Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

Dosen pengampu :
Tri Budi Astuti SE, M.Si

Oleh :
Dewi Setyowati (2017161350013)
Fanisa Fauziah (2017161350006)
Ihsania faradina Y (2017161350011)
Melinda Septiany (2017161350008)

Jurusan : Akuntansi
Semester : VI (Enam)

INSTITUTE TEKNOLOGI DAN BISNIS


AHMAD DAHLAN JAKARTA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR……………………………………………………................................… 1
DAFTAR ISI……………………………………………….................................……………….. 2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH…………...………………………………...........3
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH........................................................................................4
1.3 BATASAN MASALAH...............................................................................................5
1.4 RUMUSAN MASALAH………………………………………………………..........5
1.5 TUJUAN PENULISAN................................................................................................5
1.6 MANFAAT PENULISAN……………………………………...……………........… 6

BAB II PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI REGULASI PUBLIK…………………………………………...........….. 7
2.2 TEKNIK PENYUSUNAN REGULASI PUBLIK……………………...........……. 7
2.3 PENYUSUNAN REGULASI PUBLIK………………………………….........…... 8
2.4 DASAR HUKUM KEUANGAN SEKTOR PUBLIK……………………….............9
2.5 AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK MEMASUKI ERA DISENTRALISASI…........11
2.6 REGULASI DAN STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK..........................12
2.7 REGULASI DALAM SIKLUS AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK…….................14
2.8 REGULASI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DI ERA REFORMASI…….........15
2.9 BARANG DAN JASA PUBLIK………………………………………...................16
2.10 ETIKA PENGELOLAAN KEUANGAN PUBLIK………………………..............19
2.11 PERMASALAHAAN REGULASI SEKTOR PUBLIK DIINDONESIA...............20.
2.12 KEDUDUKAN DAN PERAN PEMERINTAH DALAM MEMPERBAIKI
KUALITAS PELAYANAN PUBLIK……………………………………………...21

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN……………………………………………………………................23
3.2 DAFTAR PUSAKA....................................................................................................24
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dipergunakan sebagai salah satu
acuhan petunjuk pedoman ataupun pembaca dalam pendidikan .
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini , sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan oleh para pembaca untuk memberikan masukan
–masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Ucapan terimakasih tidak lupa kami haturkan kepada Dosen Pembimbing Mata kuliah ini
untuk teman – teman dan semus pihak yang telah membantu , kami ucapkan terima kasih ,
semoga makalah ini dapat berguna sebagai karya dari kita dan untuk semua.

Penyusun

( )
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan sektor publik di Indonesia dalam dewasa ini ditandai dengan menguatnya
tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah. Dalam
konteks organisasi pemerintah, pengertian akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan
disclosure atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dengan laporan tersebut. Menurut Standbury (2003) dalam Mardiasmo (2006)
Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggung jawabkan keberhasilan
atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggung jawaban yang dilaksanakan secara
periodik. Dimensi akuntabilitas publik meliputi akuntabilitas hukum dan kejujuran, akuntabilitas
manajerial, akuntabilitas program, akuntabilitas kebijakan, dan akuntabilitas finansial
(keuangan). Terkait dengan tugas untuk menegakkan akuntabilitas finansial, khususnya di
daerah, pemerintah daerah bertanggung jawab untuk mempublikasikan laporan keuangan kepada
pemangku kepentingannya (Indriasari dan Nahartayo 2008).
Governmental Accounting Standard Board (1999) dalam Concepts 2 Statement No. 1
tentang Objectives of Financial Reporting menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan dasar
pelaporan keuangan di pemerintahan. Menurut Mardiasmo (2006), dalam Pasal 33, Undang-
Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah, disebutkan bahwa Menteri Keuangan berhak menunda penyaluran Dana Alokasi Umum
(DAU) bila Pemerintah Daerah belum menyerahkan laporan sistem keuangan daerah, termasuk
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Banyak pihak mengandalkan informasi
dalam laporan keuangan yang akan dipublikasikan oleh pemerintah daerah sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, informasi tersebut harus bermanfaat bagi para pemakai
sama dengan mengatakan bahwa informasi harus mempunyai nilai (Suwardjono (2005) dalam
Permata Sari & Witono (2014).Menurut Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah Pasal 7 ayat 1 mengamanatkan bahwa Pemerintah menerapkan
Standar Akuntansi Pemerintah bisa dilaksanakan secara bertahap dari penerapan Standar.

