Anda di halaman 1dari 23

Page

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Angka kematian ibu di Indonesia cukup tinggi yaitu 379/100.000 kelahiran
hidup. Dan anemia pada kehamilan merupakan penyebab tidak langsung AKI. Target
Indonesia Sehat 2010 adalah penurunan angka kematian ibu 125/100.000 kelahiran
hidup .
Anemia merupakan gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa
hamil, mempengaruhi sekurang-kurangnya 20 % wanita hamil.Sampai saat ini anemia
dan kehamilan di Indonesia tinggi, yaitu 63,5 % sedangkan di Amerika hanya 6 %.
Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terhadap ibu hamil merupakan
predisposisi anemia defisiensi ibu hamil di Indonesia.Menurut WHO 40 % kematian
ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan
anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan
tidak jarang keduanya saling berinteraksi .Anemia ringan mungkin tidak secara
langsung merupakan penyebab kematian akan tetapi dapat mengakibatkan resiko
perdarahan. Dibanding wanita sehat, wanita anemia akan mengalami keadaan fatal
apabila terjadi perdarahan.
Setelah melakukan pengkajian di lahan praktek, anemia terjadi pada
masyarakat setempat masih sering terjadi diantaranya sekitar 9 orang ibu hamil
mengalami anemia ringan. Karena faktor defisiensi makanan, sosial ekonomi dan
pendidikan yang rendah, oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil kasus
anemia ringan pada Ny. N dalam membantu pembuatan makalah ini.

1.2  Tujuan
1.2.1        Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawwatan dengan anemia ringan dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan Varney dan
mendokumentasikan secara SOAP.
1.2.2        Tujuan Khusus
a.       Melakukan pengkajian kehamilan dengan anemia .
b.      Melakukan interpretasi  data pada kehamilan dengan anemia

Page
2
c.       Menegakan diagnosa dan masalah potensial pada kehamilan dengan anemia
d.      Mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera pada kehamilan dengan
anemia
e.       Merencanakan asuhan keperawatan kehamilan dengan anemia

1.3  Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.2 Tujuan Khusus
1.3 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep medis
2.1.1 Pengertian
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Patofisiologi
2.1.4 Kriteria Anemia
2.1.5 Pengaruh  Anemia
2.1.6 Tanda dan gejala
2.1.7 Penatalaksanaan
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.2 3.2 Diagnosa Keperwatan

3.3 Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA

Page
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Konsep Medis


2.1.1 Penggertian
o Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi
hemoglobin menurun. Sabagai akibat,ada penurunan trasportasi oksigan dari paru-
paru ke jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim terjadi dan biasanya
disebabkan oleh difesiensi besi, sekunder terhadap kehilangan darah sebalumnya
atau asupan besi yang tidak a jarang dekuat.
o Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang
dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau
kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang
disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan
murah.
o Anemia diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada wanita yang
tidak hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.
o Anemia adalah  suatu keadaan  dimana jumlah  eritrosit  yang
beredar atau konsentrasi hemoglobin menurun, sehingga terjadi
penurunan transportasi oksigen dari paru ke janin 
o Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam
darah < 11 g% atau kadar hematokrit kurang dari normal 
o Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11
g% pada trimester I dan II atau kadar < 10,5 g% pada trimester
II 
o Anemia adalah keadaan dimana kadar haemoglobin dibawah 11 g % anemia ringan -
sedang adalah 7 - 10 g %, anemia berat adalah 4-6 g % 

2.1.2 Etiologi
Penyebab anemia diantaranya adalah :
1. Kekurangan gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diet

Page
4
3. Mal absorpsi
4. Kehilangan darah banyak, persalinan yang lalu, dan Iain-lain.
5. Penyakit-penyakit kronik : TBC, Paru, cacing usus, malaria, dan
Iain-lain.
6. Dua penyebab yang paling sering ditemukan adalah anemia akibat
defisiensi besi dan perdarahan

Faktor penyebab defisiensi zat besi adalah :


a. Pendarahan
o Pendarahan   dari   uterus   (menstruasi,   persalinan,   kelainan
ginekologis).
o Gastrointestinal dapat menghambat suplai makanan dalam lambung
sehingga kadar zat besi yang dikandung didalam makanan tidak dapat
diserap dengan baik oleh tubuh.
b. Kebutuhan meningkat
o Prematuritas
o Pertumbuhan 
o Kehamilan
c. Mal absorbs
Apabila terjadi malabsorbsi didalam tubuh mengakibatkan kandungan zat besi
yang dikandung dalam makanan tidak dapat dicerna atau diserap oleh tubuh
dengan baik sehingga mengakibatkan zat besi yang diproduksi didalam tubuh
berkurang.

