Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

“Sejarah Perkembangan Aspal Dari Masa Ke masa”

Nama Anggota Kelompok :

1. Regita Tiara Anjani (F1A019153)


2. Rifky Fauzan Hafiz (F1A019156)
3. Tabrani Akbar Tahir (F1A019172)
4. Titi Oktaviani Eka Wardani (F1A019177)
5. Tristania Rahadi (F1A019183)
6. Yuniningsih (F1A019195)
7. Ziyad Pirjaturrofi (F1A019198)

FakultasTeknik
UniversitasMataram
TahunAjaran 2019/2020
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Aspal adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna hitam
sampai coklat gelap, bersifat perekat (cementitious) yang akan melembek dan meleleh
bila dipanasi, tersusun terutama dari sebagian besar BITUMEN yang kesemuanya
terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau dari hasil pemurnian
minyak bumi, atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan minyak bumi
atau derivatnya.
Aspal yang merupakan salah satu bahan konstruksi di dunia bukanlah
merupakan bahan yang baru. Bahan tersebut telah digunakan orang sejak ribuan tahun
yang lalu di Mesopolania, Siria, dan Mesir. Jenis aspal yang dipakai masa lampau itu
dari jenis yang langsung terdapat di alam berupa batuan aspal, atau dari minyak bumi
yang keluar di permukaan lalu menguap minyaknya dan mengeras. Sumber aspal
alam yang cukup luas 4000 sampai 5000 tahun yang lalu, terdapat di Irak.
Bitumen, menurut pengertian The Asphalt Institute ialah suatu campuran dari
senyawa-senyawa hidrokarbon yang berasal dari alam atau dari suatu proses
pemanasan, atau berasal dari kedua proses tersebut, kadang-kadang disertai dengan
derivatnya yang bersifat non logam, yang dapat berbentuk gas, cairan, setengah padat
atau padat, yang campuran itu dapat larut dalam Karbondisulfida ( CS 2 ). Tetapi,
bitumen tidak larut secara sempurna dalam pelarut – pelarut organis CS2 dan CCL4.
Aspal minyak adalah salah satu Fraksi hasil penyulingan minyak.
1.2 Tujuan Khusus

Setelah membaca buku ajar dan mempelajari mata kuliah aspal diharapkan mahasiswa
mampu :
1. Menjelaskan sejarah dan Perkembangan aspal
2. Mampu menjelaskan pembagian dan jenis-jenis aspal
3. Mampu menjelaskan aspal sebagai bahan bangunan
4. Mampu menjelaskan penggunaan aspal pada jalan raya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Aspal Dan Perkembangan Aspal


Sejarah penggunaan aspal telah dimulai sejak ribuan tahun sebelum masehi
oleh bangsa Sumeria dan Mesopotamia. Mereka menggunakan aspal (sering
disebut bitumen) sebagai lapis pengedap untuk bak mandi maupun kolam-kolam
air di istana dan kuil. Tentu saja aspal yang digunakan adalah aspal yang didapat
secara alami. Aspal terdapat di alam dalam bentuk lake asphalt (seperti dodol) dan
rock asphalt (biasanya keras, campuran dari aspal, tanah, kapur, dan lempung).
Aspal tercatat pertama kali digunakan sebagai bahan konstruksi jalan, terjadi di
Babilonia sekitar tahun 625 SM pada masa kekuasaan Raja Naboppolassar seperti
yang tercatat dalam prasasti peninggalannya.

Gambar 2.1. Prasasti peninggalan Naboppolassar

Istilah aspal berasal dari bahasa Yunani kuno asphaltos, kemudian bangsa


Romawi mengubahnya menjadi asphaltus, lalu diadaptasi ke dalam bahasa Inggris
menjadiasphalt, dan kita menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi
aspal. Berabad kemudian setelah jaman Babilonia, Sir Walter Raleigh menuliskan
dalam catatannya (tahun 1595) tentang penemuan deposit lake asphalt di Trinidad,
dekat pantai Venezuela. Dia menggunakan aspal tersebut sebagai pelapis dinding
kapalnya.
Sejarah penggunaan aspal untuk pembuatan jalan di abad modern dapat
ditelusur kembali pada masa abad ke 18. Seorang insinyur Inggris yang bernama
John Metcalf (lahir 1717) harus membangun jaringan jalan di Yorkshire dengan
total panjang hampir 300 km. Jalan dibuat dengan batuan berukuran besar
diletakkan di bawah sebagai pondasi yang kuat, kemudian di atasnya diberi batu
galian, lalu kerikil sebagai lapis penutup. Thomas Telford membangun jaringan
jalan di Skotlandia pada tahun 1803-1821 sepanjang hamper 1.500
km. Telford menyempurnakan metode pembuatan jalan Metcalf, dengan
mengganti batu galian dengan batu pecah. Ketebalan lapisan batu pecah juga sudah
dihitung berdasar karakter lalu lintas yang akan melintasi.
Gambar 2.2. John Metcalf

Pada saat yang hampir bersamaan, John Loudon McAdam secara terpisah
membangun jalan-jalan masuk menuju Skotlandia mirip dengan cara Telford.
McAdam juga menemukan tanah yang terikut dalam keadaan kering tidak akan
turun ke dasar jalan. McAdam mengatur batuan sedemikian rupa sehingga bertemu
antar sudutnya dan membentuk permukaan yang kuat / keras. Pada masa-masa
berikutnya, metode konstruksi ini diperbaiki untuk mengurangi debu jalanan di
musim kemarau dengan cara disiram ter panas. Metode ini disebut dengan lapis
tarmacadam.

Gambar 2.3. John Loudon McAdam


Baru pada tahun 1870 campuran aspal digunakan untuk pembangunan jalan,
yang dilakukan oleh seorang ahli kimia Belgia, yang bernama Edmund J.
DeSmedt, ketika membangun jalan di depan balai kota Newark, New Jersey, USA.
Campuran yang digunakan adalah pasir dan aspal alam dari Trinidad. Hasil yang
memuaskan membuat para kontraktor pembangun jalan segera memanfaatkan
aspal sebagai bahan konstruksi pada proyek-proyek pembangunan jalan yang
dikerjakan.
Gambar 2.4 Penggelaran hotmix aspal pada abad 18
Pada masa ini, aspal yang digunakan maupun campuran hotmix yang
diproduksi belumlah memakai spesifikasi seperti yang kita kenal sekarang. Oleh
karena proyek pembangunan jalan yang menggunakan aspal mulai meningkat
banyak, untuk mempertahankan kualitas hasil yang baik, Pemerintah Kota New
York hanya mensyaratkan penggunaan batu bata atau batu granit, namun dengan
jaminan selama 15 tahun baik untuk material maupun pelaksanaan. Karena
pengetahuan kontraktor masih terbatas, banyak jalan yang tidak dapat bertahan
selama 15 tahun, dan sebagai akibatnya banyak kontraktor yang bangkrut. Akibat
lanjutannya adalah proyek-proyek jalan berikutnya menjadi meningkat harganya
untuk mengkompensasi garansi selama 15 tahun tersebut.
Sampai tahun 1900an, hampir seluruh aspal yang digunakan berasal dari
aspal alamTrinidad. Di sisi lain, mulai banyaknya penemuan sumur-sumur minyak
bumi membuat perkembangan kilang (refinery) semakin banyak dan meluas. Dari
pengoperasian kilang ternyata juga dihasilkan aspal. Akhirnya, pada tahun 1907
aspal yang dihasilkan dari kilang telah menggeser penggunaan aspal
alam Trinidad, karena aspal kilang lebih murah harganya.
Produksi HMA (Hot-Mix Asphalt, selanjutnya disebut hotmix saja) pertama kali
dilakukan secara manual, dengan cara memanaskan batuan atau pasir di atas plat
besi dengan menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Lalu aspal dituang, dan
pekerja kemudian mengaduk-aduk (membolak-balik) secara manual. Penggunaan
alat pengaduk, mixer, secara mekanis pertama kali dilakukan di Paris pada tahun
1854, namun masih sangat sederhana dan terbatas, sehingga untuk memproduksi
satubatch saja perlu waktu empat jam.
Fasilitas produksi hotmix pertama yang memiliki komponen-komponen dasar
seperti yang kita pahami sekarang dibangun oleh perusahaan Warren Brothers di
EastCambridge tahun 1901. Rotary drum dan rotary drier pertama kali digunakan
untuk produksi hotmix pada tahun 1910. Mekanisasi sistem pengumpan dingin
mulai diterapkan tahun 1920, sementara vibrating screen dan sistem injeksi
tekanan (untuk pembakaran) mulai ditambahkan sejak tahun 1930.
Gambar 2.5. Rombongan peralatan kontraktor akan menggelar hotmix, awal
abad 19 (saat ini dikenal sebagai mob-demob peralatan)

