TINJAUAN PUSTAKA
beberapa tahun terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. Resin
mempunyai sifat estetik yang baik, penghantar panas yang rendah, mudah
atau kombinasi dua atau lebih bahan kimia berbeda dengan sifat-sifat unggul atau
lebih baik dari pada bahan itu sendiri.1,2 Resin komposit terdiri atas tiga komponen
utama, yaitu: komponen organik (resin) yang membentuk matriks, bahan pengisi
(filler) anorganik dan bahan interfasial untuk menyatukan resin dan filler yang
disebut coupling agent. Oleh sebab itu, resin komposit dapat didefenisikan pula
sebagai material yang tersusun dari matriks organik dan partikel bahan pengisi
komponen utama tersebut, resin komposit juga mengandung pigmen warna agar resin
komposit dapat menyerupai warna struktur gigi dan inisiator serta aktivator untuk
Kegunaan matriks resin ini adalah untuk membentuk ikatan silang polimer
yang kuat pada bahan komposit dan mengontrol konsistensi pasta resin komposit.
Matriks resin mengandung monomer dengan viskositas tinggi (kental) yaitu Bis-
rendah juga terkandung di dalamnya yaitu TEGDMA dan UEDMA. Matriks resin
memiliki kandungan ikatan ganda karbon reaktif yang dapat berpolimerisasi bila
1-4
terdapat radikal bebas. Ikatan matriks resin Bis-GMA, TEGDMA, dan UEDMA
UEDMA
matriks resin. Partikel bahan pengisi yang benar-benar berikatan dengan matriks akan
meningkatkan sifat bahan matriks. Adanya bahan pengisi pada resin komposit
kekerasan, kekuatan tarik, dan modulus elastisiti juga membaik. Partikel pengisi
umumnya dihasilkan dari penggilingan atau pengolahan quartz atau kaca untuk
menghasilkan partikel yang berkisar antara 0,1-100 µm. Quartz merupakan salah
Ikatan antara dua fasa komposit diperoleh dengan bahan coupling. Bahan
coupling adalah bahan interfasial untuk menyatukan matriks resin dan filler, bahan ini
berfungsi untuk mengikat filler ke matriks dan juga sebagai stress absorber yang
Aplikasi bahan coupling yang tepat dapat meningkatkan sifat fisis dan
sepanjang interfasial bahan pengisi dan resin. Bahan coupling yang sering digunakan
terbentuk antara silane dengan matriks resin adalah ikatan kovalen yang kuat
sedangkan ikatan yang terbentuk antara silane dengan partikel bahan pengisi adalah
ikatan siloxane (Si-O-Si) yang lemah (Gambar 3). Peran coupling yang tepat juga
ini berada di dalam pasta sebesar 0,2 %berat atau kurang. Amina organik yang cocok
bahan penghambat ditambahkan pada sistem resin. Bahan penghambat yang umum
Komposit kedokteran gigi harus memiliki warna visual dan translusensi yang
dapat menyerupai struktur gigi. Bahan pigmen yang sering ditambahkan terdiri dari
oksida logam berbeda seperti titanium dioksid dan aluminium oksid. Bahan tersebut
12µm. Bahan ini mempunyai permukaan yang kasar dan cenderung berubah warna.
(KHN).1-3
Resin komposit pengisi partikel kecil mempunyai ukuran filler 1-5 µm. Resin
komposit tipe ini mempunyai sifat fisik dan mekanis paling unggul, namun
KHN. 1-3
komposit tipe ini memiliki permukaan akhir yang halus, namun seringkali terjadi
pecah pada tepi tambalan akibat tidak terikatnya bahan pengisi prapolimerisasi.
Kekerasan Knoop resin komposit berbahan pengisi mikro adalah sebesar 5-30 KHN.
