Disusun oleh :
HANDRI MAWARDI
C06150048
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATHLA’UL
ANWAR
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hukum tidak otonomi atau tidak mandiri, bearti hukum itu tidak terlepas dari
pengaruh timbal balik dari keseluruhan aspek yang ada didalam masyarakat.
2
Sebagai patokan hukum, hukum dapat menciptakan ketertiban dan kedamaian
dalam kehidupan bermasyarakat, tetapi kenyataannya masih banyak masyarakat
yang melanggar hukum.
3
dengan senjata tajam agar mereka takut dan menyerahkan harta benda miliknya.
Sehingga dari kasus tersebut perlu adanya penanggulangan kejahatan dengan
sistem preventif dalam arti mengutamakan tindakan pencegahan. Di samping juga
mengadakan penanggulangan yang bersifat represif dalam arti penyembuhan atau
pemulihan kembali pada para pelanggar hukum menjadi anggota masyarakat yang
baik.
B. Rumusan Masalah
2. Upaya apakah yang dilakukan oleh penegak hukum yang berwenang dalam
menanggulangi terjadinya Pencurian Dengan Kekerasan Yang Menggunakan
Senjata Tajam di Kab. Serang?
C. Tujuan Penelitian
4
pencurian dengan kekerasan yang menggunakan senjata tajam di Kab. Serang.
D. Manfaat Penelitian
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kriminologi
1. Pengertian Kriminologi
a. Antropologi Kriminal
6
antara suku bangsa dengan kejahatan dan seterusnya.
b. Sosiologi Kriminal
lmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat yang
ingin menjawab sampai dimana letak sebab-sebab kejahatan dalam
masyarakat.
c. Psikologi Kriminal
e. Penologi
a. Kejahatan
7
perbuatan yang bertentangan dengan norma. Kejahatan yang dimaksud
disini adalah kejahatan dalam arti pelanggaran terhadap undang-undang
pidana.
b. Pelaku
Menurut Sutherland Indah Sri Utari 2012 kriminologi terdiri dari tiga
bagian utama, yaitu :
a. Etiologi Kriminal, yaitu usaha secara ilmiah untuk mencari sebab- sebab
kejahatan.
b. Penologi, yaitu pengetahuan yang mempelajari tentang sejarah lahirnya
hukuman, perkembangannya serta arti dan faedahnya.
c. Sosiologi hukum pidana, yaitu analisis ilmiah terhadap kondisi-kondisi
yang mempengaruhi perkembangan hukum pidana.
8
mencakup dua hal pokok, yakni :
a) Proses pembuatan hukum pidana dan acara pidana (making laws) Etiologi
kriminal, yang membahas teori-teori yang menyebabkan terjadinya
kejahatan (breaking of laws).
b) Reaksi terhadap pelanggaran hukum (reacting toward the breaking laws).
Reaksi dalam hal ini bukan hanya ditujukan kepada pelanggar hukum
berupa tindakan represif tetapi juga reaksi terhadap calon pelanggar
hukum berupa upaya-upaya pencegahan kejahatan (criminal prevention).
3. Pembagian Kriminologi
Menurut A.S. Alam 2010 kriminologi dapat dibagi dalam dua golongan
besar yaitu :
a. Kriminologi Teoritis
9
tengkoraknya panjang, rambutnya lebat, tulang pelipisnya menonjol
ke luar, dahinya mencong dan seterusnya.
b. Kriminologi Praktis
10
4. Teori – Teori Kriminologi
Indah Sri Utami 2012 dikutip dalam bukunya bahwa dalam kriminologi
juga dikenal adanya beberapa teori yaitu :
b. Teori Anomie
Teori ini tidak lepas dari konsepsi Durkheim tentang manusia yang
11
menurutnya ditandai oleh tiga hal yakni manusia merupakan makhluk
sosial, eksistensinya sebagai makhluk sosial, manusia cenderung hidup
dalam masyarakat dan keberadaannya sangat tergantung pada masyarakat
tersebut sebagai koloni.
c. Teori Sub-Culture
d. Teori Labeling
12
B. Pengertian Kejahatan dan Jenis Kejahatan
1. Pengertian Kejahatan
Kejahatan adalah suatu nama atau cap yang diberikan orang untuk
menilai perbuatan-perbuatan tertentu, sebagai perbuatan jahat. Dengan
demikian maka si pelaku disebut sebagai penjahat. Pengertian tersebut
bersumber dari alam nilai, maka ia memiliki pengertian yang sangat relatif,
yaitu tergantung pada manusia yang memberikan penilaian.
