Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

Dosen Pengampu : Esti Dwi W, S.Kep,. Ns,. M.Kep

Pasca Bedah Abdomen dengan Diagnosa Medis Post Operasi Laparatomi

DISUSUN OLEH :

Titis Muslimah P1337420218049 Adinda Nur S. P1337420218082


Fergie Nugrahita P1337420218059 Diana Maryam A. P1337420218083
Cahyo Prasetyo P1337420218069 Dea Oktavia P1337420218085
Mutiatul Nur I. P1337420218072 Intan Kusuma D. P1337420218086
Finda Krisnaeni P1337420218073 Ifan Purnama P1337420218087
Chofifah Indrawati P1337420218074 Lailatan Nisfi S. P1337420218088
Khoirun Nisa F.S P1337420218075 Ajudi Ana A. M P1337420218089
Adi Saputro P1337420218076 Hasbun A. A P1337420218090
Ibnu Khasan A. M P1337420218077 Julieta Inugrahani P1337420218091
Arip Kurniadi P1337420218079 Sahril Romadhon P1337420218092
Septiani Wulandari P1337420218080 Fatin Nabilla A. P1337420218093
Alya Putri A P1337420218081
Tingkat III B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PRODI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Dasar mengenai “Pasca
Bedah Abdomen dengan Diagnosa Medis Post Operasi Laparatomi” ini tanpa ada
halangan suatu apapun. Makalah ini dibuat dalam rangka pemenuhan tugas
Keperawatan Kritis.
Dalam penyajian makalah ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Yth. Ibu Walin, SST. M.Kes selaku Kepala Prodi DIII Keperawatan Purwokerto
3. Yth. Ibu Esti Dwi W, S.Kep,.Ns,.M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah
keperawatan kritis
4. Teman-teman yang telah membantu dan memberi semangat
5. Dan semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna seperti yang
diharapkan oleh semua pihak. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik
yang konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Walaupun demikian kami
mengharapkan makalah ini bermanfaat.
Purwokerto, 6 September 2020

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 1

Konsep Post Operasi Laparatomi .......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 4

A. Pengkajian ...................................................................................................... 4

B. Analisis Data .................................................................................................. 12

C. Intervensi Keperawatan .................................................................................. 15

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 20

A. Kesimpulan..................................................................................................... 20

B. Saran .............................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 21

iii
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Post Operasi Laparatomi

1. Pengertian Laparatomi

Laparatomi adalah proses pembedahan perut sampai membuka


selaput perut, dengan 4 cara yaitu Midline incision., Paramedian, yaitu
: sedikit ke tepi dari garis tengah (2,5 cm), panjang (12,5 cm),
Transverse upper abdomen incision yaitu insisi dibagian atas
contohnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy, dan
Transverse lower abdomen yaitu insisi melintang dibagian bawah
kurang lebih 4 cm diatas anterior spinal iliaka misalnya apendiktomi
(Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010)

Menurut Syamsuhidayat (2005), Laparatomi adalah salah satu


prosedur pembedahan mayor, dengan melakukan penyayatan pada
lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian dari abdomen
yang mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker, dan obstruksi).

2. Indikasi Laparatomi

Menurut Jitowiyono (2010), tindakan laparatomi dapat dilakukan


berdasarkan indikasi dibawah ini :

a. Adanya massa abdomen.

b. Perdarahan saluran Pencernaan .

c. Peritonitis.

d. Sumbatan pada usus halus dan usus besar.

e. Trauma abdomen (tumpul atau tajam) Ruptur hepar.

1
3. Jenis Laparatomi Menurut Indikasi

Menurut Jitowiyono (2010), Jenis laparatomi berdasarkan indikasi


diantaranya :

a. Adrenektomi : Pengangkatan salah satu atau kedua kelenjar adrenalin.

b. Apendiktomi : Operasi pengangkatan apendiks

c. Gasterektomi : Pengangkatan sepertiga distal lambung


(duodenum/jejunum, mengangkat sel-sel penghasil gastrin dalam bagian
sel parital)

d. Histerektomi : Pengangkatan bagian uterus

e. Kolektomi : Pengangkatan bagian kolon atau seluruh kolon

f. Pankreatomi : Pengangkatan pancreas

g. Seksio cesaria : Pengangkatan janin dengan membukan dindim ovarium


melalui abdomen

h. Siksetomi : Operasi pengangkatan kandung kemih

i. Selfiigo ofarektomi : Pengangkatan salah satu atau kedua tuba falopi dan
ovarium

4. Komplikasi

Jitowiyono (2010), menyatakan bahwa tindakan laparatomi dapat terjadi


komplikasi pada pasien seperti berikut :

a. Ventilasi paru tidak efektif.


b. Gangguan kardiovaskuler : Hipertensi, Aritmia jantung
c. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
d. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan.