1.2 Identifikasi Masalah


Didalam makalah ini akan dibahas, yaitu :
1. Definisi regulasi publik
2. Teknik penyusunan regulasi publik
3. Regulasi dalam siklus akuntansi sektor publik
4. Penyusunan regulasi publik
5. Review regulasi akuntansi sektor publik
6. Dasar hukum keuangan publik di Indonesia
7. Permasalahan regulasi keuangan publik di Indonesia

1.3 Batasan Masalah


Agar makalah ini lebih terarah dan jelas, maka pembatasan masalah dalam makalah ini
adalah regulasi keuangan publik.

1.4 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari regulasi pabrik ?
2. Bagaimana teknik penyusunan regulasi publik ?
3. Dimana keberadaan regulasi dalam siklus akuntansi sektor publik ?
4. Bagaimana penyusunan regulasi publik ?
5. Bagaimana review regulasi akuntansi sektor publik ?
6. Apa dasar hukum keuangan publik di Indonesia ?
7. Apa permasalahan regulasi keuangan publik di Indonesia ?

1.5 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi dari regulasi publik.
2. Untuk memahami bagaimana teknik penyusunan regulasi publik.
3. Untuk mengetahui dimana keberadaan regulasi didalam siklus akuntansi sektor publik.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara penyusunan regulasi publik.
5. Untuk mengetahui bagaiaman review regulasi akuntansi sektor publik.
6. Untuk mengetahui apa dasar hukum yang melandasi keuangan publik di Indonesia.
7. Untuk mengetahui apa saja yang merupakan permasalahan regulasi keuangan publik di
Indonesia.
1.6 Manfaat Penulisan
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak.
Terutama bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan pengalaman pengarang untuk
memahami tentang regulasi keuangan publik, juga bagi pembaca agar dapat menambah dan
memeperluas wawasannya.
BAB 11
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Regulasi Keuangan Publik


Regulasi berasal dari bahasa inggris, yaitu regulation atau peraturan. Dalamkamus
bahasa indonesia (Reality Publisher, 2008) kata “peraturan” mengandung artikaidah yang
dibuat untuk mengatur, petunjuk yang dipakai untuk menata sesuatudengan aturan, dan
ketentuan yang harus dijalankan serta dipatuhi. M e n u r u t B a s t i a n (2010:33), r egula s i
publ ik ada la h ket ent uan ya ng har usdijalankan dan dipatuhi dalam proses
pengelolaan organisasi publik, baik padaorganisasi pemerintah pusat,
pemerintah daerah, partai polit ik, yayasan, LSM,organisasi keagamaan tempat
peribadatan, maupun organisasi sosial masyarakat lainnya.

2.2 Teknik penyusunan regulasi publik


Peraturan publik disusun dan ditetapkan terkait beberapa hal, yaitu yang pertama, regulasi
publik yang dimulai dengan adanya berbagai isu yang terkait. Kedua, tindakan yang
diambil terkait dengan isu yang ada adalah berbentuk regulasi atau aturan yang dapat
diinterprestasikan sebagai wujud dukungan penuh organisasi publik. Ketiga, peraturan
adalah hasil dari berbagai aspek dan kejadian.
Tahapan dalam penyusunan regulasi publik yaitu sebagai berikut :
1. Pendahuluan, yaitu adalah permasalahan atau tujuan yang ingin dicapai.
2. Mengapa diatur? yaitu regulasi publik harus diketahui mengapa regulasi tersebut
disusun.
3. Permasalahan dan misi, sebagai wujud komitmen serta langkah organisasi publik
menghadapi rumusan solusi permasalahan yang ada.
4. Dengan apa diatur ? setiap permasalahan diatur dengan jenjang regulasi yang sesuai,
sehingga permasalahan tersebut segera dapat disikapi dan ditemukan solusi yang tepat
sasaran.
5. Bagaimana mengaturnya? substansi regulasi merupakan solusi permasalahan yang
ada. Regulasi publik yang disusun benar-benar merupakan wujud kebijakan organisasi
publik dalam menghadapi berbagai permasalahan publik yang ada.
6. Diskusi/ Musyawarah, yaitu merupakan salah satu tahapan dalam menyusun atau
penetapan regulasi.
7. Catatan, yaitu sebagai dasar penetapan regulasi publik.
Dalam istilah teknik, tahapan penyusunan regulasi publik diatur dengan aturan masing-
masing organisasi publik. Aturan tersebut dapat mengatur cara penyusunan draft regulasi
maupun tahapan mulai dari penyusunan, pembahasan, analisis, hingga penetapan
regulasi.

2.3 Penyusunan regulasi publik


1. Perumusan Masalah, meliputi ;

a. Apa masalah publik yang ada?

b. Siapa masyarakat yang perilakunya bermasalah?

c. Siapa aparatpelaksana yang perilakunya bermasalah?

d. Analisis keuntungan dan kerugian atas penerapan regulasi publik?

e. Tindakan apa yang diperlukan untuk mengatasi masalah publik?

