BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Semen
Semen merupakan suatu bahan non logam yang digunakan untuk
restoratif. Semen juga berfungsi sebagai perekat pada logam dan juga sebagai
luting, basis, liner dan Varnis (Peernatasari, 2009).
Syarat-syarat semen dalam kedokteran gigi (Peernatasari, 2009):
4. Dapat melekat baik pada enamel, dentin, porselen, akrilik, alloy, tetapi
tidak lengket pada alat KG
5. Bakteriostatik
retensinya diatur oleh geometri dari gigi yang telah dipreparasi, kontrol pada saat
insersi, dan kemampuan dalam memberikan mechanical keying pada permukaan
yang tidak rata. Kurangnya retensi merupakan penyebab utama kegagalan dalam
luting. Pada proses adisi, bahan adesif bisa ditambahkan untuk meningkatkan
retensi secara signifikan dan resin adhesive technologies (Peernatasari, 2009).
Sifat Semen sebagai Luting (Peernatasari, 2009):
1. Marginal seal
2. Ketebalan (Film thickness)
3. Mudah digunakan
4. Radiopacity
5. Estetik baik
2.1.2 Semen Sebagai Basis
Basis adalah lapisan semen yang ditempatkan di bawah restorasi permanen
untuk memacu perbaikan dari pulpa yang rusak dan melindunginya dari
kerusakan. Kerusakan itu bisa dari thermal shock bila gigi direstorasi dengan
bahan logam dan kerusakan karena iritasi kimia. Basis berfungsi menahan tekanan
selama proses kondensasi serta dapat memberi bentuk yang structural bagi kavitas
(Peernatasari, 2009).
Syarat Semen sebagai Basis
Penggunaan basis dengan tujuan sebagai insulator terhadap thermal shock
tidak dilakukan pada semua restorasi logam, hal ini terganting pada kedalaman
kavitas atau ketebalan dentin yang tersisa (Peernatasari, 2009).
2.1.3 Semen sebagai Liner dan Varnish
Liner adalah bahan yang ditempatkan sebagai lapisan yang tipis dan
berfungsi utamanya adalah untuk memberikan penghalang bagi iritasi kimia, liner
tidak berfungsi sebagai insulator terhadap thermal shock (Peernatasari, 2009).
Varnish adalah rosin alami atau rosin sintetik yang dilarutkan dalam
pelarut seperti etr atau chloroform yang dioleskan disekeliling kavitas. Pelarut
menguap meninggalkan selapis tipis yang berfungsi untuk mengurangi
mikroleakage yang terjadi di sekeliling restorasi. Varnish yang ditempatkan di
bawah restorasi logam tidak efektif sebagai insolator panas meskipun bahan
varnish merupakan penghantar panas yang rendah (Peernatasari, 2009).
5
A B C
Gambar 4. Jenis SIK modifikasi resin konvensional (A) Fuji II LC, (B) Vitremer,
(C) Photac Fill
Namun sekarang ini SIK modifikasi resin masih terus dikembangkan. Pada tahun
2007, dikeluarkan SIK modifikasi resin nano yang pertama yaitu Ketac Nano
(Ketac N100) yang menggunakan nano teknologi. Nanoteknologi atau
nanoteknologi molekuler merupakan penghasil bahan fungsional dengan struktur
yang berukuran antara 0,1 hingga 100 nanometer dengan metode fisika ataupun
7
kimia.12 Ketac Nano (Gambar 5) merupakan pasta SIK modifikasi resin pertama
yang dibuat dengan teknologi nanofiller dan nanocluster dengan ukuran partikel
5-25 nm (Craig, 2002).
2.2.1 Komposisi SIK Modifikasi Resin Nano
KetacTM nano light curing glass ionomer restorative terdiri atas (Craig, 2002):
- Dua sistem pasta:
Aqueous paste ( asam polialkenoat, resin yang reaktif, dan nanofillers)
Non aqueous paste ( FAS glass, resin yang reaktif, dan nanofillers)
- Filler (69%):
27% FAS glass
42% Metacrylate yang berfungsi sebagai nanofiller.
- Reaksi pengerasan:
Memerlukan light cure
Reaksi semen ionomer jangka panjang (reaksi asam basa).
2.2.2 Indikasi SIK Modifikasi Resin Nano
Indikasi pemakaian SIK modifikasi resin Nano yang dilaporkan dalam profil
produk Ketac Nano N100 adalah (Craig, 2002):
- Restorasi gigi desidui,
- Restorasi kelas I yang kecil,
- Restorasi kelas III dan V,
- Restorasi transisi,
- Kegagalan pengisian dan undercut
- Teknik laminasi dan sandwich, dan
- Pembuatan pasak yang sekurang-kurangnya 50% dari struktur mahkota gigi
tersisa sehingga dapat dijadikan sebagai dukungan.
2.2.3 Cara manipulasi SIK modifikasi resin nano
Pada umumnya SIK modifikasi resin nano ini tersedia dalam bentuk pasta.
Berikut adalah cara manipulasi SIK modifikasi resin nano sebagai bahan restorasi
gigi (Craig, 2002).
Buka tutup dari pencampur clicker, keluarkan sedikit bahan pada mixing
pad dengan menekan pasta 2-3 detik, biasa penekanan selama 2 detik, pasta akan
keluar dalam jumlah yang sama (rasio beratnya 1,3:1,0). Campurkan bahan
8
A B C
C D E
F G
Manipulasi pengunaan SIK modifikasi resin nano. a dan b. membuka penutup
pasta, c dan d. penempatan pasta pada mixing pad selama 2 detik penekanan , e.
campurkan secara merata selama 20 detik, f. kedalaman restorasi kurang dari
2mm, g dan h. rapikan kemudian dilight cured selama 20-30 detik (Craig, 2002).
9
Penggunaan semen seng fosfat digunakan dalam kedokteran gigi antara lain:
Menurut Baum (1997) cara manipulasi semen seng fosfat adalah sebagai berikut:
1) Tidak begitu perlu alat ukur untuk membagi jumlah bubuk dan cairan,
karena kekentalan yang diinginkan bisa bervariasi menurut kebutuhan
klinis nya. Jumlah penggunaan bubuk harus maksimal untuk
meminimalkan daya larut dan memaksimalkan kekuatan.
2) alas aduk yang dingin, ini berguna untuk memperpanjang waktu kerja
dan pengerasan serta memungkinkan operator menggunakan bubuk
11
2. Komposisi Cair
Asam fosfat (phosporic acid)
Air
Seng dan aluminium salt (Aldelina, N.L. 2011)
Salah satu semen silikofofat yang paling terkenal terdiri atas 90% bubuk
semen silikat dan 10% bubuk semen seng fosfat. Pada umumnya semen
silikofosfat berisi 12%-25% flourida. Reaksi penyatuan bubuk dan cair dapat di
gambarkan sebagai berikut :
seng oxide/aluminosilicate glass + phosphoric acid
a. Kelebihan
1. Mempunyai comprossive strength yang cukup baik dan kuat dimana
semen silikofosfat memiliki toughness yang baik dan sifat tahan
terhadap abrasif yang lebih tinggi dari golongan semen fosfat.
2. Semen silikofosfat memiliki estetis yang baik dimana bahan ini
translusen karena bentuk matriks yang menyerupai gel dan inti yang
terbuat dari gelas
3. Semen silikofosfat dengan cepat dapat melepaskan fluorida yang
berpotensi sebagai resistensi terhadap pembentukan karies sekunder
4. Semen silikofosfat memiliki ikatan mekanis yang tinggi sebagai
bonding (perekat) band orthodontics sehingga dapat berikatan kuat
dengan enamel
5. Kandungan flourida dari semen silikofosfat dapat memacu
remineralisasi dibawah band orthodontics
6. Dari titik pandang anti kariesnya, semen silikofosfat sering merupakan
bahan semen pilihan untuk gigi dengan derajat karies yang tinggi.
Khususnya pada gigi anak-anak.
7. Semen silikofosfat sebagai semen perekat memiliki kelarutan yang
rendah (low solubility) yang bertujuan untuk mencegah rusaknya tepi
semen yang mengakibatkan kebocoran dan disertai akibat akibat
kelanjutan, seperti sensivitas dan karies sekunder.
b. Kekurangan
1. Karena keasamannya yang dapat mengiritasi pulpa, maka dalam
penggunaan semen ini memerlukan perlindungan pulpa (pelapik),
khususnya pada kavitas yang dalam dan gigi yang mempunyai tubulus
dentin yang masih muda.
14
Keuntungan dari semen ini, selain warnanya, adalah terdapat fluoride dari
glass, (komponen dari bahan matriks karena reaksi kimia yang terlibat dalam
pencampuran bubuk dengan cairan), fluoride cenderung mencegah karies lebih
lanjut di sekitar margin, (kenyataannya, merupakan karakteristik dari semua
formulasi menggunakan Al-Fl-Si glass dan asam kombinasi). Masalah utama
dengan semen silikat sebagai bahan restoratif adalah tampilannya. Partikelpartikel
kaca rentan terhadap tekanan, mudah berubah warna dan kasar. Kesulitan lain
adalah kerapuhan dari matriks estetik karena menyebabkan permukaan krasing
dan marjinal chipping sebagai usia restorasi dan menciptakan lebih banyak tempat
potensial untuk noda untuk memperparah (Chandra, 2007).
a. Fungsi:
Restorasi gigi anterior (Rahmawati, D. 2011)
b. Komposisi :
Campuran dari powder Silika (SiO2), Alumina (Al2O3), senyawa
fluorida, beberapa garam kalsium dengan liquid phosphoric acid
(Kadariani, 2001).
c. Sifat :
Warnanya sesuai dengan warna gigi dan cocok digunakan untuk
restorasi gigi anterior
Tensil strenght kurang baik
Daya larut semen di dalam air memang rendah, namun mudah larut
terhadap asam yang terdapat dalam plak yang melekat di atasnya
Terikat secara kimiawi dengan struktur gigi karena adanya fluoride
(kekuatan ikatan denngan email akan lebih besar daripada dengan
dentin)
1) Sifat mekanis.
Compressive strength dari semen polikarboksilat adalah sekitar 55 MPa (40-
70 MPa), relatif lebih rendah daripada semen Zink Fosfat. Namun kekuatan
tarik sedikit lebih tinggi. Semen polikarboksilat tidak sekaku semen zink
fosfat.
2) ketebelan lapisan
Waktu kerja untuk semen polikarboksilat jauh lebih pendek daripada semen
seng fosfat, yaitu sekitar 2,5 menit dibandingkan 5 menit untuk seng fosfat.
Penurunan temperatur reaksi dapat meningkatkan waktu kerja yang
diperlukan untuk sementasi jembatan cekat. Sayangnya, temperatur alas
aduk yang dingin dapat menyebabkan asam poliakrilat mengental.
Bertambahnya kekentalan membuat prosedur pengadukan menjadi lebih
sulit. Dianjurkan bahwa hanya bubuk yang didinginkan di lemari pendingin
sebelum pengadukan. Alasan dari prosedur ini adalah bahwa reaksi terjadi
pada permukaan dan temperatur yang dingin memperlambat reaksi tanpa
membuat cairan menjadi kental. Waktu pengerasan berkisar dari 6 sampai 9
menit, dan ini berada di kisaran yang bisa diterima untuk semen perekat.
4) Daya larut
Daya larut semen di dalam ir memang rendah, tetapi jika terpajan asam-
asam organik dengan pH 4,5 atau kurang, daya larutnya meningkat sangat
besar. Selain itu, penurunan rasio bubuk:cairan akan meningkatkan daya
larut dan kecepatan disintegrgasi secara nyata di dalam rongga mulut.
5) Pertimbangan biologi
pH dari cairan semen adalah sekitar 1,7. meskipun demikian, cairan ini
dapat dinetralkan dengnan cepat oleh bubuknya. Jadi, pH dari adukan naik
dengan cepat ketika reaksi pengerasan berlangsung. Meskipun semen
polikarboksilat pada aawalnya bersifat asam, produk ini hanya sedikit
mengiritasi pulpa. Ukuran molekul asam polikarboksilat yang lebih besar
dibandingkan molekul asam fosfor, membatasi penyebarannya melalui
tubulus-tubulus dentin. Kecocokan biologis dengan pulpa merupakan faktor
utama yang membuat sistem semen ini popular
Semen Ionomer Kaca (SIK) merupakan salah satu bahan restorasi yang
banyak digunakan oleh dokter gigi karena mempunyai beberapa keunggulan, yaitu
preparasinya dapat minimal, ikatan dengan jaringan gigi secara khemis, melepas
fluor dalam jangka panjang, estetis, biokompatibel, daya larut rendah, translusen,
dan bersifat anti bakteri (Chandra, 2000).
Pada proses pengadukan kedua komponen (bubuk dan cairan) ion
hidrogen dari cairan mengadakan penetrasi ke permukaan bubuk glass. Proses
pengerasan dan hidrasi berlanjut, semen membentuk ikatan silang dengan ion
Ca2+ dan Al3+ sehingga terjadi polimerisasi. Ion Ca2+ berperan pada awal
pengerasan dan ion Al3+ berperan pada pengerasan selanjutnya. Secara garis
besar terdapat tiga tahap dalam reaksi pengerasan semen ionomer kaca, yaitu
sebagai berikut (Chandra, 2000).
(1)Dissolution
Terdekomposisinya 20-30% partikel glass dan lepasnya ion-ion dari
partikel glass (kalsium, stronsium, dan alumunium) akibat dari serangan polyacid
(terbentuk cement sol).
(2) Gelation/ hardening
20
hasil yang maksimal maka selama proses pengerasan SIK perlu dilakukan
perlindungan agar tidak terjadi kontaminasi dengan saliva dan udara, yaitu dengan
cara mengunakan bahan isolasi yang efektif dan kedap air. Bahan pelindung yang
biasa digunakan adalah varnis yang terbuat dari isopropil asetat, aseton, kopolimer
dari vinil klorida, dan vinil asetat yang akan larut dengan mudah dalam beberapa
jam atau pada proses pengunyahan (Chandra, 2000).
Penggunaan varnish pada permukaan tambalan glass ionomer bukan saja
bermaksud menghindari kontak dengan saliva tetapi juga untuk mencegah
dehidrasi saat tambalan tersebut masih dalam proses pengerasan. Varnish kadang-
kadang juga digunakan sebagai bahan pembatas antara glass ionomer dengan
jaringan gigi terutama pulpa karena pada beberapa kasus semen tersebut dapat
menimbulkan iritasi terhadap pulpa. Pemberian dentin conditioner (surface
pretreatment) adalah menambah daya adhesif dentin. Persiapan ini membantu aksi
pembersihan dan pembuangan smear layer, tetapi proses ini akan menyebabkan
tubuli dentin tertutup. Smear layer adalah lapisan yang mengandung serpihan
kristal mineral halus atau mikroskopik dan matriks organic (Chandra, 2000).
Lapisan smear layer terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu lapisan luar yang
mengikuti bentuk dinding kavitas dan lapisan dalam berbentuk plugs yang
terdapat pada ujung tubulus dentin. Sedangkan plugs atau lapisan dalam tetap
dipertahankan untuk menutup tubulus dentin dekat jaringan pulpa yang
mengandung air (Chandra, 2000).
Bahan dentin conditioner berperan untuk mengangkat smear layer bagian
luar untuk membantu ikatan bahan restorasi adhesif seperti bahan bonding dentin.
Hal ini berperan dalam mencegah penetrasi mikroorganisme atau bahan-bahan
kedokteran gigi yang dapat mengiritasi jaringan pulpa sehingga dapat
menghalangai daya adhesi. Permukaan gigi dipersiapkan dengan mengoleskan
asam poliakrilik 10%. Waktu standart yang diperlukan untuk satu kali aplikasi
adalah 20 detik, tetapi menurut pengalaman untuk mendapatkan perlekatan yang
baik pengulasan dentin conditioner pada dinding kavitas dapat dilakukan selama
10-30 detik. Kemudian pembilasan dilakukan selama 30 detik pembilasan
22
merupakan hal penting untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, setelah itu
kavitas dikeringkan (Chandra, 2000).
Indikasi Semen Ionomer Kaca (Chandra, 2000):
a. Lesi erosi servikal
Kemampuan semen glass ionomer untuk melekatkan secara kimiawi dengan dentin,
menyebabkan semen glass ionomer saat ini menjadi pilihan utama dalam
merestorasi lesi erosi servikal. Bahan ini juga memiliki kekerasan yang cukuo
untuk menahan abrasi akibat sikat gigi.
b. Sebagai bahan perekat atau luting (luting agent)
Karena semen glass ionomer ini memiliki beberapa keunggulan seperti ikatannya
dengan dentin dan email. Aktivitas kariostatik, flow yang lebih baik, kelarutan
yang lebih rendah dan kekuatan yang lebih besar maka sebagai luting agent semen
ini diindikasikan untuk pasien dengan frekuensi karies tinggi atau pasien dengan
resesi ginggiva yang mememrlukan kekuatan dan aktifitas kariostatik misalnya
pada pemakai mahkota tiruan ataupun gigi tiruan jembatan.
c. Semen glass ionomer dapat digunakan sebagai base atau liner di bawah tambalan
komposit resin pada kasus kelas I, kelas II, kelas III, kelas V dan MOD. Bahan ini
berikatan secara mikromekanik dengan komposit resin melalui etsa asam dan
member perlekatan tepi yang baik. Perkembangan dentin bonding agents yang
dapat member perlekatan yang baik antara dentin dan resin hanya dapat digunakan
pada lesi erosi servikal. Bila kavitasnya dalam atau luas, bonding sering kali
gagal. Untuk memperbaiki mekanisme bonding dan melindungi pulpa dari irirtasi,
semen glass ionomer digunakan sebagaibahan sub bonding
d. Sebagai base yang berikatan secara kimiawi di bawahrestorasi amalgam
mempunyai kerapatan tepi yang kurang baik sehingga dengan adanya base glass
ionomer dapat mencegah karies sekunder terutama pada pasien dengan insidens
karies yang tinggi. Dalam keadaan sperti ini, proksimal box diisi dengan semen
cermet sampai ke dalam 2 mm dan sisanya diisi amalgam.
e. Untuk meletakkan orthodontic brackets pada pasien muda yang cenderung
mengalami karies melalui etsa asam pada email. Dengan adanya perlepasan fluor
maka semen glass ionomer dapat mengurangi white spot yang umumnya nampak
disekeliling orthondontic brackets.
23
1) Preparasi kavitas
2) Pencampuran bubuk dan cairan GIC dengan proporsi yang sesuai instruksi
pabrik
3) Penumpatan kavitas dengan warna GIC yang sesuai warna gigi sekitarnya
dengan menggunakan Vita shade guide
2.6.3 Kelebihan-Kekurangan
1) Kelebihan (Chandra, 2000):
a. Estetis (sewarna gigi)
2.7.1 Definisi
Seng oksida semen eugenol adalah salah satu semen tertua yang
digunakan. Karena itu tindakan pada jaringan pulpa, eugenol memiliki sifat
anestesi topikal. Semen seng oksida eugenol semen paling sering digunakan
karena seng oksida eugenol semen jauh lebih sedikit iritasi pada pulpa, kurang
larut dalam cairan mulut dan menghasilkan segel marginal lebih baik dari seng
fosfat. Campuran tebal zinc oxide eugenol semen digunakan untuk rongga
kecil, tapi sebelum menempatkan semen, rongga disiapkan harus terisolasi dan
dibersihkan. Eugenol seng oksida tidak digunakan sebagai bahan dasar resin
terutama ketika terisi penuh dan digunakan sebagai bahan restorasi karena
eugenol mengganggu proses polimerisasi resin. Dalam kasus ini kalsium
hidroksida digunakan sebagai bahan dasar bawah restorasi resin (Garrg,
2010).
2.7.2 Komposisi
Bahan-bahan Fungsi
Powder Zinc oxide 69,0% Bahan utama
White rosin 29,3% Untuk mengurangi kerapuhan
pada semen
Zinc stearate 1,0% Akselerator, plasticizer
Zinc acetate 0,7% Akselerator, menambah
kekuatan
Magnesium oxide Ditambahkan pada bubuk,
beraksi dengan eugenol sama
26
5) Perawatan Pulpotomi
28
Pulpitis akut karena trauma pada gigi desidui dengan apek terbuka
dapat dilakukan pulpotomi dengan kalsium hidroksida atau zinc oxide
eugenol. Pulpitis akut karena karies pada gigi desidui dengan apeks
terbuka dapat dilakukan pulpotomi dengan formeksol sampai apeks
terbuka (Patil, 2007).
2.7.4 Sifat
a) Meminimalkan kebocoran mikro
b) Memberikan perlindungan terhadap pulpa
c) Daya antibakteri
d) PH-nya mendekati 7 yang membuatnya menjadi salah satu semen
dental yang paling mempunyai potensi paling sedikit iritasi terhadap
jaringan
e) Rasio bubuk cairan akan mempengaruhi kecepatan pengerasan
f) Kekuatannya berkisar 3 – 55 Mpa
(Garg, 2010).
2.7.5 Biokompatibilitas
1) Biokompatibilitas Secara Umum
Pada awalnya semen zinc oxide eugenol diyakini tidak menimbulkan
reaksi terhadap pulpa. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai
efek bahan-bahan restorasi terhadap pulpa dimana zinc oxide eugenol
digunakan sebagai kontrolnya, semen zinc oxide eugenol juga diteliti
terhadap gigi untuk menilai efek jangka panjang trauma yang
disebabkan preparasi kavitas terhadap pulpa, yang mengherankan
adalah penelitian ini melaporkan bahwa terjadi reaksi di bawah
pengisian semen zinc oxide eugenol yang tidak menggunakan kalsium
sebagai pelindung dan pelapisnya. Pada penelitian terhadap 28 pasien
sementara, terdapat kurang dari 11 pengisian sementara mengalami
kehilangan sel-sel odontoblas, kurang dari 9 pengisian sementara sel-
selnya mengalami infiltrasi dan kurang dari dua pengisian sementara
mengalami nekrosis sebagian (Garg, 2010).
Timbulnya reaksi terhadap pulpa setelah penggunaan semen zinc
oxide eugenol kemungkinan disebabkan oleh (Garg, 2010):
29
1) indikasi
a. base
b. bahan pengisi sementara
c. lutting cement
d. ganti periodontal (bentuk yang berbeda)
e. semen sementara
f. bite registration material
2) kontraindikasi