Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS

KAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN


HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RSUD AROSUKA
KABUPATEN SOLOK

OLEH

YESI GUSTI
1820332015

PROGRAM STUDI S2 ILMU KEBIDANAN


PASCASARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
i

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Kajian asuhan kebidanan Pada ibu hamil dengan Hiper


Emesis Gravidarum di RSUD Arosuka Kabupaten
Solok.

Nama Mahasiswa : Yesi Gusti


NIM : 1820332015
Ruang Praktik Klinik : Bangsal Kebidanan RSUD Arosuka
Program Studi : S2 Ilmu Kebidanan

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui sesuai dengan ketentuan dan aturan yang
berlaku agar dapat dilanjutkan untuk diseminarkan Pada Hari : Sabtu Tanggal :
14 November 2020

Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II

Dr. dr. Hudila Rifa Karmia, SpOG Bd. Meilinda Agus, S.SiT, M.Keb

NIP: 198706252014042001 NIP: 195805231986032001

Mengetahui,
Ketua Program Studi S2 Ilmu Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Prof. Dr. Arni Amir, MS


NIP: 19570717 198603 2 002
ii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan : Kajian asuhan kebidanan Pada ibu hamil dengan


Hiper Emesis Gravidarum di Bangsal Kebidanan
RSUD Arosuka Kabupaten Solok.
Nama Mahasiswa : Yesi Gusti
NIM : 1820332015
Ruang Praktik Klinik : PONEK RSUD Arosuka
Program Studi : S2 Ilmu Kebidanan Universitas Andalas Padang

Laporan ini telah di presentasekan dan disetujui dihadapan dosen pembimbing

Praktik Klinik Program Studi Pascasarjana Ilmu Kebidanan Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas Pada Tanggal 14 November 2020

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. dr. Hudila Rifa Karmia, SpOG Bd. Meilinda Agus, S.SiT, M.Keb

NIP: 198706252014042001 NIP: 195805231986032001

Mengetahui,
Ketua Program Sudi S2 Ilmu Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Prof.Dr.Arni Amir Ms
NIP : 19570717 198603 2 002
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada kita semua. Salawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada nabi
kita Muhammad SAW yang telah membawa kita ke alam yang penuh ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Kajian asuhan kebidanan Pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum di Bangsal Kebidanan RSUD Arosuka Kabupaten Solok”.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dosen Pembimbing I Ibu Dr.
Dr. Hudila Rifa Karmia kepada Pembimbing II ibu Bd. Meilinda Agus, S.SiT
M.Keb, juga kepada semua teman teman yang secara langsung atau tidak langsung
telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini, semoga Allah
senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua.

Penulis menyadari bahwa pembahasan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran demi
kesempurnaan di masa yang akan datang.

Padang, November 2020

Penulis
ii

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum.........................................................4
2.2 Etiologi Hiperemesis Gravidarum.............................................................5
2.3 Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum.....................................................7
2.4 Tanda dan Gejala.....................................................................................10
2.5 Diagnosis.................................................................................................12
2.6 Penatalaksanaan.......................................................................................13
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................19
3.1 Pengkajian Data/ Pengumpulan Data Dasar............................................19
3.2 Catatan Perkembangan............................................................................24
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................27
4.1. Subjektif..................................................................................................27
4.2. Objektif....................................................................................................27
4.3 Asesment.................................................................................................29
4.4 Planning...................................................................................................30
BAB V PENUTUP.................................................................................................35
5.1. Kesimpulan..............................................................................................35
5.2. Saran........................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................37
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Mual dan muntah merupakan hal normal yang sering terjadi pada

usia kehamilan muda dan terbanyak pada usia kehamilan 6-12 minggu dan

akan berakhir dalam 20 minggu pertama kehamilan. Keluhan ini terjadi

70% - 80% dari seluruh wanita yang hamil (Cathy, 2015). Keluhan mual

dan muntah terkadang begitu hebat sehingga segala apa yang dimakan dan

diminum dimuntahkan oleh ibu hamil yang dapat mempengaruhi keadaan

umum serta menggangu kehidupan sehari-hari, atau lebih dikenal dengan

hiperemesis gravidarum (Prawirohardjo, 2016).