Resin komposit hybrid terdiri atas dua jenis partikel pengisi. Kebanyakan
terdiri atas silika koloidal dan partikel kaca yang dihaluskan. Ukuran partikel kaca
rata-rata 0,6-1 µm. Sifat fisik dan mekanis sistem ini umumnya berkisar antara resin
komposit tradisional dan berbahan pengisi partikel kecil. Resin komposit ini
mempunyai kehalusan permukaan dan kekuatan yang baik. Kekerasan Knoop resin
pada Tabel 1.
Resin ini mengandung muatan filler sebanyak 66-70 %volume. Komposisi filler yang
packable menjadi kental dan sulit mengisi celah kavitas yang kecil. Akan tetapi,
dengan semakin besarnya komposisi filler, bahan ini dapat mengurangi pengerutan
%volume. Komposisi filler yang rendah dan kemampuan flow yang lebih tinggi
membuat resin ini memiliki viskositas yang lebih rendah sehingga dapat dengan
dibagi menjadi dua, yaitu: resin komposit diaktivasi kimia dan resin komposit
diaktivasi sinar.1-4
Resin ini dipasarkan dalam bentuk dua pasta. Salah satu pasta berisi inisiator
benzoyl peroxide dan pasta yang lainnya berisi aktivator tertiary amine. Jika kedua
bahan dicampur, amine akan beraksi dengan benzoyl peroxide dan membentuk
bentuk satu pasta dan dimasukkan dalam sebuah tube. Sistem pembentuk radikal
bebas yang terdiri atas molekul-molekul fotoinisiator dan aktivator amine terdapat
dalam pasta tersebut. Bila tidak disinari, maka kedua komponen tersebut tidak akan
bereaksi. Sebaliknya, sinar dengan panjang gelombang yang tepat (460-485 nm)
dapat merangsang fotoinisiator bereaksi dengan amine dan membentuk radikal bebas
Polimerisasi resin komposit sinar saat ini dapat dilakukan dengan empat jenis
sumber sinar, antara lain: lampu Quartz Tungsten Halogen (QTH), Light Emiting
Diode (LED), lampu argon ion laser, dan lampu plasma.5,6 Sumber polimerisasi yang
paling banyak digunakan adalah halogen (QTH) dan LED dikarenakan biaya alat
polimerisasi dikenal oleh hampir semua resin komposit. Dalam penelitiannya, Uhl,
dkk. (2005) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada Knoop
Hardness antara polimerisasi dengan halogen light curing unit dan LED light curing
unit.5-9
propagasi, dan terminasi. Pemaparan terhadap sinar dengan panjang gelombang yang
teraktivasi akan menarik molekul hidrogen yang terdapat pada ikatan rangkap karbon
amina organik. Amina organik yang telah kehilangan molekulnya akan menjadi
radikal bebas yang mengaktifkan polimerisasi. Radikal bebas adalah bahan kimia
yang sangat mudah bereaksi karena memiliki elektron bebas. Pada tahap inisiasi,
akan terjadi kombinasi radikal bebas dengan monomer untuk menciptakan rantai
awal. Tahap kedua adalah tahap propagasi. Pada tahap ini terjadi penambahan
monomer terus menerus yang mendorong terbentuknya rantai polimer. Tahap terakhir
adalah tahap terminasi, dimana telah terbentuk molekul yang stabil (Gambar 4).1-5,12
menghasilkan resin komposit dengan sifat fisik dan kimia yang optimal. Polimerisasi
resin komposit sinar sangat dipengaruhi oleh teknik penyinaran seperti, intensitas
sinar, jarak penyinaran, ketebalan bahan, dan lama penyinaran. Polimerisasi optimal
didapatkan jika intensitas sinar minimum yang digunakan adalah 300 mw/cm2 dengan
panjang gelombang sinar 400-515 nanometer. Ketebalan bahan resin komposit sinar
yang baik berkisar antara 2,0 - 2,5 mm agar sinar dapat menembus lapisan yang
paling bawah. Ujung alat sinar harus diletakkan sedekat mungkin tanpa menyentuh
resin komposit. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dispersi cahaya light curing
unit. Variasi penyinaran resin komposit berkisar antara 20-60 detik. Penyinaran yang
menghasilkan lapisan yang tidak matang atau lunak di bagian dasar. Dari berbagai
bahan 2mm.5-9,13
Resin komposit memiliki sifat fisik dan kimia. Sifat fisiknya antara lain
(kekerasan).1-4
resin dan komposisi filler. Sifat penyerapan air ini akan mempengaruhi sifat fisik dan
sifat mekanis resin komposit seperti hardness dan wear resistance. Polimerisasi yang
adekuat menghasilkan stabilitas dan kualitas antara silane dan coupling agent dan
2.1.5.2 Kekerasan
Resin komposit memiliki kekerasan permukaan sebesar 22-80 KHN ataupun 38-72
VHN dimana lebih rendah dibandingkan email (343 KHN) dan amalgam (110
KHN). Kekerasan resin komposit dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor
Sifat resin komposit berdasarkan ukuran partikel resin komposit dapat dilihat
pada Tabel 2.
