Dosen Pengampu :
Drs. Ekhsan, M.Pd., M.Si.
Oleh :
Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena
limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelasaikan
makalah kami
Shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan untuk junjungan nabi agung
kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah
SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling benar yakni
Syariah agama islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling
besar bagi seluruh alam semesta.
Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari
pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena
kami sangat menyadari,bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki
banyak kekurangan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi...................................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................
1.1. Latar Belakang...............................................................................01
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................01
BAB II : PEMBAHASAN.........................................................................................
2.1. Definisi Kinerja..............................................................................03
2.2. Definisi Manajemen Kinerja..........................................................04
2.3. Definisi Kinerja Organisasi............................................................05
2.4. Tujuan dan Elemen Manajemen Kinerja.......................................05
2.5. Hubungan Manajemen Kinerja dan Prestasi Kerja........................08
2.6. Hambatan dan Solusi dalam Bidang Manajemen kinerja..............09
2.7. Definisi Penilaian Kinerja..............................................................12
2.8. Alasan diperlakukanya penilaian kinerja.......................................13
2.9. Manfaat Penilaian Kinerja.............................................................14
2.10. Metode Penilaian Kinerja..............................................................16
2.11. Beberapa Permasalahan dan kondisi yang Terjadi dalam penilaian
kerja...............................................................................................17
2.12. Solusi dalam Menyelesaikan Permasalahan dalam penilaian
Kinerja...........................................................................................19
BAB III : PENUTUP.................................................................................................
3.1 Kesimpulan....................................................................................21
3.2 Kritik dan Saran.............................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN.
1
4. Apa saja hambatan-hambatan dalam pelaksanaan manajemen kinerja ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3. Kinerja adalah salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri
pekerja. ( Griffin, 1987)
3
2.2. Definisi Manajemen Kinerja
Pengertian dari manajemen Kinerja adalah suatu ilmu yang memadukan seni
di dalamnya untuk menerapkan suatu konsep manajemen yang memiliki
fleksibilitas yang reprensentatif dan inspiratif guna mewujudkan visi dan misi
perusahaan dengan cara mempergunakan orang yang ada di organisasi tersebut
secara maksimal.
Adapun beberapa definisi Manajemen Kinerja menurut para ahli sebagai
berikut :
1. Manajemen kinerja merupakan suatu proses startegis dan terpadu yang
menunjang keberhasilan organisasi melalui pengembangan performansi
aspek-aspek yang menunjang keberadaan suatu organisasi. Pada
implementasinya, manajemen kinerja tidak hanya berorientasi pada salah
satu aspek, melainkan aspek- aspek teringtergrasi dslsm mendukung
jalanya suatu organisasi. (Direktorat Jendral Anggaran 2008).
2. Manajemen kinerja merupakan gaya manajemen dalam menelola sumber
daya yang berorientasi pada kinerja yang melakukan proses komunikasi
secara terbuka dan berkelanjutan dengan menciptakan visi bersama dan
pendekatan strategis serta terpadu sebagai kekuatan pendorong untuk
mencapai tujuan organisasi ( Wibowo 2007:9)
3. Definisi Manajemen kinerja adalah suatu proses kerja dari kumpulan
orang-orang untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan,dimana
proses kerja ini berlangsung secara berkelanjutan dan terus-menerus.
4
menerima keuntungan tanpa memperdulikan berbagai persoalan internal dan
eksternal yang terjadi di perusahaan tersebut.
Permasalahan yang dihadapi oleh manajemen perusahaan juga menjadi
masalah yang harus dipecahkan oleh pihak pemegang saham. Penerapan
manajemen kinerja menurut wibowo1 “.. merupakan kebutuhan mutlak bagi
organisasi untuk mencapai tujuan dengan mengatur kerja sama secara harmonis
dan terintegrasi antara pemimpin dan bawahanya. Manajemen kinerja akan
dapat diwujudkan jika ada hubungna dan keinginan yang sinegri antara atasan
dan bawahan dalam usaha bersama-sama mewujudkan visi dan misi
perusahaan. Untuk itu salah satu dasr mewujudkan konsep manajemen kinerja
adalah dengan mengembangkan dan mengedepankan komunikasi yang efektif
antara berbagai pihak baik lingkungan internal perusahaan dan eksternal
perusahaan.
