DISUSUN OLEH :
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Dasar mengenai “Pasca
Bedah Abdomen dengan Diagnosa Medis Post Operasi Laparatomi” ini tanpa ada
halangan suatu apapun. Makalah ini dibuat dalam rangka pemenuhan tugas
Keperawatan Kritis.
Dalam penyajian makalah ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Yth. Ibu Walin, SST. M.Kes selaku Kepala Prodi DIII Keperawatan Purwokerto
3. Yth. Ibu Esti Dwi W, S.Kep,.Ns,.M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah
keperawatan kritis
4. Teman-teman yang telah membantu dan memberi semangat
5. Dan semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna seperti yang
diharapkan oleh semua pihak. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik
yang konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Walaupun demikian kami
mengharapkan makalah ini bermanfaat.
Purwokerto, 6 September 2020
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................................... i
A. Pengkajian ...................................................................................................... 4
A. Kesimpulan..................................................................................................... 20
B. Saran .............................................................................................................. 20
iii
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Laparatomi
2. Indikasi Laparatomi
c. Peritonitis.
1
3. Jenis Laparatomi Menurut Indikasi
i. Selfiigo ofarektomi : Pengangkatan salah satu atau kedua tuba falopi dan
ovarium
4. Komplikasi
5. Latihan Fisik
2
otot otot kaki, menggerakan otot otot bokong, latihan alih baring dan
turun dari tempat tidur semuanya dilakukan hari ke 2 post operasi,
karena pasien paska operasi pada 6 jam pertama harus tirah baring
dulu Setelah 6-10 jam, pasien diharuskan untuk dapat miring kekiri
dan kekanan untuk mencegah trombosis dan trombo emboli. Setelah24
jam Pasien dianjurkan untuk dapat mulai belajar duduk. Setelah pasien
dapat duduk, dianjurkanuntuk belajar berjalan (Kasdu, 2005 dalam
Rustianawati, 2013).
Latihan yang dipilih peneliti adalah Posisi semi fowler. posisi semi
fowler yaitu posisi duduk dimana kepala di tinggikan 30 derajat posisi
ini membantu mengembangkan ekspansi dada dan mengurangi
tekanan abdomen memberikan rasa nyaman dan menghilangkan nyeri.
b. Mempercepat penyembuhan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. S
Umur : 72 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Bahasa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiunan PP II
Alamat : Jl. Kp. Korajan rt 01/02 penggilingan
Alamat yang mudah dihubungi :-
Ditanggung oleh : BAPEL
4
II. PENGKAJIAN KESADARAN
Saat dilakukan pengkajian kesadarannya somnolen dengan GCS =.E 3 V 2
M5
5
IV. PENGKAJIAN SEKUNDER
A. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluarga pasien mengatakan pasien nyeri pada abdomennya.
2. Keluhan tambahan
Keluarga pasien mengatakan pasien perutnya sakit seperti ditusuk-
tusuk.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien kiriman dari RS I dengan post op laparotomy perforasi gaster
pada tanggal 24 Agustus 2020. Pasien sebelumnya dirawat di RS I
selama satu minggu. Pada tanggal 2 september 2020 pasien langsung
masuk ruang ICU RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
dengan KU lemah, kesadaran somnolen, CRT < 2 detik . Pasien
mengeluh nyeri, dengan pengkajian:
a. Provoled : klien mengalami nyeri abdomen karena post op
laparatomy
b. Quality : nyeri yang dirasakan klien pada abdomen terasa
seperti ditusuk-tusuk
c. Radian : klien merasakan nyeri pada daerah abdomen
d. Severity : nyeri klien dikategorikan nyeri sedang (skala 6)
Keterangan: 0 : Tidak nyeri
1 sampai 3 : Nyeri ringan
4 sampai 6 : Nyeri sedang
7 sampai 10 : Nyeri berat
e. Time : Nyeri timbul pada saat klien bergerak.
4. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien pernah dirawat di rumah sakit
dengan keluhan yang sama pada tahun 2017.
5. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien mengatakan bahwa anggota keluarga pasien tidak
ada yang menderita penyakit sama seperti yang diderita oleh beliau.
6. Riwayat alergi obat
6
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki riwayat alergi
obat atau makanan.
7. Pola fungsional Gordon
a. Pola persepsi kesehatan
DS : Keluarga pasien mengatakan jika pasien mementingkan
kesehatannya, jika pasien sakit pasien selalu minta diantarkan ke
pelayanan kesehatan.
DO : Pasien di rawat di ruang ICU RSUD. dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga.
b. Pola nutrisi dan metabolik
DS : Keluarga pasien mengatakan pasien selama sakit nafsu
makan terus berkurang.