Definisi kejahatan dilihat dari sudut pandang hukum atau secara yuridis
menganggap bahwa bagaimanapun jeleknya perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang, sepanjang perbuatan tersebut tidak dilarang dan tidak diatur dalam
peraturan perundang-undangan pidana, perbuatan tersebut tetap dianggap
sebagai perbuatan yang bukan kejahatan. Kejahatan adalah delik hukum
(rechts delicten) yaitu perbuatan- perbuatan yang meskipun tidak ditentukan
dalam Undang-Undang sebagai peristiwa pidana, tetapi dirasakan sebagai
perbuatan yang bertentangan dengan tata hukum.
13
tertentu secara sadar benar. Kejahatan suatu konsepsi yang bersifat abstrak,
dimana kejahatan tidak dapat diraba dan dilihat kecuali akibatnya saja.
14
atau tingkah laku (baik aktif maupun pasif), yang dinilai oleh sebagian
mayoritas atau minoritas masyarakat sebagai suatu perbuatan anti sosial,
suatu pemerkosaan terhadap skala nilai sosial dan atau perasaan hukum
yang hidup dalam masyarakat sesuai dengan ruang dan waktu.
2. Jenis Kejahatan
b. Pengertian secarareligious
15
Dilihat dari hukum pidana maka kejahatan adalah setiap perbuatan atau
pelalaian yang dilarang oleh hukum public untuk melindungi masyarakat
dan diberi pidana oleh Negara. Untuk menyebut suatu perbuatan sebagai
kejahatan, A.S. Alam menguraikan tujuh unsur pokok yang saling
berkaitan yang harus dipenuhi. Ketujuh unsur tersebut antara lain :
6. Harus ada perbauran antara kerugian yang telah diatur dalam KUHP
dengan perbuatan.
C. Kejahatan Pencurian
1. Pengertian Pencurian
Dari bahasa etimologi pencurian berasal dari kata curi yang mendapat
awalan pe- dan akhiran-an. Pencurian dalam kamus hukum adalah
mengambil milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah biasanya dengan
sembunyi-sembunyi. Pencurian diatur dalam Pasal 362 KUHP yaitu “Barang
siapa mengambil suatu barang, yang sama sekali atau sebagian termasuk
kepunyaan orang lain dengan maksud memiliki barang itu dengan melawan
hak dihukum karena pencurian dengan hukuman penjara selama – lamanya
lima tahun atau denda sebanyak – banyaknya Rp. 900”
16
Dalam penjelasan KUHPidana menurut R.Soesilo 1995 pencurian
mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :
a. Perbuatan “mengambil”,
17
seseorang tidak menimbulkan pencurian, misalnya binatang liar yang
hidup di alam, barang-barang yang sudah dibuang oleh yang punya dan
sebagainya.
“Pengambilan” itu harus dengan sengaja dan dengan maksud untuk dimilikinya.
Orang karena keliru mengambil barang orang lain itu bukan pencurian.
Seseorang “menemui” barang di jalan kemudian diambilnya.Bila waktu
pengambil itu sudah ada maksud “untuk memiliki” barang itu, masuk pencurian.
Jika waktu mengambil itu pikiran terdakwa barang akan diserahkan kepada
polisi. Akan tetapi serentak datang di rumah barang itu untuk dimiliki diri
sendiri (tidak diserahkan kepada polisi), ia salah “menggelapkan” (Pasal 372),
karena waktu barang itu dimilikinya “sudah berada ditangannya”.
Menurut Andi Hamzah 2009 delik pencurian adalah delik yang paling
umum, tercantum di dalam semua KHUPidana di dunia, yang disebut delik
netral karena terjadi dan diatur oleh semua negara. Bagian inti delik
pencurian dalam Pasal 362 KUHPidana yang menjadi definisi semua jenis
delik pencurian adalah :
4) Melawan hukum.
