Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Keperawatan Abdurrab P-ISSN : 2541-2620

Vol 4. No.1, Juli 2020 E-ISSN : 2579-8723

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP MOTIVASI


MENGONTROL KADAR GULA DARAH PADA
PASIEN DM TIPE II
Dian Sukma Dewi Arimbi¹, Lita², Rani Lisa Indra³
1,2,3
Program Studi Keperawatan STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Email: diansukmadewiarimbi@gmail.com
ABSTRAK

Motivasi dari setiap individu berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki masing-masing pasien. Tingkat
motivasi pasien yang rendah dapat dipengaruhi oleh pengetahuan yang rendah terutama tidak
didapatkannya pendidikan kesehatan secara baik, sehingga kontrol gula darah pada pasien DM tipe II
tidak dapat berjalan dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap motivasi mengontrol kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II.
Jenis penelitian yang digunakan adalah pre-eksperiment dengan desain one group pre and post test.
Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari. Dengan sampel yang digunakan sebanyak
35 pasien DM menggunakan teknik penelitian Purposive Sampling. Instrumen yang digunakan kuesioner
demografi responden dan kuesioner motivasi yang di uji menggunakan dependent t-test. Hasil
menunjukkan bahwa pengaruh pendidikan kesehatan terhadap motivasi dalam mengontrol kadar gula
darah pada pasien DM tipe II diperoleh p 0.000. Kesimpulan yaitu ada pengaruh antara pendidikan
kesehatan terhadap motivasi pasien DM tipe II dalam mengontrol kadar gula darah di wilayah kerja
puskesmas Rejosari. Dari hasil penelitian diharapkan kepada pihak puskesmas khususnya puskesma
Rejosari untuk dapat meningkatkan kegiatan baik berupa kegiatan penyuluhan dan pendidikan kesehatan
untuk meningkatkan motivasi pasien DM tipe II mengontrol kadar gula darah.

Kata kunci : Diabetes Melitus, Motivasi, Pendidikan Kesehatan.

ABSTRACT

The motivation of each patient is related to her knowledge. The low level of patient motivation can be
affected by low knowledge especially not getting good helath education that blood sugar control in type II
diabetes mellitus patients cannot run well. The purpose of this study was to determine the effect of helath
education on the motivation to control blood sugar levels in patients with type II diabetes mellitus. This
study was a pre experiment study used one group pretest-posttest design. With sample was 35 type II
diabetes mellitus patients using purposive sampling techniques. The study was conducted at public health
center Rejosari. The instruments used were questionnaire demographic characteristics of respondents
and motivational questionnaires tested using the dependent t-test. The results of the dependent statistic
test shower that the effect of health education on motivation in controlling blood sugar levels in patient
with type II diabetes mellitus at public health center Rejosari Obtained p-value = 0.000. The conclusion
is that there is an influence between health education ant motivation of type II diabetes mellitus patients
in controlling blood sugar levels in the public health center Rejosari. Based on the result of the study was
expected to the members of the public health center, especially the public health center in Rejosari to be
able to improve their activity health education and guidance to improve the motivation of the patient type
II to control the blood sugar.

Keywords : Diabetes Mellitus, Motivation, Health Education.

PENDAHULUAN baik menggunakan insulin yang


dihasilkan, dengan glukosa darah puasa
DM adalah salah satu penyakit kronik ≥126 mg/dl dan kadar gula darah
yang disebabkan karena pankreas tidak sewaktu ≥200 mg/dl (WHO, 2016;
menghasilkan insulin dengan baik, atau ADA, 2016).
dikarenakan tubuh tidak mampu secara