5. Latihan Fisik

Menurut Jitowiyono (2010) Latihan fisik yang dapat dilakukan


paska operasi yaitu latihan nafas dalam, latihan batuk, menggerakan

2
otot otot kaki, menggerakan otot otot bokong, latihan alih baring dan
turun dari tempat tidur semuanya dilakukan hari ke 2 post operasi,
karena pasien paska operasi pada 6 jam pertama harus tirah baring
dulu Setelah 6-10 jam, pasien diharuskan untuk dapat miring kekiri
dan kekanan untuk mencegah trombosis dan trombo emboli. Setelah24
jam Pasien dianjurkan untuk dapat mulai belajar duduk. Setelah pasien
dapat duduk, dianjurkanuntuk belajar berjalan (Kasdu, 2005 dalam
Rustianawati, 2013).

Latihan yang dipilih peneliti adalah Posisi semi fowler. posisi semi
fowler yaitu posisi duduk dimana kepala di tinggikan 30 derajat posisi
ini membantu mengembangkan ekspansi dada dan mengurangi
tekanan abdomen memberikan rasa nyaman dan menghilangkan nyeri.

6. Penatalaksanaan Post Laparatomi

Penatalaksanaan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang


diberikan kepada pasien pasien yang telah menjalani operasi pembedahan
perut. Tujuan perawatannya antara lain :

a. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.

b. Mempercepat penyembuhan.

c. Mengembalikan funsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum


operasi.

d. Mempertahankan konsep diri pasien.

e. Mempersiapkan pasien pulang.

(Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010)

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. S


DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST OP LAPARATOMI DI RUANG ICU
RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

Tanggal Masuk : 2-09-2020 No. Register : 00 15 19


Tanggal Operasi : 24-08-2020 Nomor Bed : 3
Tanggal Pengkajian : 2-09-2020 Ruang/Kelas : Intensive

Diagnosa Medis : Post Op Laparatomi Care/non


Tumor ganas kls

IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. S
Umur : 72 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Bahasa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiunan PP II
Alamat : Jl. Kp. Korajan rt 01/02 penggilingan
Alamat yang mudah dihubungi :-
Ditanggung oleh : BAPEL

I. PENGKAJIAN KONDISI/KESAN UMUM


Saat dilakukan pengkajian klien dikategorikan sakit sedang dengan tanda-
tanda kesadaran somnolen keadaan umum lemah.

4
II. PENGKAJIAN KESADARAN
Saat dilakukan pengkajian kesadarannya somnolen dengan GCS =.E 3 V 2
M5

III. PENGKAJIAN PRIMER


A. Airway (jalan napas) dengan kontra servikal
Tidak ada sumbatan jalan napas baik parsial maupun total dan
tidak ada kemungkinan fraktur cervical.
B. Breathing dan Ventilasi
Frekuensi napas 20 x/mnt, pergerakan dinding dada simetris
dan tidak ada bunyi napas tambahan.
C. Circulation dengan Kontrol Perdarahan
Nadi 99 x/mnt, kulit klien terlihat pucat dan tidak ada
perdarahan eksternal serta tidak ada tanda-tanda jejas/trauma
D. Disability
Tingkat kesadaran klien : somnolen
GCS : Eye : 3 (dengan panggilan)
Verbal : 2 (mengerang)
Motorik : 5 (terlokalisir )
Total GCS 10
Sensorik Pupil : isokor +/+
Keadaan ekstremitas : kemampuan motorik
klien mengalami
Lemah
Refleks : normal
Adanya koordinasi gerak dan tidak ada kejang.
E. Eksposure
Edema : Tidak ada
Fraktur : Tidak ada
Suhu : 36,2°C