Metode pelaksanaan (konstruksi) juga mengalami perkembangan yang


cukup pesat. Pada masa awal, setelah hotmix dituang di lokasi proyek, lalu disebar
dan diratakan dengan tangan lalu dipadatkan dengan roller yang masih ditarik
dengan kuda. Tahun 1920 tercatat penggunaan pertama spreader secara mekanis
untuk menghampar hotmix (mengadop dari pelaksanaan pekerjaan beton).

Gambar 2.6. Dumptruck (awal abad 19) sedang menuang hotmix.


Tahun 1930, Sheldon G. Hayes adalah orang yang pertama menggunakan
finisher (tipe Barber-Greene) untuk menyebar atau menghampar hotmix. Finisher
ini terdiri atas unit traktor dan screed yang dilengkapi dengan vertical tamping bar.
Gambar 2.7. Tandem Roller (stoom) awal abad 19

J.S. Helm, President of the Asphalt Institute, pada tahun 1939 menyatakan
bahwa aspal sudah menjadi material yang sangat penting untuk pembangunan
maupun pemeliharaan jalan. Dalam waktu empat tahun, 1934-1937, jalan yang
dibangun dengan HMA (hotmix asphalt) sudah lebih dari 80%.
Selama perang dunia kedua teknologi peningkatan kualitas aspal maupun
metode konstruksi jalan berkembang pesat seiring dengan kebutuhan dunia militer
untuk mengakomodasi pergerakan dan mobilisasi alat-alat perang yang relatif
berat. Ketika perang selesai dan orang banyak berpindah ke perkotaan, proyek-
jproyek jalan di Amerika mengalami masa booming. Pada tahun 1956, Konggres
Amerika menyetujui undang-undang pembangunan jalan yang menelan dana
hingga USD 51 milyar untuk pembangunan jalan nasional saja (bandingkan
dengan anggaran Binamarga untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan nasional
tahun 2008 ini yang hanya berkisar USD 2 milyar; inipun setelah ada kesadaran
dari Pemerintah Indonesia untuk memperbaiki infrastruktur jalan, masa-masa
sebelumnya hanya maksimal separuhnya). Lonjakan proyek-proyek jalan ini
membuat kontraktor membutuhkan peralatan yang lebih besar kapasitasnya dan
juga lebih bagus kinerjanya. Paverdengan sistem kontrol elektronik untuk
mengatur level penghamparan hotmix mulai diperkenalkan tahun 1950,
sedang screed yang dilengkapi dengan kontrol mulai digunakan tahun
1960an. Finisher yang dapat digunakan untuk menghampar dua lajur sekaligus
mulai digunakan tahun 1968. Salah satu inovasi peralatan yang cukup penting
untuk dunia konstruksi jalan adalah dengan diperkenalkannya alat angkut hotmix
yang dapat membuang dari bawah (saat ini kita mengenalnya dengan
sebutandumptruck), sehingga hotmix dapat dimasukkan ke bagian
depan paver (finisher), danpaver dapat beroperasi secara terus-menerus.
Sampai tahun 1950an, pemadatan hotmix di lapangan hanya menggunakan
tandem roller yang ringan ditambah dengan three-wheel roller yang berat. Saat ini,
pemadatan sudah dilakukan dengan 5-wheel roller dan tandem roller yang
dilengkapi dengan sistem penggetar (vibratory).
Gambar 2.8 Asphalt Sprayer (awal abad 19)
2.2 Pengertian Aspal
Aspal ialah bahan Hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam
kecoklatan, tahan terhadap air, dan Visioelastis. Aspal sering juga disebut Bitumen
merupakan bahan pengikat pada Campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis
permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal berasal dari aspal alam (Aspal buton} atau aspal
minyak (aspal yang berasal dari minyak bumi). Berdasarkan konsistensinya, aspal dapat
diklasifikasikan menjadi Aspal padat, dan aspal cair.
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa
hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan
pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal akan bersifat padat
pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan. Aspal merupakan bahan yang sangat
kompleks dan secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik. Kandungan utama aspal
adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan aromatic yang mempunyai atom
karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga
menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain. Secara
kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% hydrogen, 6% belerang, dan
sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-
senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya kecil) dan malten
(yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten.
Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa polar.

2.2.1 Sumber Aspal

Sumber aspal terjadi karena adanya beberapa siklus diantaranya yaitu aspal alam dan
aspal minyak.

2.2.1.1 Aspal Alam


Asphal alam terbentuk perlahan-lahan dari fraksionasi alami minyak bumi di dekat
minyak bumi. Aspal alam terdapat di alam biasanya dalam bentuk batuan sehingga biasa
di sebut batuan aspal. Aspal alam disebabkan pengaruh tektonik terhadap minyak bumi
yang di duga semula terkandung dalam batuan induk kemudian berimigrasi melalui dasar
dan mengimpregnasi batuan sekitarnya, yaitu batu gamping dan batu pasir. Material aspal
membentuk suatu danau yang mengisi pori-pori. Celah batuan, atau deposit yang
mengandung campuran aspal alam dan bahan mineral dalam berbagai porsi.

2.2.1.2 Aspal minyak


Sumber aspal ini berasal dari kilang minyak (refinery bitumen). Aspal yang di
hasilkan sari industri kilang minyak mentah (crude oil) dikenal sebagai residual bitumen,
straight bitumen atau steam refined bitumen. Istilah refinery bitumen merupakan nama
yang tepat dan umum digunakan. Aspal yang dihasilkan dari minyak mentah yang
diperoleh melalui proses destilasi minyak bumi. Proses penyulingan ini dilakukan dengan
pemanasan hingga suhu 3500C dibawah tekanan atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi
minyak seperti gas oline (bensin), kerosene (minyak tanah) dan gas oli.

Gambar 2.9. Bagian penyulingan minyak bumi dan didapatnya aspal.