2. Perumusan Draft Regulasi Publik


Secara sederhana, draft regulasi publik harus dapat menjelaskan siapa organisasi
pelaksana aturan, kewenangan apa yang diberikan padanya, perlu tidaknya memisahkan
antara organ pelaksana peraturan dan organ yang menetapkan sanksi atas
ketidakpatuhan, persyaratan apa yang mengikat organisasi pelaksana, serta apa sanksi
yang dapat dijatuhkan kepada aparat pelaksana jika menyalahgunakan wewenang.
3. Prosedur Pembahasan
Tiga tahap penting dalam pembahasan draft regulasi publik, yaitu dengan lingkup tim
teknis pelaksana organisasi publik (eksekutif). Dengan lembaga legislatif (dewan
penasehat, dewan penyantun, dan lain-lain) dan dengan masyarakat.
4. Pengesahan dan pengundangan
Tahap pengesahan draft regulasi publik yang dilakukan dalam bentuk penandatanganan
naskah oleh pihak organisasi publik (pimpinan organisasi). Kemudian dilakukan
anjuran tahapan sosialisasi regulasi publik, hal ini diperlukan agar terjadi komunikasi
hukun antara regulasi publik dan masyarakat yang harus dipatuhi.

2.4 Dasar hukum keuangan publik di Indonesia


Dalam UUD 1945 Amandemen VI secara khusus diatur mengenai Keuangan Negara yaitu
pada bab VIII pasal 23 yang berbunyi sebagai berikut:
a. Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan
negara ditetapkan setiap tahun dengan UU dan dilaksanakan secara terbuka secara
bertanggungjawab untuk sebesar–sebesarnya kemakmuran masyarakat.
b. Rancangan UU Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk
dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan
DPD.
c. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja yang diusulkan oleh presiden, pemerintah menjalankan anggaran
pendapatan dan belanja negara tahun lalu.
Pasal 23A: Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara
diatur dengan undang-undang
Pasal 23B: Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan Undang-undang
Pasal 23C: Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang.
Pasal 23D: Negara memiliki suatu Bank Sentral yang susunan, kedudukan,
kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang.

Terdapat tiga Undang-undang yang digunakan untuk penerapannya, yaitu :


 UU No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Mengatur mengenai semua hak dan kewajiban Negara mengenai keuangan dan
pengelolaan kekayaan Negara, juga mengatur penyusunan APBD dan penyusunan
anggaran kementrian/lembaga Negara.
 UU No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
Mengatur pengguna anggaran atau pengguna barang, bahwa undang-undang ini
mengatur tentang pengelolaan keuangan Negara yang meliputi pengelolaan uang,
utang, piutang, pengelolaan investasi pemerintah dan pengelolaan keuangan badan
layanan hukum.
 UU No.15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggungjawab
Keuangan Negara
Mengatur tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara
yang dilaksanakan oleh BPK. BPK menyampaikan laporan hasil pemeriksaan atas
laporan keuangan kepada DPR dan DPD. Sedangkan laporan keuangan pemerintah
daerah disampaikan kepada DPRD. (Andayani, 2007)

Dasar hukum keuangan daerah :


Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional didasari pada
prinsip otonomi daerah dalam pengelolaan sumberdaya. Prinsip otonomi daerah
memberikan kewenangan yang luas dan tanggung jawab nyata pada pemerintahan daerah
secara proporsional.
Pada pasal 18 Undang-undang Dasar 1945, disebutkan bahwa negara kesatuan republik
Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi; selanjutnya daerah provinsi itu dibagi lagi
atas kabupaten dan kota, dimana setiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
daerah yang diatur dalam undang undang. Pemerintah daerah menjalankan otonomi yang
seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang merupakan urusan pemerintah pusat,
berdasarkan undang-undang.

Dalam pelaksanaan daerah otonom, dijelaskan juga dalam Pasal 64 Undang-undang Nomor
5 Tahun 1974, tentang fungsi penyusunan APBD. Dasar hukum keuangan organisasi publik
lainnya.
Ada beberapa UU atau standar yang mengaturnya, yaitu :
 PSAK No. 45 tentang Organisasi Nirlaba
 UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
 UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik
 PP No. 29 Tahun 2005 tentang Bantuan Keuangan kepada Partai Politik
2.5 Akuntansi Sektor Publik Memasuki Era Desentralisasi

