Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

PRAKTIK PROFESI NERS KEPERAWATAN MEDIKAL


BEDAH

Disusun Oleh :
Dedek May Elawati
SN201105

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

A. Pengertian

1. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
adnormal tekanan darah pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih
dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi.
Hipertensi menambah kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat
menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2013).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah diatas normal,
berdasarkan American Heart Association atau American Collage Cardiology
(2017) dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg atau
tekanan darah diastolik ≥ 80 mmHg. Hipertensi merupakan faktor resiko
utama untuk penyakit kardiovaskuler aterosklerotik, gagal jantung, stroke,
dan gagal ginjal. Hipertensi menimbulkan risiko morbiditas atau mortalitas
dini, yang meningkat saat tekanan darah sistolik dan diastolik meningkat
(Smeltzer, 2016).

2. Etiologi
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertansi
diantaranya karena faktor usia, stress, etnik, jenis kelmin, variasi harian,
obat–obatan, aktivitas dan berat badan, serta kebiasaan merokok
(Potter&Perry, 2010).
Menurut Aspiani (2014) beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi diantaranya:
a. Genetik
Respons neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau transpor
Na.
b. Obesitas
Terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah menjadi meningkat.
c. Stress karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah
e. Usia
Pada usia lanjut, penyebab hipertensi disebabkan terjadinya perubahan
pada elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan memompa darah, kehilangan elastisitas
pembuluh darah, dan meningkat resistensi pembuluh darah perifer.
Elastisitas pembuluh darah menghilang karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.

3. Manifestasi Klinik
Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama
pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara umum
gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut (Aspiani,
2014):
a. Sakit kepala atau nyeri kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
d. Berdebar -debar atau denyut jantung terrasa cepat
e. Telinga mendenggung atau berdenging
Menurut Corwin (2009), sebagian besar manifestasi klinis terjadi
setelah pasien menderita hipertensi selama bertahun -tahun dan berupa :
a. Sakit kepala saat terjaga, kadang -kadang disertai mual dan muntah,
akibat peningkatan tekanan darah intrakranium.
b. Pengelihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.
c. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
d. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus.
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan teknan
kapiler.

4. Komplikasi
Penderita hipertensi sangat rentang dengan timbulnya penyakit lain
dan terjadinya komplikasi, berikut penyakit komplikasi yang dapat
ditimbulkan menurut Muttaqin (2012) dan Triyanto (2014):
a. Stroke
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
pecahnya pembuluh darah (stroke) sehingga mengakibatkan terjadinya
embolus. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri
yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal. Jaringan
otak mengalami kematian karena kurang adekuatnya aliran darah dan
oksigen dalam otak. Stroke terjadi secara tiba-tiba dan dapat
menyebabkan kematian hanya dalam beberapa menit saja.
b. Gagal jantung
Ketika tekanan darah terus terjadi peningkatan maka hal
tersebut memaksa otot jantung harus bekerja lebih keras untuk
memompa darah. Semakin seringnya otot jantung bekerja keras akan
mengakibatkan pembesaran otot jantung kiri sehingga jantung dapat
mengalami gagal fungsi. Hal ini mengakibatkan cairan terkumpul di
paru-paru, kaki dan jaringan lainnya yang disebut edema.
c. Gagal ginjal
Terjadi karena kerusakan progresif akibat tingginya tekanan
darah pada kapiler ginjal di glomerulus yang akan mengakibatkan
kerusakan pada pembuluh darah. Dengan rusaknya glomerulus, darah
akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu
dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Karena terjadinya
kerusakan, maka protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan
osmotik koloid plasma berkurang dan terjadi edema. Hal inilah yang
menyebabkan ginjal semakin hari akan menalami penurunan hingga
terjadilah gagal ginjal.
d. Kerusakan pada mata
Karena tekanan darah tinggi maka dapat menyebabkan
pembuluh darah dan saraf dalam mata menjadi rusak sehingga terjadi
penurunan fungsi pengelihatan.
e. Infark miokard
Hal ini dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh
darah tersebut.
f. Ensefalopati
Terjadi pada hipertensi maligna atau hipertensi yang terjadi
secara cepat. Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang
intertisium diseluruh susunan saraf pusat.