Terlihat dari gambar diatas bahwa minyak mentah yang diproses dengan penyulingan
pertama-tama akan didapat 5 macam fraksi minyak, yaitu 1). jenis minyak gas ( minyak
ringan dan mudah menguap ), 2). Minyak kerosen atau minyak bakar ringan, 3). Minyak
diesel, 4). Minyak lumas, dan 5). Sisa residu berupa minyak berat. Masing-masing fraksi
minyak tersebut diatas masih dapat dimurnikan serta dipisah-pisah lagi, sehingga terdapat
berbagai jenis minyak tanah. Residu minyak berat ini biasanya memiliki sifat sebagai
minyak yang mengeras lambat ( SLOW-CURING, atau disingkat SC dengan viskositet 70
( SC -70 ). Selanjutnya bila minyak ini dimurnikan lagi dengan disuling pakai uap dan
hampa udara ( vacuum ), atau dengan cara recycling,akan menghasilkan lagi fraksi yang
lebih berat lagi, berupa minyak untuk jalan ( road oil ) yang penetrasinya disesuaikan
dengan kebutuhan.
Dengan mengatur suhu serta vacuum dalam alat sulingnya, akan dapat diuapkan lagi
minyak- minyak yang lebih ringan yang terkandung dalam fraksi yang berat itu. Bila suhu
didalam penyuling dinaikkan dan vacuum didalam menara dinaikkan pula, didapat
produk aspal dengan penetrasi rendah,sebaliknya bila suhu nya rendah dan juga
vacuumnya tidak terlalu tinggi, didapat aspal yang angka penetrasinya tinggi, karena
masih tercampur dengan minyak ringan sebagai pelarutnya.
Cara pemurnian aspal dengan pelarutan, dipakai cairan pelarut ( solvent extraction
process), disatukan pula dengan cara pemurnian bagi minyak lumas mutu tinggi, dimana
penglarutan suhu perlu diamati dengan teliti. Sebagai pelarut biasanya dipakai “propan”,
dan dari hasil cara ini biasanya didapat aspal dengan penetrasi rendah, kurang dari 50.
Untuk membuat aspal penetrasi rendah, menjadi jenis lain yang lebih lembek atau
encer, biasanya perlu dicampur dengan minyak residu yang lebih cair. Menjadi kebiasaan
pula di dalam praktek mencampur jumlah persen tertentu jenis yang cair dengan jenis
yang kental, untuk mendapatkan jenis pertengahan, yang tertentu ( yang diperlukan ).

2.3 Sejara Perkembangan Aspal


Aspal tercatat pertama kali digunakan sebagai bahan konstruksi jalan, terjadi di
Babilonia sekitar tahun 625 SM pada masa kekuasaan RajaNaboppolassar seperti yang
tercatat dalam prasasti peninggalannya. Istilah aspal berasal dari bahasa Yunani kuno
asphaltos, kemudian bangsa Romawi mengubahnya menjadi asphaltus, lalu diadaptasi ke
dalam bahasa Inggris menjadi asphalt, dan kita menerjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi aspal. Berabad kemudian setelah jaman Babilonia, Sir Walter Raleigh
menuliskan dalam catatannya (tahun 1595) tentang penemuan deposit lake asphalt di
Trinidad, dekat pantai Venezuela. Dia menggunakan aspal tersebut sebagai pelapis.
Sejarah penggunaan aspal untuk pembuatan jalan di abad modern dapat ditelusur
kembali pada masa abad ke 18.Seorang insinyur Inggris yang bernama John Metcalf
(lahir 1717) harus membangun jaringan jalan di Yorkshire. Jalan dibuat dengan batuan
berukuran besar diletakkan di bawah sebagai pondasi yang kuat, kemudian di atasnya
diberi batu galian, lalu kerikil. Thomas Telford membangun jaringan jalan di Skotlandia
pada tahun 1803-1821 sepanjang hampir 1.500 km. Telford menyempurnakan metode
pembuatan jalan Metcalf, dengan mengganti batu galian dengan batu pecah. Ketebalan
lapisan batu pecah juga sudah dihitung berdasar karakter lalu lintas. Pada saat yang
hampir bersamaan, John Loudon McAdam secara terpisah membangun jalan-jalan masuk
menuju Skotlandia mirip dengan cara Telford. McAdam juga menemukan tanah yang
terikut dalam keadaan kering. McAdam mengatur batuan sedemikian rupa sehingga
bertemu antar sudutnya dan membentuk permukaan yang kuat / keras.
Pada masa-masa berikutnya, metode konstruksi ini diperbaiki untuk mengurangi debu
jalanan di musim kemarau dengan cara disiram ter panas. Metode ini disebut dengan lapis
tarmacadam. Baru pada tahun 1870 campuran aspal digunakan untuk pembangunan jalan,
yang dilakukan oleh seorang ahli kimia Belgia, yang bernama Edmund J. DeSmedt,
ketika membangun jalan di depan balai kota Newark, New Jersey, USA. Campuran yang
digunakan adalah pasir dan aspal alam dari Trinidad. Hasil yang memuaskan membuat
para kontraktor pembangun jalan segera memanfaatkan aspal sebagai bahan konstruksi
pada proyek-proyek pembangunan jalan.

2.4 Lapisan Permukaan


Lapisan permukaan adalah bagian perkerasan jalan yang paling atas.Lapisan tersebut
berfungsi sebagai berikut :
1. Lapisan perkerasan penahan beban roda, yang mempunyai stabilitas tinggi
untuk menahan roda selama masa pelayanan.
2. Lapisan kedap air, yang mana air tidak meresap ke lapisan bawahnya dan
melemahkan lapisan-lapisan lainnya.
3. Sebagai lapisan aus,yang dapat aus karena langsung menerima gesekan akibat
roda kendaraan.
4. Lapisan penyalur beban ke lapisan yang berada dibawahnya.

Bahan-bahannya terdiri dari batu pecah, kerikil,dan stabilisasi tanah dengan semen
atau kapur .Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air dan
memberikan bantuan tegangan tarik yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan
terhadap beban roda lalu lintas. Pemilihan bahan lapis permukaan perlu dipertimbangkan
kegunaan,umur rencana,serta pentahapan konstruksi agar dicapai manfaat yang sebesar-
besarnya dari biaya yang dikeluarkan.

Gambar 2.10. Posisi lapisan permukaan pada jalan


2.5 Jenis-jenis Lapisan Permukaan Yang Umum Dipergunakan Di Indonesia
Guna memenuhi fungsi lapisan permukaan, pada umumnya lapisan permukaan
dengan menggunakan bahan pengikat aspal sehingga menghasilkan lapisan yang kedap
air dengan stabilitas yang tinggi dan daya tahan yang lama. Jenis-jenis lapisan permukaan
yang umum dipergunakan di Indonesia bersifat non struktural, berfungsi sebagai lapisan
aus dan kedap air antara lain sebagai berikut :
a. Burtu (laburan aspal satu lapis), merupakan lapis penutup yang terdiri dari
lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam.
b. Burda (laburan aspal dua lapis), merupakan lapis penutup yang terdiri dari
lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berturutan.
c. Latasir (lapis tipis aspal pasir) merupakan lapis permukaan penutup yang
terdiri dari lapisan aspal dan pasir dan pasir alam bergradasi menurus
dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu.
d. Buras (laburan aspal) merupakan lapis penutup terdiri dari lapisan aspal
taburan pasir.
e. Latasbum (lapis tipis asbutonmurni) merupakan lapis penutup yang terdiri dari
campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan tertentu yang
dicampur secaradingin.
f. Lataston (lapis tipis aspal beton) merupakan dikenal dengan hot roll sheet
(HRS) merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat
bergradasi timpang, mineral pengisi (filler) dan aspal keras dengan
perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas.

Jenis permukaan tersebut diatas walaupun bersifat non struktural, dapat menambah
daya tahan perkerasan terhadap penururnan mutu, sehingga secara keseluruhan
menambah masa pelayanan dari kontruksi perkerasan. Jenis permukaan ini terutama
digunakan untuk pemeliharaan jalan.
Adapun lapisan yang bersifat struktural yang berfungsi sebagai lapisan yang menahan
dan menyebarkan roda dua adalah sebagai berikut :
a. Penetrasi macadam (lapen), merupakan lapis perkerasan yang terdiri agregat
pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh
aspal dengan cara disemprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Di
atas lapen ini biasanya diberi laburan aspal dengan agregat penutup.
b. Lasbutag merupakan suatu lapisan pada kontruksi jalan yang terdiri dari
campuran antara agregat, asbuton dan bahan pelunak yang diaduk, dihampar
dan dipadatkan secara dingin.
c. Laston (lapisan aspal beton), merupakan suatu lapisan pada kontruksi jalan
yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi
menerus, dicampur , dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu.

