Anda di halaman 1dari 13

Sosiologi X BAB 3: Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial

  Maret 31, 2020        Sosiologi         1 comment     

ILOTTE.COM 100% BRANDED


Free Ongkir Se-Indonesia to Big Deal, Lowest Price
Rp 812.000,00 - VT Cosmetics VT X BTS LATELIER des
SUBTILS Eau de Coton ...
BELI SEKARANG→
Struktur Sosial

1. Pengertian Struktur Sosial


Wiliam Kornblum menekankan konsep struktur sosial pada pola
perilaku individu dan kelompok, yaitu pola perilaku berulang-ulang
yang menciptakan hubungan antarindividu dan antarkelompok
dalam masyarakat.

Soerjono Soekanto melihat struktur sosial sebagai sebuah hubungan


timbal balik antara posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan
sosial.

Abdul Syani melihat struktur sosial sebagai sebuah tatanan sosial


dalam kehidupan masyarakat. Didalam tatanan sosial tersebut
terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan
(dengan batas-batas perangkat unsur-unsur sosial tertentu).

Status dan peranan tersebut menunjuk pada suatu keteraturan


perilaku yang dapat membentuk suatu masyarakat.

Dengan demikian, secara sederhana dapat kita katakan bahwa


struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antar unsur-unsur sosial
yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial,
kelompok-kelompok sosial dan lapisan-lapisan sosial.

Dalam struktur sosial dikenal dua konsep penting yaitu status dan
peran (role).

Ralf Linton mendefinisikan status sebagai suatu kumpulan hak dan


kewajiban, sedangkan peran merupakan aspek dinamis dari status
seseorang.

2. Fungsi Sosial
Mayor Polak menyatakan bahwa struktur sosial dapat berfungsi
sebagai pengawas sosial, yakni sebagai penekan kemungkinan
pelanggaran terhadap norma, nilai dan pelaturan kelompok atau
masyarakat.

Struktur sosial juga dapat berfungsi sebagai dasar untuk


menanamkan disiplin sosial kelompok atau masyarakat.

3. Bentuk Struktur Sosial


Menurut Nasikun, dalam konteks Indonesia, struktur sosial dapat
dilihat secara horizontal dan vertikal. Secara horizontal, struktur sosial
ditandai dengan adanya kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku
bangsa, agama dan adat.

Secara vertikal, struktur sosial ditandai dengan adanya kesatuan


sosial berdasarkan perbedaan lapisan sosial.

Dalam banyak literature, struktur sosial horizontal disebut diferensiasi


sosial, sedangkan struktur sosial secara vertikal disebut stratifikasi
sosial.

Diferensiasi Sosial
1. Pengertian Diferensiasi Sosial
Salah satu bentuk struktur sosial adalah diferensiasi sosial.

Menurut kamus sosiologi diferensiasi sosial adalah klasifikasi atau


penggolongan terhadap perbedaan-perbedaan tertentu yang
bisaanya sama atau sejenis.

Pengertian sama disini menunjuk pada klasifikasi masyarakat secara


horizontal, mendatar atau sejajar.

Dalam masyarakat majemuk (plural society), pengelompokan


horizontal yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis (suku bangsa),
klan dan agama disebut dengan istilah kemajemukan sosial.
Pengelompokan berdasarkan perbedaan profesi dan jenis kelamin
disebut heterogenitas sosial.

Kemajemukan sosial ditandai dengan adanya perbedaan berdasarkan


:

a. Berdasarkan ciri fisik


Misalnya, warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, bentuk hidung,
dan bentuk rahang. Ciri-ciri fisik tersebut disebut ciri-ciri fenotip
kuantitatif.

b. Berdasarkan ciri sosial


Timbul karena adanya perbedaan pekerjaan yang menimbulkan
perbedaan cara pandang dan pola perilaku dalam masyarakat.
Termasuk dalam kategori ini adalah perbedaan peran, prestise dan
kekuasaan. Contohnya pola perilaku guru akan berbeda dengan pola
perilaku tentara.

c. Berdasarkan ciri budaya


Berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat
menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi, system
kekeluargaan, keuletan, dan ketangguhan. Hasilnya dapat dilihat dari
pakaian, adat istiadat, Bahasa, kesenian, arsitektur dan agama.