66
Jurnal Keperawatan Abdurrab P-ISSN : 2541-2620
Vol 4. No.1, Juli 2020 E-ISSN : 2579-8723

Berdasarkan data International pelayanan kesehatan adalah salah satu


Diabetes Federation (IDF), Indonesia pencegahan komplikasi.
termasuk peringkat ke-6 di dunia dalam
prevalensi pasien DM pada tahun 2017, Kontrol gula darah sangat penting untuk
setelah Tiongkok, India, Amerika pasien diabetes melitus sebagai penentu
Serikat, Brazil, dan Meksiko dengan penanganan medis yang tepat, sehingga
jumlah pasien DM sebanyak 10,3 juta dapat mencegah komplikasi dan
pasien, dan diperkirakan akan membantu pasien untuk menyesuaikan
mengalami peningkatan menjadi 16,2 atau mengatur gaya hidup (Perkeni,
juta orang pasien pada tahun 2040. 2011; Shrivastava, & Ramasamy,
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013). Kadar glukosa darah dinyatakan
(Riskesdes) pada tahun 2018, DM di tidak terkontrol apabila kadar glukosa
Provinsi Riau merupakan tertinggi ke-3 puasa >7,0 mmol/dl atau 126 mg/dl
di Indonesia setelah DKI Jakarta dan (Rachmawati, 2015). Standar
Kalimantan Timur, dengan proporsi pemeriksaan di pelayanan kesehatan
2,0%. Terdapat berbagai jenis DM, idealnya 3 bulan sekali setelah
namun yang prevalensinya paling kunjungan pertama, yang meliputi
banyak adalah DM tipe II yaitu sekitar pemeriksaan kadar glukosa darah puasa,
30-50% sedangkan prevalensi DM 2 jam setelah makan, dan pemeriksaan
gestasional sebesar 10-25% dan HbA1C (Mahendra, 2008). Tetapi untuk
selebihnya DM tipe I (WHO, 2016). seberapa sering cek gula darah, setiap
masing-masing individu berbeda
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota tergantung dari pengobatan yang
Pekanbaru (2017), angka kejadian DM diberikan dan saran dari petugas
tipe II merupakan peringkat ke 3 dari 10 kesehatan atau dokter (Tandra, 2013).
penyakit terbesar di Kota Pekanbaru
sebanyak 19093 kasus dengan jumlah Pengendalian DM secara efektif
kunjungan paling banyak dari 20 diperlukan untuk mencegah atau
Puskesmas yang ada di Kota Pekanbaru meminimkan komplikasi akibat dari
berada di wilayah kerja Puskesmas lamanya penyakit DM (Kementerian
Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kesehatan RI, 2014). Penatalaksanaan
dengan jumlah 2.428 kunjungan pada DM terdiri dari 4 pilar yaitu edukasi,
tahun 2017 (Dinkes, 2017). diet, olahraga dan intervensi
farmakologis, dan edukasi merupakan
DM tipe II merupakan tipe yang sering yang utama menjadi dasar membangun
terjadi karena gaya hidup yang tidak pengetahuan (IDF, 2013). Edukasi
sehat. Pasien DM tipe II akan berisiko diabetes merupakan pendidikan untuk
mengalami komplikasi makrovaskuler meningkatkan pengetahuan dan
dan mikrovaskuler. Menurut hasil keterampilan pasien DM. Peran perawat
penelitian Wardani (2014), terjadinya sangat penting sebagai edukator untuk
komplikasi ini sebagai akibat dari menginformasikan kepada pasien
karena pasien DM tidak mengetahui pentingnya kontrol gula darah. Hal ini
penyakit yang dideritanya atau dapat mengubah perilaku pasien
mengetahui penyakit yang dideritanya sehingga persentase kadar gula darah
tetapi pasien DM memandang penyakit pasien yang buruk dapat diminimalkan
yang dideritanya merupakan penyakit (Asmadi, 2008). Perilaku kesehatan
yang dapat langsung sembuh dalam satu adalah tindakan yang berkaitan dengan
kali pemeriksaan. Rutin melakukan upaya pencegahan untuk menghindari
kunjungan berobat (kontrol) ke masalah kesehatan (preventif), serta