2.6 Pembagian Jenis Dan Sifat-sifat Aspal


Untuk Pembagian jenis aspalnya itu sendiri ada 4 pembagian jenis aspal yang terdiri :

2.6.1 Blown Asphalt (aspal tiup)


Jenis aspal ini didapat dengan cara menyemburkan udara kedalam bejana
berisi aspal panas yang suhunya k.l. antara 200 a 260oC. Karena peristiwa ini, maka
terjadi polimerisasi pada aspal itu, menjadi jenis aspal yang lebih berat atau lebih
keras. Pada proses ini dipakai pula benda katalis misalnya ferri chlorida atau P2O5
untuk mempercepat reaksi. Hasilnya berupa aspal yang lebih keras dan lebih kaku,
dibandingkan dengan aspal biasa.
Aspal ini lebih tahan terhadap pengaruh perubahan suhu, dan pemakaiannya biasanya
untuk tujuan yang tertentu ( tidak untuk aspal jalan ) pada umumnya. Jenis ini
biasanya dipakai sebagai bahan aspal untuk penutup atap atau bahan genteng aspal,
kotak batrei, pelapis bagian bawah kendaraan bermotor atau sebagai bahan perapat
air. Disamping itu pula secara luas sebagai pengisi celah sambungan pada jalan beton.
Jenis yang diperoleh dengan katalis, biasanya bersifat lebih seperti karet, dan biasanya
dipakai sebagai pelapis saluran air.

Gambar 2.11. Blown Asphalt

2.6.2 Aspal Semen (Asphalt Cement)


Semen aspal biasanya disingkat dengan tanda AC,adalah jenis aspal yang
cocok untuk dipakai sebagai bahan pelapis jalan ( paving asphalt ). Jenis ini biasnya
memiliki angka penetrasi antara 40 sampai 300 ( harga penetrasi maksimum ). Oleh
karena itu, dalam perdagangan jenis aspal ini diberi tanda dengan huruf AC ( Asphalt
Cement ) diikuti dengan angka yang menunjukkan penetrasinya, yaitu misalnya AC
70 berarti Asphalt Cement dengan angka penetrasi 70 unit ( unit penetrasi = 0,1mm
masuknya jarum penetrasi pada suhu 25oC )
Gambar 2.12. Asphalt Cement
2.6.3 Aspal Cair (Asphalt Liquid)
Aspal cair atau aspal lembek ini dibuat dari Asphalt Cement yang dicampur
lagi dengan bahan pencair dari minyak bumi juga yang mudah menguap, sehingga
bila telah diudara terbuka aspal ini akan mengeras karena menguap bahan pelarutnya .
Karena itu jenis aspal ini disebut juga cut-back asphalt. Citback asphalt terbagi dalam
3 kelompok, dibedakan menurut kecepatannya menjadi keras,yaitu :
 Rapid Curing Asphalt : Merupakan campuran dari aspal semen dan pelarut Nphta atau
jenis minyak gas lainnya yang memiliki kemampuan menguap tinggi / cepat.
 Medium Curing Asphalt : Campuran aspal semen dengan pelarut kerosen atau jenis
minyak tanah lainnya yang kemampuan menguapnya sedang kecepatannya.
 Slow Curing Asphalt : Campuran aspal semen dengan minyak tanah yang
menguapnya lambat. Jenis ini disebut juga sebagai Road Oil, sebab bentuknya
menyerupai minyak berat,dan mengeringnya juga lambat.
Gambar 2.13. Asphalt Liquid

2.6.4 Asphalt Emulsion


Suatu bahan campuran antara aspal dan air dengan tambahan bahan kimia
lainnya melalui proses pencampuran dengan teknologi tertentu. Aspal emulsi dibuat
dengan mencampur beberapa komponen bahan yang terdiri dari : Aspal, Air,
Emulsifier Dan Asam Chlorida (Hcl).
Secara garis besar proses produksi Aspal Emulsi sebagai berikut.
Aspal dan pelarut dicampur melalui pompa menjadi larutan yang disebut “Tahap
Dispersed”. Air, Emulsifier, HCL dan katalisator dicampur dalam batch pencampur
menjadi larutan yang disebut “Tahap Dispersing”. Kedua larutan tersebut selanjutnya
dicampur melalui “Colloid Mills” menjadi Aspal Emulsi. Untuk manfaat emulsi
sendiri ada: . Fleksibel.
1. Aspal Emulsi mempunyai penggunaan yang cukup luas yaitu untuk konstruksi tipis,
tebal, structural dan non-struktural. Selain itu Aspal Emulsi dapat dicampur dengan
bahan Aggregate dengan menggunakan peralatan yang kompleks seperti AMP dan
Central Mixing Plant maupun peralatan sederhana seperti Pan Mixer, Beton Molen
atau secara manual
2. Ramah Lingkungan, Isu lingkungan dewasa ini menjadi perhatian yang serius.
Penggunaan Aspal Emulsi akan menjadi pilihan karena bebas dari pencemaran udara
akibat asap dan kebisingan yang dihasilkan seperti pada produksi Hot Mix. Untuk
lokasi tertentu dapat menghindari penebangan kayu sebagai bahan bakar untuk
memanaskan aspal
3. Tanpa Proses Pemanasan, Pada konstruksi jalan, aspal diencerkan dengan cara
memanaskannya atau mencampurnya dengan minyak tanah atau bensin. Dengan
Aspal Emulsi tidak diperlukan pemanasan lagi, karena memiliki keenceran tertentu
untuk langsung digunakan dalam kondisi dingin. Sehingga kendala terbuangnya
material karena masalah penurunan temperatur seperti pada Hot Mix tidak akan
dijumpai pada campuran Aspal Emulsi.
4. Hemat Bahan Bakar, Bahan bakar yang dipakai untuk memproduksi campuran Aspal
Emulsi relative sangat kecil dibanding dengan produksi Hot Mix. Penghematan ini
lebih nyata bila produksi menggunakan peralatan yang sederhana seperti Pan Mixer
atau Beton Molen
5. Campuran Dapat Disimpan, Hasil campuran Aspal Emulsi dengan aggregate seperti
DGEM, OGEM, Sand Mixes dan Cold Mixes merupakan bahan ready mix yang dapat
disimpan hingga beberapa hari. Bahkan cold mixes dapat distok hingga dua minggu.
Sehingga kendala terbuangnya material karena pemakaian untuk patching merupakan
pilihan tepat.
6. Praktis dan Aman, Karena sifatnya yang siap pakai, maka Aspal Emulsi lebih praktis
dan cepat dalam penggunaanya, serta aman bagi pekerja dari akibat bahaya
pemanasan dan pembakaran.

Gambar 2.14. Aspal Emulsion


2.6.5 Aspal Keras/cement (AC)
Aspal semen pada temperatur ruang (20-30 derajat C) berbentuk padat. Aspal semen
terdiri dari beberapa jenis tergantung dari proses pembuatannya dan jenis minyak
bumi asalnya. Pengelompokkan aspal semen dapat dilakukan berdasarkan nilai
penetrasi pada temperature 25o C ataupun berdasarkan nilai viskositasnya.