DO : Pasien tampak lemas, dan kurang segar, makanan habis
separuh dari yang di sediakan rumah sakit
d. Pola eliminasi
DS : Keluarga pasien mengatakan pasien sebelum dirawat di
rumah sakit BAB 1x/ hari, dengan konsentrasi lunak dan BAK 3-
4x/ hari. Setelah dirawat belum BAB.
DO : Pasien memakai pempers dan terpasang selang kateter.
e. Pola aktivitas dan latihan
DS : Keluarga pasien mengatakan pasien sebelum dirawat pasien
mampu melakukan aktivitas harian seperti biasa. Saat dirawat di
rumah sakit keluarga pasien mengatakan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari pasien tidak dapat melakukan sendiri harus
dibantu.
DO :
Aktivitas 0 1 2 3 4 Keterangan
Makan / minum √ 0 : mandiri
1 : dibantu alat
Mandi √ 2 :dibantu
Toileting √ orang lain
Berpakaian √ 3 : dibantu alat
7
Mobilitas di √ dan orang lain
tempat tidur 4 : dibantu
Berpindah total
√
Ambulasi √
8
DO : Pasien tampak berdoa ketika akan makan dan minum.
B. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : somnolan dengan GCS : E3 V2 M5
c. Tanda-tanda vital
1. TD : 101/66 mmhg
2. Nadi : 99 x/mnt
3. Pernafasan : 20 x/mnt
4. Suhu : 36,20C
5. Saturasi : 99%
9
3. Abdomen dan Pelvis
Pada abdomen klien terpasang drain bekas operasi
laparatomy, adanya distensi abdomen, tidak ada laserasi,
tidak ada abrasi maupun jejas. Balutan luka pasien pada
bagian perut terlihat kotor dan keluar nanah. Klien
merasa nyeri pada abdomennya, terdapat luka jahitan
post op.
P : Klien mengalami nyeri abdomen karena post op
laparatomy Q : Nyeri yang dirasakan klien pada
abdomen seperti ditusuk-tusuk
R : Klien merasakan nyeri pada daerah abdomen
S : Nyeri klien dikategorikan nyeri sedang (skala 6)
Keterangan : 0 = Tidak nyeri
1 sampai 3 = Nyeri ringan
4 sampe 6 = Nyeri sedang
7 sampe 10= Nyeri berat
T : Nyeri timbul pada saat klien bergerak.
4. Ekstremitas
Pasien ada keterbatasan pergerakan, warna kulit sawo
matang, terpasang infuse 2, Line I RL + 50 Meq drip
II Nacl 0,9% 2000/24 jam Fasorbid 2Mg /jam/syring
pump Vascon 0,05 Micro/jam /syring pump Pada
ekstremitas bawah bagian kiri.
5. Tulang Belakang
Tidak ada kelainan pada tulang belakang, tidak ada
perdarahan, lecet maupun luka.
6. Psikososial
Klien gelisah merasakan nyeri pada abdomennya
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Hasil pemeriksaan pada tanggal 22-08-2015
10
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Hemoglobin 11,5 11.0 – 15.0 g/dl
Lekosit 17,45 4.0 – 10.5 ribu /ul
Eritrosit 4,95 4.50 – 6.00 juta/ul
Hematokrit 37,5 40 – 50 vol%
Trombosit 142 150 – 350 ribu/ul
RDW-CV 11.5 – 14.7 %
MCV, MCH, MCHC
MCV 75 80.0 – 97.0 Fl
MCH 26 27.0 – 32.0 pg
MCHC 35 32.0 – 38.0 %
Kimia
Hati dan Jantung
Albumi 2,0 3.5 – 5.0 g/dl
2. Rontgen
Pada tanggal 22-08-2020 CT Scanning abdomen dengan tumor ganas
dengan diameter 8 cm.
V. Pengobatan
Pada tanggal 22-08-2015
- Infus RL + KCL 50 Meq
- Infus Nacl 0,9%
- Vascon 0,05 Micro /jam/syringe pump
- Fasorbid 2 mg/jam/syringe pump
- Aminofluid : Evelip 100cc 1;2;1
- Meropenem 3 x 1 gr
- Cravit 3 x 750 mg
11
- Enzimplex syrup 3 x 2 cth
- Nefrisol 6 x 250 cc
B. ANALISA DATA
12
TD :101/66 mmhg
Nadi : 99 x/mnt
Pernafasan : 20 x/mnt
Suhu : 36,20C
Saturasi : 99%
- Pasien menunjukkan ekspresi
kesakitan
- Pasien sering mengerang
kesakitan
2. DS :
- Keluarga pasien mengatakan
pasien jarang gerak semenjak
masuk ruang ICU
- Keluarga pasien mengatakan
semenjak masuk ICU belum
pernah sadar hanya sebatas
mengerang
- Keluarga pasien mengatakan Nyeri Hambatan
semua kebutuhan pasien Mobilitas Fisik
seperti makan, mandi dll
dibantu keluarga
DO :
- Kesadaran pasien somnolen
dengan GCS : E3 V2 M5
- Pasien terbaring lemah
- pasien tidak gerak aktif
- semua ADL dibantu
3. DS :
- keluarga pasien mengatakan
baru 2x diganti di rumah sakit
sebelumnya
- keluarga pasien mengatakan Prosedur Invasif Risiko Infeksi Area
13
sering keluar cairan putih Pembedahan
DO :
- perban pasien terlihat kotor
- perban pasien terlihat ada
nanah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
14
C. Intervensi Keperawatan
4. Ringan mengimplementasik
15
nyeri
nonfarmakologi.
