Anda di halaman 1dari 13

Patient Safety dan Infection Control

Alya Silva Nabilah

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna utara No. 6 Jakarta Barat 11510

alya.2017fk236@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Oleh
karena itu, keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal
tersebut terkait dengan terjadinya Insiden Keselamatan Pasien (IKP) di rumah sakit. Menurut
Depkes RI (2008) dalam Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit, langkah
pertama program keselamatan pasien di rumah sakit adalah membangun budaya keselamatan
pasien atau menumbuhkan kesadaran pada seluruh karyawan akan pentingnya nilai
keselamatan di rumah sakit. World Health Organization (WHO) sebagai induk organisasi
kesehatan dunia telah mengkampanyekan program keselamatan pasien, salah satunya adalah
menurunkan risiko infeksi nosokomial. Untuk meningkatkan mutu pelayanan keselamatan
pasien di tingkat unit maka harus dilakukan upaya perubahan budaya keselamatan pasien di
seluruh unit Rumah Sakit.
Kata Kunci : Keselamatan pasien, pengendalian infeksi

Abstract

Safety (safety) has become a global issue including for hospitals. Therefore, patient
safety is a top priority to implement and this is related to the occurrence of a Patient Safety
Incident (IKP) in the hospital. According to the Indonesian Ministry of Health (2008) in the
National Hospital Patient Safety Guidelines, the first step of a patient safety program in a
hospital is to build a culture of patient safety or to raise awareness among all employees of
the importance of safety values in the hospital. The World Health Organization (WHO) as
the parent of world health organizations has campaigned for patient safety programs, one of
which is to reduce the risk of nosocomial infections. To improve the quality of patient safety
services at the unit level, efforts must be made to change the patient safety culture in all
hospital units.
Keywords: Patient safety, infection control

1
Pendahuluan

Keselamatan pasien adalah prinsip dasar dalam pelayanan kesehatan. Menurut Depkes
RI (2008) Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi: assessmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindaklanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Kesalahan medis didefinisikan sebagai
suatu kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan atau perencanaan
yang salah untuk mencapai suatu tujuan. Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis
ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. Salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap insiden patient safety adalah kinerja individu tenaga kesehatan.
Data di Indonesia tentang KTD apalagi Kejadian Nyaris Cedera (Near Miss) masih langka,
namum dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan mal praktek. Oleh karena itu, perlu
diterapkan program “patient safety” agar pasien aman mendapatkan pelayanan kesehatan dan
terhindar dari kesalahan medis.1,2

Patient safety atau keselamatan pasien telah menjadi salah satu program penting
dalam pelayanan rumah sakit di seluruh dunia. Tidak hanya rumah sakit di negara maju yang
menerapkan keselamatan pasien untuk menjamin mutu pelayanan, tetapi juga rumah sakit di
negara berkembang, seperti Indonesia. Penerapan patient safety bersifat menyeluruh dan
harus diterapkan di seluruh bagian rumah sakit.3 World Health Organization (WHO) sebagai
induk organisasi kesehatan dunia telah mengkampanyekan program keselamatan pasien,
salah satunya adalah menurunkan risiko infeksi nosokomial. Penurunan angka kejadian
infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan dapat dilakukan dalam bentuk
preventif dan kuratif.

Pengertian Patient Safety

Patient safety adalah sistem (tatanan) pelayanan dalam rumah sakit yang memberikan
asuhan pasien menjadi lebih aman untuk mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Yang termasuk dalam patient safety, diantaranya:3,4

1. Pelaporan dan analisis insiden, termasuk menegakkan budaya “quality and safety”.

2
2. Identifikasi dan mengukur resiko (klinis dan non-klinis).
3. Pengelolaan resiko terhadap pasien (manajemen resiko).
4. Kemampuan untuk berkomunikasi.
5. Komitmen belajar dan menindaklanjuti setiap laporan insiden.
6. Menerapkan solusi untuk mencegah, mengurangi, serta meminimalkan resiko.
Tujuan Patient Safety

Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah:

1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.


2)  Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3) Menurunnya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) di rumah sakit.
4)  Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
penanggulangan KTD.
Sedangkan, tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:4
1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar).
2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif).
3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari
pengobatan resiko tinggi).
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery(mengeliminasi
kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur operasi).
5. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan).
6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka karena
jatuh).
Manfaat Patient Safety terhadap Infeksi

Bila program patient safety dilakukan dengan baik, maka manfaat yang didapatkan
diantaranya:3

1. Menekan biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi pengobatan yang tidak perlu.
2. Mengurangi kejadian masuk rumah sakit kembali.
3. Meminimalisasi kejadian infeksi di rumah sakit.
4. Menurunkan lama perawatan.
5. Menurunkan kemungkinan rawat HCU/ICU.
6. Mengurangi transmisi penyakit (terhadap pasien dan staf medis).