18
lain, maka tetap merupakan delik pencurian. Itulah bedanya dengan delik
penggelapan, karena pada delik pencurian, barang yang dicuri itu pada saat
pengambilan itulah terjadi delik, karena pada saat itulah barang berada di
bawah kekuasaan si pembuat. Walaupun pengambilan itu hanya untuk
dipergunakan sementara barang itu merupakan “’memiliki” barang itu.
Dengan maksud untuk melwan hukum barang itu sebagai tuan dan penguasa
memiliki barang itu.
a. Jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau
pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di berjalan.
b. Jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu.
19
e. Jika perbuatan mengakibatkan kematian maka diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
3. Diancam dengan pidana mati atau pidana seumur hidup atau selama
waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan
mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang
atau lebih dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang
diterangkan dalam hal no.1 dan no.3
Untuk mencapai hasil yang dituju dalam hal ini mencuri, maka pembuat
melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan. Pencurian dengan kekerasan
bukanlah merupakan pencurian gabungan dalam artian gabungan antara
tindak pidana pencurian dengan tindak pidana kekerasan meskipun dilakukan
dengan kekerasan, kekerasan dalam hal ini merupakan keadaan yang
berkualifikasi, maksudnya bahwa kekerasan adalah suatu keadaan yang
mengubah kualifikasi pencurian biasa menjadi pencurian dengan kekerasan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indoesia senjata adalah suatu alat yang di
gunakan untuk melukai, membunuh, atau menghancurkan suatu benda. Senjata
dapat digunakan untuk menyerang maupun untuk mempertahankan diri, dan juga
untuk mengancam dan melindungi. Apapun yang dapat di gunakan untuk
merusak bahkan psikologi dan tubuh manusia dapat di katakan senjata.
1. Celurit
20
Jenis senjata tajam ini berbentuk pipih dan melengkung yang bagian
permukaanya tajam. Senjata tajam ini dapat pula berfungsi sebagai alat untuk
melakukan pekerjaan di ladang. Tidak jarang juga jenis senjata tajam ini pula
digunakanuntuk melakukan suatu perbuatan jahat.
2. Badik
3. Keris
Jenis senjata tajam ini mempunyai fungsi sebagai alat, digunakan sebagai
barang pusaka atau barang kuno/barang gaib. Senjata ini jarang digunakan
untuk melakukan suatu kejahatan, dan hanya digunkan oleh orang-orang
tertentu saja dan pada waktu tertentu, misalnya :
a. Upacara perkawinan
4. Tombak
21
5. Kapak
Kapak atau kadang disebut kampak adalah sebuah alat yang biasanya
terbuat dari logam, bermata yang diikat pada sebuah tangkai biasanya dari
kayu. Kapak adalah salah satu alat manusiayang sudah tua usianya, sama
umurnya saat manusiapertama kali membuat alat dari batu dan kayu. Zaman
dahulu kapak dibuat dari batu pada zaman batu dan pada saat zaman besi lalu
dibuat dari besi. Kapak sangat berguna dan penggunaannya cukup luas
dimulai dari sebagai perkakas pemotong kayu sampai sebagai senjata perang.
6. Parang
Parang adalah senjata tajam yang terbuat dari besi biasa bentuknya
relative sederhana tanpa pernak pernik.kegunaanya adalah sebagai alat
potong atau alat tebas (Terutama semak belukar) kala penggunanya masuk
hutan. Parang juga digunakan untuk pertanian.
1. Teori Klasik
Teori ini mulai muncul di Inggris pada pertengahan abad ke-19 dan
tersebar di Eropa dan Amerika.Teori ini berdasarkan psikologi hedonistik.
Menurut psikologi hedonistik setiap perbuatan manusia berdasarkan
22
pertimbangan rasa senang dan rasa tidak senang (sakit). Setiap manusia
berhak memilih mana yang baik dan mana yang buruk, perbuatan mana yang
mendatangkan kesenangan dan yang mana yang tidak.