2.7 Sifat-sifat Aspal


Untuk pembagian sifat-sifat fisis aspal ada 3 sifat aspal :
A. Sifat Kimia
Seperti dikemukakan terlebih dahulu, bahwa aspal merupakan suatu campuran
antara terutama bitumen, serta bahan mineral lainnya. Sehingga sifat yang paling
menentukan didalam aspal adalah terutama sifat bitumennya itu. Aspal merupakan
suatu campuran koloid, dimana butir-butir yang merupakan bagian yang padat
disebut asphaltene yang berada didalam masa cair yang disebut maltene. Maltene itu
sendiri terdiri dari senyawa-senyawa : basa nitrogen, accidafin satu, accidafin dua
dan parrafin. Senyawa basa nitrogen merupakan jenis damar yang reaktip sehingga
dapat mendispersikan asphaltene. Accidafin satu,merupakan senyawa hidrokarbon
yang juga bersifat damar yang dapat melarutkan dispersi dari asphaltene, sedang
accidafin dua merupakan senyawa hidrokarbon yang agak kurang jenuh,yang juga
dapat melarutkan dispersi dari asphaltene. Parrafin merupakan senyawa hidrokarbon
jenuh,yang berfungsi sebagai penyebab terjadinya semacam gel bagi aspal. Senywa-
senyawa pembentuk asphaltene dan maltene, terutama juga merupakan senyawa
aromantis ( dengan rantai melingkar ) dari naptha, tercampur alkana. Perbedaan dari
asphaltene dan malten ditinjau dari sifat senyawanya terutama ialah : Senyawa
hidrokarbon dalam asphaltene memiliki berat molekul yang tinggi (10 3 sampai 105 )
yang memiliki perbandingan berat antara CH = 0,3 – 0,9. Senyawa hidrokarbon
didalam maltene berat molekulnya lebih rendah sehingga perbandingan antara C/H
k.l. 0,4 atau lebih rendah. Jadi dengan kata lain, dapat juga dimengertikan bahwa
aspal merupakan suatu bahan terbentuk dari senyawa hidrokarbon yang berbentuk
suspensi kollodial dari asphaltene didalam media minyak, dimana mengandung
senyawa damar yang menengah terjadinya penggumpalan dari asphaltene itu sendiri.

B. Sifat Fisis
Sifat fisis aspal yang terutama untuk dipakai dalam konstruksi jalan ialah :
1. Kepekatan (Konsistensi).
Peranan kepekatan/konsistensi bahan-bahan aspal, untuk memilih dan memakainya
ada dua hal:
a. Pertimbangan terhadap sifat kepekatan untuk suhu yang tertentu, yang akan
membagi –bagi beberapa macam bahan
b. Pengaruh suhu terhadap konsistensi.
2. Ketahan lama, atau ketahanan terhadap pelapukan oleh cuaca.
Agar suatu bahan perekat aspal memuaskan sifatnya sebagai perekat ia harus tetap
tinggal plastis. Bila aspal terkena pengaruh cuaca dalam bentuk lapisan yang tipis, ia
akan berangsur-angsur hilang sifat plastisnya, dan akam menjadi regas,karena
perubahan kimia atau fisika. Perusakan ini disebut pelapukan. Sifat-sifat aspal yang
ada hubungannya dengan ketahanan lama atau pengaruh pelapukan a.l. ialah :
a. Titik Lembek
b. Oksidasi dan penguapan
c. Pengaruh suhu
d. Pengaruh luas permukaan
e. Pengaruh sinar matahari
f. Pengaruh susunan kimia
g. Aspal yang dibuat dengan proses kraking ( cracked asphalt )
3. Derajat Pengerasan.
Rate of curing ini dipengaruhi oleh :
a. Penguapan dari bahan pelarut
b. Jumlah pelarut dalam aspal cair
c. Angka penetrasi dari aspal dasar yang dicairkan
Faktor luar yang mempengaruhi pengentalan :
a. Suhu sekeliling
b. Luas permukaan penguapan, atau perbandingan antara luas permukaan dan
volumenya
c. Kecepatan angin yang melalui permukaan
4. Ketahanan terhadap pengaruh air.
Didalam praktek mutu dan kegunaan aspal ,pada umumnya ditentukan oleh
keempat sifat tersebut, meskipun bahwa ratio maltene distribution, terhadap
ketahanan lama, tidak diabaikan.
C. Sifat Fisis Lainnya
Beberapa sifat fisis lainnya yang perlu diketahui dan atau sering dilakukan
pengujiannya a.l. ialah :
1. Berat Jenis
Berat jenis aspal biasanya berkisar antara 1.04 sampai 1.02. pada suhu
15oC. Angka yang tinggi dicapai untuk bitumen yang keras, dan yang rendah
untuk bitumen cair.
2. Ductility ( keliatan )
Untuk mendapatkan gambaran apakah suatu jenis aspal pada
penggunannya nanti akan mengalami retak-retak, dilakukan uji keliatan
dengan cara menarik benda coba yang terbuat dari aspal dengan kecepatan
5cm permenit pada suhu 25oC. Penampang benda cobanya 1cm2. Ductility
merupakan angka perpanjangan dari benda coba akibat penarikan, sampai
putus, dinyatakan dalam cm.
3. Titik Nyala
Untuk menentukan pada suhu mana aspal itu akan menyala, untuk
menjaga pada suhu mana aspal tersebut dapat dipanasi tanpa berbahaya.

4. Uji Kelarutan
Uji ini biasanya untuk menguji kemurnian aspal dimana aspal
kemungkinan mengandung bahan tak larut. Misalnya garam, kotoran abu,
karbon atau mineral lainnya.
5. Uji Penyulingan
Uji ini dimaksud untuk memisahkan bahan-bahan lain yang dapat
dipisahkan dari aspal misalnya jenis pelarut yang berbeda penguapannya.

2.8 Aspal Sebagai Bahan Bangunan


Selain sebagai pengikat, aspal juga digunakan sebagai bahan untuk bangunan
seperti halnya penggunaan sebagai penutup lantai kenderaan, penutup lantai, serta
dapat digunakan sebagai penutup atap.
2.8.1 Penutup Lantai Kenderaan
Berkembangnya Kota besar akan mengakibatkan peningkatan aktivitas
masyarakat kota, sehingga mobilitas jalan yang sangat tinggi akan terjadi. Sejalan
dengan hal tersebut, pada umumnya aspal sering digunakan sebagai lantai kenderaan
di berbagai tempat serta kegunaannya masing-masing. Misalnya pada jembatan aspal
berperan penting sebagai pelapis, lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima
beban lalu lintas dan menyebarkannya kelapisan dibawahnya berupa muatan
kendaraan (gaya vertikal), gaya rem (Horizontal) dan pukulan Roda kendaraan
(getaran).
Karena sifat penyebaran beban, maka beban yang diterima oleh masing–masing
lapisan berbeda dan semakin kebawah semakin besar. Lapisan yang paling atas
disebut lapisan permukaan dimana lapisan permukaan ini harus mampu menerima
seluruh jenis beban yang bekerja.

2.8.2 Penutup Lantai


Ubin atau keping aspal (asphalt tile) sering kali tidak hanya bentuk-bentuk
diberikan kepada benda berbentuk kepingan tipis dengan bentuk segi empat atau
bentuk lain, yang di pakai sebagai penutup lantai, yang terutama terbuat dari bahan
perekat aspal, tetapi juga kepada bentuk sejenis yang yang sebagai bahan
pembuatanya dipakai jenis-jenis dammar. Biasanya yang tidak mengandung aspal itu,
warnanya cerah(tidak gelap). Ubin aspal dibuat dalam berbagai warna mulai dari
warna hitam, coklat, sampai warna agak cerah. Menurut sifatnya, ada ubin aspal yang
dibuat tahan lemak (tidak licin karena lemak) dan juga dibuat yang dapat mengalirkan
arus listrik, yang umumnya untuk jenis ini berwarna hitam. Asapal biasanya tidak
dipengaruhi oleh air, dan sedikit dapat terpengaruh oleh alkali. Beberapa dari jenisnya
tahan sekali terhadap alkali, meskipun alkali itu berupa soda api. Beberapa dari ubin
aspal yang tahan lemak, juga tahan alkali.