5
IV. PENGKAJIAN SEKUNDER
A. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluarga pasien mengatakan pasien nyeri pada abdomennya.
2. Keluhan tambahan
Keluarga pasien mengatakan pasien perutnya sakit seperti ditusuk-
tusuk.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien kiriman dari RS I dengan post op laparotomy perforasi gaster
pada tanggal 24 Agustus 2020. Pasien sebelumnya dirawat di RS I
selama satu minggu. Pada tanggal 2 september 2020 pasien langsung
masuk ruang ICU RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
dengan KU lemah, kesadaran somnolen, CRT < 2 detik . Pasien
mengeluh nyeri, dengan pengkajian:
a. Provoled : klien mengalami nyeri abdomen karena post op
laparatomy
b. Quality : nyeri yang dirasakan klien pada abdomen terasa
seperti ditusuk-tusuk
c. Radian : klien merasakan nyeri pada daerah abdomen
d. Severity : nyeri klien dikategorikan nyeri sedang (skala 6)
Keterangan: 0 : Tidak nyeri
1 sampai 3 : Nyeri ringan
4 sampai 6 : Nyeri sedang
7 sampai 10 : Nyeri berat
e. Time : Nyeri timbul pada saat klien bergerak.
4. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien pernah dirawat di rumah sakit
dengan keluhan yang sama pada tahun 2017.
5. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien mengatakan bahwa anggota keluarga pasien tidak
ada yang menderita penyakit sama seperti yang diderita oleh beliau.
6. Riwayat alergi obat

6
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki riwayat alergi
obat atau makanan.
7. Pola fungsional Gordon
a. Pola persepsi kesehatan
DS : Keluarga pasien mengatakan jika pasien mementingkan
kesehatannya, jika pasien sakit pasien selalu minta diantarkan ke
pelayanan kesehatan.
DO : Pasien di rawat di ruang ICU RSUD. dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga.
b. Pola nutrisi dan metabolik
DS : Keluarga pasien mengatakan pasien selama sakit nafsu
makan terus berkurang.
DO : Pasien tampak lemas, dan kurang segar, makanan habis
separuh dari yang di sediakan rumah sakit
d. Pola eliminasi
DS : Keluarga pasien mengatakan pasien sebelum dirawat di
rumah sakit BAB 1x/ hari, dengan konsentrasi lunak dan BAK 3-
4x/ hari. Setelah dirawat belum BAB.
DO : Pasien memakai pempers dan terpasang selang kateter.
e. Pola aktivitas dan latihan
DS : Keluarga pasien mengatakan pasien sebelum dirawat pasien
mampu melakukan aktivitas harian seperti biasa. Saat dirawat di
rumah sakit keluarga pasien mengatakan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari pasien tidak dapat melakukan sendiri harus
dibantu.
DO :
Aktivitas 0 1 2 3 4 Keterangan
Makan / minum √ 0 : mandiri
1 : dibantu alat
Mandi √ 2 :dibantu
Toileting √ orang lain
Berpakaian √ 3 : dibantu alat

7
Mobilitas di √ dan orang lain
tempat tidur 4 : dibantu

Berpindah total

Ambulasi √

f. Pola istirahat tidur


DS : Keluarga pasien mengatakan pasien dapat tidur dan
disarankan untuk istirahat total oleh dokter.
DO : Pasien terlihat sering tidur. Kesadaran pasien : somnolen
g. Pola persepsi dan kognitif
DS : Keluarga pasien mengatakan fungsi pendengaran dan
penglihatan pasien menurun
DO : Pasien dengan kesadaran somnolen dengan GCS 10
h. Pola peran dan hubungan
DS : Keluarga pasien mengatakan hubungan pasien dengan
keluarga baik
DO : Pasien terlihat ditunggu oleh keluarga ketika jam besuk.
i. Pola konsep diri
DS : Keluarga pasien mengatakan ketika pasien masih sadar
pasien sering mengatakan ingin segera sembuh
DO : Pasien dapat diajak berkomunikasi,
j. Pola Reproduksi Seksual
DS : Keluarga pasien mengatakan pasien berjenis kelamin
perempuan.
DO : Pasien berjenis kelamin perempuan, terpasang kateter, dan
sudah mempunyai anak
k. Pola koping
DS : Keluarga pasien mengatakan jika pasien memiliki masalah
selalu dibicarakan dengan keluarga
DO : Pasien dirawat di ICU atas persetujuan keluarga
l. Pola keyakinan dan nilai
DS : Keluarga pasien mengatakan pasien beragama islam\