Menurut Made Darma Weda 1996 bahwa Teori neo klasik ini
sebenarnya merupakan revisi atau pembaharuan teori klasik, dengan
demikian teori neo klasik ini tidak menyimpang dari konsepsi-konsepsi
umum tentang sifat- sifat manusia yang berlaku pada waktu itu. Doktrin
dasarnya tetap yaitu bahwa manusia adalah makhluk yang mempunyai rasio
yang berkehendak bebas dan karenanya bertanggung jawab atas perbuatan-
perbuatannya dan dapat dikontrol oleh rasa ketakutannya terhadap hukum.
Ciri khas teori neo klasik adalah adanya pelunakan/perubahan pada doktrin
kehendak bebas.
3. Teori Kartografi/Geografi
4. Teori Sosialis
Teori sosialis mulai berkembang pada tahun 1850 M. Para tokoh aliran
ini banyak dipengaruhi oleh tulisan dari Marx dan Engels, yang lebih
menekankan pada determinasi ekonomi. Menurut para tokoh ajaran ini (Made
Darma Weda 1996) bahwa “kejahatan timbul disebabkan oleh adanya
tekanan ekonomi yang tidak seimbang dalam masyarakat.
5. Teori Lingkungan
23
(Made Darma Weda, 1996 : 20):
6. Teori Biososiologi
Tokoh dari aliran ini adalah A. D. Prins, van Humel, D. Simons dan lain-
lain. Aliran biososiologi ini sebenarnya merupakan perpaduan dari aIiran
antropologi dan aliran sosiologis, oleh karena ajarannya didasarkan bahwa
tiap-tiap kejahatan itu timbul karena faktor individu seperti keadaan psikis
dan fisik dari si penjahat dan juga karena faktor lingkungan.
Menurut Made Darma Weda, (1996 : 20) bahwa:
Faktor individu itu dapat meliputi sifat individu yang diperoleh sebagai
warisan dari orang tuanya, keadaan badaniah, kelamin, umur, intelek,
temperamen, kesehatan, dan minuman keras.Keadaan lingkungan yang
mendorong seseorang melakukan kejahatan itu meliputi keadaan alam
(geografis dan klimatologis), keadaan ekonomi, tingkat peradaban dan
keadaan politik suatu negara misalnya meningkatnya kejahatan menjelang
pemilihan umum dan menghadapi sidang MPR.
7. Teori NKK
24
masyarakat. Menurut A S. Alam bahwa rumus teori ini adalah:
N + K1 = K2
Keterangan :
N = Niat
K1 = Kesempatan
K2 = Kejahatan
Menurut teori ini, sebab terjadinya kejahatan adalah karena adanya niat
dan kesempatan yang dipadukan. Jadi meskipun ada niat tetapi tidak ada
kesempatan, mustahil akan terjadi kejahatan, begitu pula sebaliknya
meskipun ada kesempatan tetapi tidak ada niat maka tidak mungkin pula
akan terjadi kejahatan.
25
konseptual.
2. Metode untuk mencegah kejahatan pertama kali, suatu cara yang ditujukan
kepada upaya untuk mencegah terjadinya kejahatan yang pertama kali, yang
akan dilakukan oleh seseorang dalam metode ini dikenal sebagai metode
preventif.
a. Upaya pre-emtif
Upaya pre-emtif (moral) adalah upaya awal yang dilakukan oleh pihak
kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Dalam upaya ini yang
lebih ditekankan adalah menanamkan nilai/norma dalam diri seseorang.
b. Upaya preventif
26
Dalam upaya preventif (pencegahan) itu bagaimana upaya kita
melakukan suatu usaha jadi positif, bagaimana kita menciptakan suatu
kondisi seperti keadaan ekonomi, lingkungan juga budaya masyarakat
menjadi suatu dinamika dalam pembangunan dan bukan sebaliknya seperti
menimbulkan ketegangan-ketegangan sosial atau mendorong timbulnya
perbuatan atau penyimpangan dan disamping itu bagaimana meningkatkan
kesadaran dan partisipasi masyarakat bahwa keamanan dan ketertiban adalah
tanggung jawab bersama.
c. Upaya Represif:
27
Pasal 365 KUHP ayat (1) “Diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun, pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan
atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, atau untuk
memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap
menguasai barang yang dicuri.” Ayat (2) “Diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun”. Ayat (3) “Jika perbuatan mengakibatkan kematian,
maka diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”. Ayat (4)
“Diancam dengan piidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka
berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu,
disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam nomor 1 dan 3.