1
1 Wibowo, Ibid.
2
Wibowo, Op. Cit., hlm. 3 .
3
Chaizi Nasucha, 2004, Reformasi Administrasi Publik : Teori dan praktek , grasindo,
jakarta, Hlm. 107 dalam Harbani Pasolong, 2008, Teori Administrasi Publik, Alfabeta Bandung.
Hlm . 177.
5
manajemen kinerja adalah untuk menumbuhkan suatu budaya dimana individu
dan kelompok bertanggung jawab atas kelanjutan peningkatan proses bisnis
dan peningkatan keterampilan dan kontribusi mereka sendiri”.
4
Michael Armstrong, Op. Cit, hlm. 30.
6
Memutuskan perhatian pada atribut dan kompentensi yang diperlukan
untuk mengembangkan atribut dan kompetensi tersebut.
Memberikan ukuran yang akurat dan objektif dalam kaitanya dengan
target dan standar yang disepakati sehingga individu menerima umpan
balik dari manajer tentang seberapa baik yang mereka lakukan.
Asas dasar penilaian ini, memungkinkan individu bersama manajer
menyepakati rencana peningkatan dan metode pengimplentasian
dansecara bersama menkaji training dan pengembangan serta
menyepakati bagaimana kebutuhan itu dipenuhi.
Memberi kesempatan individu untuk mengungkapan aspirasi dan
perhatian mereka tentang pekerjaan mereka.
Menunjukan kepada setiap orang bahwa organisasi menilai mereka
sebagai individu.
Membantu memberikan wewenang kepada orang memeberi orang
lebih banyak ruang-lingkup untuk bertanggung jawab atas pekerjaan
dan melaksanakan kontrol atas pekerjaaan itu;
Membantu mempertahankan orang- orang yang mempunyai kualitas
yang tinggi.
Mendukung misi jauh manajemen kualitas total.
1. Hasil kerja dicapai secara individual atau secara institusi, yang berarti
kinerja tersebut adalah hasil akhir yang diperoleh secara sendiri-
sendiri atau kelompok.
2. Dalam melaksanakan tugas, orang atau lembaga diberikan wewenang
dan tanggung jawab, yang berarti orang atau lembaga diberikan hak
dan kekuasaan untuk ditindaklanjuti, sehingga pekerjaaan dapat
dilakukan dengan baik.
5
Michael Armstrong,Op,Cit., Hlm.32.
7
3. Pekerjaan harus dilakukan secara legal, yang berarti dalam
melaksanakan tugas individu atau lembaga tentu saja harus mengikuti
aturan yang ditetapkan.
4. Pekerjaan tidak bertentangan pada moral dan etika, artinya selain
mengikuti aturan yang telah ditetapkan, tentu saja pekerjaan tersebut
harus sesuai moral dan etika yang berlaku umum.
8
menerima pelatihan, umpan balik, dan insentif yang dibutuhkan untuk
menghilangkan defisiensi kinerja. Dengan demikian penilaian kinerja secara
aktual pada karyawan akan berdampak pada kinerja karyawan yang akan selalu
berada diatas standar.
Dalam proses manajemen kinerja, penilaian kinerja merupakan peran
sentral yang dapat memastikan bahwa kinerja setiap karyawan sesuai dengan
sasaran keseluruhan perusahaan. Penilaian memungkinkan manajer dan
bawahannya mengembangkan rencana untuk mengoreksi adanya defisiensi, dan
untuk menguatkan kekuatan bawahan. Penilaian juga memberikan kesempatan
untuk meninjau rencana karier karyawan dengan mempertimbangkan kekuatan
dan kelemahan yang ditampilkannya. Dan hal yang terpenting penilaian
memungkinkan supervisor untuk mengidentifikasi adanya kebutuhan akan
pelatihan, dan langkah-langkah perbaikan yang dibutuhkan.