4. Ajarkan prinsip-
prinsip manajemen
nyeri
5. Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya
dengan tepat.
6. Berikan individu
penurun nyeri yang
optimal dengan
peresepan analgesik
7. Dukung
istirahat/tidur yang
adekuat untuk
membantu
penurunan nyeri.
8. Monitor kepuasan
pasien terhadap
manajemen nyeri
dalam interval yang
spesifik.
2. Hambatan Setelah dilakukan tindakan Terapi aktivitas (4310)
mobilitas keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Identifikasi strategi
fisik diharapkan pasien dapat untuk meningkatkan
berhubunga melakukan mobilitas fisik partisipasi terkain
n dengan dengan kriteria hasil : dengan aktivitas
nyeri. NOC : Pergerakan (0208) yang diinginkan.
(Domain 4. Indikator Awal Tujuan 2. Bantu klien dan
Kelas 2. Keseimbangan 3 5 keluarga untuk
Kode Gerakan sendi 3 5 mengidentifikasi
16
Diagnosis Berjalan 3 5 kelemahan dalam
00085) Bergerak 3 5 level aktivitas
dengan mudah tertentu.
3. Bantu klien untuk
Keterangan : mengeksplorasi
1 : Sangat terganggu tujuan personal dari
2 : Banyak terganggu aktivitas-aktivitas
3 : Cukup terganggu yang bisa di
4 : Sedikit terganggu lakukan (misalnya,
5 : Tidak terganggu bekerja) dan
aktivitas-aktivitas
yang disukai.
4. Bantu klien untuk
tetap fokus pada
kekuatan (yang
dimilikinya)
disbanding dengan
kelemahan (yang
dimilikinya).
5. Berkolaborasi
dengan (ahli) terapis
fisik, okupasi, dan
terapisrekreasional
dalam perencanaan
dan pemantauan
program aktivitas,
jika memang
diperlukan.
17
3. Risiko Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi (6540)
infeksi area keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Ajarkan pasien
pembedaha diharapkan pasien tidak terjadi dan keluarga
n infeksi pada area pembedahan mengenal tanda
berhubunga dengan kriteria hasil : dan gejala
n dengan NOC : Pemulihan Pembedahan : infeksi dan
prosedur Penyembuhan (2304) kapan harus
invasif. Indikator Awal Tujuan melaporkannya
(Domain Penyembuhan kepada penyedia
3 5
11. Kelas 1. luka perawatan
Kode Nyeri 3 5 kesehatan.
Diagnosis Cairan 2. Ajarkan pasien
00266) merembes dari 3 5 dan anggota
balutan keluarga
Infeksi luka 4 5 mengenai
bagaimana
Keterangan : menghindari
1 : Berat infeksi.
2 : Cukup berat 3. Tingkatkan
3 : Sedang intake nutrisi
4 : Ringan yang tepat pada
5 : Tidak ada pasien.
4. Dorong intake
cairan yang
sesuai.
5. Dorong pasien
untuk
beristirahat.
6. Berkolaborasi
dengan tim
medis dalam
pemberian
18
antibiotik pada
pasien.
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tindakan insisi pada laparatomi menyebabkan luka sayat yang harus
diperhatikan derajat kesembuhan lukanya karena resiko tinggi terjadi infeksi
dan perdarahan.
Sedangkan menurut indikasi, jenis-jenis laparatomi meliputi
Adrenalektomi, apendiktomi, gasterektomi, histerektomi, kolektomi,
nefrektomi, pankreatomi, seksiosesaria, siksetomi dan selfigo oofarektomi.
Data WHO menunjukkan bahwa selama lebih dari satu abad
perawatan bedah telah menjadi komponen penting dari perawatan kesehatan
di dunia. Diperkirakan 230 juta tindakan bedah dilakukan di seluruh dunia.
Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun
2009, tindakan bedah menempati urutan ke 11 dari 50 penanganan pertama
pola penyakit di rumah sakit se Indonesia dengan presentase 12,8 % dan
diperkirakan 32% diantaranya merupakan tindakan bedah laparatomi
(Kusumayanti, 2013).
B. SARAN
Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen
(Spencer) yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan kandungan.Oleh
karena itu sebagai perawat hendaknya mengetahui tentang tekhnik dan
perawatan pada klien dengan laparatomi.
20
DAFTAR PUSTAKA
21