67
Jurnal Keperawatan Abdurrab P-ISSN : 2541-2620
Vol 4. No.1, Juli 2020 E-ISSN : 2579-8723

perilaku dalam mengupayakan, (pengetahuan baik mungkin disebabkan


mempertahankan dan meningkatkan karena sudah sering mendapatkan
kesehatan (promotif). Perilaku pasien penyuluhan dari rumah sakit), namun
DM dalam mengontrol kadar gula darah praktik yang baik hanya 54%.
dipengaruhi oleh pengetahuan, Ketidakpatuhan mengontrol glukosa
kepercayaan dan sikap positif, darah dan kontrol ke pelayanan
tersedianya sarana dan prasarana yang kesehatan masih menjadi masalah yang
diperlukan, serta motivasi penting dalam pengelolaan diabetes
(Notoatmodjo, 2014). melitus. Selain faktor medis, status
sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan
Motivasi adalah dorongan dari dalam pengetahuan yang rendah serta depresi
diri individu maupun lingkungan untuk yang dialami pasien DM, sangat
bertindak atau melakukan sesuatu. Oleh berkaitan dengan kepatuhan yang
karena itu motivasi berhubungan rendah dan tingkat morbiditas yang
dengan dorongan dan tujuan untuk tinggi pada pasien diabetes melitus
melakukan manajemen perawatan diri (Delameter, 2006; Kocurek, 2009).
(Notoatmodjo, 2010). Motivasi
merupakan salah satu faktor Studi pendahuluan yang dilakukan pada
mendukung perubahan perilaku kearah tanggal 26 januari 2019 di Kelurahan
yang lebih baik. Pasien dengan motivasi Rejosari Kecamatan Tenayan Raya,
yang tinggi memiliki tingkat komitmen hasil wawancara terhadap 8 orang
yang tinggi dalam melakukan kontrol pasien DM, 5 orang diantara mereka
kadar gula darah, sedangkan pasien mengaku enggan ke puskesmas atau ke
dengan motivasi yang rendah juga akan pelayanan kesehatan untuk mengontrol
memiliki tingkat komitmen yang rendah kadar gula darah, karena belum adanya
pula dalam melakukan kontrol kadar keluhan terkait dengan gejala penyakit
gula darah. Menurut Given (2002) DM, takut dan tidak percaya dengan
dalam Tombokan (2015) mengatakan penanganan medis, malas untuk pergi
bahwa tingkat kepatuhan berobat salah berobat karena sibuk dengan pekerjaan
satunya dipengaruhi oleh Motivasi. rutin dan tanpa gejala pasien merasa
Salah satu faktor yang dapat sembuh. Berdasarkan fenomena diatas
mempengaruhi motivasi adalah peneliti tertarik untuk melakukan
pengetahuan. Perawat dapat terlibat penelitian mengenai “ Pengaruh
untuk memberikan pendidikan pendidikan kesehatan terhadap motivasi
kesehatan untuk meningkatkan mengontrol kadar gula darah pada
pengetahuan dalam upaya pasien DM tipe II di Wilayah Kerja
meningkatkan motivasi pasien diabetes Puskesmas Rejosari”. Tujuan dari
melakukan kontrol kadar gula darah. penelitian ini adalah untuk mengetahui
Laporan penelitian Aini (2011) yang pengaruh pendidikan kesehatan
dilakukan di Rumkital Dr. Ramelan terhadap motivasi mengontrol kadar
Surabaya pada 15 pasien tentang gula darah pada pasien DM tipe II.
pengetahuan kepatuhan berobat pasien
penyakit DM adalah 100%, 47% (7 METODELOGI PENELITIAN
orang) sikap sedang,53% (8 orang)
sikap baik, 6% (1 orang) praktik Jenis penelitian ini adalah penelitian
kurang, 40% (6 orang) praktik sedang pre-eksperiment design dengan
dan baik 54% (8 orang). Walaupun rancangan penelitian one group pretest-
tingkat pengetahuan pasien sudah baik posttest design. Populasi yang
dimaksudkan dalam penelitian ini

68
Jurnal Keperawatan Abdurrab P-ISSN : 2541-2620
Vol 4. No.1, Juli 2020 E-ISSN : 2579-8723

adalah jumlah pasien diabetes melitus 2 Tahun 7 20.0


yang berkunjung di Puskesmas Rejosari 3 Tahun 11 31.4
pada tahun 2018 yang berjumlah 701 Berdasarkan hasil analisa pada tabel 1
pasien. Sampel pada penelitain ini dapat disimpulkan bahwa sebagian
adalah pasien diabetes melitus tipe II besar pasien diabetes melitus berusia
yang tidak rutin melakukan kontrol 50-60 tahun yaitu berjumlah 28 orang
kadar gula darah dan memiliki data jelas (80.1%). Mayoritas pasien adalah
di Puskesmas Rejosari dan dapat perempuan dengan jumlah 26 orang
dihubungi. Pengambilan sampel dalam (74.3%). Berdasarkan karakteristik
penelitian ini menggunakan Purposive pendidikan terakhir sebagian besar
Sampling dengan alat pengumpulan pasien adalah SMA dengan jumlah 11
data menggunakan lembar kuesioner orang (31.4%). Status pekerjaan
motivasi. mayoritas pasien adalah IRT dengan
jumlah 19 orang (54.3%). Sebagian
HASIL PENELITIAN besar pasien menderita DM sudah 1
tahun dengan julah 17 orang (48.6%).
Hasil penelitian yang dilakukan dari
bulan Mei dampai bulan Juli 2019 pada B. Uji Normalitas Shapiro Wilk
35 responden pasien diabetes melitus di Sebelum dan Sesudah
wilayah kerja puskesmas Rejosari, diberikan Pendidikan
dengan data yang diperoleh sebagai Kesehatan
berikut.
Tabel 2 Uji Normalitas Shapiro wilk
A. Karakteristik Responden motivasi sebelum dan sesudah
Tabel 1. Distribusi frekuensi umur, jenis pemberian pendidikan kesehatan di
kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan wilayah kerja puskesmas Rejosari
lama menderita DM. Variabel P value >0.05
Pre-test 0.204
NO Karakteristik N %
Post-test 0.112
Responden
1 Umur
Berdasarkan uji shapiro wilk pada tabel
50-60 28 80.1
61-67 7 20.2 diatas dapat dilihat bahwa p value >0.05
2 Jenis Kelamin sehingga dapat disimpulkan data
Laki-laki 9 25.7 dikatakan normal.
Perempuan 26 74.3
3 Pekerjaan C. Uji Analisis Statistik
PNS 12 34.3 Perbandingan Motivasi
Swasta 2 5.7 sebelum dan sesudah
IRT 19 54.3 diberikan Pendidikan
Lain-lain 2 5.7 Kesehatan dengan Uji
4 Pendidikan Dependen Simple T test
Tidak sekolah 3 8.6
SD 5 14.3 Tabel 3 Uji analisis statistik
SMP 7 20.0 perbandingan motivasi sebelum dan
SMA 11 31.4 sesudah pemberian pendidikan
Perguruan Tinggi 9 25.7 kesehatan dengan menggunakan uji
5 Lama menderita dependen simple T-test di wilayah kerja
DM
puskesmas Rejosari
1 Tahun 17 48.6