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan yang

terjadi selama masa hamil. Muntah yang membahayakan ini dibedakan

dari mual dan muntah normal yang umum dialami wanita hamil karena

intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama trimester

pertama kehamilan. Muntah yang berlebihan dan tidak terkendali selama

masa kehamilan dapat menyebabkan kehilangan berat badan 5% dari berat

badan awal sebelum hamil, dehidrasi, ketidak seimbangan elektrolit,

defisiensi nutrisi, serta ketonuria (Lowdermilk, 2012).

Mual muntah berlebihan merupakan salah satu komplikasi

kehamilan yang mempengaruhi status kesehatan ibu dan tumbuh kembang

janin, dimana kejadian ini dapat dideteksi dan dicegah pada masa
2

kehamilan, mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering

dijumpai pada kehamilan trimester I (Syahril, 2018)

Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian, tetapi

angka kejadiannya masih cukup tinggi. Kejadian hiperemesis gravidarum

adalah 4 per 1000 kehamilan. Menurut WHO hiperemesis gravidarum

terjadi diseluruh dunia dengan angka kejadian mencapai 12.5 % dari

seluruh kehamilan. Angka kejadian hiperemesis gravidarum yang terjadi

di dunia sangat beragam yaitu 10.8% di China, 2.2% di Pakistan, 1-3% di

Indonesia, 1.9% di Turki, 0.9% di Norwegia, 0.8% di Canada, 0.5% di

California, 0,5%-2% di Amerika, dan 0.3% di Swedia (Zhang Y, 2011).

Angka kejadian hiperemesis gravidarum di Indonesia 1-3% dari seluruh

kehamilan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia menjelaskan

bahwa lebih dari 80% ibu hamil di Indonesia mengalami mual dan muntah

yang berlebihan, yang dapat menyebabkan ibu hamil menghindari jenis

makanan tertentu dan akan dapat menyebabkan risiko bagi dirinya maupun

janin yang sedang dikandungnya (Oktavia, 2016).

Mual terjadi pada 85% wanita hamil. Prevalensi puncak adalah

pada 11 minggu gestasi, dengan waktu onset rata-rata antara 5 dan 6

minggu. Bagi kebanyakan wanita, mual dan muntah saat hamil (NVP)

akan hilang pada usia kehamilan 14 sampai 16 minggu, meskipun dalam

persentase kecil wanita akan mengalami NVP yang menetap setelah usia

gestasi 20 minggu. Hiperemesis —Bentuk NVP yang parah — terjadi pada

sekitar 3% wanita selama kehamilan. Wanita dengan kehamilan multifetal


3

dan mereka yang memiliki mola hidatidosa mungkin memiliki NVP yang

lebih parah.

Mual, dengan atau tanpa muntah, secara keliru disebut “morning

sickness” karena tidak terbatas pada jam-jam pagi, tetapi bisa terjadi kapan

saja sepanjang hari. Mual lebih parah saat perut kosong, yang mungkin

menjelaskan mengapa beberapa wanita lebih memperhatikannya di pagi

hari. Wanita dengan NVP parah atau hiperemesis sering memerlukan

rawat inap untuk memutus siklusnya muntah dan rehidrasi yang adekuat

(King, Bucker, Osbornde, & Jevitt, 2019).

Pada ibu hamil yang pernah dirawat inap karena hiperemesis

gravidarum pada kehamilan sebelumnya, maka juga akan memerlukan

rawat inap pada kehamilan selanjutnya dengan persentase sebesar 20%

(Cunningham, Roberts, & Taylor, 2015)

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana Asuhan Kebidanan yang dilakukan pada ibu dengan

Hiperemesis Gravidarum?

