Anda di halaman 1dari 5

Nama : Baskara Hariadi

NIM : 180321614600

Offering :C

Tupoksi Guru Fisika dalam Pengembangan Karakter Peserta Didik

Pendidikan fisika sebagai bagian pendidikan sains, mempunyai tiga aspek:


pengetahuan, proses, dan sikap. Aspek pertama adalah pengetahuan. Pendidikan fisika
membantu siswa mengerti gejala alam, hukum-hukum alam dan teori yang mendasarinya.
Dalam aspek ini, siswa belajar tentang hukum Newton, hukum pemantulan cahaya, dua sifat
cahaya sebagai gelombang dan partikel, hukum kekekalan energi, teori atom, prinsip
ketidakpastian dll. Dengan mengerti hukum dan teori fisika yang ada, siswa lebih memahami
alam semesta sehingga dapat mengolah, menggunakan, dan menghidupinya dengan lebih
baik.

Aspek kedua adalah proses pembelajaran fisika. Siswa dibantu untuk mengerti
bagaimana fisikawan melakukan percobaan dan mengambil kesimpulan. Inilah yang disebut
metode ilmiah. Langkahnya: ada persoalan, membuat hipotesa, melakukan percobaan,
mengumpulkan data, menganalisa data, dan menyimpulkan apakah hipotesanya benar atau
tidak. Dengan metode ilmiah ini siswa diajari berpikir rational, berpikir dengan data dan
bukti, serta analisis berdasarkan kaidah-kaidah tertentu.

Aspek ketiga adalah sikap dalam belajar fisika. Pendidikan fisika membantu siswa
mengembangkan sikap belajar fisika, seperti sikap jujur, disiplin, teliti, obyektif, setia pada
data, daya tahan dalam menghadapi persoalan yang sulit, dan kerjasama dengan orang lain.
Sikapsikap ini dihidupi dan dikembangkan oleh para fisikus dalam penelitian dan
pengembangan ilmu mereka.

Pengetahuan Fisika menyumbang pendidikan karakter : Pemahaman tentang Hukum Newton


dan Hukum Fisika yang lain dapat membantu siswa menyadari keteraturan alam dan ketaatan
pada hukum alam.

Proses Pendidikan Fisika menyumbang pendidikan karakter : Dengan proses ilmiah, dimana
siswa diajak membuat hipotesa, mengumpulkan data, menganalisa, dan menyimpulkan
apakah hipotesanya benar atau tidak, siswa dilatih untuk berpikir dan mengambil keputusan
secara rational berdasarkan data obyektif yang ditemukan. Proses ini jelas akan membantu
siswa dalam menghadapi berbagai persoalan lebih rational, tidak emosional.

Sikap belajar fisika menyumbang pendidikan karakter : Beberapa sikap dalam mempelajari
fisika dapat membantu mengembangkan karakter siswa, misalnya: sikap jujur dalam
melakukan praktikum dan mengumpulkan data; sikap teliti dalam mengamati proses,
menuliskan data, dan menghitung hasil dengan rumus yang ada; sikap tabah dan daya juang
bila mengalami kesulitan mengerjakan tugas dan tidak berhasil mendapatkan kesimpulan;
sikap perhatian pada teman yang lemah dalam kelompok; sikap saling membantu dalam
kerjasama.

Pendidikan karakter lewat pelajaran fisika hanya akan berjalan dengan baik bila guru
fisika memang kompeten dalam pendidikan karakter. Bila guru fisika tidak kompeten maka
pendidikan karakter tidak akan terjadi. Untuk itu dibutuhkan guru fisika dengan berbagai ciri.

 Guru kompeten dalam fisika dan nilai karakter


 Guru mampu memilih model yang tepat untuk mengajarkan
 Guru memberikan teladan hidup

Guru fisika mempunyai tanggungjawab untuk ikut mendidik siswa tentang nilai
karakter. Lewat pendidikan fisika, guru dapat menanamkan nilai karakter seperti: nilai
ketuhanan, multibudaya, penghargaan para orang lain, kejujuran, kedisiplinan, daya tahan,
ketelitian, kepekaan pada orang kecil, berpikir rational, keadilan, ketaatan pada hukum, dan
cinta tanah air. Dalam pelaksanaannya, guru fisika harus dapat menyusun silabus fisika yang
memuat penanaman nilai karakter, memilih model penyampaian yang sesuai dengan situasi
siswa, dan mengajak siswa berefleksi dan mengambil makna dari pengalaman belajar yang
dilakukan. Agar pendidikan karakter lewat pendidikan fisika berjalan baik, guru fisika harus
kompeten dalam bidang fisika dan kompeten dalam nilai karakter. Selain itu guru harus
mempunyai keyakinan, minat, serta kemauan untuk membantu siswa mengembangkan
karakter.
MENGOMENTARI TUGAS 1 TEMAN SEJAWAT
Azhar Dion Bahrudin
HASIL KAJIAN PUSTAKA MENGENAI SIKAP POSITIF
Berfikir kritis, kreatif, inovatif,
kolaboratif, kejujuran dan keterbukaan