2.1.3 Patofisiologi
Kebutuhan darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut
hidremia, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibanding dengan
bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Pengenceran darah
dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologis dalam kehamilan dan
bermanfaat bagi wanita. Pengenceran meringankan kerja jantung yang harus bekerja
lebih berat dalam masa hamil, sebagai akibat hidremia cardiac output meningkat.
Akibat defisiensi Fe sehingga unsur-unsur dalam sirkulasi darah berkurang, jumlah

Page
5
Hb dalam tubuh berkurang dan kekurangan ini terutama terjadi di hati, limfa, dan
sumsum tulang sehingga menyebabkan anemia ringan.      

2.1.4 Kriteria Anemia


Pemeriksaan    dan    pengawasan    Hb    dapat    dilakukan    dengan menggunakan alat
sahli, hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut:
Hb 11 g %              Tidak anemia
Hb 9 - 10 g %         Anemia ringan
Hb 7 - 8 g %           Anemia sedang
Hb < 7g %              Anemia berat

2.1.5 Pengaruh  Anemia


a) Pengaruh anemia terhadap kehamilan, persalinan dan nifas :
o Keguguran
o Partus sprematurus
o Inersia dan partus lama, ibu lemah
o Atonia uteri dan menyebabkan perdarahan
o Syok
o Infeksi intrapartum dan dalam nifas
b) Pengaruh anemia terhadap hasil konsepsi
o Kematian mudigah
o Kematian janin dalam kandungan
o Kematian janin waktu lahir
o Kematian perinatal tinggi
o Prematuritas
o Dapat terjadi cacat bawaan
o Cadangan besi kurang

2.1.6 Tanda dan gejala


o Pucat pada kulit dan kojungtiva
o Cepat lelah
o Sering pusing

Page
6
o Mata berkunang – kunang
o Tatikardia
o Takipnoe
o Hematomegali (pembesaran hati)
o Splenomegali (pembesaran lien)

2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ibu hamil dengan anemia :
1) Memeriksakan kadar Hb semua ibu hamil pada kunjungan
pertama dan pada trimester III untuk mengetahui apakah kadar
Hb ibu dibawah 11 g'%.
2) Pemenuhan kalori 300 kalor/hari dan suplemen zat besi 60
mg/hari.
3) Pada anemia defisiensi besi yaitu dengan preparat besi : fero
sulfat, fero gluconat atau Na-feri bisitrat. Pemberian prefarat
60 mg/hari.
4) Beri penyuluhan gizi pada setiap kunjungan antenatal, tentang
perlunya mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi
dan perlunya minum tablet zat besi.
5) Sarankan ibu hamil untuk tetap minum tablet zat besi l x l per
hari.

Page
7
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL
DENGAN ANEMIA

a. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan
produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan
rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu
menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunujukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan).
Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural.
Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau
depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB).
Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva,
mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat
dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik,

Page
8
AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara
(DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan
vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok
(koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban
secara premature (AP).

3. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
4. Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi
(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi.
Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan
menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya
penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es,
kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan
vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering,
tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status
defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.
(DB).
6. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik,
AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan

Page
9
koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif,
paralysis (AP).
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan
pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker,
terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah
sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore
(DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

Page
10
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. SDKI. D.0065 Intoleransi aktifitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen
2.SDKI. D.0019 Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mencerna makanan
3. SDKI. D.0142 Resiko Infeksi b.d pertahanan tubuh sekunder ( mis. Penurunan
hemoglobin,leukopenia,Supresi/penurunan respon inflamasi )
4. SDKI. D.0149 Konstipasi b.d Perubahan pola Kebiasaan makan

Intervensi Keperawatan
N No/DX (SDKI) Tujuan Intervensi (SIKI)
o Kriteria Hasil
(SLKI)
1. SDKI. D.0065 Intoleransi L.05047 I.05178 Manajemen Energi
aktifitas b.d Toleransi Observasi :
Ketidakseimbangan antara Aktivitas  Identifikasi gangguan
suplai dan Ekspetasi : fungsi tubuh yang
Meningkat mengakibatkan
Kriteria Hasil : kelelahan
 Frekue  Monitor kelelahan fisik
nsi  Monitor pola dan jam
nadi tidur
mening  Monotor lokasi dan
kat ketidaknyaman selama
 Saturas melakukan ktivitas
i Terapeutik :
oksige  Sediakan lingkungan
n nyaman dan rendah

Page
11
mening stimulus
kat  Lakukan latihan rentang
 Kemud gerak pasif dan/atu aktif
ahan  Berikan aktivitasi
dalam distraksi yang
melaku menenangkan
kan  Fasilitas duduk di sisi
aktifita tempat tidur, jika tidak
s dapat berpindah atau
sehari- berjalan
hari Edukasi :
mening  Anjurkan tirah baring
kat  Anjurkan melakukan
 Kekuat aktivitas secara
an bertahap
tubuh  Anjurkan menghubungi
bagian perawat jika tanda dan
bawah gejala kelelahan tidak
mening berkurang
kat  Anjurkan strategi
 Perasa koping untuk
an mengurangi kelelahan
lemah Kolaborasi
menur  Kolaborasi dengan ahli
un gizi tentang cara
 Tekana meningkat asupan
n darah makanan
memba
ik
 Frekue
nsi
napas
memba

Page
12
ik
 EKG
Iskemi
a
memba
ik

2. SDKI. D.0019 Defisit L.03030 I.03119 Manajemen Nutrisi


Nutrisi b.d Ketidakmampuan Status Nutrisi Observasi
mencerna makanan Ekspetasi :  Identifikasi status
meningkat nutrisi
Kriteria Hasil :  Identifikasi alergi dan
 Porsi intoleransi makanan
makan
 Identifikasi makanan
an
yang disukai
yang
 Monitor asupan
dihabis
makanan
kan
mening  Monitor Berat badan
kat  Monitor hasil
 Kekuat pemeriksaan lab.
an otot
Teraupetik
pengun
 Lakukan oral higiene
yah
sebelum makan,jika
mening
perlu
kat
 Berikan makanan tinggi
 Kekuat serat untuk mencegah
an otot konstipasi
menela  Berikan makanan tinggi
n kalori,tinggi protein
mening
kat Edukasi

 Nyeri  Anjurkan posisi

Page
13
abdom duduk,jika mampu
en Kolaborasi
menur  Kolaborasi dengan ahli
un gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
 Rambu
nutrien yang
t
dibutuhkan,jika perlu
rontok
menur
un
 Diare
menur
un

 Berat
badan
memba
ik
 IMT
memba
ik

 Frekue
nsi
makan
memba
ik
 Nafsu
makan
memba
ik

 Membr
an
mukos

Page
14
a
memba
ik
3. SDKI. D.0142 Resiko Infeksi L.14137 I.14539 Pencegahan Infeksi
b.d pertahanan tubuh sekunder Tingkat Observasi :
( mis. Penurunan Infeksi  Monitor tanda dan
hemoglobin,leukopenia,Supres Ekspetasi : gejala infeksi lokal dan
i/penurunan respon inflamasi ) Menurun sistemik
Kriteria Hasil : Terapeutik :
 Nafsu  Batasi jumlah
makan pengunjung
mening  Berikan perawatan kulit
kat pada area edema
 Nyeri  Cuci tangan sebelum
menur dan sesudah kontak
un dengan pasien dan
 Kadar lingkungan pasien
sel  Pertahankan teknik
darah aseptik pada pasien
putih beresiko tinggi
memba Edukasi :
ik  Jelaskan tanda dan
 Kultur gejala infeksi
darah  Ajarkan cara mencuci
memba tangan dengan benar
ik  Ajarkan etika batuk
 Kultur  Anjurkan meningkatkan
urin asupan nutrisi
memba  Anjurkan meningkatkan
ik asupan cairan
 Kultur Kolaborasi :
sputum  Kolaborasi pemberian
memba imunisasi, jika perlu
ik

Page
15
 Kultur
area
luka
memba
ik
 Kultur
feses
memba
ik
 Kadar
sel
darah
putih
memba
ik

4. SDKI. D.0149 Konstipasi b.d L.04035 I.04155 Manajemen


Perubahan pola Kebiasaan Kontinensia Konstipasi
makan Fekal Observasi
Ekspetasi :  Periksa tanda dan gejala
Membaik konstipasi
Kriteria Hasil :
 Periksa pergerakan
 Pengon
usus,karakteristik
trolan
feses(konsistensi,bentuk
pengel
,volume,dan warna)
uaran
feses  Identifikasi faktor
mening resiko konstipasi
kat (mis.obat-obatan,tirah
 Defeka baring,dan diet rendah
si serat)
memba
 Monitor tanda dan
ik
gejala ruptur usus dan

Page
16
 Frekue atau peritonitis
nsi Teraupetik
membu  Anjurkan diet tinggi
ang air serat
besar  Lakukan masase
memba abdomen,jika perlu
ik
Edukasi
 Kondis
 Jelaskan etiologi
i kulit
masalah dan alasan
periana
tindakan
l
 Anjurkan peningkatan
memba
asupan cairan,jika tidak
ik
ada kontra indikasi

 Latihan buang air besar


secara teratur
 Ajarkan cara mengatasi
konstipasi/implikasi

Kolaborasi
 Konsultasi tim medis
tentang
penurunan/peningkatan
frekuensi suara usus
 Kolaborasi penggunaan
obat pencahar,jika
perlu.

Page
17
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
KH :
Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas(termasuk aktivitas sehari-hari.
Intervensi Rasional
o Kaji kemampuan pasien untuk o Mempengaruhi pilihan
melakukan untuk melakukan intervensi/bantuan
tugas/AKS normal
o Kaji kehilangan/gangguan
keseimbangan gaya jalan, o Menunjukkan perubahan
kelemahan otot neurologi karena defesiensi
vitamin B12 mempengaruhi
keamanan pasien/resiko cedera.
o Awasi tekanan darah, nadi, o Manifestasi kardiopulmonal dari
pernapasan selama dan sesudah upaya jantung dan paru untuk
aktivitas membawa jumlah oksigen adekuat
ke jaringan.
o Berikan lingkungan tenang. o Meningkatkan istirahat untuk
menurunkan kebutuhan oksigen
tubuh dan menurunkan regangan
jantung dan paru.
o Hipotensi postural atau hipoksia
o Ubah posisi pasien dengan serebral dapat menyebabkan
perlahan dan pantau terhadap pusing, berdenyut dan
pusing. peningkatan resiko cedera.

Page
18
o Regangan/stres kardiopulmonal
berlebihan/stres dapat
o Anjurkan pasien untuk menimbulkan kegagalan.
menghentikan aktivitas bila
palpitasi.

2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan untuk mencerna makanan
KH : Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai
laboratorium normal.

Intervensi Rasional
o Kaji riwayat nutrisi, termasuk o Mengidentifikasi defisiensi,
makanan yang disukai. menduga kemungkinan intervensi.
o Observasi dan catat masukan o Mengawasi masukan kalori atau
makanan pasien. kualitas kekurangan konsumsi
makanan.
o Timbang berat badan tiap hari. o Mengawasi penurunan berat
badan atau efektivitas intervensi
o Berikan makan sedikit dan nutrisi.
frekuensi sering dan/atau makan o Makan sedikit dapat menurunkan
diantara waktu makan. kelemahan dan meningkatkan
pemasukan juga mencegah
o Observasi dan catat kejadian distensi gaster.
mual/muntah, flatus dan gejala o Gejala GI dapat menunjukkan
lain yang berhubungan. efek anemia (hipoksia) pada
o Berikan dan bantu hygiene mulut organ.
yang baik sebelum dan sesudah
makan, gunakan sikat gigi halus o Meningkatkan nafsu makan dan
untuk penyikatan yang lembut. pemasukan oral, menurunkan
Berikan pencuci mulut yang pertumbuhan bakteri,
diencerkan bila mukosa oral luka. meminimalkan kemungkinan
infeksi. Teknik perawatan mulut
khusus mungkin diperlukan bila

Page
19
o Kolaborasi : jaringan rapuh/luka/perdarahan
i. Berikan obat sesuai dan nyeri berat.
indikasi, mis.Vitamin dan o Kolaborasi :
suplemen mineral, seperti i. Kebutuhan penggantian
sianokobalamin (vitamin tergantung pada tipe
B12), asam folat (Flovite); anemia dan/atau adanya
asam askorbat (vitamin C), masukan oral yang buruk
dan defisiensi yag
ii. Besi dextran (IM/IV.) diidentifikasi.
ii. Diberikan sampai defisit
diperkirakan teratasi dan
disimpan untuk yang tak
dapat diabsorpsi atau
terapi besi oral, atau bila
kehilangan darah terlalu
cepat untuk penggantian
oral menjadi efektif.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak


adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon
inflamasi).
KH : Mngidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.

Intervensi Rasional
o Tingkatkan cuci tangan yang baik o Mencegah kontaminasi silang.
oleh oemberi perawatan dan
pasien. o Menurunkan resiko infeksi
o Pertahankan teknik aseptic ketat bakteri.
pada prosedur/ perawatan luka.
o Tingkatkan masukan cairan o Membantu dalam pengenceran
adekuat. secret pernafasan untuk
mempermudah pengeluaran dan

Page
20
mencegah statis cairan tubuh.
o Adnya proses inflamasi/infeksi
membutuhkan
o Pantau suhu, catat adanya evaluasi/pengobatan.
menggigil dan takikardia dengan o Mungkin digunakan secara
atau tanpa demam propilaktik untuk menurunkan
kolonisasi atau untuk pengobatan
o Kolaborasi: berikan antiseptic proses infeksi local.
topical, antibiotic sistemik.

4. Konstipasi berhubungan dengan perubahan pada pola makan.


KH : Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.

Intervensi Rasional
o Observasi warna feses, o Membantu mengidentifikasi
konsistensi, frekuensi, dan jumlah. penyebab/ factor pemberat dan
o Auskultas bunyi usus intervensi yang tepat.
o Bunyi usus secara umum
meningkat pada diare dan
o Awasi masukan dan haluaran menurun pada konstipasi.
dengan perhatian khusus pada o Dapat mengidentifikasi dehidrasi,
makanan/cairan. kehilangan berlebihan atau alat
dalam mengidentifikasi defisiensi
diet.
o Kaji kondisi kulit perianal dengan o Mencegah ekskoriasi kulit dan
sering. kerusakan kulit.
o Kolaborasi: berikan obat anti o Menurunkan multilitas usus bila
diare, misalnya: difenoxsilat diare terjadi.
hidroklorida.

Page
21
3.4 EVALUASI
 Terjadi penurunan tanda fisiologis intoleransi, mis, nadi, pernapasan, dan TD
masih dalamrentang normal pasien.
 -- Tidak ada tanda terjadinya malnutrisi.
-- Klien menunjukan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan
dan/atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
 Perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi dapat diidentifikasi.
 Fungsi usus mulai kembali normal.

Page
22
DAFTAR PUSTAKA

Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta: EGC.
Loowdermilk,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC.
Taber Ben-zion,M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan
Ginekologi.Jakarta:EGC.
Prawirohardjo, Sarwono.2006.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan
Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Doenges, Marilynn E,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC.
Nanda.2009.Diagnosa Keperawatan 2009-2011.Jakarta:EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB.Jakarta:EGC

Page
23

Anda mungkin juga menyukai