1.3. Tujuan Penulisan


Untuk menganilisis Manajemen asuhan kebidanan Pada ibu hamil

dengan hiperemesis gravidarum di Bangsal Kebidanan RSUD Arosuka

Kabupaten Solok.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum

Mual dan muntah merupakan hal yang umum terjadi pada awal

kehamilan (trimester I). Biasanya terjadi pada pagi hari disebut morning

sickness, namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada siang dan

malam hari. Mual dan muntah yang berlebihan dan terjadi sepanjang hari

sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari dan menyebabkan dehidrasi

disebut hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum lebih banyak

terjadi pda kehamilan primigravida daripada multigravida (Fauziyah,

2012).

Hiperemesis gravidarum merupakan muntah yang berlebihan pada

ibu hamil yang terjadi mulai dari minggu ke-6 kehamilan dan dapat

berlangsung sampai minggu ke-12 atau lebih (Lisnawati, 2013)

Hiperemesis gravidarum merupakan komplikasi mual dan muntah

pada ibu hamil muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan

dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkosis hipokloremik

(Rahmawati, 2011). Hiperemesis gravidarum merupakan gangguan pada

kehamilan muda yang paling sering ditemui, biasanya cukup parah hingga

berlangsung sepanjang hari dengan tingkatan yang berbeda-beda.

Sebanyak 90% ibu mengalami mual selama kehamilan dan setengahnya

disertai muntah (Maulana, 2010).


5

Tidak ada definisi standar untuk hiperemesis gravidarum, bentuk

NVP yang paling parah.

Namun, sebagian besar kriteria diagnostik meliputi:

a Muntah terus-menerus sebelum usia kehamilan 9 minggu

b Dehidrasi dan / atau ketonuria

c Penurunan berat badan lebih dari 5% dari berat badan awal

d Ketidakseimbangan elektrolit.

(King, Bucker, Osbornde, & Jevitt, 2019)

2.2 Etiologi Hiperemesis Gravidarum

Penyebab Mual dan muntah dalam kehamilan (NVP) tidak

sepenuhnya diketahui. Kemungkinan penyebabnya termasuk interaksi

antara hormonal perubahan kehamilan (misalnya human chorionic

gonadotropin, estrogen, progesteron, plasenta prostaglandin E2), gerak

peristaltik yang diperlambat, dan faktor genetik. Faktor lain seperti yang

sudah ada sebelumnya penyakit gastroesophageal reflux (GERD) atau

infeksi Helicobacter pylori dapat berkontribusi pada terjadinya Mual dan

muntah pada banyak wanita.

Ada sedikit dukungan untuk teori lama yang dicerminkan oleh

Mual dan muntah dalam kehamilan transformasi tekanan psikologis

menjadi gejala fisik. Namun demikian, seorang wanita Pengalaman NVP

memang memiliki komponen biologis, psikologis, dan sosiokultural. Berat


6

NVP dapat dikaitkan dengan tekanan psikologis yang parah, seperti yang

diharapkan. Jadi, depresi bisa menjadi hasil dari NVP tapi bukan penyebab

gangguan.

NVP bisa ringan atau mungkin cukup parah sehingga

membutuhkan rawat inap. Diagnosis diferensial tambahan termasuk

gangguan fungsi tiroid, gangguan saluran cerna seperti GERD, penyakit

tukak lambung, kolesistitis, dan gangguan makan seperti bulimia. (King,

Bucker, Osbornde, & Jevitt, 2019).

Tetapi beberapa faktor predisposisi dapat dijabarkan sebagai

berikut:

a. Faktor adaptasi dan hormonal.

Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi

hiperemesis gravidarum. Dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor

adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia, wanita primigravida, dan

overdistensi rahim pada hamil kembar dan hamil mola hidatidosa.

Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon

estrogen dan korionik gonadotropin, sedangkan pada hamil kembar dan

mola hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan

menyebabkan terjadi hiperemesis gravidarum itu.

b. Faktor psikologis.

Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis

gravidarum belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak


7

hamil, takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami dan

sebagainya, diduga dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis gravidarum.

Dengan perubahan suasana dan masuk rumah sakit penderitaannya dapat

berkurang sampai menghilang.

c. Faktor alergi.

Pada kehamilan, ketika diduga terjadi invasi jaringan villi korialis

yang masuk ke dalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap

dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum (Manuaba, 2014).