9
b. Tidak ingin berkonfrontasi dengan bawahan, terutama mereka yang
dinilai kinerjanya kurang baik. Sebab keengganan ini yaitu atasan tidak
punya argumentasi yang kuat akibat tidak jelasnya kriteria penilaian yang
digunakan. Selain itu atasan tidak ingin merusak hubungan baik dengan
bawahan, misalnya karena satu nilai buruk, padahal hubungan baik
sangat penting untuk bekerja sama dengan bawahan.
2. Sedangkan keengganan dari sisi bawahan sebagai pihak yang dinilai
adalah :
c. Ada rasa takut karena ketidakjelasan kriteria dan standar penilaian
sehingga baik buruknya kinerja bawahan menjadi sangat subyektif (unsur
suka atau tidak suka atasan terhadap bawahan amat dominan terhadap
nilai kinerja bawahan), padahal hasil penilaian kinerja menentukan
banyak hal penting bagi bawahan, di antaranya kenaikan pangkat, gaji
dan perolehan bonus/insentif.
10
d. Bawahan tidak mengerti betul manfaat diterapkannya manajemen
kinerja seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Hal ini karena kurang
sosialisasi peran penting manajemen kinerja bagi keberhasilan organisasi.
Lebih jauh ada beberapa solusi secara umum yang dapat diterapkan untuk
menyelesaikan masalah dalam bidang manajemen kinerja, yaitu :
4. Pertemuan tatap muka antara atasan dan bawahan selama periode
berjalan. Pada saat inilah bukti-bukti otentik kinerja bawahan
diklarifikasi, didiskusikan, dan disimpulkan bersama sebagai kinerja
bawahan pada periode tersebut.
11
5. Diagnosis berbagai hambatan efektivitas kinerja bawahan dan
tindak lanjut bimbingan yang dapat dilakukan atasan guna
menyingkirkan hambatan-hambatan tersebut guna meningkatkan kinerja
bawahan. Dengan adanya diagnosis dan bimbingan ini, bawahan tidak
merasa “dipersalahkan” atas kegagalan mencapai target kinerja yang
telah disepakati dan sekaligus menunjukkan niatan bahwa persoalan
kinerja bawahan adalah persoalan atasan juga.
Salah satu cara untuk melihat kemajuan suatu kinerja suatu organisasi
dengan melakukan penilaian pada organisasi tersebut. Penilaian dapat
dilakukan pada karyawan dan juga para manajer. Sistem penilaian
dipergunakanya metode yang dianggap paling sesuai dengan bentuk dari
organisasi tersebut, sebab kesalahan penggunaan metode akan membuat
penilain yang dilakukan tidak mampu memberi jaab yang dimaksud.
Penilaian Kinerja adalah suatu penilaianyang dilakukan kepada pihak
manajemen perusahaan baik karyawan maupun manajer yang selama ini telah
melakukan pekerjaanya. Dan menurut Robert L.Mathis dan John H. Jackson6
‘’Penilaian kinerja merupakan proses mengevaluasi seberapa baik karyaan
mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan stu set standar, dan
kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut’’. Penilaian yang dilakukan
tersebut nantinya akan menjadi bahan masukan yang berarti dalam menilai
kinerja yang dilakukan dan selanjutnya dapat dilakukan perbaikan, atau yang
biasa disebut perbaikan yang berkelanjutan.
6
Stoner,Freeman dan Gilbert Jr., 1995, Management, prentice Hall.Hlm.9.
12
tersebut memiliki berbagai alasan. Dan beberapa alasan dan pertimbangan
untuk itu,yaitu7 :
1. Penilaian Kinerja memberikan informasi bagi pertimbangan pemberian
promosi dan penetapan gaji
2. Penilain Kinerja memberikan umpan balik bagi para manajer maupun
karyawan untuk melakukan instropeksi dan meninjau kembali perilaku
selama ini, baik yang positif maupun negatif untuk kemudian dirumuskan
kembali sebagai perilaku yang mendukung tumbuh kembangnya budaya
organisasi secara keseluruhan.