69
Jurnal Keperawatan Abdurrab P-ISSN : 2541-2620
Vol 4. No.1, Juli 2020 E-ISSN : 2579-8723

Variabel Mean Std P Usia memiliki kaitan erat dengan


dif error value kenaikan jumlah gula darah, semakin
mean dif <0.05 bertambah usia maka risiko untuk
PreTest – - 0.81310 0.000 mengalami DM tipe II semakin tinggi.
PostTest 5.08571 Proses menua dapat mengakibatkan
perubahan sistem anatomi, fisiologi dan
Hasil analisa diatas, menunjukkan
biokimia tubuh yang salah satu
bahwa setelah dilakukan pendidikan
dampaknya adalah peningkatan
kesehatan pada 35 responden
resistensi insulin (Smeltzer & Bare,
menunjukkan motivasi responden
2014).
sesudah diberikan pendidikan kesehatan
lebih tinggi dari motivasi responden 2. Jenis kelamin
sebelum diberikan pendidikan Jenis kelamin perempuan lebih banyak
kesehatan dengan rata-rata -5.08571 dan yang mengalami diabetes melitus tipe II
hasil uji statistik p value 0.000 (p value dibandingkan laki-laki pada penelitian
< 0.05) maka dapat disimpulkan Ho di ini. Penelitian lain juga mengatakan hal
tolak dan Ha diterima yaitu adanya yang sama. Hasil penelitian ini
pengaruh pendidikan kesehatan didukung oleh susanti (2019) yang
terhadap motivasi mengontrol kadar dilakukan dari 89 orang penderita DM
gula darah pasien diabetes melitus di tipe II ditemukan 68 orang (76.4%)
wilayah kerja puskesmas Rejosari. adalah wanita. Akhsyari dan
rahayuningsih (2017) dalam penelitian
PEMBAHASAN
mendapatkan hasil bahwa dari jumlah
A. Karakteristik Responden sampel 99 orang, 54,5% adalah wanita.
1. Umur Jumlah wanita yang menderita DM
dibandingkan jumlah laki-laki lebih
Hasil penelitian tentang pengaruh banyak. Hal ini karena hormon
pendidikan kesehatan terhadap motivasi esterogen hormon yang dimiliki wanita
mengontrol kadar gula darah pada yang apabila terjadi peningkatan dan
pasien DM tipe II di wilayah kerja penurunan dapat mempengaruhi kadar
puskesmas rejosari didapatkan bahwa glukosa darah (Smeltzer & Bare, 2014).
pasien yang mengalami diabetes melitus
adalah pasien yang rata-rata usia 3. Pekerjaan
minimum 50 tahun dan usia maksimum Pada penelitian ini pekerjaan pasien
67 tahun dengan rata-rata usia yang mengalami diabetes melitus tipe II
responden 56.51 tahun. Hasil penelitian adalah sebagai Ibu Rumah Tangga
ini didukung oleh Isnaini dan Ratnasari (IRT). Hasil penelitian ini didukung
(2018) yang menyatakan bahwa faktor oleh isnaini, dan ratnasari (2018) yang
usia sangat berpengaruh dengan menyatakan pekerjaan berhubungan
p=0,010 dan orang yang berusia 50 dengan aktivitas fisik dan aktivitas
tahun keatas lebih rentan terserang olahraga. Ibu rumah tangga melakukakn
diabetes melitus namun tidak menutup beberapa aktivitas di rumah seperti
kemungkinan juga bahwa orang yang mencuci, memasak dan membersihkan
berusia dibawah 50 tahun terbebas dari rumah serta banyak aktivitas yang tidak
diabetes melitus, dan semakin dapat dideskripsikan. Aktivitas fisik
meningkat umur seseoran semakin akan berpengaruh terhadap peningkatan
besar kejadian DM tipe II. insulin sehingga kadar gula dalam darah
akan berkurang. Jika insulin tidak