Perkembangan akuntansi sektor publik semakin pesat seiring adanya kebijakan


desentralisasi.Kebijakan ini telah mengubah sifat hubungan antara pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah, antara BUMN dengan pemerintah pusat, antara pemerintah
dengan masyarakat, dan berbagai entitas lain dalam pemerintahan. Desentralisasi tidak
hanya berarti pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah yang lebih
rendah tetapi juga pelimpahan beberapa wewenang pemerintahan ke pihak swasta melalui
privatisasi (Mardiasmo, 2009).Secara teoritis, desentralisasi diharapkan akan menghasilkan
dua manfaat nyata, yaitu; pertama, mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa dan
kreatifitas masyarakat dalam pembangunan, setra mendorong pemerataan hasil
pembangunan. Kedua, memperbaiki alokasi sumberdaya produktif melalui pergeseran
peran pengambilan keputusan publikke tingkat pemerintah yang paling rendah yang
memiliki informasi yang paling lengkap (Shah, 1997) dalam Mardiasmo, 2009.
Peranan pelaporan keuangan telah berubah dari posisi administrasi semata menjadi posisi
akuntabilitas di tahun 2000. Pergeseran pelaporan keuangan ini telah memberikan peluang
bagi posisi akuntansi sektor publik dalam manajemen pemerintahan dan organisasi sektor
publik lainnya. Jadi tujuan akuntansi sektor publik adalah untuk memastikan kualitas
laporan keuangan dalam pertanggungjawaban public.
Sebagai perspektif baru, berbagai prasarana akuntansi sektor publik sangat perlu dibangun
seperti:
 Standart akuntansi sektor publik untuk Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan

organisasi sektor publik lainnya


 Account code, untuk Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, maupun organisasi sektor

publik lainnya, dimana review terhadap transaksi yang berkaitan dapat dilakukan dalam
rangka konsolidasi dan audit
 Jenis buku besar dan ledger yang menjadi pusat pencatan data primer atau semua

transaksi keuangan pemerintah


 Manual Sisten Akuntansi Pemerintah dan Organisasi lainnya yang menjadi pedoman

atas jenis-jenis transaksi dan perlakuan akuntansi lainnya

Dengan kelengkapan prasarana tersebut, para petugas dibidang akuntansi dapat


melakukan pencatatan, peringkasan, dan pelaporan keuangan baik secara manual
maupun komputasi.Akibat tidak tersedianya prasarana diatas, muncul persepsi bahwa:
1. Akuntansi adalah sesuatu yang sulit
2. Akuntansi harus dikerjakan oleh SDM yang tedidik dalam jangka waktu panjang.