8
DO : Pasien tampak berdoa ketika akan makan dan minum.

B. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : somnolan dengan GCS : E3 V2 M5
c. Tanda-tanda vital
1. TD : 101/66 mmhg
2. Nadi : 99 x/mnt
3. Pernafasan : 20 x/mnt
4. Suhu : 36,20C
5. Saturasi : 99%

d. Pengkajian Head To Toe (Kepala sampai Kaki)


1. Pengkajian Kepala, Leher dan Wajah
a. Periksa rambut dan kulit kepala, wajah
Rambut klien berwarna beruban, kriting, ada luka
dan tidak perubahan pada tulang kepala, tidak ada
perdarahan serta benda asing.
b. Periksa mata, telinga, hidung, mulut, bibir
Pada ke 2 mata klien tidak ada kotoran dan tidak ada
perdarahan di telinga dan hidung klien tidaki ada
perdarahan, tidak ada kelainan bentuk. Di hidung
klien terpasang selang NGT, bibir klien berwarna
kemerah-merahan (kering).
c. Periksa leher
Tidak ada distensi vena leher, tidak ada perdarahan,
tidak ada edema dan kesulitan menelan.
2. Pengkajian Dada
Bentuk dada dan pergerakan dinding dada simetris,
tidak ada penggunaan otot bantu nafas, tidak ada tanda-
tanda injuri atau cedera: petekiae, perdarahan, sianosis,
abrasi dan laserasi.

9
3. Abdomen dan Pelvis
Pada abdomen klien terpasang drain bekas operasi
laparatomy, adanya distensi abdomen, tidak ada laserasi,
tidak ada abrasi maupun jejas. Balutan luka pasien pada
bagian perut terlihat kotor dan keluar nanah. Klien
merasa nyeri pada abdomennya, terdapat luka jahitan
post op.
P : Klien mengalami nyeri abdomen karena post op
laparatomy Q : Nyeri yang dirasakan klien pada
abdomen seperti ditusuk-tusuk
R : Klien merasakan nyeri pada daerah abdomen
S : Nyeri klien dikategorikan nyeri sedang (skala 6)
Keterangan : 0 = Tidak nyeri
1 sampai 3 = Nyeri ringan
4 sampe 6 = Nyeri sedang
7 sampe 10= Nyeri berat
T : Nyeri timbul pada saat klien bergerak.
4. Ekstremitas
Pasien ada keterbatasan pergerakan, warna kulit sawo
matang, terpasang infuse 2, Line I RL + 50 Meq drip
II Nacl 0,9% 2000/24 jam Fasorbid 2Mg /jam/syring
pump Vascon 0,05 Micro/jam /syring pump Pada
ekstremitas bawah bagian kiri.
5. Tulang Belakang
Tidak ada kelainan pada tulang belakang, tidak ada
perdarahan, lecet maupun luka.
6. Psikososial
Klien gelisah merasakan nyeri pada abdomennya

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Hasil pemeriksaan pada tanggal 22-08-2015

10
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Hemoglobin 11,5 11.0 – 15.0 g/dl
Lekosit 17,45 4.0 – 10.5 ribu /ul
Eritrosit 4,95 4.50 – 6.00 juta/ul
Hematokrit 37,5 40 – 50 vol%
Trombosit 142 150 – 350 ribu/ul
RDW-CV 11.5 – 14.7 %
MCV, MCH, MCHC
MCV 75 80.0 – 97.0 Fl
MCH 26 27.0 – 32.0 pg
MCHC 35 32.0 – 38.0 %

Kimia
Hati dan Jantung
Albumi 2,0 3.5 – 5.0 g/dl

2. Rontgen
Pada tanggal 22-08-2020 CT Scanning abdomen dengan tumor ganas
dengan diameter 8 cm.

V. Pengobatan
Pada tanggal 22-08-2015
- Infus RL + KCL 50 Meq
- Infus Nacl 0,9%
- Vascon 0,05 Micro /jam/syringe pump
- Fasorbid 2 mg/jam/syringe pump
- Aminofluid : Evelip 100cc 1;2;1

- Meropenem 3 x 1 gr

- Cravit 3 x 750 mg

11
- Enzimplex syrup 3 x 2 cth
- Nefrisol 6 x 250 cc

B. ANALISA DATA

No Data Subyektif Etiologi Problem


1. DS :
- Keluarga pasien mengatakan
pasien merasa nyeri pada
bagian perutnya
- Keluarga pasien mengatakan
pasien sering mengerang
kesakitan
- Keluarga pasien mengatakan
pasien sering menunjukkan
ekspresi kesakitan walaupun
matanya tertutup
DO :
- Skala nyeri
P : Klien mengalami nyeri
abdomen karena post op
laparatomy terutama saat Agen Cedera Nyeri Akut
bergerak terasa nyeri Fisik
Q : Nyeri yang dirasakan
klien pada abdomen seperti
ditusuk-tusuk
R : Klien merasakan nyeri
pada daerah abdomen
S : Nyeri klien dikategorikan
nyeri sedang (skala 6)
T : Nyeri hilang timbul
- TTV :