70
Jurnal Keperawatan Abdurrab P-ISSN : 2541-2620
Vol 4. No.1, Juli 2020 E-ISSN : 2579-8723

mencukupi untuk mengubah glukosa puskesmas Rejosari didapatkan bahwa


menjadi energi maka akan timbul DM. pasien yang mengalami diabetes melitus
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga adalah pasien dengan rata-rata lama
termasuk dalam aktivitas ringan. menderita DM minimum 1 tahun dan
Sejalan dengan penelitian yang maksimum 3 tahun dengan rata-rata
dilakukan Maharani, Suryono dan lama menderita DM responden 1.82
Ardiyanto (2018), bahwa orang yang tahun. Penderita sering terdeteksi atau
aktivitas fisiknya buruk (54,8%) mulai menyadari DM adalah 7 tahun
memiliki risiko lebih besar menderita sebelum diagnosis ditegakkan sehingga
DM tipe II dibandingan dengan orang angka morbiditas dan mortalitas dini
yang memiliki aktivitas baik. terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi,
dan penderita baru menyadari bahwa
4. Pendidikan kadar gula darah sudah mengalami
Berdasarkan hasil penelitian ini peningkatan.
diperoleh tingkat pendidikan pasien
yang mengalami diabetes melitus tipe II Hasil penelitian ini sejalan dengan
terbanyak yaitu SMA. Hasil penelitian Aisyah (2018) tentang karakteristik
ini didukung oleh Rahma (2018), lama menderita DM dengan kejadian
menyatakan bahwa terdapat pengaruh DM tertinggi 1-5 tahun. Dimana lama
faktor risiko tingkat pendidikan menderita DM ini dapat mempengaruhi
terhadap risiko terkena penyakit depresi pada pasien seperti pasien
diabetes melitus tipe II, dan yang mengalami kebosanan dan merasa putus
memiliki peluang yang paling besar asa,salah satunya dalam menjalankan
terhadap penyakit diabetes melitus kontrol ke dokter. Hasil penelitian
adalah tingkat pendidikan SMA atau Prasestiyo (2017) menyatakan bahwa
yang sederajat (76.7%). Tingkat lama menderita DM berhubungan
pendidikan memiliki pengaruh terhadap dengan kualitas hidup karena kualitas
kejadian penyakit diabetes melitus tipe hidup yang baik akan menjadikan
II. Orang yang tingkat pendidikannya seseorang tetap menjalankan aktifitas
tinggi biasanya akan memiliki banyak hidup sehari-hari secara normal baik
pengetahuan tentang kesehatan. Dengan segi fisik, mental dan sosial.
adanya pengetahuan tersebut orang akan
memiliki kesadaran dalam menjaga 6. Pengaruh Pendidikan Kesehatan
kesehatannya. Hal ini sesuai dengan Terhadap Motivasi Mengontrol
literature yang menyatakan rendahnya Kadar Gula Darah
tingkat pendidikan dan pengetahuan
Pendidikan kesehatan, efektif dalam
merupakan salah satu penyebab
meningkatkan motivasi pasien diabetes
tingginya angka kasus suatu penyakit.
melitus dalam mengontrol kadar gula
Pengetahuan bisa diperoleh melalui
darah dengan pvalue 0.000. Apabila
promosi kesehatan salah satunya
motivasi pasien baik dalam mengontrol
pendidikan kesehatan
kadar gula darah, maka gula darah
(Notoatmodjo,2010).
dalam tubuh pasien akan terkontrol
5. Lama menderita DM yang akan mencegah terjadinya
Hasil penelitian tentang pengaruh komplikasi sehingga kesejahteraan
pendidikan kesehatan terhadap motivasi pasien akan meningkat. Sesuai dengan
mengontrol kadar gula darah pada penelitian Pratama (2016) dimana
pasien DM tipe II di wilayah kerja terdapat pengaruh signifikan antara
pendidikan kesehatan terhadap