2.8.3 Penutup Atap


Di Negara (Eropa dan Amerika) penggunaan aspal sebagai bahan penutup
atap, cukup besar jumlahnya, karena dengan bahan ini, menurut pendapat mereka,
memberikan beberapa keuntungan yaitu:
1. Murah (dibandingkan dengan bahan lain).
2. Cukup indah (karena dapat dibuat dengan warna yang berbeda-beda dan tidak
perlu mewarnai/mengecatnya).
3. Mudah dan cepat pemasangannya.
4. Bagi pabrik pembuat, mudah mendristribusikanya, sebab bahan relatip ringan,
sehingga biaya angkut murah.
Meskipun bahan ini dapat terbakar (karena aspal adalah bahan hydrocarbon),
tetapi dengan cara pembuatan yang baik, atap aspal tidak mudah terjilat api, karena
lembaran ini tdak menguapkan bahan yang mudah terbakar, bila ada api. Selain untuk
penutup atap, lembaran atap ini bisa dipakai juga sebagai bahan pelapis dinding,
misalnya untuk melapis dinding kelder, agar lebih rapat air, pelapis dinding luar
rumah yang terbuat dari papan, selain sebagai pelapis tahan air juga dengan gambaran
pada lembaran ini, memberikan corak lain. Biasanya lembaran aspal bentuk pelapis
dinding ini mempunyai bentuk lapisan luar seperti pasangan bata, bata beton, atau
gambar dekorasi lainya, sehingga dinding yang dilapisi itu terbuat dari bahan yang
lebih mahal dan baik.

a. Garis besar cara pembuatan


Garis besar cara pembuatannya, seperti terlihat pada diagram alir proses
berikut ini. Sebagai bahan pembuat lembaran itu, dipakai kain-kain bekas atau serat
bekas, serta cellulose, serat kayu. Serwt-serat ini akan membentuk jaringan sehingga
menyerupai kain lembaran. Lembaran serat ini dicelupkan dalam aspal yang dicairkan
bahan pencair, (minyak pengencer dari jenis naphtha atau minyak tanah) yang disebut
saturant, selanjutnya lembaran itu diberi lapisan bahan yang halus sebagai pengisi,
kemudian dilapis lagi dengan bubukan mineral/aggregat yang agak kasar, sebagai
stabilitator dan pelapis penutup. Jenis aspal yang dipakai pada umumnya dari jenis
yang keras, yaitu aspal alam atau aspal dari hasil cracking minyak bumi atau blown
asphalt. Sebagai pengisi. Dipakai bubuk silica, talk tepung mica, dan atau tepung
bantuan lainya. Sebagai lapisan penutup dipakai butiran halus, batu alam, kuarsa,
terak,atau kadang-kadang dipakaibubukan benda keramik. Lapisan ini, selain untuk
melindung filt dari sinar matahari secara langsung, juga untuk memperkuat
permukaan dari gesekan atau benturan benda keras.

b. Bentuk yang dipasarkan


Bentuk yang umum dipasarkan ialah berupa gulungan dengan panjang K.I.
11m (36 kaki) sampai 42m (144 kaki) sedangkan lebar umumnya 90cm. Disamping
itu, diperdagangkan pula bentuk lembaran kecil, ukuran 40-90cm, atau potongan
tertentu atas dasar pesanan.
Kelebihan dan kekurangan atap aspal pada bangunan
Kelebihannya :
1. Berat yang ringan 10,5kg per meter persegi.
2. Bisa mengikuti berbagai macam bentuk atap dengan kemiringan bervariasi
dari 22,5 hingga 90 derajat.
3. Mudah dan praktis pemasangannya karena pada aksesorisnya tidak
menggunakan semen sehingga tidak akan terjadi retak rambut yang bisa
menimbulkan kebocoran atau rembesan.
4. Tahan api dan terpaan angin.
5. Dilindungi lapisan anti jamur dan anti pudar.
Kekurangannya :
1. Harga relatif mahal.
2. Sulit didapatkan

Gambar 2.15 Atap aspal

2.8.4 Bahan Perekat Untuk Jalan


Bitumen adalah zat perekat (cementitious) berwarna hitam atau gelap, yang
dapat diperoleh di alam ataupun sebagai hasil produksi. Bitumen terutama
mengandung senyawa hidrokarbon seperti aspal, tar, atau  pitch. Aspal adalah suatu
bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna hitam sampai coklat gelap, bersifat
perekat (cementitious) yang akan melembek dan meleleh bila dipanasi, tersusun
terutama dari sebagian besar bitumen yang kesemuanya terdapat dalam bentuk padat
atau setengah padat dari alam atau dari hasil pemurnian minyak bumi, atau
merupakan campuran dari bahan bitumen dengan minyak bumi atau derivatnya. Tar
adalah material berwarna coklat atau hitam, berbentuk cair atau semi padat, dengan
unsur utama bitumen sebagai hasil konsedat dalam destilasi destruktif dari batubara,
minyak bumi, atau material organik lainnya. Pitch didefinisikan sebagai material
perekat (cementitious) padat , berwarna hitam atau coklat tua, yang berbentuk cair
jika dipanaskan. Pitch diperoleh sebagai residu dari destilasi fraksional tar. Tar dan
pitch tidak diperoleh di alam, tetapi merupakan produk kimiawi. Dari ketiga material
pengikat di atas, aspal merupakan material yang umum digunakan untuk bahan
pengikat agregat, oleh karena itu seringkali bitumen disebut pula sebagai aspal. Aspal
merupakan bahan perekat termoplastis, yaitu pada suhu ruang bersifat keras atau
padat tetapi akan menjadi plastis atau encer apabila temperaturnya dinaikkan, dan
akan menjadi keras kembali apabila suhunya diturunkan.

Gambar 2.16. Lapisan Aspal

2.9 Penggunaan Aspal Pada Jalan Raya


Perencanaan campuran beraspal panas yang contoh ujinya dipadatkan sesuai dengan
Tata Cara Penentuan Kepadatan Mutlak (RSNI, Direktorat Jenderal Bina Marga - Pusat
Litbang Jalan, Dept. PU, 1999). Prosedur pemadatan benda uji dilakukan sampai
mencapai kondisi refusal sebagai simulasi pemadatan oleh lalu lintas, yaitu pemadatan
benda uji sampai kondisi campuran tidak bertambah lebih padat lagi. Prosedur
perencanaan ini meliputi pula penentuan kombinasi campuran yang terdiri atas beherapa
fraksi agregat sehingga menghasilkan gradasi agregat tertentu, serta uraian tentang
ketentuan perencanaan dan prosedur perencanaan campuran. Pedoman Teknik No.
028/T/BM/1999 3 Perencanaan campuran ini berlaku untuk jenis-jenis campuran Lapis
Tipis Aspal Pasir (Latasir), Lapis Beton Aspal (Laston) dan Lapis Tipis Beton Aspal
(Lataston).

2.9.1 Aspal Dengan Alat Pengolah


Alat pengolah dapat berupa suatu unit pengolahhan yang tetap, atau unit yang
berjalan (di pakai se tempat sewaktu jalan itu di buat ) atau di olah langsung di atas
jalan yang akan di buat.