Beberapa faktor risiko hiperemesis gravidarum telah diketahui

diidentifikasi, termasuk usia muda, nuliparitas, penyakit kejiwaan, janin

perempuan, kehamilan kembar, komplikasi kehamilan sebelumnya dengan

hiperemesis, dan hipertiroidisme (Dypuik, Pereira, Tanbo, & Eskild,

2018).

2.3 Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum

Mual adalah rasa ingin muntah yang dapat disebabkan oleh impuls

iritasi yang datang dari traktus gastrointestinal, impuls yang berasal dari

otak bawah yang berhubungan dengan motion sickness maupun impuls

yang berasal dari korteks serebri untuk memulai muntah.

Didalam tubuh terjadi peradangan lambung sehingga menyebabkan

terjadi iritasi pada lambung dan menyebabkan peradangan di lambung

yang diakibatkan oleh tingginya asam lambung. Setelah terjadi peradangan

lambung, maka tubuh akan merangsang pengeluaran zat yang disebut vas
8

aktif yang menyebabkan permeabilitas kapiler pembuluh darah naik.

Sehingga menyebabkan lambung menjadi oedema (bengkak) dan

merangsang reseptor tegangan dan merangsang hipotalamus untuk mual.

Muntah adalah pengeluaran isi lambung/perut melalui esofagus

dan mulut karena terjadi kontaksi otot abdominal dan otot dada yang

disertai dengan penurunan diafragma dan kontrol oleh pusat muntah otak.

Lambung memberi sinyal ke zona kemoreseptor oleh sistem saraf aferen

dan saraf simpatis sehingga menyebabkan kontaksi antiperistaltik dan

menyebabkan makanan kembali ke duodenum dan lambung setelah masuk

ke usus. Sehingga banyak terkumpul makanan di lambung dan

mengganggu kerja lambung dan duodenum akibatnya duodenum teregang

mengakibatkan kontaksi kuat diafragma dan otot dinding abdominal dapat

menyebabkan tekanan di dalam lambung tinggi.

Setelah itu, kita bernafas dalam dan naiknya tulang lidah dan laring

untuk menarik sfingter esofagus bagian atas supaya terbuka sementara

sfingter bagian bawah berelaksasi dan pengeluaran isi lambung melalui

esofagus keluar.

Gejala mual biasanya disertai muntah umumnya terjadi pada awal

kehamilan, biasanya pada trimester pertama disebut emesis gravidarum

atau nama lainnya nausea gravidarum (NVP) atau lebih dikenal dengan

istilah morning sickness. Kondisi ini umumnya disebabkan karena

meningkatnya kadar hormon estrogen. Dalam beberapa kasus, gejala yang

sama pula dialami oleh para wanita yang menggunakan kontrasepsi


9

hormonal atau menjalani bentukbentuk terapi hormonal tertentu. Gejala ini

biasanya timbul di pagi hari dengan frekuensi yang akan menurun setiap

harinya seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.

Namun, mual juga disertai muntah dapat bertahan lama bahkan

bisa mengalami mual dan muntah secara berlebihan yang disebut

hiperemesis gravidarum. Adapun penyebab atas gejala yang dapat

menimbulkan terjadinya mual dan muntah belum diketahui secara pasti,

namun perkiraan beberapa penyebab antara lain sebagai berikut:

a. Meningkatnya kadar sirkulasi hormon estrogen dalam tubuh. Kadar

hormon estrogen dalam tubuh umumnya akan meningkat pada masa

kehamilan.

b. Kadar gula dalam darah yang rendah (hipoglikemia) yang disebabkan

penyerapan energi yang dilakukan oleh plasenta.

c. Meningkatnya kadar hormon hCG dikarenakan sel telur yang sudah

dibuahi menempel pada dinding rahim sehingga tubuh akan memproduksi

hormon hCG.

d. Meningkatnya sensivitas terhadap bau atau aroma tertentu.