 Daya Pikir Kritis


Dalam kaitannya dengan kemampuan intelektual, Bloom memberikan sumbangan ide
yang cukup bermakna dalam kemampuan intelektual ini, yaitu membagi kemampuan
intelektual dari tingkatan yang sederhana menuju tingkatan yang komplek antara lain
pengetahuan atau pengenalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Kemampuan dalam menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi pada taksonomi Bloom
merupakan tingkatan keterampilan yang lebih tinggi. (Cotton, 1991). Istilah berpikir kritis
(critical thinking) sering disamakan artinya dengan berpikir konvergen, berpikir logis (logical
thinking) dan reasoning. R.H Ennis, dalam Hassoubah (2004), mengungkapkan bahwa
berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan
keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Dari beberapa pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan kemampuan menelaah atau menganalisis
suatu sumber, mengidentifikasi sumber yang relevan dan yang tidak relevan,
mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi, menerapkan berbagai strategi untuk membuat
keputusanyang sesuai dengan standar penilaian.
Faktanya dua faktor penyebab berpikir kritis tidak berkembang selama pendidikan
adalah kurikulum yang umumnya dirancang dengan target materi yang luas sehingga
pendidik lebih terfokus pada penyelesaian materi dan kurangnya pemahaman pendidik
tentang metode pengajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis (Anderson et
al., 1997). Untuk meningkatkan berpikir kritis dalam pembelajaran terutama pada fisika
dibuktikan dengan adanay peningkatan nilai dan juga pemahaman konsep sehingga bisa
melakukan pengolahan data yang diperoleh dalam suatu percobaan fisika.
 Daya pikir kreatif
Berfikir kreatif merupakan unsur penting untuk
mewujudkan pembelajaran berhasil (successful learning) atau
pendidikan bermutu dan keberhasilan dalam kehidupan (Fisher
& Williams, 2004). Peserta didik yang memiliki kemampuan berfikir kreatif akan memiliki
motivasi intrinsik yang tinggi dalam belajar dan memiliki daya dorong kuat, percaya diri dan
kemampuan berfikir yang tinggi. Kemampuan berfikir kreatif sebagai komponen kreatif akan
menghasilkan pembelajaran efektif atau lebih jauh mengembangkan daya nalar tinggi yang
dapat digunakan untuk mengatasi persoalan pembelajaran.
Temuan yang menarik atas penelitian Carel adalah fakta bahwa orang utan akan lebih
kreatif saat berada di penangkaran. Alasannya, penangkaran menyediakan makanan plus tak
ada predator. Tiba-tiba mereka memiliki lebih banyak waktu dan aktivitas yang bisa
dilakukan,
bebas dari segala tekanan dan gangguan. Melakukan inovasi, eksplorasi dan
percobaan di penangkaran juga tak dihadapkan pada konsekuensi buruk atau berbahaya.
Mereka kehilangan rasa takut yang secara alamiah muncul saat hidup di alam liar. Dari opini
atau fakta tersebut sehingga meningkatkan daya piker kreatif bisa dilakukan dengan cara
tidak ada paksaan atau gangguan.
 Daya pikir inovatif
Kemampuan berpikir inovatif dalam mata pelajaran terutama fisika sejak lama
menjadi tujuan atau arah pembelajaran yang baik secara eksplisit maupun implisit
(Kurikulum, 1994; 2006; 2013). Keterampilan dapat diartikan sebagai keterampilan pelajar
dalam menghasilkan banyak kemungkinan jawaban dan mencari cara dalam memecahkan
masalah.
Faktanya untuk mengetahui proses berpikir inovatif pelajar, pendidik dapat
memberikan masalah dalam fisika. Sehingga pelajar akan dapat diketahui proses berpikir
inovatif seperti apa dalam pemecehan masalah.
 Sifat Kolaboratif
Kolaborasi adalah suatu bentuk proses sosial, dimana didalamnya terdapat aktivitas
tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling
memahami aktivitas masing-masing.
Fakta bahwa siswa melakukan tindakan kolaboratif dibuktikan yaitu bahwa Siswa
dapat bekerja bersama-sama secara kolaboratif pada tugas berbasis proyek yang autentik dan
mengembangkan keterampilannya melalui pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok. sifat
kolaboratif harus dimiliki siswa agar terbiasa ketika memasuki dunia luar (Zubaidah,2017).
 Sifat kejujuran
Jujur yang artinya adalah keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada.
Tentunya sifat jujur harus dimiliki oleh seluruh siswa secara umum. Perilaku jujur ini
terkadang masih di langgar oleh siswa seperti ketidakjujuran dalam melakukan ulangan
masih banyak siswa yang bekerja sama bahkan berusaha untuk mencontek (Mustari,2014).
Kejujuran merupakan sifat yang ada pada diri masing-masing individu, maka untuk
memberikan bukti bahwa siswa telah menerapkan sifat jujurnya yaitu dikembalikan lagi
kepada masing-masing individ. Namun kejujuran yang bisa dilakukan siswa diantaranya
tidak mencontek,tidak bolos sekolah dengan mengaku sakit,tidak keluar kelas dan lain
sebagainya.
 Sifat Keterbukaan
Keterbukaan diri merupakan proses mengungkapkan informasi pribadi tentang diri
seseorang kepada orang lain. Hal ini merupakan aspek penting dalam komunikasi dalam
hubungan yang dekat dengan orang lain (Susan dkk,2004). Manfaat keterbukaan diri dalam
komunikasi adalah agar individu dapat memberikan informasi tentang dirinya, seperti
pengalaman hidup, perasaan, emosi, pendapat, cita-cita, sikap, perilaku, keinginan, motivasi,
ide, dan lainnya.
Fakta yang menunjukan bahwa siswa harus mempunyai sifat keterbukaan dibuktikan
dengan terjadinya komunikasi antara siswa dan guru untuk menceritakan suatu permasalahan
baik yang terjadi dalam lingkum kelas maupun sekolah atau keterbukaan diri dalam bersikap
objektif mampu untuk menilai pesan secara objektif, berani menerima kritik, dan mencari
informasi dari berbagai sumber dalam komunikasi.

Anda mungkin juga menyukai