71
Jurnal Keperawatan Abdurrab P-ISSN : 2541-2620
Vol 4. No.1, Juli 2020 E-ISSN : 2579-8723

pengetahuan dan sikap pada pasien DM meningkatkan motivasi untuk upaya


dalam pengelolaan diet DM sebelum pencegahan penyakit. Hasil tersebut
dan setelah diberikan perlakuan juga didukung oleh penelitian Prabawati
pendidikan kesehatan di puskesmas (2017) tentang pengaruh pendidikan
Boyolali dengan nilai p=0.000<0,05. kesehatan dengan media Booklet
Penelitian ini juga didukung oleh terhadap motivasi latihan fisik pasien
penelitian Mutoharoh (2017) tentang DM di wilayah kerja Puskesma
pengaruh pendidikan kesehatan Purwokerto Utara dengan pvalue 0.000.
terhadap pengetahuan tentang penyakit Pendidikan kesehatan merupakan faktor
diabetes melitus pada penderita diabetes penting dalam menunjang kesehatan
melitus tipe 2 di Ngadiwarno Sukorejo masyarakat dan sering dilaksanakan di
dengan pvalue = 0.001. pelayanan kesehatan oleh perawat
sebagai edukator. Keberhasilan
Pendidikan kesehatan salah satu upaya penatalaksanaan diabetes salah satunya
yang baik untuk meningkatkan disebabkan oleh pendidikan kesehatan
pengetahuan. Pengetahuan merupakan karena dari hal tersebut pasien diabetes
seluruh kemampuan individu untuk dapat mengetahui bagaimana mengatur
berpikir dan bertindak secara terarah pola hidup sehat walaupun menyandang
dan efektif, sehingga orang yang diabetes.
mempunyai pengetahuan tinggi akan
mudah menyerap informasi, saran dan Sasaran pendidikan kesehatan dalam
nasihat. Meningkatnya pengetahuan penelitian ini adalah pendidikan
penderita diabetes melitus tentang kesehatan pada tingkat kuratif, yang
penyakitnya akan mampu meningkatkan mana sasaran pada tingkat ini adalah,
motivasi penderita diabetes melitus para penderita penyakit (pasien),
dalam mengontrol kadar gula darah. terutama untuk para penderita penyakit
Motivasi penderita diabetes melitus kronik salah satunya diabetes melitus
dalam mengontrol kadar gula darah yang tujuannya adalah agar kelompok
dipengaruhi oleh motivasi instrinsik ini mampu mencegah penyakit tersebut
yang datangnya dari dalam diri individu dan tidak menjadi lebih parah
itu sendiri seperti keinginan patuh dan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini
teratur dalam berobat atau terapi medis juga menggunakan metode pendidikan
dan keinginan untuk meningkatkan kesehatan dengan metode individual
pengetahuan tentang penyakitnya dan (perorangan). Metode pendidikan
motivasi ekstrinsik yang datangnya dari individual (perorangan) merupakan
luar diri sendiri seperti dukungan metode yang digunakan untuk membina
keluarga, teman dekta, dukungan perilaku baru, atau seseorang yang telah
ekonomi dan dukungan petugas mulai tertarik kepada suatu perubahan
kesehatan. perilaku atau inovasi. Dasar
digunakannya karena setiap orang
Jika pengetahuan seseorang berkurang mempunyai masalah atau alasan yang
akan sangat berpengaruh terhadap berbeda-beda sehubungan dengan
motivasi dari individu. Karena penerimaan atau perilaku baru tersebut
pendidikan kesehatan sangat (fitriani, 2011). Pendidikan kesehatan
mempengaruhi tingkat pengetahuan dengan metode individual sudah banyak
pada individu terhadap perilaku digunakan untuk meningkatkan
kehidupan sehari-hari dan disertai pengetahuan namun masih jarang
tingkat pengetahuan yang baik pada digunakan untuk meningkatkan
setiap individu inilah yang akan