e. Peningkatan kadar bilirubin yang disebabkan karena meningkatya kadar

enzim dalam hati


10

2.4 Tanda dan Gejala

Menurut Manuaba (2014) adapun gejala dan tanda sesuai

hiperemesis gravidarum tingkatannya, yaitu;

2.4. 1. Hiperemesis gravidarum tingkat pertama:

Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah, tidak

mau makan, berat badan turun dan rasa nyeri di epigastrium, nadi sekitar

100 kali per menit, tekanan darah turun, turgor kulit kurang, lidah kering,

dan mata cekung (Abanoub, 2018)

a. Muntah berlangsung terus

b. Nafsu makan berkurang

c. Berat badan menurun

d. Kulit dehidrasi-tonusnya lemah

e. Nyeri di daerah epigastrium

f. Tekanan darah turun dan nadi meningkat

g. Lidah kering

h. Mata tampak cekung

2.4. 2. Hiperemesis gravidarum tingkat kedua:

a. Penderita tampak lebih lemah


11

b. Gejala dehidrasi makin tampak mata cekung, turgor kulit makin

kurang, lidah kering dan kotor

c. Tekanan darah turun, nadi meningkat

d. Berat badan makin menurun

e. Mata ikterus

f. Gejala hemokonsentrasi makin tampak: urine berkurang, badan aseton

dalam urine meningkat

g. Terjadinya gangguan buang air besar

h. Mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apatis

i. Napas berbau aseton

2.4. 3. Hiperemesis gravidarum tingkat ketiga:

a. Muntah berkurang

b. Keadaan umum wanita hamil makin menurun: tekanan darah turun,

nadi meningkat, dan suhu naik disertai keadaan dehidrasi makin jelas

c. Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus

d. Gangguan kesadaran dalam bentuk: somnolen sampai koma dengan

komplikasi susunan saraf pusat (ensefalopati Wernicke), nistagmus-

perubahan arah bola mata, diplopia-gambar tampak ganda, perubahan

mental
12

2.5 Diagnosis

Menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum tidak sukar, dengan

menentukan kehamilan, muntah berlebihan sampai menimbulkan

gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi. Muntah yang terus

menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh

kembang janin dengan manifestasi klinisnya. Oleh karena itu, hiperemesis

gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat pengobatan

yang adekuat.

Kemungkinan penyakit lain yang menyertai kehamilan harus

berkonsultasi dengan dokter tentang penyakit hati, ginjal, dan penyakit

tukak lambung. Pemeriksaan laboratorium dapat membedakan ketiga

kemungkinan hamil yang disertai penyakit (Manuaba, 2014).

Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah darah, urine, dan bila

mungkin fungsi hati dan ginjal.

Hiperemesis gravidarum harus dibedakan dengan penyakit lain

karena gejala dari hiperemesis gravidarum juga terdapat pada penyakit lain

seperti ulserasi peptikum, hepatitis, pankreatitis, penyakit tiroid obstruksi,

gastrointestinal, dan insifisiensi adrenokartikol. Timbulnya gejala setelah

usia kehamilan 10 minggu merupakan gejala yang khas untuk hiperemesis

gravidarum. Pemeriksaan laboratorium seperti hematokrit, transaminase,

bilirubin, tes fungsi tiroid, dan urin (ketonuria dan pH) harus dilakukan

(Fauziyah, 2012).).
13

Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan

karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena

oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan

tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam

darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah

menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma

berkurang. Natrium dan klorida darah dan klorida air kemih turun.

Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah

ke jaringan berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan

bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah-muntah

lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit

dipatahkan. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit

dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma

Mallory-Weiss) dengan akibat perdarahan gastrointestinal (Rahmawati,

2011)

2.6 Penatalaksanaan

2.6.1 Pecegahan Hiperemesis Gravidarum

Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan

jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai

suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan

kadangkadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan

muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah

makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering. Waktu

bangun pagi, jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih dahulu makan
14

roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makan yang berminyak dan

berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan seyogyanya disajikan

dalam keadaan panas atau sangat dingin. Defekasi teratur, menghindari

kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan makanan

yang banyak megandung gula (Rahmawati, 2011).