2.9.2 Campuran Di Kerjakan Di Tempat


Secara garis besa pekerjaan jenis ini dapat di kelompokkan kedalam beberapa
macam , yaitu :
1. Berupa pelapisan/ perbaikan permukaan jalan
2. Kontruksi penetrasi pamacadam

2.9.3 Perencanaan Aspal Beton Panas


Campuran aspal ini merupakan jenis campuran hamparan untuk jalan raya yng
tertinggi mutu nya, dipakai pada umumnya untuk jalan dengan lalu lintas berat,
jalan tol, atau landasan prsawat terbang . Campuran ini di buat dari jenis aspal
untuk hamparan jalan dengan agregat yang buirannya tersusun baik campuran
aspal jenis ini biasanya di buat dalam suatu unit pengolahan tertentu meskipun unit
ini juga dapat dipindah pindah dimana aspal biasanya dicairkan sampai suhu k.l
135°c (275°F) danagregatnya dipnasi sampai pada suhu k.i 150°c (300°F)kmudian
kedua bahan ini di campur menjadi satu, lalu diangkut ketempat pekerjaan di
hamparkan,suwaktu mesin dalam keadan panas, lalu di padatkan pada waktu
penggilasan suhu min 107°c (225°c F ) .

2.9.4 Perencanaan Aspal Beton Marshal


Perencanaan aspal beton marshal merupakan pembuatan aspal dengan menggunakan
pengujian dengan marshall bertujuan untuk menentukan ketahanan dan kekuatan
(stabilitas) terhadap kelelehan plastis(flow). Ketahan dan kekuatan ialah kemampuan
beraspal untuk menerima suatu beban (dalam satuan kilogram atau pon) sampai terjadi
kelelehan plastik. Kelelehan plastis adalah keadaan perubahan bentuk campuran aspal
akibat pemberian beban.

2.9.5 Pelaksanaan Pengaspalan


Dalam uaraian pelaksanaan ini, sebagai mana disebutkan di atas bahwa lapisan
permukaan yang kita uraikan ini tentu permukaan yang memakai aspal. Dari itu sesuai
pula dengan caranya yaitu:
A. Cara batuan diampar dahulu baru aspal disemprotkan (terpisah)
Untuk itu dibawah ini kita coba uraikan cara-cara dari masing-masing itu apa yang
disebutkan dengan:
1. Priming
Caranya:
Langkah pertama
 Persiapan terhadap pondasi.
Apabila ada lubang-lubang dan penurunan permukaan dari pondasi harus terlebih
dahulu diratakan/diperbaiki. Jadi ini meneliti kembali lapisan pondasi baik
kerataan dan kemiringan/slope yang harus dipenuhi, kalau ada kerusakan harus
diperbaiki.
Gunanya supaya yang sudah di prime coat tidak kena lagi, dan penyambungannya
baik, sebab mulai distributor digerakkan untuk mulainya aspal tersemprot
mempunyai jarak waktu, jadi hal ini sebagai ancang-ancang untuk pembukaan
nozel.
 Pada sambungan memanjang ada pula hal-hal yang perlu kita perhatikan:
Sekiranya bagian pondasi telah dikerjakan ke seluruhan lebar jalan, tetapi
mengingat supaya lalu lintas tidak terhalang, maka hanya separuh dari lebarnya
yang dipriming lebih dahulu.
Setelah kering baru yang separuh lagi dipriming. Dalam hal ini perlu diingat bahwa
pada penyambungannya diperlukan everlap kira-kira selebar 15cm, disebelah
(tengah-tengah). Pada bagian pinggirannya kita lebihkan antara 15-30 cm,
tergantung pada system apa yang dipakai untuk permukaannya dan konstruksi apa
bahu jalan (shouldernya). Kalau shouldernya tidak ada diberi lapisan permukaan
dan konstruksi permukaan kita pakai system penetrasi Mac Adam atau Bit; Surface
Treatment (permukaan satu lapis atau lebih), perlu kita lebihkan selebar 0,30 cm.
Tetapi kalau kita melaksanakan lapisan permukaan aspal beton, lapisan permukaan
yang di priming dilebihkan dari lebar permukaan jalan cukup 15cm. Ini semuanya
untuk menjaga jangan ada bagian yang kekurangan aspal.
 Pencegahan lalu lintas, sebaiknya bagian yang dipriming ini sebelum ditutup
dengan lapisan permukaan (atasnya), jangan dilewati lalu lintas. Tetapi jika
terpaksa mengingat keadaan sebelum 24 jam sesudah dipriming dapat juga
dileawati minimum sesudah lbih kurang 5 jam.
 Penaburan pasir perlu di ingat jangan sekali-sekali mengenai bahan yang nantinya
di overlap.
 Kalau dalam spesifikasi bagian yang sudah dipriming baru dapat dilaksanakan
lapisan permukaan sesudah 5 hari.

Bahan Aspal
Bahan yang penting untuk priming ialah aspal cut-black. Biasanya dipakai
untuk priming ini apa yang disebut MC-70. Yang perlu diperhatikan kalau memakai
MC 70, untuk priming ialah pemakaian rata-rata dan temperature penyemprotan.

Gambar Pengaspalan permukaan jalan yang baru dengan mempergunakan aspal cair (campuran
aspal dan bahan pengencer ).
2. Pengolesan (Tacking)
Pengolesan diperlukan pada permukaan lama, apabila dilapisi dengan permukaan baru
jadi tacking ini membantu pengikatan yang baik antara permukaan lama dengan yang
baru. Volumenya pemakaian sangat sedikit, tetapi usahakan serata mungkin. Karena
pemakaian volumenya yang sedikit tadi alat yang dipakai untuk penyemprotan distributor
dengan batang penyemprotan dengan tangan atau tenaga manusia. Banyaknya pemakai
banhan emulsi ini ialah anatar 0,2-0,5 1/m2, jadi kita untuk menentukan yang tepat harus
melakukan pengetasan dahulu, atau dapat juga melihat pada keadaan permukaan lama.
Kalau masih cukup adanya, kita tidak memerlukan pekerjaan tacking.

Gambar Pengolesan ( Tracking )

3. Pengaspalan Permukaan Satu Lapis


Langkah Pelaksanaan
 Pembersihan permukaan dari kotoran dan debu
Ini sangat penting karena aspal tidak mungkin bisa melekat pada permukaan
yang kotor dan batuan yang kotor. Waktu membersihkan, jangan sampai merusak
permukaan yang sudah di priming tadi. Kalau permukaan itu terlalu kotor, jika
diperlukan harus disiram dengan air.

Gambar Pembersihan Permukaan


 Tentukan area kerja
Area kerja yang akan diaspal perlu kita ketahui lebih dahulu dengan baik, untuk
mengetahui banyaknya bahan yang perlu disediakan. Banyaknya bahan yang
disediakan untuk sesuatu area kerja sangat tergantung dengan alat yang dipakai untuk
penyebarannya.Dapat kita kirakan banyaknya bahan yang disediakan itu adalah
berkisar dari 25% - 100% lebih banyak dari yang diperlukan.