2. Bentuk Diferensiasi Sosial


Beberapa bentuk diferensiasi sosial diantaranya adalah diferensiasi
ras, diferensiasi suku bangsa, diferensiasi klan, diferensiasi agama,
diferensiasi profesi, dan diferensiasi jenis kelamin.

Diferensiasi Ras

Ras adalah kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawaan


yang sama. Menurut Ralf Linton secara garis besar, manusia dibagi
dalam tiga kelompok ras utama :

1. Ras Mongoloid memiliki ciri-ciri fisik kulit warna kuning sampai


sawo matang, rambut lurus, bulu badan sedikit, dan mata sipit
(terutama Asia Mongoloid). Ras Mongoloid dibagi menjadi dua yaitu,
Mongoloid Asia dan Indian. Mongoloid Asia terdiri dari subras
Tionghoa (Taiwan, Jepang, Vietnam) dan subras melayu (Malaysia,
Indonesia, dan Filipina). Mongoloid Indian terdiri dari orang-orang
Indian di Amerika.

2. Ras Negroid memiliki ciri-ciri fisik rambut keriting, kulit hitam, bibir
tebal, dan kelopak mata lurus. Dibagi menjadi lima subras, yaitu
Negrito, Nilitz, Negro Rimba, Negro Oseanis, dan Hontentot-
Boysesman.

3. Ras kaukasoid memiliki ciri-ciri fisik hidung mancung, kulit putih,


rambut pirang kemerah-merahan sampai coklat kehitam-hitaman,
dan kelopak mata lurus. Dibagi menjadi lima subras, yaitu Nordic,
Alpin, Mediteran, Armenoid, dan India.
Indonesia sebagai Negara kepulauan (archipelago) didiami oleh
bermacam-macam subras, yaitu :

Negrito, yaitu suku bangsa Semang di Semenanjung Malaya


Vedroid, yaitu suku Sakai di Riau, Kubu di Sumatera Selatan, Toala
dan Tonum di Sulawesi
Neo Melanosoid, yaitu penduduk di Kepulauan Kei dan Aru
Melayu terdiri atas :
Melayu tua (Proto Melayu) yaitu suku Batak, Toraja dan Dayak
Melayu muda (Deutro Melayu) yaitu Aceh, Minang, Bugis, Makassar,
Jawa, dan Sunda.
Ciri-ciri fisik setiap ras berbeda karena beberapa faktor berikut.

Kondisi geografis dan iklim


Faktor makanan
Faktor perkawinan (amalgamasi)
Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis)

Suku bangsa merupakan hasil dari system kekerabatan yang lebih


luas. Masyarakat dalam system kekerabatan ini tetap percaya bahwa
mereka memiliki ikatan darah dan berasal dari nenek moyang yang
sama. Jumlah suku bangsa di Indonesia saat ini sulit diperkirakan.
Menurut C. Van Vollen Houven jumlah suku bangsa di Indonesia
adalah 316, sedangkan menurut Prof. Dr. Konetjaraningrat ada sekitar
119.

Keanekaragaman suku bangsa di Indonesia juga menyangkut


keanekaragaman budaya, yang meliputi perbedaan adat istiadat,
religi, bahasa dan kesenian.

Diferensiasi Klan

Klan sering juga disebut kerabat, keluarga besar, atau keluarga luas
(extended family). Dalam masyarakat Indonesia terdapat dua bentuk
klan utama, yakni klan atas dasar garis keturunan ibu (matrilinier) dan
atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal).

Diferensiasi Agama

Diferensiasi Jenis Kelamin

Diferensiasi Profesi

Stratifikasi Sosial

Pengertian Stratifikasi Sosial

Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan


orang-orang yang termasuk dalam suatu system sosial tertentu
kedalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, hak
istimewa, dan prestise.

Pitirim A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai


pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas yang
tersusun secara bertingkat (hierarki).

Perwujudan pelapisan didalam masyarakat dikenal dengan istilah


kelas sosial. Kelas sosial terdiri atas kelas sosial tinggi (upper class),
kelas sosial menengah (middle class), dan kelas sosial rendah (lower
class).