2.6.2 Teraphy

Pengobatan dalam keadaan muntah berlebihan dan dehidrasi

ringan, ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum tingkat II sebaiknya

dirawat. Konsep pengobatan yang dapat diberikan sebagai berikut:

a Isolasi dan pengobatan psikologis. Dengan melakukan isolasi di

ruangan sudah dapat meringankan wanita hamil karena perubahan suasana

dari lingkungan rumah tangga.

b Petugas dapat memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang

berbagai masalah berkaitan dengan kehamilan.

c Pemberian cairan pengganti. Dalam keadaan darurat diberikan cairan

pengganti sehingga keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti yang

diberikan adalah glukosa 5-10% dengan keuntungan dapat mengganti

cairan yang hilang dan berfungsi sebagai sumber energi, sehingga terjadi

perubahan metabolisme dari lemak dan protein menjadi pemecahan

glukosa. Dalam cairan dapat ditambahkan vitamin C, B kompleks atau

kalium yang diperlukan untuk kelancaran metabolisme. Selama pemberian

cairan harus mendapat perhatian tentang keseimbangan cairan yang masuk

dan keluar, nadi, tekanan darah, suhu dan pernapasan. Lancarnya


15

pengeluaran urine memberikan petunjuk bahwa keadaan wanita

hamil berangsur-angsur baik

Intervensi yang terpenting adalah penggantian cairan dan elektrolit.

Wanita hamil yang mengalami kondisi katabolik dan penggantian

kebutuhan kalori harus diatur melalui strategi pengobatan. Volume cairan

seharusnya cukup untuk mengganti kukurangan dan kehilangan cairan

selama muntah serta untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit.

Pedoman RCOG 2016 merekomendasikan saline dengan kalium klorida

dengan pemantauan harian elektrolit yang paling bermakna untuk hidrasi

parenteral. Dekstrosa tidak menjadi pilihan kecuali jika kadar natrium

serum normal dan tiamin telah diberikan untuk menghindari percepatan

dari Wernicke ensefalopati. Sebuah uji coba terkontrol secara acak yang

membandingkan penggunaan dekstrosa 5% dan natrium klorida 0,9%

dengan natrium 0,9% klorida pada wanita dengan Hiperemesis gravidarum

menunjukkan tidak ada perbedaan setelah 24 jam dalam hal ketonuria

persisten, kualitas hidup, mual, muntah atau ketidakseimbangan elektrolit

(Gabra, 2018).

d. Obat yang dapat diberikan adalah sedatif ringan yang sering digunakan,

yaitu:

1) Vitamin B1, B2 dan B6 masing-masing 50-100 mg/hari/infus.

2) Vitamin B12 200 mcg/hari/infus, vitamin C 200/hari/infus.

3) Fenobarbital 30 mg IM 2-3 kali/hari atau chlorpromazine 25-50

mg/hari IM atau kalau diperlukan diazepam 5 mg 2-3 kali/hari


16

4) Antiemetik: prometazine (avopreg) 2-3 kali 25 mg/hari/oral atau

mediamer B6 3x1/hari/oral.

5) Antasida: acidrine 3x1 tablet/hari/oral atau mylanta 3x1 tablet/hari/oral

atau magnam 3x1 tablet/hari/oral (Prawirohardjo, 2008).

e. Menghentikan kehamilan. Pada beberapa kasus, pengobatan hiperemesis

gravidarum tidak berhasil malah menjadi kemunduran dan keadaan

semakin menurun sehingga diperlukan pertimbangan untuk melakukan

gugur kandung. Keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandung

diantaranya:

1) Gangguan kejiwaan (delirium, apatis, somnolen sampai koma, terjadi

gangguan kejiwaan ensefalopati Wernicke)

2) Gangguan penglihatan (perdarahan retina, kemunduran penglihatan)

3) Gangguan faal (hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk anuria,

jantung dan pembuuh darah terjadi meningkat, tekanan darah

menurun)