3. Penilaian kinerja dilakukan untuk pertimbangan pelatihan dan pelatihan
kembali ( retraining) serta pengembang.
4. Penilaian kinerja dewasa ini bagi setiap organisasi khususnya organisasi
bisnis merupakan suatu keharusan, apalagi jika dilihat tingginya
persaingan antara perusahaan.
5. Hasil penilaian kinerja lebih jauh akan menjadi bahan masuk bagi
pemerintah dalam melihat bagaimana kondisi peusahaan tersebut.
Termaksuk menjadi bahan masukan bagi lembaga pemberi pinjamana
dalam melihat kualitas kinerja suatu perusahaan, misalnya pada saat
pengajuan pinjaman kredit maka pihak perusahaan bisa menjadi bahan
masukan untuk mendukung keputusan memberi kredit, yaitu pihak
memberi pinjaman mnejadi jauh lebih yakin dan percaya
Dari berbagai alasan ada bahan pertimbangan tersebut diatas maka semua
itu diharapkan akan mampu memberi pengaruh pada peningkatan kinerja suatu
perusahaan. Karena sebagaimana kita ketahui alasan paling utama dari perlunya
penilaian kinerja adalah adar terciptanya peningkatan kualitas kinerja di
perusahaan, dan pengaruhnya lebih jauh pada peningkatan produktivitas serta
profit perusahaan.
7
Santoso soeroso, 2002, Manajemen sumber daya manusia di Rumah sakit; suatu pendekatansistem,
penerbit buku kedokteran EGC, jakarta. Hlm. 58. Pada poin 4 dan 5 adalah hasil tambahan dari penulis
setelah melihat dan memahami
13
2.9 Manfaat Penilaian Kinerja
Mulyadi ( 2001, Hal 416 ) menyatakan bahwa : ada lima manfaat penilaian kinerja
yaitu sebagai berikut :
1. Mengelola operasional organisasi secara efektif dan efisien melalui
pemotivasian karyawan secara maksimal.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan,
seperti promosi, transfer dan pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan
untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan
karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan
mereka menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan dasar bagi pendistribusian penghargaan.
14
mempunyai kinerja yang bagus jadi harus ada penilaian sebagai dasar
pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti
promosi atau pemberhentian.
15
Untuk melakukan suatu penilaian kinerja dibutuhkan metode penilaian
yang memiliki tingkatan dan analisa yang reprentatif. Menurut Ricky W.
Griffin8 bahwa kedua kategori dasar daei metode penilaian yang sering
digunakan dalam organisasi adalah metode objecktif dam metode
pertimbangan.
1. Metode Objektif ( Objective metode ) menyangkut dengan sejauh mana
seseorang bisa bekerja dan menujukan bukti kemampuan ia bekerja
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Bagi banyak pihak metode
objektif bisa memberikan hasil yang tidak akurat atau mengandung biasa
karena bisa saja seseorang karyawan memiliki kesempatan yang bagus
maka ia terlihat mampu bekerja dengan sangat baik dan penuh semangat,
sedangkan ads karyawan yang tidak memiliki kesempatan dan tidak bisa
menunjukkan kemampuannya secara maksimal.
2. Metode Pertimbangan ( Judgmental Methods) adalah metode penilaian
berdasarkan nilai rangking yang dimiliki oleh seorang karyawan, jika ia
memiliki nilai rangking yang tinggi maka artinya ia memiliki kualitas
kinerja bagus, dan begitu pula sebaliknya. Sistem penilaian ranking
dianggap memiliki kelemahan jika seseorang karyawan ditempatkan
dalam kelompok kerja yang memilki rangking yang bagus maka
penilaiannya akan mempengaruhi posisi sebagai salah satu karyawan
yang dianggap baik, begitu pula sebaliknya jika seseorang ditempatkan
dalam kelompok dengan ranking buruk maka otomatis rankingnya juga
tidak bagus.