2.6 Regulasi dan Standar Akuntansi Sektor Publik


Standar akuntansi merupakan pedoman umum atau prinsip-prinsip yang mengatur
perlakukan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan kepada
para pengguna laporan keuangan, sedangkan prosedur akuntansi merupakan praktek khusus
yang digunakan untuk mengimplementasikan standar. Untuk memastikan diikutinya
prosedur yang telah ditetapkan, sistem akuntansi sektor publik harus dilengkapi dengan
sistem pengendalian intern atas penerimaan dan pengeluaran dana publik.
Penetapan standar akuntansi sangat diperlukan untuk memberikan jaminan dalam aspek
konsistensi pelaporan keuangan. Tidak adanya standar akuntansi yang memadai akan
menimbulkan implikasi negatif berupa rendahnya reliabilitas dan objektivitas informasi
yang disajikan, inkonsistensi dalam pelaporan keuangan serta menyulitkan pengauditan.
Akuntansi sector publik memiliki standar yang sedikit berbeda dengan akuntansi biasa.
Karena, akuntansi biasa belum mencakup pertanggungjawaban kepada masyarakat yang
ada di sektor publik. Ikatan Akuntansi Indonesia sebenarnya telah memasukan standar
untuk organisasi nirlaba di Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Standar ini
tercantum pada PSAK nomor 45 tentang organisasi nirlaba. Namun, standar ini belum
mengakomodasi praktik-praktik lembaga pemerintahan ataupun organisasi nirlaba yang
dimilikinya. Karna itu, pemerintah mencoba menyusun suatu standar yang disebut dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Standar akuntansi sektor publik juga telah diatur secara internasional. Organisasi yang
merancang standar ini adalah International Federation of Accountants-IFAC (Federasi
Auntan Internasional). Mereka membuat suatu standar akuntansi sector publik yang disebut
Internation Public Sector Accounting Standards-IPSAS ( Standar Internasional Akuntansi
Sektor Publik ). Standar ini menjadi pedoman bagi perancangan standar akuntansi
pemerintahan di setiap Negara di dunia.
Proses penetapan dan pelaksanaan standar akuntansi sektor publik merupakan masalah
yang serius bagi praktek akuntansi, profesi akuntan, dan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan. Pembuatan suatu standar mungkin dapat bermanfat bagi suatu pihak,
namun dapat juga merugkan bagi pihak lain. Penentuan mekanisme yang terbaik dalam
menetapkan keseragaman standar akuntansi merupakan faktor penting agar standar
akuntansi dapat diterima pihak-pihak yang berkepentingan dan bermanfaat bagi
pengembangan akuntansi sektor publik itu sendiri.
 Menurut Mardiasmo (Mardiasmo, 2004) ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan
dalam penetapan standar akuntansi, antara lain:
 Standar memberikan pedoman tentang informasi yang harus disajikan dalam laporan
posisi keuangan, kinerja, dan aktivitas sebuah organisasi bagi seluruh pengguna
informasi.
 Standar memberikan petunjuk dan aturan tindakan bagi auditor yang memungkinkan
pengujian secara hati-hati dan independen saat menggunakan keahlian dan integritasnya
dalam mengaudit laporan suatu organisasi serta saat membuktikan kewajaran.
 Standar memberikan petunjuk tentang data yang perlu disajikan yang berkaitan dengan
berbagai variabel yang patut dipertimbangkan dalam bidang perpajakan, regulasi,
perencanaan serta regulasi ekonomi dan peningkatan efisiensi ekonomi serta tujuan
sosial 1ainnya
 Standar menghasilkan prinsip dan teori yang penting bagi seluruh pihak yang
berkepentingan dalam disiplin ilmu akuntansi.
2.7 Regulasi Dalam Siklus Akuntansi Sektor Publik
Regulasi Tahapan Dalam
Siklus Akuntansi Sektor Contoh Hasil Regulasi Publik
Publik
Regulasi Perencanaan Peraturan Pemerintah No.7/2005
Publik Mengenai Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM).
Regulasi Anggaran Publik Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2006
Tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2007
Regulasi tentang  Peraturan Presiden Republik
Pelaksanaan Realisasi Indonesia Nomor 93 Tahun 2006
Anggaran Publik Tentang Rincian Anggaran
Belanja Pemerintah Pusat Tahun
Anggaran 2007
 Otorisasi Kepala Daerah
Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA)
Regulasi Pengadaan SK Gubernur Tentang Pemenang
Barang dan Jasa Dalam Pengadaan Barang dan
Jasa.
Regulasi Laporan Peraturan Daerah Tentang
Pertanggungjawaban penerimaan Laporan
publik Pertanggungjawaban Gubernur/
Bupati/ Walikota.

Tahapan Dalam Siklus


Contoh Regulasi Publik
Akuntansi Sektor Publik
Perencanaan Publik  UU No. 25 Tahun 2004 Tentang
Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
 Surat Edaran Bersama No.
0295/M.PPN/I/2005050/166/SJ/
Tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan
Tahun 2005
Penganngaran Publik  UU No. 17 Tahun 2003 Tentang
Keuangan Daerah
 UU No. 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah
 Permendagri No. 13 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah
 Permendagri No. 59 Tahun 2007
Tentang Perubahan atas Permendagri
No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah
Realisasi Anggaran Publik  UU No. 1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara
Pengadaan Barang dan Jasa PP No. 32 Tahun 2005 Tentang
Publik Perubahan Kedua atas Keputusan
Presiden No. 80 Tahun 2003
TentangPedomanPelaksanaan
Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah
Pelaporan Keuangan Sektor PP No. 8 Tahun 2006 Tentang
Publik Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Pemerintah
Audit Sektor Publik  UU No. 15 Tahun 2004 Tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
 SK BPK No. 1 Tahun 2008 Tentang
Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara
Pertanggungjawaban Publik  Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun
2006 Tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah

2.8 Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Pra Reformasi


Peraturan dan karakter pengelolaan keuangan daerah yang ada pada masa Era pra
Reformasi dapat dirincikan sebagai berikut :
a. UU 5/1975 tentang Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan
Daerah
b. PP 6/1975 tentang Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan
Penyusunan Perhitungan APBD. Indikator kinerja Pemda,yaitu meliputi :
 Perbandingan anggaran dan realisasi
 Perbandingan standar dan realisasi
 Target prosentase fisik proyek
c. Kepmendagri No.900-099 tahun 1980 tentang Manual Administrasi Keuangan Daerah.
Dalam sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi diperkenalkan double entry
bookkeeping.
d. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2/1994 tentang Pelaksanaan APBD.
e. UU 18/1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
f. Kepmendagri 3/1999 tentang Bentuk dan susunan Perhitungan APBD. Bentuk laporan
perhitungan APBD :
 Perhitungan APBD
 Nota Perhitungan
 Perhitungan Kas dan Pencocokan sisa Kas dan sisa Perhitungan (PP/1975)

Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi


Tujuan dari regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi adalah untuk mengelola
keuangan negara/daerah menuju tata kelola yang baik Bentuk Reformasi yang ada meliputi:
a. Penataan peraturan perundang-undangan;
b. Penataan kelembagaan;
c. Penataan sistem pengelolaan keuangan negara/daerah; dan
d. Pengembangan sumber daya manusia di bidang keuangan

2.9 Barang dan Jasa Publik


a. Barang Publik
Barang publik yang disediakan oleh instansi pemerintah dengan menggunakan
anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja
daerah ditujukan untuk mendukung program dan tugas instansi tersebut, sebagai
contoh:
 penyediaan Tamiflu untuk flu burung yang pengadaannya menggunakan anggaran
pendapatan dan belanja negara di Departemen Kesehatan;
 kapal penumpang yang dikelola oleh PT (Persero) PELNI untuk memperlancar
pelayanan perhubungan antar pulau yang pengadaannya menggunakan anggaran
pendapatan dan belanja negara di Departemen Perhubungan;
 penyediaan infrastruktur transportasi perkotaan yang pengadaannya menggunakan
anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Barang publik yang ketersediaannya merupakan hasil dari kegiatan badan usaha milik
negara dan/atau badan usaha milik daerah yang mendapat pelimpahan tugas untuk
menyelenggarakan pelayanan publik (public service obligation), sebagai contoh:
 listrik hasil pengelolaan PT (Persero) PLN; dan
 air bersih hasil pengelolaan perusahaan daerah air minum
Misi negara adalah kebijakan untuk mengatasi permasalahan tertentu, kegiatan
tertentu, atau mencapai tujuan tertentu yang berkenaan dengan kepentingan dan
manfaat orang banyak, sebagai contoh:
 kebijakan menugaskan PT (Persero) Pertamina dalam menyalurkan bahan bakar
minyak jenis premium dengan harga yang sama untuk eceran di seluruh Indonesia;
 kebijakan memberikan subsidi agar harga pupuk dijual lebih murah guna
mendorong petani berproduksi;
 kebijakan memberantas atau mengurangi penyakit gondok yang dilakukan melalui
pemberian yodium pada setiap garam (di luar garam industri);
 kebijakan menjamin harga jual gabah di tingkat petani melalui penetapan harga
pembelian gabah yang dibeli oleh Perum Badan Usaha Logistik;
 kebijakan pengamanan cadangan pangan melalui pengamanan harga pangan pokok,
pengelolaan cadangan dan distribusi pangan kepada golongan masyarakat tertentu;
 kebijakan pengadaan tabung gas tiga kilo gram untuk kelompok masyarakat tertentu
dalam rangka konversi minyak tanah ke gas.
b. Jasa Publik
Penyediaan jasa publik oleh instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan
dan belanja daerah;
Jasa publik dalam ketentuan ini sebagai contoh, antara lain pelayanan kesehatan (rumah
sakit dan puskesmas), pelayanan pendidikan (sekolah dasar, sekolah menengah
pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi), pelayanan navigasi laut (mercu
suar dan lampu suar), pelayanan peradilan, pelayanan kelalulintasan (lampu lalu lintas),
pelayanan keamanan (jasa kepolisian), dan pelayanan pasar.
penyediaan jasa publik oleh suatu badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau
seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan;
Jasa publik dalam ketentuan ini adalah jasa yang dihasilkan oleh badan usaha milik
negara/badan usaha milik daerah yang mendapat pelimpahan tugas untuk
menyelenggarakan pelayanan publik (public service obligation), sebagai contoh, antara
lain jasa pelayanan transportasi angkutan udara/laut/darat yang dilakukan oleh PT
(Persero) Garuda Indonesia, PT (Persero) Merpati Airlines, PT (Persero) PELNI, PT
(Persero) KAI, dan PT (Persero) DAMRI, serta jasa penyediaan air bersih yang
dilakukan oleh perusahaan daerah air minum.
Misi negara adalah kebijakan untuk mengatasi permasalahan tertentu, kegiatan tertentu,
atau mencapai tujuan tertentu yang berkenaan dengan kepentingan dan manfaat orang
banyak, sebagai contoh:
 jasa pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin oleh rumah sakit swasta;
 jasa penyelenggaraan pendidikan oleh pihak swasta harus mengikuti ketentuan
penyelenggaraan pendidikan nasional;
 jasa pelayanan angkutan bus antarkota atau dalam kota, rute dan tarifnya ditentukan
oleh pemerintah;
 jasa pelayanan angkutan udara kelas ekonomi, tarif batas atasnya ditetapkan oleh
pemerintah;
 jasa pendirian panti-panti sosial; dan
 jasa pelayanan keamanan.