material. Uji kekerasan dengan teknik Vickers adalah uji kekerasan material yang
dihitung dari pemberian beban oleh berlian berbentuk piramida dengan puncak sudut
136o. Permukaan akan terkena tekanan tertentu untuk jangka waktu tertentu melalui
piramida berbentuk berlian tersebut. Diagonal lekuk yang dihasilkan diukur di bawah
Keterangan rumus:27
F = Beban (kgf)
d = Rata-rata panjang diagonal dari d1 and d2 (mm)
HV = Vickers Hardness
minuman di dalam rongga mulut. Makanan dan minuman ini akan mempengaruhi
kekerasan resin komposit, dikarenakan resin komposit memiliki sifat penyerapan air
dan kelarutan.1-4,9-11 Salah satu minuman yang sering dikonsumsi masyarakat adalah
minuman ringan. Minuman ringan (soft drink) adalah minuman yang tidak
mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair
yang mengandung bahan makanan dan/ atau bahan tambahan lainnya baik alami
maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi. Minuman
ringan terdiri dari dua jenis, yaitu: minuman ringan berkarbonat (carbonated soft
drink) dan minuman ringan tidak berkarbonat. Contoh minuman ringan yang tidak
berkarbonat adalah teh botol, jus buah dan sebagainya.10-13,16,17 Minuman ringan
ke dalam air minum. Pada saat larut dalam air, CO2 memberikan rasa asam dan
menurunkan pH.10-13
berkarbonat. Air yang digunakan harus mempunyai kualitas tinggi, yaitu: jernih, tidak
berbau, tidak berwarna, bebas dari organisme yang hidup dalam air, alkalinitasnya
<50 ppm, total padatan terlarut <500 ppm, dan kandungan logam besi dan mangan
<0.1 ppm. Sederet proses diperlukan untuk mendapatkan kualitas air yang diinginkan,
Bahan pemanis yang digunakan dalam minuman ringan terbagi dalam dua
kategori yaitu natural (nutritive) dan sintetik (non nutritive). Contoh bahan pemanis
natural (nutritive), antara lain gula pasir, gula cair, gula invert cair, sirup jagung,
dengan kadar fruktosa tinggi, dan dekstrosa. Bahan pemanis sintetik (non nutritive),
tujuan untuk memberikan rasa asam, memodifikasi manisnya gula, berlaku sebagai
pengawet, dan dapat mempercepat inversi gula dalam sirup/minuman. Acidulant yang
digunakan dalam minuman harus dari jenis asam yang dapat dimakan (edible/food
grade) seperti asam fosfat dan asam sitrat. Asam fosfat merupakan suatu pelarut kuat
Pewarna dapat berupa natural, semi sintetik, dan sintetik. Pewarna natural, misalnya
dari buah anggur, strawberry, cherry, dan lain-lain. Semi sintetik, misalnya: pewarna