5. Patofisiologi dan Pathway


Patofisiologi
Menurut Smeltzer (2016) hipertensi diawali dengan adanya
mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi (Nurarif dan Kusuma, 2015).
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer.
6. (Nurarif dan Kusuma, 2015)
Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
a. Medis
Menggunakan obat anti hipertensi (OAH) menurut Triyanto (2014)
yaitu :
1) Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan mengeluarkan cairan
dalam tubuh melalui urine, sehingga volume cairan tubuh berkurang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan
berefek turunnya tekanan darah.
2) Penghambat simpatis
Obat ini akan bekerja dengan menghambat aktifitas syaraf simpatis.
Saraf simpatis adalah saraf yang dengan segera akan memberikan
respon terhadap stress, dengan cara meningkatkan tekanan darah.
Contohnya obat yang termasuk dalam golongan penghambat kerja
syaraf simpatis masalah metildopa, klonIdin dan reserpine.
3) Betabloker
Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernafasan dan diabetes. Contoh golongan obat
betabloker adalah metoprolol, propanolo, atenolol dan bisopralol.
4) Vasodilator
Vasodilator akan bekerja pada pembuluh darah dengan relaksasi
otot polos (otot pembuluh darah). Contoh obat dalam golongan ini
praosin dan hidralazin. Efek samping yang sering terjadi pada
pemberian obat ini adalah pusing dan sakit kepala.
5) Penghambat enzim konversi angiotension
Mekanisme obat golongan ini adalah menghambat pembentukan
angitension I menjadi angiotensin II, sehingga menghentikan efek
vasokontriksiktor yang kuat dari angiotensin II, contoh obatnya
Amlodiphin.
6) Antagonis kalsium
Obat yang tergolongan antaginis kalsium bekerja dengan
menurunkan daya pompa jantung dengan menghambat kontraksi
otot jantung. Contoh oabat pada golongan ini adalah nifedipin,
diltizem dan verapamil.
7) Penghambat reseptor angiotensin II
Cara kerja obat adalah dengan menghambat penempelan zat
angiotensin II pada reseptor yang mengakibatkan ringanya daya
pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk golongan ini adalah
valsartan.
b. Keperawatan
1) Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan
memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan
manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti
menghindari diabetes dan dyslipidemia
2) Mengurangi asupan garam. Makanan tinggi garam dan lemak
merupakan makanan tradisional kebanyakan daerah. Tidak jarang
pula pasien tidak menyadari kandungan garam pada makanan cepat
saji, makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang,
diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis obat
antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk
asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari.
3) Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30-60
menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan
tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk
berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk
berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam
aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya
4) Mengurangi konsumsi alcohol. Walaupun konsumsi alcohol belum
menjadi pola hidup yang umum di negara kita, namun konsumsi
alcohol semakin hari semakin meningkat seiring dengan
perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar.
Konsumsi alcohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas
per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan
demikian membatasi atau menghentikan konsumsi alcohol sangat
membantu dalam penurunan tekanan darah
5) Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti
berefek langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok
merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular,
dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok

A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat
Kaji berapa lama klien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak,
apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
Apakah ada keluarga yang menderita sakit yang sama.
b. Pola Gordon
1) Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan Apakah klien tahu
tentang penyakitnya? Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika
terjadi rasa sakit? Apa yang dilakukan jika rasa sakitnya timbul?
Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya? Tanda dan gejala
apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
2) Nutrisi metabolik Apakah klien merasa mual/muntah/sulit menelan?
Apakah klien mengalami anoreksia? Makan/minu: frekuensi, jenis,
waktu, volume, porsi?
3) Eliminasi Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur,
frekuensi, waktu, warna, konsistensi, keluhan nyeri, bau, sejak
kapan?
4) Aktivitas dan latihan Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas
(penkes, sebagian, total)? Apakah ada keluhan saat beraktivitas
(sesak, batuk)?
5) Tidur dan istirahat Apakah tidur klien terganggu, penyebab? Berapa
lama, kualitas tidur (siang dan malam) ? Kebiasaan sebelum tidur?
6) Kognitif dan persepsi sensori. Sebelum sakit: Bagaimana
menghindari rasa sakit? Apakah mengalami nyeri (PQRST)?
Apakah merasa pusing?
7) Persepsi dan konsep diri Bagaimana pandangan pasien dengan
dirinya terkait dengan penyakitnya? Bagaimana harapan klien
terkait dengan penyakitnya?
c. Pemeriksaan fisik
1) Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri.
Kesadaran pasien dari compos mentis sampai coma.
2) Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi
meningkat dan reguler.
3) Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan
nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan
cairan.
4) Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat
kotoran telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut
bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan
lidah kotor.
5) Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
6) Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar.
Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris,
terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat
pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
7) Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut
buncit.
8) Genitalia.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi,
terdapat ulkus.
9) Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema,
pengeroposan tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
10) Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium :
a) Hb/Ht
Mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
b) BUN/ kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c) Glukosa
Hiperglikemi atau DM adalah pencetus hipertensi, dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d) Urinalisa
Darah protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
DM.
2) CT Scan
Mengkaji adanya tumor serebral/ enselopati
3) EKG
Menunjukkan pola regangan, dimana luas peninggian gelombang
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
4) IUP
Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti batu ginjal,
perbaikan ginjal
5) Foto thoraks
Menunjukkan destruksi, kalsifikasi area katup, atau pembesaran
jantung.