2.10 Etika Pengelolaan Keuangan Publik


Pihak member amanah (principal) percaya bahwa pihak pemegang amanah (agent)
mempunyai “kapasitas” yang menandai untuk menjalankan amanah yang didelegasikan.
Makna kapasistas disini hanya dilihat dari kompetensi pada bidang kerja, tetapi juga dilihat
dari perilaku etis. Perilaku etis nampaknya sangat menunjang kepercayaan para partner dan
teman kerja.
Etika sering hanya dilihat dari segala sesuatu yang terwujud (tangible). Di tengah
masyarakat yang masih mempercayai symbol-simbol (symbols, tanda-tanda (signals), dan
berbagai bentuk aksesoris fisik lain, satandar etika amat diperlukan untuk menetukan
perilaku etis.
Etika bisnis adalah bagaimana tindakan atau perbuatan yang dapat dikatagorikan sebagai
etis atau tidak etis. Dalam banyak pembahasan tentang teori etika, para ahli filosofi
umumnya menitikberatkan pada etika secara umum daripada etika dari suatu kelompok
kecil, misalnya profesi dan bidang pekerjaan tertentu. Berbagai tulisan yang dibuat oleh
para ahli filsafat sering jadikan acuan atau pedoman untuk memahami nilai rasionalisasi
suatu sikap dan perbuatan yang disebut etis. Berikut ini adalah beberapa pemikiran dari
para filsafat mengenai etika :
o Socrates
Beliau berpendapat bahwa semua pengetahuan (knowledge) dari seseorang itu
sebetulnya bersifat baik dan menjunjung nilai-nilai kebijakan. Tanpa didukung
pengetahuan, seseorang tidak mungkin dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang
berbudi luhur.
o Hume
Beliau berpendapat bahwa perilaku seseorang (personal merit) yang beretika
sebenarnya mempunyai beberapa nilai kualitas karakter dan kepribadian yang
bermanfaat dan diterima baik oleh orang lain maupun dirinya sendiri.
o John
Beliau berpendapat bahwa kebenaran, perilaku etis, dan prinsip moral seseorang
sebenarnya tidak dibawa sejak lahir. Berbagai pedoman etika bisa diperoleh melalui
suatu persepsi dan konsepsi. Ia juga mengemukakan bahwa hukum (law) merupakan
sebuah kriteria untuk memutuskan apakah suatu perbuatan itu baik atau buruk. Tiga
tipe dari hukum ini yaitu : divine law (hukum yang berkaitan dengan Ketuhanan), civil
law (hukum yang berlaku di masyarakat), law of opinion and reputation (hukum yang
berhububgan dengan opini dan reputasi).
o Kant
Beliau berpendapat bahwa pentingnya standar formal sebagai pedoman umum untuk
menilai perilaku seseorang. Tetapi ia tidak setuju dengan perilaku etis ini dibentuk dari
suatu tekanan (hukum) yang disertai hukuman tertentu.
Dalam menyikapi pro-kontra terhadap suatu perbuatan, pengkategorian perilaku etis
sebaiknya berpedoman pada etika umum, antara lain : pengetahuan (knowledge), kesadaran
akan hidup bermasyarakat, respek terhadap divine law (hukum yang berkaitan dengan
Ketuhanan), memahami bahwa suatu pekerjaan membutuhkan pertanggungjawaban,
menyadari bahwa norma dari perilaku etis yang diakui masyarakat berlaku untuk semua
jenis pekerjaan apapun.

2.11 Permasalahan regulasi keuangan publik di Indonesia

 Regulasi yang berfokus pada manajemen

Regulasi publik mengatur seluruh proses pengelolaan organisasi publik. Selain itu juga
harus berfokus pada tujuan pencapaian organisasi publik yaitu kesejahteraan publik.

 Regulasi belum bersifat teknik

Banyak regulasi publik di Indonesia yang diantaranya tidak dapat diaplikasikan dalam
masyarakat.
 Perbedaan interpretasi antara undang-undang dan regulasi di bawahnya

Dalam banyak kajian, beberapa ayat atau pasal dari UU atau regulasi terkait sering
menimbulkan berbagai interpretasi yang berbeda dalam melaksanakannya.
 Pelaksanaan regulasi yang bersifat transisi berdampak pemborosan anggaran

Saat ini, banyak regulasi yang bersifat transisi telah dilaksanakan secara bertahap dan
membutuhkan kapasitas tertentu untuk melaksanakannya. Hal ini akan mempengaruhi
anggaran yang senantiasa meningkat dan cenderung boros.
 Pelaksanaan regulasi tanpa sanksi