2.11 Beberapa Permasalahan dan kondisi- kondisi yang terjadi dalam Penilaian
Kinerja
16
Salah satu kelemahan metode penilain kinerja tradisional adalah
kurangnya objektivitas. Dalam metode rating scale, misalnya, faktor-
faktor yang lazim digunakan seperti sikap, loyalitas dan kepribadian
adalah faktor-faktor yang sulit diukur. Penggunaan faktor-faktor yang
terkait dengan pekerjaan (job related factors) dapat meningkatkan
objektivitas.
17
Bias perilaku terbaru (recent behavior bias) , perilaku atau kinerja
yang paling akhir akan lebih mudah diingat daripada perilaku yang telah
lama. Penilai cenderung lebih banyak menilai kinerja yang tampak
menjelang atau pada saat proses penilaian dilakukan. Seharusnya
penilaian kinerja mencakup periode waktu tertentu.
Pimpinan tidak boleh menepatkan posisi dirinya sebagai orang yang lebih
tahu, namun pemimpin juga tidak boleh terlalu memperlihatkan dirinya sebagai
orang yang serba tidak tahu. Seseorang karyawan sangat menyukai jika
18
pimpinan mau mengajarkan langsung apa yang karyawan tidak ketahui. Secara
konsep pimpinan adalah orang yang di tempatkan karena faktor memiliki
kelebihan yang lebih dibandingkan dengan yang lainnya, namun yang harus
diingat bahwa jabatan yang diperoleh oleh pimpinan adalah amanah yang harus
dijaga dan dipertahankan. Dimana sewaktu-waktu bisa saja jabatan tersebut
harus ia tinggalkan, karenanya tanpa dukungan dan kerja keras dari karyawan
semua tidak akan bisa terwujud. Anggaplah karyawan sebagai mitra bisnis
bukan sebagai bawahan yang hanya bisa di perintah- perintah saja.
19
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hampir semua perusahaan memiliki perangkat penilaian baik formal
maupun informal untuk menilai kinerja karyawan mereka. Penilaian kinerja
berarti melakukan evaluasi pada kinerja karyawan saat ini dan/atau di masa
lalu relative terhadap standart kinerjanya. Pengusaha harus memutuskan
dengan pasti kategori kinerja untuk diukur. Pengusaha dapat saja memilih
dimensi yang tidak spesifik seperti kualitas dan kuantitas, atau menilai kinerja
pada kewajiban aktual suatu pekerjaan. Ide dari penilaian berdasarkan pada
kompetensi adalah focus pada tingkat dimana karyawan menunjukkan
kompetensi pada hal-hal yang dianggap penting oleh pengusaha pada pekerjaan
tersebut. Pengusahaa mungkin juga ingin menilai karyawan berdasarkan pada
tingkat dimana mereka mencapai sasarannya.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. http://rajapresentasi.com/2009/12/problem-dalam-penilaian-kinerja-
karyawan/
2. A, Erwin Koetin. 1994. Suatu Pedoman Investasi Dalam Efek di
Inondesia. (Jakarta: Departemen Keuangan Republik Indonesia
3. Armstrong, Michael. 2004. Performance Management. Nyutran: Tugu
Publisher
4. Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Badan
penerbit Fakultas Ekonomi UGM
5. Dharma, Surya. 2005. Manajemen Kinerja. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
6. Fahmi, Irham. 2012. Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung:
Alfabeta
7. Freeman, Stoner dan Gilbert Jr. 2003. Management. Prentice Hall
8. L. Robert Mathis dan John H. Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Salemba Empat
9. Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen; Konsep, Manfaat dan Rekayasa.
Jakarta: Salemba Empat
10. Ramdani, Arif. 2011. Penilaian Kinerja. Jakarta: PT. Sarana Panca
Karya Nusa
11. Salim, Peter dan Yani Salim. 1991. Kamus Bahasa Indonesia
Kotemporer. Jakarta: Modern English Press
12. Sihombing, Edison. Mencermati Pendirian BUMN. Jurnal Forum
Inovasi, Juni – Agustus
13. Soeroso, Santoso. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia Di Rumah
Sakit; Suatu Pendekatan Sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
14. Sofyandi, Herman. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia,
Yogyakarta: Graha Ilmu
15. W, Ricky Graffin. 2004. Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
iii