I.TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa memahami kalimat efektif dan mampu mengaplikasikannnya
dalam pembelajaran yang sifatnya ilmiah.
1. Keutuhan
Keutuhan atau kesatuan kalimat ditandai oleh adanya kesepadanan struktur
dan makna kalimat. Kalimat secara gramatikal mungkin benar, tetapi maknanya
kemungkinan salah. Misalnya:
Saya saling memaafkan. (salah)
Rumput makan sapi dikebun guru saya. (salah)
Kalimat itu salah karena tidak adanya kesepadanan struktur dan makna.
Kalimat tersebut seharusnya:
Kami saling memaafkan. (benar)
Sapi makan rumput di kebun guru saya. (benar)
2. Kesejajaran
Kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan secara
konsisten. Misalnya: pertama kesatuan, kemakmuran, kedamaian, kesejahteraan,
kedua pertanian, perikanan, perkebunan, perdamaian,ketiga mengerjakan,
membawakan, nenertawakan, keempat, diangkat, dijinjing, ditentang, dan dipukul.
Misalnya:
a) Polisi segera menangkap pencuri itu karena sudah diketahui sebelumnya.
(salah)
b) Penulis skripsi harus melakukan langkah-langkah:
1) Pertemuan dengan penasesihat akademis,
2) Mengajukan topik,
3) Melapor kepada ketua jurusan, dan
4) Bertemu pembimbing. (salah)
Seharusnya:
a) Polisi segera menangkap pencuri itu karena sudah mengetahui
sebelumnya.
b) Penulis skripsi harus melakukan langkah-langkah:
1) Menemui penasehat akademis,
2) Mengajukan topik,
3) Melaporkan rencana kepada ketua jurusan, dan
4) Menemui pembimbing. (benar)
Untuk menyatakan kesejajaran ada juga yang mengistilahkan dengan
kesepadanan. Kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan)
dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh
kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
A. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat
kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat
dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk,
pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang
kuliah.(Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Benar)
B. Tidak terdapat subjek yang ganda
Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Soalt itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut.
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
C. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
Contoh:
a. Kami tidak membuat tugas. Sehingga kami dilarang mengikuti kuliah..
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli
sepeda motor Suzuki.
3. Kefokusan
Kalimat efektif harus memfokuskan pesan terpenting agar mudah
dipahami maksudnya. Jika tidak, makna kalimat akan sulit ditangkap maknanya.
Hal ini sangat memungkinkan menghambat komunikasi.
Contohnya:
a) Sulit ditingkatkan kualitas dan kuantitas produk holtikultura ini (tidak
efektif)
Produk holtikutura ini sulit ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya (efektif)
b) Pandai bergaul, pandai berbicara, dan pandai membujuk orang adalah
modal utama pemasaran produk. (tidak efektif)
Pandai bergaul, berbicara, dan membujuk orang adalah modal utama
pemasar produk. (efektif)
4. Kehematan
Untuk menjamin kalimat, setiap unsur kalimat harus berfungsi dengan
baik, unsur yang tidak mendukung kalimat harus dihindarkan. Untuk itu
hindarilah hal-hal berikut:
1) Subjek ganda, misalnya: Hasil penelitian itu saya sudah baca.
Seharusnya, Saya sudah membaca hasil penelitian itu.
2) Penajaman kata yang sudah berbentuk jamak, misalnya:
data (jamak) - data-data (jamak)
Fakta (jamak) - fakta-fakta (jamak)
Mengambili buku-buku - mengambili buku atau mengambil buku-
buku
Mengambili (jamak), buku-buku (jamak)
3) Menggunakan Bentuk Singkat
Kalimat singkat bukan berarti harus pendek-pendek. Akan tetapi, kalimat
harus menggunakan unsur kalimat yang benar-benar berfungsi dan
menghilangkan kata atau ungkapan yang tidak mendukung makna.
Contoh:
Pimpinan memberikan peringatan kepada karyawan agar rajin bekerja
(benar namun tidak singkat)
Pimpinan memperingatkan karyawan agar rajin bekerja
(benar dan singkat)
Meskipun benar, kalimat ini dapat dibuat lebih singkat dengan
mengubah memberikan peringatan menjadi memperingatkan. Perhatikan
kata-kata berikut ini:
Memberikan teguran – menegur
Mengambil tindakan – menindak
Memberikan peringatan – memperingatkan
4) Menggunakan bentuk kata aktif dan bertenaga:
Ia berdiri lalu pergi (aktif tetapi kurang bertenaga)
Ia bangkit lalu pergi (aktif dan bertenaga)
Mereka memperhatikan penjahat itu (aktif tetapi kurang bertenaga)
Mereka mengamati penjahat itu (aktif dan bertenaga
5. Kevariasian
Kevariasian kalimat dapat dilakukan dengan variasi struktur, diksi, dan
gaya asalkan variasi tersebut tidak menimbulkan perubahan makna kalimat yang
dapat menimbulkan salah pemahaman atau salah komunikasi.
1) Kalimat Berimbang (dalam kalimat majemuk setara)
Kedua orang tuanya bekerja di perusahaan, dan ketiga anak mereka belajar
di sekolah
2) Kalimat Melepas yaitu melepas (mengubah) fungsi klausa kedua dari
klausa koordinatif dengan klausa utama (pertama) menjadi klausa sematan,
dalam kalimat berikut ini menjadi anak kalimat keterangan waktu.
Kedua orang tuanya bekerja di perusahaan ketika ketiga anak mereka
belajar di sekolah
3) Kalimat berklimaks yaitu menempatkan klausa sematan (anak kalimat)
pada posisi awal dan klausa utama di bagian akhir.
Ketika ketiga anak itu belajar di sekolah, kedua orang tua mereka bekerja
di perusahaan.
6. Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat
diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Perhatikan kalimat di bawah ini.
1. Waktu dan tempat kami persilakan.
2. Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.
3. Haryanto Arbi meraih juara pertama Jepang Terbuka.
4. Hermawan Susanto menduduki juara pertama Cina Terbuka.
5. Mayat wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir
di daerah tersebut.
Kalimat itu tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut.
a. Bapak Menteri kami persilakan.
b. Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini.
c. Haryanto Arbi meraih gelar juara pertama Jepang Terbuka.
d. Hermawan Susanto menjadi juara pertama Cina Terbuka.
e. Sebelum meninggal, wanita yang mayatnya ditemukan itu
sering mondar-mandir di daerah tersebut.
7. Ketepatan Diksi
Kecermatan diksi mempermasalahkan penempatan kata. Setiap kata harus
mengungkapkan pikiran secara tepat. Untuk iu, penulis harus membedakan kata
yang hampir bersinonim, struktur idiomatik, kata yang berlawanan makna,
ketepatan dan kesesuaian.
8. Ketepatan Ejaan
Kecermatan menggunakan ejaan dan tanda baca dapat menentukan
kualitas penyajian data. Sebaliknya, kesalahan ejaan dapat menimbulkan
kesalahan komunikasi yang fatal, misalnya: Ia membayar dua puluh lima ribuan.
(Maksudnya: dua-puluh-lima-ribuan = 25 x Rp1.000,00 atau dua-puluh-lima-
ribuan = seratus ribu = 20 x Rp5.000,00).Penggunaan tanda baca, misalnya:
Paman kami belum menikah. Bandingkan dengan: Paman, kami belum menikah
atau Paman kami, belum menikah atau Paman, kami, belum menikah
III. RANGKUMAN
Kalimat efektif adalah kalimat yang mempunyai kesepadanan struktur,
keparalelan atau kesejajaran bentuk, ketegasan makna, kehematan kata,
kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa. Kalimat efektif
adalah kalimat yang mengikuti kaidah, dan memberikan kesamaan makna atau
pemahaman antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau penyimak.
2. Ciri-ciri kalimat efektif
Ciri-ciri kalimat efektif adalah adanya keutuhan, kesejajaran, atau
kesepadanan, kefokusan, kehematan, kecermatan dan kesantunan, serta
kevariasian, dan kelogisan.
3. Karakteristik kalimat efektif
Kalimat efektif mempunya beberapa karakteristik. Karakteristik tersebut
adalah sebagai berikut:
1. kesepadanan dan kesatuan gagasan,
2. kejelasan subjek dan predikat,
3. tidak menghadirkan subjek ganda,
4. tidak menghadirkan kata penghubing intrakalimat pada kalimat tunggal,
5. tidak menghadirkan kata yang sebelum predikat,
6. adanya kesejajaran atau keparalelan,
7. adanya ketegasan,
8. adanya kehematan,
9. adanya kelogisan,
10. adanya kecermatan.
DAFTAR RUJUKAN
Nugraheni, Aninditya Sri. 2017. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana.
Ramadansyah.2012. Paham dan Terampil Berbahasa Indonesia. Bandung: Dian
Aksara Press.
Widjono Hs. 2005. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.