3
7. Menurunkan AMR (Anti Microbial Ressistance)
8. Menghindari Multi Drug Ressistance organism.
9. Menghindari Methicilin Resistant Stapphylococcus Aureus (MMRSA).
Tujuh Standar Keselamatan Pasien

Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient Safety


Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health
Organizations, Illinois, USA, tahun 2002), yaitu:5,6
1.      Hak pasien
Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana &
hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
Kriterianya adalah :
 Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
 Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
 Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan
benar   kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan
atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD.

2.      Mendidik pasien dan keluarga


RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien. Kriterianya adalah:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien
adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada system dan mekanisme
mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat:

 Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur


  Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
  Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
   Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
   Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
   Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
 Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

4
3.      Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga dan antar unit pelayanan. Kriterianya adalah :

 koordinasi pelayanan secara menyeluruh


 koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya
   koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
 komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan

4.      Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan


program peningkatan keselamatan pasien
Standarnya adalah RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor & mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif
KTD, & melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP. Kriterianya adalah :

 Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, sesuai
dengan  ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
 Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
 Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif Setiap rumah sakit harus
menggunakan semua data dan informasi hasil analisis

5.      Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien


Standarnya adalah :

 Pimpinan dorong dan jamin implementasi program Keselamatan Pasien melalui


penerapan “7 Langkah Menuju Keselamatan Pasien RS ”.
 Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko Keselamatan
Pasien dan program mengurangi KTD.
 Pimpinan dorong dan tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit dan individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang Keselamatan Pasien
 Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat utk mengukur, mengkaji, dan
meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan Keselamatan Pasien.
 Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinyadalam meningkatkan kinerja
RS & Keselamatan Pasien.

Kriterianya adalah :

 Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien

5
 Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden
 Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah
sakit terintegrasi dan berpartisipasi
 Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien
yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi
yang benar dan jelas untuk keperluan analisis
 Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
 Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
 Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan
 Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
 Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif
untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien

6.      Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien


Standarnya adalah :

 RS memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan Keselamatan Pasien secara jelas.
 RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan
dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam
pelayanan pasien.

Kriterianya adalah

 memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan
pasien
 mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice training
dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
 menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

7.      Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Standarnya adalah:

 RS merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi Keselamatan Pasien


untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.

6
 Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

Kriterianya adalah

 disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk


memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
 Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada.6

Penyebab Insiden Patient Safety

Kejadian yang tidak diharapkan yang sering terjadi pada pasien selama dirawat dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:3

 Lingkungan kerja
Lingkungan juga dapat mempengaruhi terjadinya cedera pada pasien selama dirawat.
 Kondisi pasien
Peran farmasis diperlukan untuk menjamin keselamatan pasien dalam hal memantau
kondisi kesehatan pasien, agar tidak terjadi kemungkinan bahaya dari tindakan yang
telah diberikan kepada pasien.
 Komunikasi yang kurang baik
Komunikasi yang kurang baik dapat menyebabkan insiden keselamatan pasien, baik
komunikasi antara sesama tenaga kesehatan atau komunikasi antara tenaga kesehatan
dengan pasien.
 Kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat
Kebijakan atau prosedur yang tidak adekuat atau lemah dapat menyebabkan insiden
keselamatan kerja.
Langkah Pelaksanaan Patient Safety

Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS (WHO Collaborating Centre for Patient 


Safety, 2 May 2007), yaitu:7

1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication
names).
2) Pastikan identifikasi pasien.
3) Komunikasi secara benar saat serah terima pasien.
4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
5) Kendalikan cairan elektrolit pekat.

7
6) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan.
7) Hindari salah kateter dan salah sambung selang.
8) Gunakan alat injeksi sekali pakai.
9) Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.
Patient Safety untuk Kasus Infeksi

Penyakit infeksi disebabkan oleh patogen seperti bakteri, virus, dan jamur, dan dapat
menyebar baik secara langsung maupun tidak langsung dari satu individu ke individu lainnya.
Penyebab infeksi juga bisa berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang diberikan. Misalnya,
dari alat medis yang digunakan (stetoskop, komputer, dan sebagainya), kontaminasi
lingkungan, airborne transmission, staf rumah sakit yang menjadi karier, dan lain-lain.

Pencegahan terhadap infeksi tersebut bisa diterapkan melalui program patient safety,
yang terdiri dari tindakan preventif dan kuratif. Kegiatan preventif yang dapat dilakukan
berupa edukasi sterilisasi dan usaha mencegah resiko infeksi pada tindakan-tindakan invasif.
Sedangkan tindakan kuratif yang dapat dilakukan adalah terapi antibiotik yang cepat dan
tepat sesuai diagnosis kerja, semua usaha mengontrol atau mengobati infeksi dilakukan
dengan tepat dan cepat, pemilihan makanan diet sesuai penyakitnya dengan memperhatikan
nilai gizi dan kalori yang cukup, serta memastikan bahwa obat oral, injeksi, IVFD, makanan
oral, makanan per NGT masuk sesuai waktu dan dosisnya.