1. Unsur Objektif :
2. Unsur Subjektif :
28
Delik penguasaan tanpa hak senjata penikam/ penusuk diatur dalam pasal 2
(ayat 1 dan 2) Undang-Undang Darurat No 12 tahun 1951 serta Undang-Undang
yang berkaitan didalamnya
Pasal 2 :
Pasal 2 ayat 1:
1. Barang siapa
29
menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau
mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan,
mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata pemukul,
senjata penikam, atau senjata penusuk.
Pasal 2 ayat 2 :
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Polrestabes Kab. Serang. Pemilihan lokasi ini
didasari alasan karena daerah tersebut merupakan salah satu daerah yang
memiliki tingkat perkembangan pembangunan dan penduduk yang cukup pesat.
Hal tersebut diikuti pula dengan meningkatnya angka kejahatan, yang dilakukan
pencurian dengan kekerasan yang menggunakan senjata tajam dalam beberapa
tahun terakhir.
31
B. Jenis dan sumber data
Data yang diperlukan dalam peneitian ini diperoleh penulis dari 2 (dua) jenis
data yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawanara dengan
pihak terkait sehubungan dengan penelitian ini.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan yaitu penelitian
kepustakaan (Library Research), yaitu dimana dengan membaca buku-buku
yang ada hubungannya dengan objek yang dimaksud sesuai dengan judul
skripsi ini kemudian membandingkan antara satu dengan yang lain dan dari
hasil perbandingan itulah ditarik kesimpulan sebagai bahan kajian.
C. Sumber Data
Sejumlah data atau fakta yang diambil secara langsung dari sumber data di
lapangan (Kantor Kepolisian).
Semua data sekunder yang bersifat menjelaskan bahan hukum primer berupa
pendapat para ahli sarjana serta literatur-literatur yang relevan dengan objek
penelitian.
32
Yaitu bahan hokum yang mengikat yang terdiri dari peraturan perundang
undangan yang berlaku atau ketentuan- ketentuan yang berlaku. Sehubungan
dengan itu maka bahan hukum primer yang digunakan adalah:
1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
dan lain-lain.
33
BAB IV
menggunakan senjata tajam sudah menjadi salah satu tindakan kriminal yang
perempuan dan beraksi tak kenal waktu dan tempat. Berikut penulis akan
34
memaparkan data pencurian dengan kekerasan di Kab. Serangyang terdiri
dari data jumlah kasus yang dilaporkan dan kasus yang diselesaikan
Tabel 1
Jumlah Kasus Pencurian Dengan Kekerasan di Kab. Serang Tahun 2015-2019
yang dilaporkan dan kasus yang selesai
peningkatan akan tetapi justru pada tahun 2016 jumlah kasus yang diselesaikan paling
banyak. Apabila diuji maka dapat dijabarkan bahwa pada tahun 2014 sebanyak 285
kasus yang dilaporkan dan yang diselesaikan 114 kasus, pada tahun 2015 sebanyak
461 kasus dan yang diselesaikan 191 kasus, pada tahun 2016 sebanyak 450 kasus
yang dilaporkan dan yang diselesaikan 283 kasus. Dapat dilihat dari kedua kolom di
atas bahwa ada perbedaan signifikan antara jumlah kasus yang dilaporkan dan yang
dapat diselesaikan.
35
Untuk penelitian lebih lanjut penulis telah mewawancarai 10 para pelaku kasus
pencurian dengan kekerasan yang menggunakan senjata tajam mengenai usia pelaku
pencurian di Kab. Serang yaitu :
TABEL 2
Sehubungan dengan usia pelaku, manusia sejak kecil hingga lanjut usia selalu
mengalami perubahan-perubahan dan perkembangan baik jasmani maupun mental.
Untuk itu di dalam perkembangan umur ini penyelidikan kriminologi juga mencari
jawaban apakah perihal umur ada hubungannya dengan kejahatan pencurian. Hasil
penyelidikan para sarjana terbukti bahwa pada tiap-tiap tingkatan umur mempunyai
perubahan-perubahan dan perkembangannya masing-masing.