72
Jurnal Keperawatan Abdurrab P-ISSN : 2541-2620
Vol 4. No.1, Juli 2020 E-ISSN : 2579-8723

motivasi terutama motivasi mengontrol menemani, belum mengetahui betul


kadar gula darah. manfaat dan prinsip mengontrol kadar
gula darah yang baik dan benar untuk
Motivasi merupakan suatu usaha yang pasien DM, dan lebih yakin dengan
dilakukan untuk mempengaruhi tingkah pengobatan tradisional. Pada
laku seseorang agar tergerak untuk pendidikan kesehatan yang diberikan
mencapai hasil atau tujuan tertentu. peneliti, responden menerima informasi
Menurut teori motivasi erat kaitannya bahwa mengontrol kadar gula darah
dengan kebutuhan salah satunya merupakan salah satu 4 pilar dalam
kebutuhan fisiologis. Kebutuhan penatalaksanaan diabetes melitus.
fisiologis berkaitan langsung dengan Mengontrol kadar gula darah secara
hidup manusia. Jika kebutuhan ini tidak teratur dapat mencegah terjadi nya
terpenuhi maka individu tidak akan komplikasi.
tergerak untuk memenuhi kebutuhan
yang lain (Nursalam 2012). Salah satu KESIMPULAN
kebutuhan fisiologis bagi pasien
diabetes yaitu kondisi fisik yang Berdasarkan hasil penelitian, maka
optimal dan terbebas dari ancaman dapat diambil kesimpulan bahwa
komplikasi diabetes. Hal tersebut dalam responden yang merupakan pasien
kontens ini dapat diatasi dengan diabetes didominasi oleh responden
mengontrol kadar gula darah. berjenis kelamin perempuan, berusia
Kebutuhan terutama kebutuhan rata-rata 50-67 tahun, berpendidikan
fisiologis mempengaruhi motivasi terakhir mayoritas SMA, dan pekerjaan
seseorang. Pendidikan kesehatan untuk Ibu Rumah Tangga. Rata-rata motivasi
meningkatkan motivasi mengontrol responden sebelum pendidikan
kadar gula darah pada pasien DM tipe II kesehatan yaitu 31.40 dan setelah
dengan cara menanamkan kesadaran diberikan pendidikan kesehatan yaitu
pada individu bahwa kebutuhan 36.48. Motivasi responden sesudah
fisiologis mereka yaitu kondisi fisik diberikan pendidikan kesehatan lebih
yang optimal dan kadar gula darah yang tinggi dibandingkan motivasi sebelum
terkontrol meskipun mengalami diberikan pendidikan kesehatan,
diabetes. Kesadaran tersebutlah yang sehingga dapat disimpulkan ada
akan menjadi energi untuk pengaruh pendidikan kesehatan
meningkatkan motivasi menjadi lebih terhadap motivasi mengontrol kadar
tinggi. Penelitian Risti (2017) gula darah pada pasien DM tipe II di
didapatkan ada hubungan motivasi diri wilayah kerja puskesmas Rejosari.
dan pengetahuan gizi terhadap
kepatuhan diet DM pada pasien diabetes SARAN
melitus tipe II rawat jalan di RSUD
Karanganyar dengan nilai p=0.002 < 1. Bagi Institusi pendidikan
alpha 0.05.
Bagi institusi pendidikan khususnya
Berdasarkan data penelitian, responden keperawatan, diharapkan penelitian ini
mempunyai motivasi mengontrol kadar dijadikan sumber informasi dan
gula darah rendah mayoritas karena diterapkan untuk sebagai kegiatan
responden merasa takut untuk pengabdian masyarakat. Selanjutnya
mengontrol kadar gula darah di penelitian ini juga dijadikan evidence
puskesmas atau rumah sakit, karena based untuk masa yang akan datang.
sibuk dengan pekerjaan, tidak ada yang

73
Jurnal Keperawatan Abdurrab P-ISSN : 2541-2620
Vol 4. No.1, Juli 2020 E-ISSN : 2579-8723

2. Bagi Wilayah Kerja Puskesmas Akhsyari, F. Z. (2016). Karakteristik


Rejosari pasien diabetes mellitus di RSUD
dr. Soehadi Pritonegoro Sragen.
Diharapkan setelah dilakukan penelitian Skripsi. PSIK. Universitas
ini bagi petugas puskesmas dapat Muhammadiyah : Surakarta.
meningkatkan kegiatan baik berupa
penyuluhan dan pendidikan kesehatan Ardiyanto, B. F., Suryon, I., &
untuk meningkatkan motivasi pasien Maharani, N. E. (2018).
DM tipe II mengontrol kadar gula Hungungan Obesitas dan aktivitas
darah. fisik dengan kejadian diabetes
melitus tipe 2. Jurnal manajemen
3. Bagi Ilmu Keperawatan informasi dan administrasi
kesejatan.1(01),40-48.
Diharapkan terutama bagi perawat
komunitas mampu terlibat langsung Asmadi. (2008). Konsep dasar
dalam melakukan kegiatan penyuluhan keperawatan. Edisi 1. EGC:
dan pendidikan kesehatan serta kegiatan Jakarta.
lain di masyarakat agar masyarakat
American Diabetes Association. (2016).
mempunyai tingkat pengetahuan yang
Standar of Medical Care in
cukup baik tentang diabetes melitus
Diabetes 2016: Classification and
sehingga masyarakat bisa menerapkan
diagnosis of diabetes. Diabetes
prilaku hidup yang lebih baik salah
care. 39 : 13-22.
satunya mengontrol kadar gula darah.
Delamater, A. M . (2006). Improving
4. Bagi Masyarakat Patient Adherence., 24(2), 71–77.
Bagi masyarakat khususnya pasien International Diabetes Federation.
diabetes melitus untuk lebih (2013). Diabetes Atlas Sicth
meningkatkan motivasi untuk mengikuti Edition. Desember 24. 2018
penyuluhan di puskesmas terdekat atau Http://www.idf.org/e-
mencari informasi tentang diabetes library/epidemiology-
melitus agar pengetahuan masyarakat research/diabetes-atlas/19-atlas-
meningkat sehingga motivasi untuk 6th-edition.html
mengontrolkadar gula darah juga
meningkat. .
(2015). Diabetes Atlas Seventh
5. Bagi peneliti selanjutnya Edition. Desember 25 2018
Http://www.oedg.at/pdf/1606_atlas
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya _2015_UK.pdf.
untuk melakukan penelitian yang lebih
mendalam yaitu dengan mengambil Isnaeni, F. N., & Risti, K. N. (2017).
sampel masyarakat diabetes melitus dan Hubungan motivasi diri dan
tidak hanya menghubungkan pengaruh pengetahuan gizi terhadap
pendidikan kesehatan tentang diabetes kepatuhan diet DM pada pasien
melitus terhadap motivasi mengontrol diabetes melitus tipe II rawat jalan
kadar gula darah saja. di RSUD karanganyar. Jurnal
kesehatan. 10(02), 94-103.
DAFTAR PUSTAKA
Kartika, I. I. (2017). Dasar-dasar riset

