk terapi inhalasi setelah serangan asma akut berat. Cara
yang paling di anjurkan adalah dnegan inhalasi karena dengan cara ini
obat akan sampai secara local kejaringan paru yang diperlukan,
mengurangi paparan sistemk dan mengurangi resiko efek samping.

J. Asuhan Keperawatan Secara Teori


1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul sesuai teori (5)
3. Intervensi keperawatan dan rasionalnya serta menyebutkan tujuan dan
kriteria hasil
K. Daftar pustaka
L. Laporan asuhan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai