FakultasTeknik
UniversitasMataram
TahunAjaran 2019/2020
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Aspal adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna hitam
sampai coklat gelap, bersifat perekat (cementitious) yang akan melembek dan meleleh
bila dipanasi, tersusun terutama dari sebagian besar BITUMEN yang kesemuanya
terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau dari hasil pemurnian
minyak bumi, atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan minyak bumi
atau derivatnya.
Aspal yang merupakan salah satu bahan konstruksi di dunia bukanlah
merupakan bahan yang baru. Bahan tersebut telah digunakan orang sejak ribuan tahun
yang lalu di Mesopolania, Siria, dan Mesir. Jenis aspal yang dipakai masa lampau itu
dari jenis yang langsung terdapat di alam berupa batuan aspal, atau dari minyak bumi
yang keluar di permukaan lalu menguap minyaknya dan mengeras. Sumber aspal
alam yang cukup luas 4000 sampai 5000 tahun yang lalu, terdapat di Irak.
Bitumen, menurut pengertian The Asphalt Institute ialah suatu campuran dari
senyawa-senyawa hidrokarbon yang berasal dari alam atau dari suatu proses
pemanasan, atau berasal dari kedua proses tersebut, kadang-kadang disertai dengan
derivatnya yang bersifat non logam, yang dapat berbentuk gas, cairan, setengah padat
atau padat, yang campuran itu dapat larut dalam Karbondisulfida ( CS 2 ). Tetapi,
bitumen tidak larut secara sempurna dalam pelarut – pelarut organis CS2 dan CCL4.
Aspal minyak adalah salah satu Fraksi hasil penyulingan minyak.
1.2 Tujuan Khusus
Setelah membaca buku ajar dan mempelajari mata kuliah aspal diharapkan mahasiswa
mampu :
1. Menjelaskan sejarah dan Perkembangan aspal
2. Mampu menjelaskan pembagian dan jenis-jenis aspal
3. Mampu menjelaskan aspal sebagai bahan bangunan
4. Mampu menjelaskan penggunaan aspal pada jalan raya.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada saat yang hampir bersamaan, John Loudon McAdam secara terpisah
membangun jalan-jalan masuk menuju Skotlandia mirip dengan cara Telford.
McAdam juga menemukan tanah yang terikut dalam keadaan kering tidak akan
turun ke dasar jalan. McAdam mengatur batuan sedemikian rupa sehingga bertemu
antar sudutnya dan membentuk permukaan yang kuat / keras. Pada masa-masa
berikutnya, metode konstruksi ini diperbaiki untuk mengurangi debu jalanan di
musim kemarau dengan cara disiram ter panas. Metode ini disebut dengan lapis
tarmacadam.
J.S. Helm, President of the Asphalt Institute, pada tahun 1939 menyatakan
bahwa aspal sudah menjadi material yang sangat penting untuk pembangunan
maupun pemeliharaan jalan. Dalam waktu empat tahun, 1934-1937, jalan yang
dibangun dengan HMA (hotmix asphalt) sudah lebih dari 80%.
Selama perang dunia kedua teknologi peningkatan kualitas aspal maupun
metode konstruksi jalan berkembang pesat seiring dengan kebutuhan dunia militer
untuk mengakomodasi pergerakan dan mobilisasi alat-alat perang yang relatif
berat. Ketika perang selesai dan orang banyak berpindah ke perkotaan, proyek-
jproyek jalan di Amerika mengalami masa booming. Pada tahun 1956, Konggres
Amerika menyetujui undang-undang pembangunan jalan yang menelan dana
hingga USD 51 milyar untuk pembangunan jalan nasional saja (bandingkan
dengan anggaran Binamarga untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan nasional
tahun 2008 ini yang hanya berkisar USD 2 milyar; inipun setelah ada kesadaran
dari Pemerintah Indonesia untuk memperbaiki infrastruktur jalan, masa-masa
sebelumnya hanya maksimal separuhnya). Lonjakan proyek-proyek jalan ini
membuat kontraktor membutuhkan peralatan yang lebih besar kapasitasnya dan
juga lebih bagus kinerjanya. Paverdengan sistem kontrol elektronik untuk
mengatur level penghamparan hotmix mulai diperkenalkan tahun 1950,
sedang screed yang dilengkapi dengan kontrol mulai digunakan tahun
1960an. Finisher yang dapat digunakan untuk menghampar dua lajur sekaligus
mulai digunakan tahun 1968. Salah satu inovasi peralatan yang cukup penting
untuk dunia konstruksi jalan adalah dengan diperkenalkannya alat angkut hotmix
yang dapat membuang dari bawah (saat ini kita mengenalnya dengan
sebutandumptruck), sehingga hotmix dapat dimasukkan ke bagian
depan paver (finisher), danpaver dapat beroperasi secara terus-menerus.
Sampai tahun 1950an, pemadatan hotmix di lapangan hanya menggunakan
tandem roller yang ringan ditambah dengan three-wheel roller yang berat. Saat ini,
pemadatan sudah dilakukan dengan 5-wheel roller dan tandem roller yang
dilengkapi dengan sistem penggetar (vibratory).
Gambar 2.8 Asphalt Sprayer (awal abad 19)
2.2 Pengertian Aspal
Aspal ialah bahan Hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam
kecoklatan, tahan terhadap air, dan Visioelastis. Aspal sering juga disebut Bitumen
merupakan bahan pengikat pada Campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis
permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal berasal dari aspal alam (Aspal buton} atau aspal
minyak (aspal yang berasal dari minyak bumi). Berdasarkan konsistensinya, aspal dapat
diklasifikasikan menjadi Aspal padat, dan aspal cair.
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa
hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan
pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal akan bersifat padat
pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan. Aspal merupakan bahan yang sangat
kompleks dan secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik. Kandungan utama aspal
adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan aromatic yang mempunyai atom
karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga
menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain. Secara
kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% hydrogen, 6% belerang, dan
sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-
senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya kecil) dan malten
(yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten.
Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa polar.
Sumber aspal terjadi karena adanya beberapa siklus diantaranya yaitu aspal alam dan
aspal minyak.
Terlihat dari gambar diatas bahwa minyak mentah yang diproses dengan penyulingan
pertama-tama akan didapat 5 macam fraksi minyak, yaitu 1). jenis minyak gas ( minyak
ringan dan mudah menguap ), 2). Minyak kerosen atau minyak bakar ringan, 3). Minyak
diesel, 4). Minyak lumas, dan 5). Sisa residu berupa minyak berat. Masing-masing fraksi
minyak tersebut diatas masih dapat dimurnikan serta dipisah-pisah lagi, sehingga terdapat
berbagai jenis minyak tanah. Residu minyak berat ini biasanya memiliki sifat sebagai
minyak yang mengeras lambat ( SLOW-CURING, atau disingkat SC dengan viskositet 70
( SC -70 ). Selanjutnya bila minyak ini dimurnikan lagi dengan disuling pakai uap dan
hampa udara ( vacuum ), atau dengan cara recycling,akan menghasilkan lagi fraksi yang
lebih berat lagi, berupa minyak untuk jalan ( road oil ) yang penetrasinya disesuaikan
dengan kebutuhan.
Dengan mengatur suhu serta vacuum dalam alat sulingnya, akan dapat diuapkan lagi
minyak- minyak yang lebih ringan yang terkandung dalam fraksi yang berat itu. Bila suhu
didalam penyuling dinaikkan dan vacuum didalam menara dinaikkan pula, didapat
produk aspal dengan penetrasi rendah,sebaliknya bila suhu nya rendah dan juga
vacuumnya tidak terlalu tinggi, didapat aspal yang angka penetrasinya tinggi, karena
masih tercampur dengan minyak ringan sebagai pelarutnya.
Cara pemurnian aspal dengan pelarutan, dipakai cairan pelarut ( solvent extraction
process), disatukan pula dengan cara pemurnian bagi minyak lumas mutu tinggi, dimana
penglarutan suhu perlu diamati dengan teliti. Sebagai pelarut biasanya dipakai “propan”,
dan dari hasil cara ini biasanya didapat aspal dengan penetrasi rendah, kurang dari 50.
Untuk membuat aspal penetrasi rendah, menjadi jenis lain yang lebih lembek atau
encer, biasanya perlu dicampur dengan minyak residu yang lebih cair. Menjadi kebiasaan
pula di dalam praktek mencampur jumlah persen tertentu jenis yang cair dengan jenis
yang kental, untuk mendapatkan jenis pertengahan, yang tertentu ( yang diperlukan ).
Bahan-bahannya terdiri dari batu pecah, kerikil,dan stabilisasi tanah dengan semen
atau kapur .Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air dan
memberikan bantuan tegangan tarik yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan
terhadap beban roda lalu lintas. Pemilihan bahan lapis permukaan perlu dipertimbangkan
kegunaan,umur rencana,serta pentahapan konstruksi agar dicapai manfaat yang sebesar-
besarnya dari biaya yang dikeluarkan.
Jenis permukaan tersebut diatas walaupun bersifat non struktural, dapat menambah
daya tahan perkerasan terhadap penururnan mutu, sehingga secara keseluruhan
menambah masa pelayanan dari kontruksi perkerasan. Jenis permukaan ini terutama
digunakan untuk pemeliharaan jalan.
Adapun lapisan yang bersifat struktural yang berfungsi sebagai lapisan yang menahan
dan menyebarkan roda dua adalah sebagai berikut :
a. Penetrasi macadam (lapen), merupakan lapis perkerasan yang terdiri agregat
pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh
aspal dengan cara disemprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Di
atas lapen ini biasanya diberi laburan aspal dengan agregat penutup.
b. Lasbutag merupakan suatu lapisan pada kontruksi jalan yang terdiri dari
campuran antara agregat, asbuton dan bahan pelunak yang diaduk, dihampar
dan dipadatkan secara dingin.
c. Laston (lapisan aspal beton), merupakan suatu lapisan pada kontruksi jalan
yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi
menerus, dicampur , dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu.
B. Sifat Fisis
Sifat fisis aspal yang terutama untuk dipakai dalam konstruksi jalan ialah :
1. Kepekatan (Konsistensi).
Peranan kepekatan/konsistensi bahan-bahan aspal, untuk memilih dan memakainya
ada dua hal:
a. Pertimbangan terhadap sifat kepekatan untuk suhu yang tertentu, yang akan
membagi –bagi beberapa macam bahan
b. Pengaruh suhu terhadap konsistensi.
2. Ketahan lama, atau ketahanan terhadap pelapukan oleh cuaca.
Agar suatu bahan perekat aspal memuaskan sifatnya sebagai perekat ia harus tetap
tinggal plastis. Bila aspal terkena pengaruh cuaca dalam bentuk lapisan yang tipis, ia
akan berangsur-angsur hilang sifat plastisnya, dan akam menjadi regas,karena
perubahan kimia atau fisika. Perusakan ini disebut pelapukan. Sifat-sifat aspal yang
ada hubungannya dengan ketahanan lama atau pengaruh pelapukan a.l. ialah :
a. Titik Lembek
b. Oksidasi dan penguapan
c. Pengaruh suhu
d. Pengaruh luas permukaan
e. Pengaruh sinar matahari
f. Pengaruh susunan kimia
g. Aspal yang dibuat dengan proses kraking ( cracked asphalt )
3. Derajat Pengerasan.
Rate of curing ini dipengaruhi oleh :
a. Penguapan dari bahan pelarut
b. Jumlah pelarut dalam aspal cair
c. Angka penetrasi dari aspal dasar yang dicairkan
Faktor luar yang mempengaruhi pengentalan :
a. Suhu sekeliling
b. Luas permukaan penguapan, atau perbandingan antara luas permukaan dan
volumenya
c. Kecepatan angin yang melalui permukaan
4. Ketahanan terhadap pengaruh air.
Didalam praktek mutu dan kegunaan aspal ,pada umumnya ditentukan oleh
keempat sifat tersebut, meskipun bahwa ratio maltene distribution, terhadap
ketahanan lama, tidak diabaikan.