Kelas sosial tinggi bisaanya diisi oleh para pejabat atau penguasa dan
pengusaha kaya. Kelas sosial menengah bisaanya meliputi kaum
intelektual, seperti dosen, peneliti, mahasiswa, pengusaha kecil dan
menengah, serta pegawai negeri.

Kelas sosial rendah bisaanya merupakan kelompok terbesar dalam


masyarakat, seperti buruh, petani gurem dan pedagang kecil.
Pengelompokan semacam itu terdapat dalam segala bidang
kehidupan.

Faktor Penyebab Stratifikasi

Stratifikasi sosial muncul dengan sendirinya sebagai akibat dari


proses yang terjadi dalam masyarakat. Faktor-faktor penyebabnya
adalah kemampuan atau kepandaian, umur, fisik, jenis kelamin, sifat
keaslian keanggotaan masyarakat, dan harta benda.

Dalam perkembangan selanjutnya, stratifikasi sosial sengaja dibentuk


sebagai subsistem sosial untuk mewujudkan tujuan tertentu.

Beberapa kondisi umum yang mendorong terciptanya stratifikasi


sosial dalam masyarakat, menurut Wila Huky adalah sebagai berikut :

 Perbedaan ras dan budaya.


 Pembagian tugas yang terspesialisasi.

 Kelangkaan.

 Dasar Stratifikasi Sosial Dalam Masyarakat

 Dasar stratifikasi sosial dalam masyarakat disebabkan adanya


sesuatu yang dihargai lebih.

 Kekayaan

 Kekuasaan

 Keturunan

 Pendidikan

 Status atau kedudukan

 Peran (role)

Sifat Stratifikasi Sosial

Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya stratifikasi sosial


dibedakan menjadi:

a. Stratifikasi sosial tertutup


Adalah bentuk stratifikasi yang anggota dari setiap stratanya sulit
melakukan mobilitas vertical. Karenanya, stratifikasi sosial jenis ini
bersifat diskriminatif, contohnya system kasta, masyarakat rasialis,
dan masyarakat feudal.

b. Stratifikasi Sosial Terbuka


Bersifat demokratis. Kemungkinan mobilitas sangat besar.
Maksudnya, setiap anggota strata dapat bebas berpindah strata
sosial, baik vertical maupun horizontal. Walaupun kenyataannya
mobilitas harus melalui perjuangan berat, kemungkinan untuk
berpindah strata slalu ada. Contoh doctor, pengusaha atau guru

c. Stratifikasi Sosial Campuran


merupakan kombinasi antara stratifikasi sosial tertutup dan terbuka.
Missal seseorang yang memiliki kasta Brahmana di Bali pindah ke
Jakarta.

Fungsi Stratifikasi Sosial

 Distribusi hak-hak istimewa yang objektif

 Menjadi system pertanggaan pada strata yang berhubungan


dengan kewibawaan dan penghargaan

 Kriteria system pertentangan dan persaingan

 Penentu lambing-lambang (symbol status) atau kedudukan

 Penentu tingkat mudah dan sukarnya bertukar kedudukan

 Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok yang


menduduki system sosial yang sama dalam masyarakat

Perwujudan Stratifikasi Sosial

Perwujudan dari stratifikasi sosial adalah kelas-kelas sosial. Hal ini


dapat kita lihat dari segi ekonomi, sosial dan politik

a. Ekonomi
Pembagian kelas dalam masyarakat dari segi ekonomi akan
membedakan masyarakat atas kepemilikan harta.

Kelas atas terdiri dari kelompok orang-orang kaya


Kelas menengah terdiri dari kelompok orang-orang yang
berkecukupan
Kelas bawah terdiri dari kelompok orang miskin

b. Sosial
Merupakan sistem penggolongan masyarakat menurut status.
Umumnya, nilai status seseorang dalam masyarakat diukur dari
prestise atau gengsi. Contohnya, orang lebih memilih menjadi
pegawai meski gajinya kecil daripada jadi tukang. Pelapisan secara
sosial dapat pula dilihat dari pembagian kasta di Bali.
c. Politik
Pelapisan masyarakat didasarkan pada wewenang atau kekuasaan.
Makin besar wewenang atau kekuasaan seseorang, makin tinggi
lapisan sosialnya. Masyarakat yang memiliki wewenang atau kuasa
umunya ditempatkan pada lapisan masyarakat atas. Kelompok ini
mencakup para pejabat eksekutif, yudikatif dan legislative.
Pembagian jenis ini terlihat pula pada hierarki militer.

Sistem Stratifikasi yang Ada di Indonesia

a. Sistem Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat Pertanian


Pembagian kelas berdasarkan kepemilikan tanah, berikut stratifikasi
masyarakat pertanian di Pulau Jawa

Masyarakat pertanian pada umumnya masih menghargai peran


pembuka tanah (cikal bakal), yaitu orang yang pertama kali membuka
hutan untuk dijadikan tempat tinggal dan lahan pertanian. Bisaanya
mereka menjadi sesepuh atau golongan yang dituakan. Golongan
kedua diduduki oleh pemilik tanah atau orang kaya, tetapi bukan
keturunan cikal bakal. Mereka dapat memiliki tanah dan kaya karena
keuletan dan kemampuan lainnya. Kelompok yang kedua disebut kuli
kenceng. Golongan ketiga adalah golongan petani yang hanya
memiliki tanah sedikit dan hasilnya hanya cukup untuk dikonsumsi
sendiri (kuli kendo). Golongan yang keempat (buruh tani) adalah
orang yang tidak memiliki tanah, namun bekerja disektor pertanian.

b. Sistem Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat Feudal


Pola dasar masyarakat feudal :

Raja dan kaum bangsawan merupakan pusat kekuasaan yang harus


ditaati dan dihormati oleh rakyatnya
Terdapat lapisan utama, yakni raja dan kaum bangsawan (kaum
feudal) dan lapisan dibawahnya, yakni rakyatnya
Adanya pola ketergantungan dan patrimonialistik, artinya kaum
feudal merupakan tokoh panutan yang harus disegani, sedangkan
rakyat harus hidup menghamba dan selalu dalam posisi dibawah
Terdapat pola hubungan antarkelompok yang diskriminatif, yaitu
kaum feudal memperlakukan bawahanya secara tidak adil dan
cenderung sewenang-wenang
Masyarakat feudal cenderung memiliki system stratifikasi tertutup
Lapisan Sosial Pada Masyarakat Feudal Surakarta dan Yogyakarta

Lapisan Sosial Masyarakat Feudal di Aceh

Lapisan Sosial Masyarakat Feodal di Sulawesi Selatan

Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Belanda


Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Jepang
Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Industri Modern
Berdasarkan Kriteria Profesi

Berdasarkan Kriteria Ekonomi

Konsekuensi Stratifikasi Sosial


Dalam kenyataannya orang tidak memiliki kemampuan yang sama.
Ada yang mampu membayar sekolah yang mahal ada yang tidak.
Akibatnya, penghargaan yang diberikan masyarakatpun akan
berbeda-beda. Perbedaan seperti ini akan mempengaruhi gaya hidup
(life style).
– Pakaian : model pakaian dan perlengkapan busana
– Rumah dan Perabot : Tipe rumah dan letak tempat tinggal serta
jenis kendaraan dan perabot rumah tangganya.
– Bahasa dan Gaya Bicara : Pemilihan kata atau Bahasa dan etika
sopan santun
– Makanan : Selera dan jenis makanan
– Gelar, Pangkat, atau Jabatan
– Hobi dan Kegemaran

Kesetaraan
Ada lima kategori kesetaraan yang berbeda.
1. Kesetaraan hukum, kesamaan dihadapan hukumm
2. Kesetaraan politik, kesetaraan dalam bidang pembangunan
3. Kesetaraan sosial, tidak adanya dominasi oleh pihak tertentu
4. Kesetaraan ekonomi, pembagian sumber daya yang dilakukan
secara adil
5. Kesetaraan moral, memiliki nilai yang sama

Ada tiga konsep kesetaraan yang berbeda :


a. Kesetaraan kesempatan, akses ke semua posisi sosial harus di atur
oleh kriteria universal
b. Kesetaraan sejak awal, kompetisi yang adil dan setara
mensyaratkan bahwa semua peserta mulai dari garis start yang sama
c. Kesetaraan hasil, semua orang harus menikmati standar hidup dan
peluang kehidupan yang setara

Harmoni Sosial

Sesuatu yang sesuai dengan keinginan masyarakat umum, seperti


keadaan tertib, teratur, aman dan nyaman dapat disebut sebagai
suatu kehidupan yang penuh harmoni.