12
TD :101/66 mmhg
Nadi : 99 x/mnt
Pernafasan : 20 x/mnt
Suhu : 36,20C
Saturasi : 99%
- Pasien menunjukkan ekspresi
kesakitan
- Pasien sering mengerang
kesakitan
2. DS :
- Keluarga pasien mengatakan
pasien jarang gerak semenjak
masuk ruang ICU
- Keluarga pasien mengatakan
semenjak masuk ICU belum
pernah sadar hanya sebatas
mengerang
- Keluarga pasien mengatakan Nyeri Hambatan
semua kebutuhan pasien Mobilitas Fisik
seperti makan, mandi dll
dibantu keluarga
DO :
- Kesadaran pasien somnolen
dengan GCS : E3 V2 M5
- Pasien terbaring lemah
- pasien tidak gerak aktif
- semua ADL dibantu
3. DS :
- keluarga pasien mengatakan
baru 2x diganti di rumah sakit
sebelumnya
- keluarga pasien mengatakan Prosedur Invasif Risiko Infeksi Area

13
sering keluar cairan putih Pembedahan
DO :
- perban pasien terlihat kotor
- perban pasien terlihat ada
nanah

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik


2. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri
3. Risiko infeksi area pembedahan b.d prosedur invasive

14
C. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa NOC NIC


o
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
berhubunga keperawatan selama 3 X 24 jam (1400)
n dengan diharapkan rasa nyeri yang 1. Lakukan pengkajian
agens dirasakan pasien berkurang nyeri komprehensif
cedera fisik dengan kriteria hasil sebagai yang meliputi
(Domain berikut: lokasi,
12. kelas 1. NOC : Tingkat nyeri (2102) karakteristik,durasi,
Kode Indikator Awal tujuan frekuensi, kulialitas,
diagnosis Nyeri yang intensitas nyeri dan
2 5
00132) dilaporkan faktor pencetus
Ekspresi nyeri.
nyeri 2 5 2. Pilih dan
wajah implementasikan
Menggosos tindakan yang
k area yang beragam(misalnya,
2 5
terkena farmakologi, non
dampak farmakologi,
Tidak bisa interpersonal,) untuk
2 5
istirahat memfasilitasi
Mengerang pennurunan nyeri,
dan 2 5 sesuai kebutuhan.
menangis 3. Kolaborasikan
dengan pasien,

Keterangan : orang terdekat dan

1. Berat tim kesehatan

2. Cukup berat lainnya untuk

3. Sedang memilih dan

4. Ringan mengimplementasik

5. Tidak ada an tindakan penurun

15
nyeri
nonfarmakologi.
4. Ajarkan prinsip-
prinsip manajemen
nyeri
5. Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya
dengan tepat.
6. Berikan individu
penurun nyeri yang
optimal dengan
peresepan analgesik
7. Dukung
istirahat/tidur yang
adekuat untuk
membantu
penurunan nyeri.
8. Monitor kepuasan
pasien terhadap
manajemen nyeri
dalam interval yang
spesifik.
2. Hambatan Setelah dilakukan tindakan Terapi aktivitas (4310)
mobilitas keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Identifikasi strategi
fisik diharapkan pasien dapat untuk meningkatkan
berhubunga melakukan mobilitas fisik partisipasi terkain
n dengan dengan kriteria hasil : dengan aktivitas
nyeri. NOC : Pergerakan (0208) yang diinginkan.
(Domain 4. Indikator Awal Tujuan 2. Bantu klien dan
Kelas 2. Keseimbangan 3 5 keluarga untuk
Kode Gerakan sendi 3 5 mengidentifikasi

16
Diagnosis Berjalan 3 5 kelemahan dalam
00085) Bergerak 3 5 level aktivitas
dengan mudah tertentu.
3. Bantu klien untuk
Keterangan : mengeksplorasi
1 : Sangat terganggu tujuan personal dari
2 : Banyak terganggu aktivitas-aktivitas
3 : Cukup terganggu yang bisa di
4 : Sedikit terganggu lakukan (misalnya,
5 : Tidak terganggu bekerja) dan
aktivitas-aktivitas
yang disukai.
4. Bantu klien untuk
tetap fokus pada
kekuatan (yang
dimilikinya)
disbanding dengan
kelemahan (yang
dimilikinya).
5. Berkolaborasi
dengan (ahli) terapis
fisik, okupasi, dan
terapisrekreasional
dalam perencanaan
dan pemantauan
program aktivitas,
jika memang
diperlukan.