Menurut ilmu jiwa ada suatu keseimbangan dalam tiap-tiap tingkatan umur.
Apabila keduanya itu seimbang maka tidak akan terjadi sesuatu yang negatif, begitu
36
pula sebaliknya jika keseimbangan itu tidak dapat dikendalikan maka pada saat itulah
akan terjadi penyimpangan karena keinginan tidak tercapai. Sehubungan dengan hal
tersebut maka usia mempengaruhi cara berpikir untuk melakukan sesuatu, karena usia
yang masih muda/belum matang cara berpikirnya sehingga perbuatan-perbuatannya
terkadang menyimpang atau melanggar hukum karena ingin memiliki sesuatu tetapi
belum mampu untuk mendapatkannya sebab dipengaruhi oleh pendapatan yang
rendah, kedudukan dalam masyarakat rendah sehingga keinginannya sulit terpenuhi.
Usia yang masih muda apabila keinginannya tidak terpenuhi maka mereka akan
mengambil jalan pintas yakni melakukan kejahatan.
2. Edo (20 Tahun), pendidikan terakhir SMP, dan bekerja sebagai buruh.
Responden sudah sangat sering melakukan pencurian dengan kekerasan di Kab.
Serang khususnya di wilayah Rajawali. Responden melakukan kejahatan
tersebut bersama temannya. Targetnya, siapapun yang diinginkannya dan
responden tidak ragu untuk melukai korbannya dengan menggunakan senjata
tajam. Mereka memilih pencurian dengan kekerasan karena kejahatan tersebut
berlangsung cepat dan mendapatkan hasil yang besar.
37
Responden melakukan kejahatan pencurian seorang diri dengan mengendarai
sepeda motor dan mengancam korbannya dengan menggunakan senjata tajam.
Responden memilih korbannya khusus untuk perempuan, sehingga responden
dapat dengan mudah melakukan aksinya. Responden sudah dua kali mengulangi
kejahatannya. Hasil dari kejahatan tersebut digunakan untuk membayar sewa
kost responden. Responden memilih kejahatan pencurian dengan kekerasan
karena merupakan sebuah kejahatan yang berlangsung cepat dan kecil
kemungkinan untuk tertangkap.
4. Rahmat (19 Tahun), pendidikan terakhir SD, dan tidak memiliki pekerjaan.
Responden mengatakan bahwa responden sudah sering melakukan kejahatan
pencurian dengan kekerasan. Menurut responden, pencurian dengan kekerasan
ini memiliki hasil yang bagus, kecil kemungkinannya untuk tertangkap, dan hasil
dari kejahatan tersebut rencananya digunakan untuk bersenang-senang.
5. Didi (19 Tahun), pendidikan terakhir SMP, dan tidak memiliki pekerjaan.
Responden mengatakan bahwa ketika responden melakukan kejahatan,
responden dibawah pengaruh minuman keras. Responden bersama seorang
temannya melakukan kejahatan pencurian dengan kekerasan karena penghasilan
dari kejahatan tersebut lebih besar dan mudah dalam melarikan diri. Selain itu
responden juga merasa malu kepada teman-temannya kalau belum melakukan
kejahatan pencurian dengan kekerasan, serta menggunakan senjata tajam untuk
membuat korbannya takut dan melindungi dirinya sendiri.
6. Adi (23 Tahun), pendidikan terakhir SD, dan tidak memiliki pekerjaan. Awalnya
responden diajak oleh temannya untuk melakukan kejahatan pencurian dengan
kekerasan. Kebetulan pada saat itu responden juga sedang membutuhkan uang
untuk membeli narkoba. Responden mengatakan bahwa kejahatan pencurian
dengan kekerasan ini lebih mudah dilakukan dan hasilnya cukup besar,
tergantung pemilihan korban.
7. Ismail (21 tahun), pendidikan terakhir SMA, yang dulunya hanya bekerja
38
sebagai cleaning servis. Setelah kehilangan pekerjaan dan ia tidak berhasil
menemukan pekerjaan baru, responden terpaksa melakukan pencurian dengan
kekerasan untuk pertama kalinya bersama dengan teman temannya.