Harmoni sosial adalah kondisi dimana individu hidup sejalan dan


serasi dengan tujuan masyarakatnya.

Harmoni sosial juga terjadi dalam masyarakat yang ditandai dengan


solidaritas. Secara etimologis, solidaritas adalah kekompakan atau
kesetiakawanan.

Kata solidaritas menggambarkan keadaan hubungan antara individu


dan atau kelompok yang berdasarkan pada perasaan moral dan
kepercayaan yang dianut bersama.

Masyarakat Multikultural

Agar harmoni sosial terwujud dalam masyarakat, maka prinsip


kesetaraan harus diterapkan ditengah-tengah diferensiasi dan
stratifikasi sosial.

1. Dinamika Masyarakat Indonesia


Sejarah perkembangan masyarakat Indonesia menunjukan bahwa
potensi konflik antar kelompok masyarakat di Indonesia cukup besar.
Konflik tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Harga diri dan kebanggaan kelompok terusik
2. Perbedaan pendirian atau sikap
3. Perbedaan kebudayaan yang dimiliki setiap etnis
4. Benturan kepentingan (politik, ekonomi dan kekuasaan)
5. Perubahan yang terlalu cepat sehingga mengganggu
keseimbangan sistem dan kemapanan

2. Mewujudkan Masyarakat Multikultural


Ditengah pontensi konflik yang memungkinkan bagi bangsa kita,
maka usaha untuk membentuk suatu masyarakat multikultural
menjadi sangat penting.

Secara sederhana, masyarakat multikultural dapat dimengerti sebagai


masyarakat yang terdiri atas beragam kelompok sosial dengan sistem
norma dan kebudayaan yang berbeda-beda.

Masyarakat multikultural merupakan bentuk dari masyarakat modern


yang anggotanya terdiri atas berbagai golongan, suku, etnis, ras,
agama, dan budaya. Mereka hidup bersama dalam wilayah local
maupun nasional.

Bahkan, mereka juga berhubungan dengan masyarakat internasional,


baik secara langsung maupun tidak langsung.

Multikulturalisme tidak hanya bermakna keanekaragaman


(kemajemukan), tetapi juga kesederajatan antarperbedaan.

Dalam multikulturalisme terkandung pengertian bahwa tidak ada


sistem norma dan budaya yang lebih tinggi daripada budaya lainnya,
atau tidak ada sesuatu yang lebih agung dan luhur daripada yang
lain.

Semua perbedaan adalah sederajat. Kesederajatan dalam perbedaan


merupakan jantung dari multikulturalisme.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perlunya Masyarakat
Multikultural
Menurut Tilaar, sekurang-kurangnya ada tiga hal yang mendorong
berkembang pesatnya pemikiran multikulturalisme, yaitu HAM,
globalisme, dan demokratisasi. 

Namun demikian, idealism masyarakat multikultural dalam


kenyataannya menemui banyak hambatan, diantaranya :
1. Sikap menganggap budaya sendiri lebih baik
2. Pertentangan antara budaya barat dan timur
3. Plularisme dianggap sebagai sesuatu yang eksotis
4. Pandangan yang paternalistis
5. Mencari apa yang disebut indigenous culture, mencari sesuatu
yang dianggap asli
6. Pandangan negative penduduk asli terhadap orang asing yang
dapat berbicara mengenai kebudayaan penduduk asli

4. Manfaat masyarakat multikultural


a. Melalui hubungan yang harmonis antarmasyarakat, dapat digali
kearifan budaya yang dimiliki oleh setiap budaya
b. Memunculkan penghargaan terhadap budaya lain sehingga
muncul sikap toleransi
c. Menjadi benteng pertahanan terhadap ancaman yang timbul dari
budaya capital
d. Menjadi alat untuk membina dunia yang aman dan sejahtera
e. Mengajarkan suatu pandangan bahwa kebenaran itu tidak
dimonopoli oleh satu orang atau kelompok saja

Anda mungkin juga menyukai