2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
(D.0011)
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)
c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
resiko tinggi infeksi berhubunga dengan penurunan imunitas tubuh
(D.0077)
d. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan keteratasan kognitif, gangguan
fungsi kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurang terpapar informasi,
kurang minat dalam belajar, kurang mampu mengingat, ketidaktahuan
menenmukan informasi (D.0111).
3. Rencana Tindakan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan
Data Subjektif dan Objektif
Hasil Yang Diharapkan

1. Resiko penurunan curah jantung Setelah dilakukan Tindakan Edukasi rehabilitasi jantung
berhubungan dengan peningkatan keperawatan selama 2x24 jam (I.12445)
afterload, vasokonstriksi, diharapkan pasien mampu dengan, 1. Identifikasi kesiapan dan
hipertrofi/rigiditas ventrikuler, Kriteria hasil : kemampuan menerima informasi
iskemia miokard Status cairan ( L.03028) terapeutik
(D.0011) 1. Diharapkan tekanan darah 2. Sediakan materi daan media
pasien membaik (5) Pendidikan Kesehatan
2. Diharapkan persaan lemah 3. Jadwalkan Pendidikan kesehatan
pasien membaik (5) sesuai kesepakatan
Tingkat keletihan (L.05046) 4. Berikan kesempatan untuk bertanya
3. Diharapkan sakit kepala 5. Anjurkan pasien dan keluarga
pasien membaik (5) mengikuti seluruh rangkaian program
rehabilitasi
6. Ajarkan memonitor toleransi
aktivitas.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan Tindakan Terapi Aktivitas (I.05186)

8
dengan kelemahan, keperawatan selama 2x24 jam 1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
ketidakseimbangan suplai dan diharapkan pasien mampu dengan, 2. Identifikasi strategi meningkatkan
kebutuhan oksigen. Kriteria hasil : partisifasi dalam aktivitas
(D.0056) Tingkat keletihan (L.05046) 3. Identifikasi makna aktivitas rutin
1. Diharapkan sakit kepala pasien (mis. bekerja) dan waktu luang
membaik (5) 4. Monitor respon emosional, fisik,
2. Diharapkan lesu pasien ssosial, dan spiritual terhadap
membaik (5) aktivitas.
3. Diharapkan pasien tidak gelisah 5. Koordinasikan pemilihan aktivitas
(5) sesuai usia
6. Anjurkan melakukan aktifitas fisik,
sosial, spiritual, dan kognitifvdalam
menjaga fungsi dan Kesehatan
7. Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok atau terapi

3. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan Tindakan Manajemen nyeri (I.08238)
peningkatan tekanan vaskuler keperawatan selama 2x24 jam 1. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik
serebral diharapkan pasien mampu dengan, beratnya (skala 0-10), selidiki dan
Kriteria hasil : laporkan perubahan nyeri dengan
tepat.
9
Control nyeri (L.08063) 2. Atur posisi dengan posisi semi
 Pasien dapat mengontrol nyeri fowler.
(5) 3. Anjurkan klien melakukan ambulasi
 Pasien mampu mengenali dini
penyebab nyeri (4) 4. Berikan aktivitas hiburan: nonton
 pasien dapat melakukan TV, mendengarkan musik, baca
Teknik non-farmakologi yang majalah atu koran
telah diajarkan (5) 5. Pertahankan puasa atau penghisapan
nasogastrik pada awal paska
pembedahan
6. Berikan analgetik sesuai program
terapi
7. Berikan kirbat es pada abdomen

4. Defisit Pengetahuan berhubungan Setelah dilakukan Tindakan Edukasi manajemen nyeri (I.12391)
dengan kurang terpapar informasi, keperawatan selama 2x24 jam 1. Identifikasi kesiapan dan

10
kurang minat dalam belajar, kurang diharapkan pasien mampu dengan, kemampuan menerima informasi
mampu mengingat, ketidaktahuan Kriteria hasil : 2. Sediakan materi dan media
menemukan informasi Proses informasi (L.10100) Pendidikan Kesehatan
(D.0111). 1. Pasien dapat menjelaskan 3. Jadwalkan pendkes sesuai
penyakitnya (4) kesepakatan
2. Pasien dapat menjelaskan 4. Berikan kesempatan untuk bertanya
pengobatan yang diberikan (5) 5. Jelaskan penyebab, periode, dan
3. Pasien berpartisipasi dalam strategi meredakan nyeri
program pengobatan (5) 6. Ajarkan Teknik nonfarmakologi
4. Pasien dapat memehami untuk mengurangi rasa nyeri
informasi yang disampaikan

11
4. PELAKSANAN KEPERAWATAN
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa
kegiatan sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang
optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan kemampuan dalam
melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum
maupun secara khusus pada klien post appendiktomi.

5. EVALUASI KEPERAWATAN
Untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan yang telah
dilakukan pada klien perlu di lakukan evaluasi sebagai berikut:
a. Melaporkan nyeri hilang dan terkontrol
b. Bebas dari tanda-tanda infeksi
c. Memperahankan keseimbangan cairan
d. Informasi kesehatan terpenuhi

13
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R.Y. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskuler Aplikasi NIC dan NOC. Edisi 1. Jakarta: EGC.

Corwin, E.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Muttaqin, A. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.


Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, A.H & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction

Potter & Perry. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indicator


Diagnostic. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Tindakan


Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI

Smeltzer, S.C., Bare, B.G. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC

Triyanto, E. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu

Udjianti, I. 2013. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

14

Anda mungkin juga menyukai