Sanksi adalah hukuman jika organisasi publik tidak melaksanakan regulasi tersebut.
Sanksi terhadap organisasi yang tidak melaksanakan regulasi hendaknya dicantumkan
dalam setiap regulasi.
2.12 Kedudukan Dan Peran Pemerintah Dalam Memperbaiki Kualitas Pelayanan Publik
A. Kedudukan pemerintah dalam peningkatan kualitas pelayanan publik sangatlah penting.
Dalam pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah pusat memiliki tiga fungsi kedudukan
yaitu sebagai berikut.
 Fungsi Pelayanan
Fungsi pelayanan dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat
dengan cara tidak diskriminatif dan tidak memberatkan serta dengan kualitas yang
sama. Dalam pelaksanaan fungsi ini pemerintah tidak memberatkan serta tidak
pilih kasih dan semua orang memiliki hak sama yaitu hak untuk dilayani,
dihormati, diakui, diberi kesempatan (kepercayaan), dan sebagainya.
 Fungsi Pengaturan
Fungsi pengaturan memberikan penekanan bahwa peraturan tidak hanya kepada
rakyat, tetapi juga kepada pemerintah sendiri. Artinya dalam membuat kebijakan
lebih dinamis yang mengatur kehidupan masyarakat. Jadi, fungsi pemerintah
adalah mengatur dan memberikan perlindungan kepada maysarakat dalam
menjalankan hidupnya sebagai warga negara.
 Fungsi Pemberdayaan
Fungsi pemberdayaan dijalankan pemerintah dalam rangka pemberdayaan
masyarakat. masyarakat tahu, sadar diri, dan mampu memilih alternatif yang baik
untuk mengatasi atau meyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Pemerintah dalam
fungsi ini hanya sebagai fasilitator dan motivator untuk membeantu masyarakat
menemukan jalan keluar dalam menghadapi setiap persoalan hidup.
Tiga fungsi diatas mencerminkan bahwa kedudukan pemerintah dalam pelayanan
publik sangatlah vital dan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya serta dilakukan
dengan penuh tanggung jawab agar proses pelayanan publik dapat berjalan
semaksimal mungkin.
B. Peran Pemerintah Dalam Upaya Memperbaiki Kualitas Pelayanan Publik
Sebagai fungsi pemerintah maka pelayanan publik tidak hanya semata bersifat “profit
orientied” tetapi lebih beorientasi sosial, yaitu penguatan dan pemberdayaan
masyarakat. Karena itu penentuan dari proses pelayanan publik tidak bisa dilakukan
dengan pendekatan bisnis, tetapi pendekatan yang paling tepat adalah pendekatan sosial
(social approach), karena yang paling tahu akan baiknya pelayanan yang diberikan
adalaha masyarakat.
Seiring dengan peningkatan kehidupan manusia, maka tuntutan akan pelayanan publik
semakin meningkat, dimana masyarakat bukan hanya mengharapkan terpenuhinya
kebutuhan akan pelayanan yang baik dari pemerintah, tetapi lebih dari itu masyarakat
mulai mempertanyakan kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah.
Untuk itu fungsi pemerintah bukan hanya terbatas pada aktivitas pemberian pelayanan
kepada masyarakat, tetapi juga harus menjamin bahwa pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat betul-betul berkualitas
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan keungan
sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Dilihat darisisi internal organsisasi
laporan keungan sektor publik merupakan alat pengendalian dan evaluasi kinerja manajerial dan
organisasi. Sedangkan darisisi eksternal, laporan keungan merupakaan alat pertanggung jawaban
terhadap publik dan sebagai dasar untuk mengambil keuputusan

Akuntansi sektor publik bertujuan untuk memberi informasi yang bertujuan untuk
pengambilan keputusan ekonomi,sosial,politik,dan sebagai bukti pertanggung jawaban dan
pengelolahan, serta untuk memberi informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja
manajerial dan organisasional. Laporan keungan pemerintahaan dan laporan keungan komersial
memiliki perbedaan-perbadaan tersebut meliputi jenis laporan yang dihasilkan,elemen laporan
keuangan,tujuan laporan keungan,dan teknik akuntansi yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://naldojauhari.blogspot.com/2015/09/makalah-regulasi-publik.html
2. https://abekaforum.wordpress.com/2010/02/12/pengertian-barang-publik-jasa-publik-
dan-tindakan-administratif-uu-no-25-tahun-2009/
3. http://ar-alfajri.blogspot.com/2013/10/regulasi-dan-standar-akuntansi-sektor.html
4. http://sdnnusajaya.blogspot.com/2018/07/makalah-kedudukan-dan-peran-
pemerintah.html
5. https://prezi.com/nkx9qx-zwa_n/peran-pemerintah-dalam-upaya-meningkatkan-kualitas-
pelayanan-publik/

Anda mungkin juga menyukai