Pengendalian Infeksi

Pengendalian infeksi adalah mengendalikan penyebaran agen penyebab penyakit


dengan melakukan prosedur tertentu. Pengendalian infeksi adalah seperangkat kebijakan dan
prosedur yang digunakan untuk meminimalkan resiko penyebaran infeksi, terutama di luar
kesehatan, melainkan juga harus menjadi bagian penting dari kehidupan pribadi kita,
terutama di rumah kita.

Pencegahan infeksi merupakan bagian esensial dari asuhan lengkap yang yang di
berikan kepada klien untuk melindungi petugas kesehatan itu sendiri.

1. Prinsip Pencegahan infeksi


a. Antiseptik
Antiseptik adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lainnya.

8
b. Aseptik
Aseptik adalah semua usaha yang dilakukan dalam mencegah masuknya mikroorganisme ke
dalam tubuh yang mungkin akan menyebabkan infeksi. Tujuannya adalah mengurangi atau
menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik pada permukaan benda hidup maupun benda
mati agar alat-alat kesehatan dapat digunakan dengan aman.

c. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa petugas kesehatan
dapat menangani secara aman benda-benda (peralatan medis, sarung tangan, meja
pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh. Cara memastikannya adalah
segera melakukan dekontaminasi terhadap benda - benda tersebut setelah
terpapar/terkontaminasi darah atau cairan tubuh

d. Desinfeksi
Tindakan yang tindakan menghilangkan sebagian besar mikroorganisme penyebab penyakit
dari benda mati.

e. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)


Suatu proses yang menghilangkan mikroorganisme kecuali beberapa endospora bakteri pada
benda mati dengan merebus, mengukus, atau penggunaan desinfektan kimia.

f. Mencuci dan membilas


Suatu proses yang secara fisik menghilangkan semua debu, kotoran, darah, dan bagian tubuh
lain yang tampak pada objek mati dan membuang sejumlah besar mikro organisme untuk
mengurangi resiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau menangani benda tersebut (proses
ini terdiri dari pencucian dengan sabun atau deterjen dan air, pembilasan dengan air bersih
dan pengeringan secara seksama).

g. Sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora bakteri pada benda-benda mati atau
instrument.

2. Tindakan-tindakan pencegahan infeksi meliputi :


a) Pencucian tangan.
b) Penggunaan sarung tangan.

9
c) Penggunaan cairan antiseptic untuk membersihkan luka pada kulit. Pemrosesan alat
bekas pakai (dekontaminasi, cuci dan bilas, desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi).
d) Pembuangan sampah.

Gambar 1. Pengendalian factor resiko TBC

Infection Control

Infection Control dapat dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu standard precaution


dan additional precaution.8,9

Standard precaution

Pelayanan yang diberikan kepada semua pasien di rumah sakit berdasarkan standard
precaution. Standard precaution adalah semua tindakan yang diaplikasikan kepada setiap
pasien yang datang tanpa memandang diagnosis maupun status infeksinya. Tindakan medis
tersebut terdiri dari :

 Cuci tangan dan antisepsis


WHO mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe
care, yaitu merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene untuk petugas
kesehatan dengan My five moments for hand hygiene adalah melakukan cuci tangan:
1. Sebelum bersentuhan dengan pasien.

2. Sebelum melakukan prosedur bersih/steril.

3. Setelah bersentuhan dengan ciaran tubuh pasien risiko tinggi.

4. Setelah bersentuhan dengan pasien.

5. Setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien.

 Penggunaan alat pelindung diri pada saat melakukan tindakan atau prosedur medis.

10
Alat pelindung diri tersebut diantaranya:10
 Sarung tangan (gloves).
Indikasi penggunaan gloves yaitu:
 Untuk melindungi tangan dari kontaminasi bahan organik dan
mikroorganisme.
 Untuk mengurangi resiko penularan ke pasien atau tenaga kesehatan
lainnya.
 Apron dan masker.
 Menggunakan apron berbahan plastik saat kontak dekat dengan pasien,
bahan, atau alat medis, atau ketika terdapat resiko terjadinya
kontaminasi pakaian.
 Buang apron plastik setelah melakukan suatu prosedur atau tindakan
medis.
 Menggunakan gaun yang menutupi seluruh tubuh ketika terdapat
resiko terciprat darah, cairan tubuh, sekresi, dan eksresi.
 Masker wajah dan pelindung mata harus digunakan ketika terdapat
resiko terciprat darah, cairan tubuh, sekresi, dan ekresi pada bagian
wajah.
 Pencegahan cedera tertusuk jarum.
Pencegahan dapat dilakukan dengan berhati-hati pada saat kontak dengan
jarum, scalpel, dan alat tajam lainnya, membersihkan alat medis yang telah
digunakan, dan membuang alat injeksi yang telah digunakan.
 Hygiene lingkungan.
Menjaga kebersihan lingkungan dengan menggunakan prosedur yang adekuat
untuk membersihkan dan desinfeksi lingkungan.
 Pembuangan limbah.
Pembuangan limbah harus dimanajemen dengan baik. Untuk limbah yang
terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi tubuh, jaringan tubuh dan
sampah laboratorium ditangani sebagai limbah klinis.
 Pemindahan dan pembersihan alat medis yang terkontaminasi.
Additional precaution