17
3. Risiko Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi (6540)
infeksi area keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Ajarkan pasien
pembedaha diharapkan pasien tidak terjadi dan keluarga
n infeksi pada area pembedahan mengenal tanda
berhubunga dengan kriteria hasil : dan gejala
n dengan NOC : Pemulihan Pembedahan : infeksi dan
prosedur Penyembuhan (2304) kapan harus
invasif. Indikator Awal Tujuan melaporkannya
(Domain Penyembuhan kepada penyedia
3 5
11. Kelas 1. luka perawatan
Kode Nyeri 3 5 kesehatan.
Diagnosis Cairan 2. Ajarkan pasien
00266) merembes dari 3 5 dan anggota
balutan keluarga
Infeksi luka 4 5 mengenai
bagaimana
Keterangan : menghindari
1 : Berat infeksi.
2 : Cukup berat 3. Tingkatkan
3 : Sedang intake nutrisi
4 : Ringan yang tepat pada
5 : Tidak ada pasien.
4. Dorong intake
cairan yang
sesuai.
5. Dorong pasien
untuk
beristirahat.
6. Berkolaborasi
dengan tim
medis dalam
pemberian

18
antibiotik pada
pasien.

19
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tindakan insisi pada laparatomi menyebabkan luka sayat yang harus
diperhatikan derajat kesembuhan lukanya karena resiko tinggi terjadi infeksi
dan perdarahan.
Sedangkan menurut indikasi, jenis-jenis laparatomi meliputi
Adrenalektomi, apendiktomi, gasterektomi, histerektomi, kolektomi,
nefrektomi, pankreatomi, seksiosesaria, siksetomi dan selfigo oofarektomi.
Data WHO menunjukkan bahwa selama lebih dari satu abad
perawatan bedah telah menjadi komponen penting dari perawatan kesehatan
di dunia. Diperkirakan 230 juta tindakan bedah dilakukan di seluruh dunia.
Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun
2009, tindakan bedah menempati urutan ke 11 dari 50 penanganan pertama
pola penyakit di rumah sakit se Indonesia dengan presentase 12,8 % dan
diperkirakan 32% diantaranya merupakan tindakan bedah laparatomi
(Kusumayanti, 2013).

B. SARAN
Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen
(Spencer) yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan kandungan.Oleh
karena itu sebagai perawat hendaknya mengetahui tentang tekhnik dan
perawatan pada klien dengan laparatomi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Herdman Heather, Kamitsuru Shigemi. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan


Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC

Arikunto, S. (2002). Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi Revisi


kelima. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Brunner and suddart. (2011). Textbook Of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition.
J.B.Lippincott Campany, Philadelpia.
Brooker, Christine. (2001). Kamus Saku Keperawatan Ed 31 EGC: Jakarta.
Craven & Hirlne. (2000). Fundamental Of Nursing Philadelphia Lippincott.
Doengges, Marilyn E. (2011). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Dorland ,W.A.Newman. (2002). Kamus Kedokteran. Jakarta: EGC.
Lakaman R. (2011). Definisi Laparatomi. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. (2012). Capita, Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Mubarak Dan Chayatin. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar Dan

Teori.Jakarta: Salemba Medica.

Mutaqin, Arif. (2014). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika.
NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan NANDA:Masalah yang Lazim Muncul
Nazir, Moh. (2011). Metode Penelitian.Ghalia Indonesia. Jakarta.
Nurlela. (2009). Metode Penelitian . Yogyakarka: Graha Ilmu.
Nursalam. (2010). Konsep Dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan,
Edisi II. Jakarta: Salemba Medika.
Prasetyo, S.N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Soeparman, dkk. (2010). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Smeltzer, Suzanne C. (2010). Keperawatan Medical Bedah Brunner And Suddart
Ed.8 Vol.3. Jakarta: EGC.

21

Anda mungkin juga menyukai