8. Ansar (25 tahun), Pendidikan terakhir SMP, bekerja sebagai buruh mengaku
mencuri kendaraan dengan kekerasan dengan niat untuk dijual dan uangnya
untuk membiayai istri dan anak- anaknya. Ia sempat mengalami frustasi akibat
tidak ada satupun tempat yang didatanginya mau mempekerjakannya, oleh
karena itu ia nekat seorang diri untuk mencuri motor dengan menggunakan
kekerasan dan senjata tajam untuk melindungi dirinya.
9. Tio (18 tahun), berstatus sebagai siswa di salah satu SMA Negeri di Serang.
Responden mengaku melakukan kejahatan karena adanya ajakan dari teman
responden. Hasil yang didapatkan responden dari melakukan kejahatan hanya
untuk berfoya – foya. Senjata yang digunakan oleh responden untuk
melancarkan aksinya adalah busur.
10. Udin (28 tahun), pendidikan terakhir SD, bekerja sebagai pengemudi bentor.
Responden mengaku melakukan kejahatan karena adanya kesempatan dan
himpitan ekonomi. Karena menurut responden, dengan melakukan pencurian
dapat memperoleh hasil yang besar serta cepat.
Dari data yang telah diperoleh oleh Penulis melalui wawancara dengan Satuan
Reserse Kriminal Polres Serang dan beberapa Pelaku kejahatan pencurian dengan
kekerasan yang menggunakan senjata tajam di wilayah hukum Polres Serang, Penulis
dapat merincikan beberapa faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya kejahatan
pencurian dengan kekerasan yang menggunakan senjata tajam, yaitu:
39
1. Faktor Ekonomi Yang Rendah
Ekonomi merupakan salah satu hal yang penting di dalam kehidupan manusia,
maka keadaan ekonomi dari pelaku tindak pidana pencurianlah yang kerap kali
muncul melatarbelakangi seseorang melakukan tindak pidana pencurian. Para
pelaku sering kali tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, atau bahkan tidak punya
pekerjaan. Karena desakan ekonomi yang menghimpit, yaitu harus memenuhi
kebutuhan keluarga, membeli sandang maupun pangan, atau ada sanak keluarganya
yang sedang sakit, maka sesorang dapat berbuat nekat dengan melakukan tindak
pidana pencurian.
Rasa cinta seseorang terhadap keluarganya yang menyebakan ia sering lupa diri
dan akan melakukan apa saja demi kebahagiaan keluarganya. Terlebih lagi apabila
faktor pendorong tersebut diliputi rasa gelisah, kekhawatiran, dan lain sebagainya,
disebabkan orang tua (pada umumnya ibu yang sudah janda), atau isteri atau anak
maupun anak- anaknya, dalam keadaan sakit keras. Memerlukan obat, sedangkan
uang sulit di dapat. Oleh karena itu, maka seorang pelaku dapat termotivasi untuk
melakukan pencurian.
40
Faktor ini penulis kemukakan karena sesuai dengan hasil wawancara penulis
terhadap beberapa narapidana kasus pencurian dengan kekerasan di Kepolisian Resort
Serang, perhitungan pendapatan pelaku pencurian dengan kekerasan penulis ukur
dengan mengakumulasikan jumlah pendapatan dari 10 narapidana yang telah
diwawancarai, dimana tingkat pendapatan dibagi atas 3 yakni rendah, sedang dan
tinggi. Tingkatan pendapatan rendah yaitu <Rp. 250.000/bulan diambil sebagai dasar
tingkatan dimana angka tersebut mendekati angka pendapatan terendah dari
keseluruhan sampel narapidana yang diwawancarai yaitu Rp.200.000/bulan,
sedangkan tingkat pendapatan tinggi adalah >Rp.500.000/bulan, dimana pendapatan
tersebut mendekati angka pendapatan tertinggi dari keseluruhan sampel narapidana
yang diwawancarai yakni Rp.800.000/bulan. Berikut hasil data yang penulis
gambarkan dengan tabel :
Tabel 3
41
masih mendapatkan uang jajan yang jumlahnya tidak lebih dari 250.000/bulan.