74
Jurnal Keperawatan Abdurrab P-ISSN : 2541-2620
Vol 4. No.1, Juli 2020 E-ISSN : 2579-8723

keperawatan dan pengolahan data pendidikan kesehatan terhadap


statistik. Jakarta: KDT. pengetahuan dan sikap pasien
tentang pengelolaan diet diabetes
Kocurek B. (2009). Promoting melitus di puskesmas boyolali.
medicationadherence in Older Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan :
Adults Through Early Diagnosis of
Neurocognitive Disorders. 22: 80- Rahma, F., Almasdy, D., Yosmar, R.
84. (2018). Survei risiko penyakit
diabetes mellitus terhadap
Mahendra B. (2008). Care Your Self: masyarakat kota padang. Jurnal
Diabetes Melitus. Jakarta : Penebar sains farmasi & klinis. 5(2), 134-
Plus. 141.
Mutoharoh. (2017). Pengaruh Rambiharilal,S.,& Shrivastava,P.S. S.
pendidikan kesehatan terhadap and J. R. (2013). Role of self-care
tingkat pengetahuan tentang in management of diabetes
penyakit diabetes mellitus pada mellitus, 12(1), 1.
penderita diabetes mellitus tipe 2 https://doi.org/10.1186/2251-6581-
di desa ngadiwarno sukorejo. 12-14.
Skripsi. Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan : Jakarta. Ratnasari.,& Isnaini, N. (2018). Faktro
Risiko Mempengaruhi Kejadian
Diabetes Melitus Tioe Dua. Jurnal
Keperawatan, 1(14), 59-68.
Notoadmojo, S. (2010). Ilmu perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Ricart, W., & Real, J. M. F. (2006). No
. (2014). Ilmu Perilaku Sabrian, F., Aisyah, S., Hasneli, Y.
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. (2018). Hubungan antara
dukungan keluarga dengan kontrol
Perkeni. (2011). Pengelolaan dan
gula darah dan olahraga pada
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
penderita diabetes melitus. 5(2),
2 di Indonesia. Jakarta : Perkeni.
211-221.
Prabawati, S. (2017). Pengaruh
Smeltzer, S. C. & Bare, B.G. (2014).
pendidikan kesehatan dengan
Keperawatan Medikal Bedah
media booklet terhadap motivasi
Brunnert & Suddarth. Jakarta :
latihan fisik pasien DM di wilayah
EGC.
kerja puskesmas purwokerto utara.
Skripsi. Fakultas Ilmu-Ilmu Tandra H. (2008). Segala Sesuatu yang
Kesehatan : Purwokerto. Harus Kamu Ketahui Tentang
Diabetes. Jakarta: PT Gramedia
Prasestiyo H. (2017). Analisa
Pustaka Utama.
Hubungan Faktor Lama Menderita
Dan Komplikasi Dengan Kualitas Vera Tobokan A.J.Rattu Ch.R.Tilaar.
Hidup Pasien Diabetes Melitus Di (2000). Faktor-faktor yang
Rumah Sakit PKU Muhammadiya Berhubungan dengan Kepatuhan
Bantul. Skripsi. Fakultas Ilmu Berobat Pasien Diabetes Melitus
Keperawatan : Yogyakarta. pada Praktek Dokter Keluarga di
Kota Tomohon.260–269.
Pratama, P. A. (2016). Pengaruh

75
Jurnal Keperawatan Abdurrab P-ISSN : 2541-2620
Vol 4. No.1, Juli 2020 E-ISSN : 2579-8723

Wardani, K. W., & Isfandiari, M. A.


(2014). Hubungan dukungan
keluarga dan pengendalian kadar
gula darah dengan gejala
komplikasi mikrovaskuler. Jurnal
Epidemiologi, 2, 1–12.
World Health Organization. (2016).
Global Report On Diabetes.
Geneva: WHO Library Cataloguis
in Publication Data.

76

Anda mungkin juga menyukai