C. Sifat Fisis Lainnya
Beberapa sifat fisis lainnya yang perlu diketahui dan atau sering dilakukan
pengujiannya a.l. ialah :
1. Berat Jenis
Berat jenis aspal biasanya berkisar antara 1.04 sampai 1.02. pada suhu
15oC. Angka yang tinggi dicapai untuk bitumen yang keras, dan yang rendah
untuk bitumen cair.
2. Ductility ( keliatan )
Untuk mendapatkan gambaran apakah suatu jenis aspal pada
penggunannya nanti akan mengalami retak-retak, dilakukan uji keliatan
dengan cara menarik benda coba yang terbuat dari aspal dengan kecepatan
5cm permenit pada suhu 25oC. Penampang benda cobanya 1cm2. Ductility
merupakan angka perpanjangan dari benda coba akibat penarikan, sampai
putus, dinyatakan dalam cm.
3. Titik Nyala
Untuk menentukan pada suhu mana aspal itu akan menyala, untuk
menjaga pada suhu mana aspal tersebut dapat dipanasi tanpa berbahaya.
4. Uji Kelarutan
Uji ini biasanya untuk menguji kemurnian aspal dimana aspal
kemungkinan mengandung bahan tak larut. Misalnya garam, kotoran abu,
karbon atau mineral lainnya.
5. Uji Penyulingan
Uji ini dimaksud untuk memisahkan bahan-bahan lain yang dapat
dipisahkan dari aspal misalnya jenis pelarut yang berbeda penguapannya.
Bahan Aspal
Bahan yang penting untuk priming ialah aspal cut-black. Biasanya dipakai
untuk priming ini apa yang disebut MC-70. Yang perlu diperhatikan kalau memakai
MC 70, untuk priming ialah pemakaian rata-rata dan temperature penyemprotan.
Gambar Pengaspalan permukaan jalan yang baru dengan mempergunakan aspal cair (campuran
aspal dan bahan pengencer ).
2. Pengolesan (Tacking)
Pengolesan diperlukan pada permukaan lama, apabila dilapisi dengan permukaan baru
jadi tacking ini membantu pengikatan yang baik antara permukaan lama dengan yang
baru. Volumenya pemakaian sangat sedikit, tetapi usahakan serata mungkin. Karena
pemakaian volumenya yang sedikit tadi alat yang dipakai untuk penyemprotan distributor
dengan batang penyemprotan dengan tangan atau tenaga manusia. Banyaknya pemakai
banhan emulsi ini ialah anatar 0,2-0,5 1/m2, jadi kita untuk menentukan yang tepat harus
melakukan pengetasan dahulu, atau dapat juga melihat pada keadaan permukaan lama.
Kalau masih cukup adanya, kita tidak memerlukan pekerjaan tacking.
Penyemprotan aspal
Penyemprotan tentu kita lakukan apabila pengamparan/penyebaran batuan itu sudah
baik, semua batuan yang berlebihan dibuang, dengan sendirinya permukaan itu sudah
rata dan cukup rapat. Ada hal yang penting diperhatikan disamping hal yang kita
temui pada priming yaitu:
Distributor berada pada posisi yang benar dan bergerak searah dengan lalu lintas
Kecepatan kendaraan harus berjalan baik, pada waktu sebelum atau sesudah
pengaspalan
Tebalnya penyemprotan aspal ini adalah 1 – 1½ mm di atas batuan, dimana dapat
diketahui apabila kita masih dapat melihat susunan batuan lama/dibawah tadi. Juga
diperhatikan supaya penyemprotan aspal harus merata, dan penyebaran batuan tadi secara
baik.
Gambar Penyemprotan Aspal
Pemadatan
Pemadatan dianjurkan supaya dilaksanakan pada waktu sebelum aspal menjadi keras
atau masih dalam proses pendinginan. Pemadatan harus dilakukan dengan hati-hati
dan pelan-pelan. Jangan sering mempermainkan kemudi dan mulai bergerak dan
berhenti mendadak. Kecepatan alat pemadat adalah 4 s/d 8 km/jam, alat pemadat
yang tepat ialah mesin gilas Peneumatik Mesin gilas roda besi (Tandem Roller) dapat
dipakai yang berukuran 5-8 ton.