Tabel 4
42
pencurian dengan kekerasan, sebagaimana tabel di atas pelaku pencurian dengan
kekerasan yang berpendidikan rendah mencapai 3 orang atau 30% yang tamat SD,
kemudian yang berpendidikan SMP sebanyak 5 orang atau 50% dan yang
berpendidikan SMU sebanyak 2 orang atau 20%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan formal yang minim di dalam masyarakat dapat menimbulkan dampak
terhadap masyarakat tersebut, yaitu mereka merasa dan bersikap rendah diri serta
kurang kreatif sehingga tidak ada kontrol terhadap pribadinya sehingga mudah
melakukan tindakan-tindakan kejahatan utamanya pencurian dengan kekerasan.
Dengan pendidikan yang minim pola pemikiran mereka mudah dipengaruhi oleh
keadaan sosial sehingga pergaulan dalam lingkungannya mudah mengekspresikan
tingkah laku yang kurang baik lewat perbuatan yang merugikan masyarakat.
Bekal pendidikan yang baik ada kemungkinan dapat mencegah tingkah laku
kejatahan. Sebagian besar pelaku pencurian dengan kekerasan adalah mereka yang
tergolong dalam pendidikan minim (rendah).
Sehubungan dengan pendidikan yang minim itu maka pola pikir mereka mudah
terpengaruh karena kadang-kadang mereka bisa mengekspresikan tingkah laku yang
tidak baik lewat perbuatan yang merugikan masyarakat.
Jadi melalui bekal pendidikan yang diperoleh dengan baik dapat merupakan
proses pembentukan nilai-nilai atau perilaku mereka. Memang jika faktor pendidikan
dikaitkan dengan latar belakang kejahatan yang dilakukan itu rata-rata yang
43
berpendidikan rendah yang berpendidikan sekolah dasar yang banyak melakukan
kejahatan pencurian dengan kekerasan.
44
laku kriminal melalu interaksi sosial tersebut.
Menurut Topo Santoso (2003 : 74) munculnya teori Asosiasi Diferensial oleh
Sutherland ini didasarkan pada sembilan proposisi, yaitu:
b) Tingkah laku kriminal dipelajari dalam interaksi dengan orang lain dalam suatu
proses komunitas.
c) Bagian yang terpenting dari mempelajari tingkah laku kriminal itu terjadi di
dalam kelompok-kelompok orang intim/ dekat.
45
Kedudukan hukum sebagai supremasi tertinggi dalam tatanan masyarakat
bernegara bukanlah suatu hal yang terjadi begitu saja. Proses panjang telah
berlangsung hingga masyarakat di seluruh dunia sepakat untuk menempatkan hukum
sebagai salah satu pedoman tertulis yang harus dipatuhi dalam rangka mencapai
ketertiban, keamanan, dan keadilan bersama. Namun demikian, dalam proses
pelaksanaannya, terjadi beragam permasalahan sehingga hukum tidak bisa begitu saja
ditegakkan.
e) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan
pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
46
Selain itu faktor korban juga berpengaruh terhadap terjadinya kejahatan
pencurian dengan kekerasan yang menggunakan senjata tajam. Mayoritas responden
memilih perempuan sebagai korban, terutama yang sendirian atau yang sudah lanjut
usia, mengingat kalangan tersebut cukup mudah menjadi target kejahatan pencurian.
Pada dasarnya suatu kejahatan adalah bentuk lain dari penyakit masyarakat.
Bentuk kejahatan atau penyakit masyarakat yang sering terjadi dalam kondisi
masyarakat sekarang ini adalah kejahatan pencurian. Salah satu bentuk kejahatan
pencurian tersebut adalah pencurian dengan kekerasan yang menggunakan senjata
tajam, kejahatan tersebut sudah sangat meresahkan masyarakat.
1. Upaya Pre-Emtif
Upaya pre-emtif adalah upaya awal yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk
47
mencegah terjadinya kejahatan. Upaya yang dilakukan dalam penanggulangan
kejahatan secara pre-emtif adalah menanamkan nilai-nilai atau norma-norma
yang baik sehingga nilai-nilai atau norma-norma tersebut dapat tertanam dalam
diri seseorang sehingga seseorang tidak memiliki niat untuk melakukan kejahatan.
Upaya yang telah dilakukan Polres Serang dalam mewujudkan upaya
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61