Additional precaution adalah tindakan yang ditujukan khusus kepada pasien tertentu yang
beresiko terjadi transmisi (udara, droplet, dan kontak) dan dirawat di rumah sakit. Tindakan

11
additional precaution digunakan sebagai tambahan untuk praktek ketika mikroorganisme
adalah:

• Sangat menular

• Dikenal menyebabkan penyakit parah

• Sulit diobati (resisten antibiotik).

Jika pasien menunjukkan gejala yang menunjukkan infeksi, mulailah segera gunakan
additional precaution yang sesuai. Menunggu hingga konfirmasi atau diagnosis laboratorium
dapat mengakibatkan kontaminasi pada lingkungan atau orang lain dengan agen infeksi.

Tindakan additional precaution termasuk:

 Penggunaan penghalang (mis. Pintu kamar tertutup)


 Penggunaan peralatan pelindung pribadi
 Kontrol lingkungan (mis. Ventilasi tekanan negatif, pembatasan pengunjung)
 Prosedur pembersihan ekstra.
 Komunikasi juga merupakan elemen penting dalam memastikan perawatan kesehatan
itu penyedia, pekerja pendukung, keluarga dan pengunjung mengetahui tindakan
pencegahan tersebut.
 Rambu pintu pencegahan di kamar rawat inap mengingatkan staf untuk menggunakan
peralatan pelindung pribadi yang diperlukan dan memberi tahu pengunjung tentang
tindakan pencegahan.

Kesimpulan

Patient safety adalah untuk mencegah hasil pelayanan kesehatan yang merugikan
pasien atau yang tidak diinginkan. Penyakit infeksi disebabkan oleh patogen seperti bakteri,
virus, dan jamur, dan dapat menyebar baik secara langsung maupun tidak langsung dari satu
individu ke individu lainnya. Pencegahan terhadap infeksi tersebut bisa diterapkan melalui
program patient safety, yang terdiri dari tindakan preventif dan kuratif. Infection Control
dapat dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu standard precaution dan additional precaution.
Pada skenario kasus pasien yang diduga tuberkulosis (TBC) dan harus diisolasi. Untuk
pencegahan yakni pasien diharapkan menggunakan respirator atau masker khusus, pasien
harus melakukan pemeliharaan kualitas rumah , hidup bersih dan sehat.

12
Daftar Pustaka

1. Sumarianto A, Maidin MA, Sidin AI. Hubungan pengetahuan dan motivasi terhadap
kinerja tenaga medis dalam program patient safety di ruang perawatan inap RSUD
Andi Makkasau kota Parepare. Diunduh dari www.unhas.ac.id, 7 Oktober 2020.
2. Bawelle SC, Sinolungan JSV, Hamel RS. Hubungan pengetahuan dan sikap tenaga
medis dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di ruang rawat inap
RSUD Liun Kendage Tahuna. Diunduh dari www.ejournal.unsrat.ac.id, 7 Oktober
2020.
3. Rikomah SE. Keselamatan pasien. Dalam : farmasi klinik. Ed 1. Jakarta: deepublish;
2016. h.134-57.
4. Widajat R. Hospital strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2011. h. 98-9.
5. Kozier B, Erb G, Blais K. Professional nursing practice concept, and prespective.
California: Addison Wesley Logman, Inc; 2011
6. Muninjaya Gede AA. Manajemen kesehatan. Jakarta: EGC; 2012
7. Sitorus R. Metode praktik keperawatan pofessional di rumah sakit. penataan struktur
& proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat. Jakarta: EGC; 2013
8. WHO. Standard precautions in health care. Diunduh dari www.who.int, 7 Oktober
2020.
9. Jamaluddin J, Sugeng S, Wahyu I, Sondang M. Kepatuhan cuci tangan 5 momen di
unit perawatan intensif. Majalah kedokteran terapi intensif, Juli 2012. h.125-9.
10. Lardo S, Prasetyo B, Purwaamidjaja DB. Infection control risk assessment. CDK
journal, 2016. h. 215-19.

13

Anda mungkin juga menyukai