Gambar Area Kerja

 Penyemprotan aspal
Penyemprotan tentu kita lakukan apabila pengamparan/penyebaran batuan itu sudah
baik, semua batuan yang berlebihan dibuang, dengan sendirinya permukaan itu sudah
rata dan cukup rapat. Ada hal yang penting diperhatikan disamping hal yang kita
temui pada priming yaitu:
 Distributor berada pada posisi yang benar dan bergerak searah dengan lalu lintas
 Kecepatan kendaraan harus berjalan baik, pada waktu sebelum atau sesudah
pengaspalan
Tebalnya penyemprotan aspal ini adalah 1 – 1½ mm di atas batuan, dimana dapat
diketahui apabila kita masih dapat melihat susunan batuan lama/dibawah tadi. Juga
diperhatikan supaya penyemprotan aspal harus merata, dan penyebaran batuan tadi secara
baik.
Gambar Penyemprotan Aspal

 Penyebaran/mengampar batuan penutup


Dalam hal ini perlu diingat bahwa:
 Hanya satu lapis batuan yang terikat aspal pada perkerasan
 pada waktu sebelum pemadatan, terlihat lapisan pada permukaan batuan yang sama
dengan titik-titik warna hitam pada semua batuan ini yang baik/aspal cukup
 Apabila tidak terlihat aspal sedikit juga sebelum dipadatkan, menandakan
kebanyakan batuan/kurang aspal
 Apabila terlihat daerah besar aspal berarti kurang batuan/klebihan aspal
 Jadi sebaiknya tenaga perata selalu bekerja meratakan dibelakang penyebaran
batuan

 Pemadatan
Pemadatan dianjurkan supaya dilaksanakan pada waktu sebelum aspal menjadi keras
atau masih dalam proses pendinginan. Pemadatan harus dilakukan dengan hati-hati
dan pelan-pelan. Jangan sering mempermainkan kemudi dan mulai bergerak dan
berhenti mendadak. Kecepatan alat pemadat adalah 4 s/d 8 km/jam, alat pemadat
yang tepat ialah mesin gilas Peneumatik Mesin gilas roda besi (Tandem Roller) dapat
dipakai yang berukuran 5-8 ton.

 Pembuangan batuan yang berlebih


Pembuangan batu ini dilakukan agar tidak terjadi kecelakaan, pembuangan batu ini
sebaiknya memakai dapu lidi dan harus berhati-hati. Penyapuan itu dilakukan apabila:
 Sesudah 4 jam pelaksanaan apabila memakai Asphalt Cement
 Dan sesudah satu hari apabila memakai aspal cut-back atau Emulsi

Pengaturan Lalu Lintas


Tidak dibenarkan kendaraan melewati permukaan yang baru selesai
pengaspalan melewati batas 10 km/jam, apabila aspal belum keras. Sebelum waktu 24
jam sesudah selesai pengaspalan dan telah mulai keras kecepatan kendaraan yang
melewatinya tidak boleh lebih dari 40 km/jam.

4. Pengaspalan Permukaan Lebih dari Satu Lapis


Langkah Pelaksanaan:
a. Pembersihan Permukaan
Alat pembersih permukaan jalan cukup dengan sapu saja, tetapi umumnya memakai
kompresor. Sewaktu membersihkannya, perlu diingat jangan sampai merusak
permukaan jalan.
b. Penyemprotan Aspal Pertama
Pertama-tama tentu kita menelitit dan mengetahui luas dari area kerja yang akan kita
kerjakan, dan berapa banyak aspal yang kita perlukan setiap 1 m2. Sebab suatu area
kerja yang akan dilaksanakan tersebut harus dapat diselesaikan sekaligus. Disamping
itu, kita periksa keadaan alat penyemprotan aspal ini, (distributor), terutama kerja
nozel, lebar semprotan, tinggi batang penyemprotan dari permukaan jalan dan
kecepatan kendaraan yang diperlukan. Cara penyambungannya sama seperti pada
pekerjaan pengaspalan satu lapis, baik sambungan memanjang dan melintang, dengan
bantuan “Kertas Bangunan” dan lainnya. Kalau pada pengaspalan lapisan pertama,
sesudah di priming kita tidak perlu penyemprotan pertama ini (di atas permukaan
yang sudah dipriming, tetapi langsung pengamparan batuan) disinilah bedanya.
c. Pengamparan Batuan Pertama
Perlu diingat bahwa pengamparan batuan dilaksanakan selagi aspal dalam proses
mendingin (masih panas). Dari itu sebaiknya kita pakai alat mekanis untuk
pengamparan batuan itu. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengamparan batuan
itu ialah batuan tetap satu lapis, kalau lebih penyemprotan aspal tidak akan mencapai
dasar batuan itu.
d. Pemadatan
Dalam penggilasan batuan, umumnya orang memakai mesin gilas roda ban (Tire
Roller). Banyaknya penggilasan kira-kira 4 – 6 kali gilas. Penggilasan dimulai dari
pinggir dan bergerak kebagian tengah. Pemadatan dihentikan apabila aspal sudah
keras dan batuan menunjukkan gejala pecah-pecah.
e. Penyemprotan Aspal Kedua
Caranya sama dengan aspal pertama,hanya banyaknya aspal yang disemprotkan
berbeda yaitu berkisar dari 1½ sampai 2 kali banyak aspal dari penyemprotan
pertama.

f. Pengamparan Batuan Kedua


Caranya sama dengan pengamparan batuan pertama, hanya disini ukuran batuan lebih
kecil yaitu No.8 dimana batuan ini disebut Gradasi E. dalam pengamparan batuan
kedua, lebih baik kita kebanyakan mengampar dari pada kurang.
g. Pemadatan Kedua
Sama seperti pemadatan pertama, pemadatan segera dimulai apabila sudah
pengamparan batuan. Dimana aspal tadi masih dalam proses pengerasan/ masih panas.
Pemadatan dilakukan dari pinggir mengarah ke tengah dengan kecepatan 5 – 8
km/jam.
h. penyemprotan aspal ketiga
Caranya sama seperti penyemprotan aspal sebelumnya, Cuma banyaknya aspal yang
berlainan yaitu lebih sedikit atau maximum sama dengan penyemprotan pertama
(kurang lebih ¾ x dari penyemprotan pertama).
i. pengamparan bahan penutup
Bahan yang digunakan biasanya pasir kasar (yang ukuran tidak lebih besar dari 3
mm). Pengamparan pasir ini segera dilakukan setelah penyemprotan aspal ketiga,
yaitu selagi aspal masih panas dan juga harus merata.
j. pemadatan ketiga (akhir)
Pemadatan ini sama dengan yang dilaksanakan pada pemadatan pertama dan kedua.
k. Akhir
Membuang bahan/batuan yang berlebih, ini sangat penting dilakukan supaya proses
dari aspal dapat bekerjamerata dengan baik. Perlu dijaga bahan penutup ini terus
dijaga serata mungkin.
Dibawah ini ada beberapa hal yang perlu diketahui dan dilaksanakan:
a. Pada pengaspalan permukaan dua lapis harus untuk bebetrapa waktu memerlukan
perlindungan dari pengaruh lalu lintas.
b. Pada pengaspalan permukaan tiga lapis apabila selesai pemadatan terakhir dapat
dilalui lalu lintas dengan kecepatan rendah (10 – 30 km/jam), tetapi apabila aspal
sudah muai mengeras.
c. Sambungan harus dikerjakan yang baik yaitu pada sambungan melintang selalu pakai
“kertas bangunan”. Pada sambungan memanjang sebagai everlap disediakan 15 – 20
cm tanpa ditaburi bahan/batuan. Sambungan memanjang ini pada lapisan atas dan
bawah harus sejajar secara horizontal.

Gambar Pengaspalan Permukaan Lebih dari Satu Lapis


Pengaspalan permukaan jalan yang lebih dari satu tersebut di lakukan di saat finishing
karena pengaspalan ini adalah tahap terakhir melakukan pengaspalan, dan pengaspalan
permukaan lebih dari satu lapis ini biasanya di lakukan di jalan-jalan besar, karena
pengaspalan permukaan lebih dari satu lapis ini lebih tahan lama dan lebih kuat.

Anda mungkin juga menyukai