Dengan memperhatikan keadaan tersebut, gugur kandung

dapat dipertimbangkan pada hiperemesis gravidarum (Manuaba, 2014)

2.6.3 Komplikasi
17

Menurut Wiknjosastro dalam Rukiyah (2010), dampak yang di

timbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin, seperti ibu akan kekurangan

nutrisi dan cairan sehinga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat

pula mengakibatkan gangguan asam basa, pneumoni aspirasi, robekan

mukosa pada hubungan gastroesofagus yang menyebabkan perdarahan

ruptur esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan

memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin karena

nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang

mengakibatkan peredaran darah janin berkurang. Pada bayi, jika

hiperemesis ini terjadi hanya di awal kehamilan tidak berdampak terlalu

serius, tetapi jika sepanjang kehamilan si ibu menderita hiperemesis

gravidarum, maka kemungkinan bayinya mengalami BBLR (Berat Badan

Lahir Rendah), IUGR (Intraunterine Growth Retardation), Prematur

hingga terjadi abortus.

Hal ini didukung oleh pernyataan Gross et al menyatakan bahwa

ada peningkatan peluang retradasi pertumbuhan intrauterus jika ibu

mengalami penurunan berat badan sebesar 5% dari berat badan sebelum

kehamilan, karena pola pertumbuhan janin terganggu oleh metabolisme

maternal. Terjadi pertumbuhan janin terhambat sebagai akibat kurangnya

pemasukan oksigen dan makanan yang kurang adekuat dan hal ini

mendorong terminasi kehamilan lebih dini (Rukiyah & Yulianti, 2010).

2.8 Pathway
18

Faktor Alergi Faktor Predisposisi Peningkatan estrogen

Penurunan Pengosongan
lambung

Emesis Gravidarum
Peningkatan Tekanan
Gaster

Penyesuaian Komplikasi

Hiper Emesis Gravidarum

Refluks sebagian Kehilangan cairan


Gangguan nutrisi
HCL berlebihan

Sensasi asam Mal nutrisi ibu Dehidrasi

Nafsu makan Mal nutrisi janin


menurun

Abortus, BBLR, IUGR, IUFD


Anoreksia
19

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Data/ Pengumpulan Data Dasar

Tempat Praktek : RSUD AROSUKA

Tanggal masuk : 12 – 09- 2020 Pukul : 06.30 Wib

Identitas

Ibu Suami

Nama : Ny.H Nama : Tn, D

Umur : 21 Tahun Umur : 26 tahun

Bangsa :Indonesia Bangsa : Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswata

Alamat Rumah : Kayu Aro Alamat Rumah : Kayu Aro

Kartu Sehat : BPJS

3.1.1. Data Subjektif

a. Keluhan Utama :

Mual muntah sejak 2 bulan yang lalu, pusing, lemas, nasu makan kurang.

b. HPHT : 15 – 06 – 2020
20

c. TP : 22 – 03 – 2021

d. Imunisasi TT : tidak ada

e. Tanda- tanda bersalin :

1) Keluar lendir bercampur darah : Tidak ada

2) Keluar air - air : Tidak ada

3) Keluar darah dari kemaluan yang banyak : Tidak ada

f. Riwayat kehamilan ini

1) Gerakan anak : Belum dirasakan

2) Mual : Ada

3) Muntah : Ada

4) Pendarahan : Tidak ada

g. Riwayat menstruasi

1) Menarche :12 tahun,

2) siklus menstruasi : 28 hari teratur,

3) lama haid : 5-7 hari,

4) banyak : ganti doek 2-3 kali/hari, dan

5) nyeri haid : (-)

h. Riwayat perkawinan : 1 Kali

i. Riwayat kehamilan persalinan yang lalu

No Usia Usia Persalinan


Anak Kehamilan Jenis Tempat penolong BB JK Lochea Ket
1 Ini
2
3
j. Alergi : tidak ada
21

k. Riwayat penyakit keluarga:

1) Penyakit keturunan : DM, jantung, atsma tidak ada

2) Penyakit menular : Tidak ada

3) Penyakit yang diderita sekarang: hipertensi

l. Riwayat psikososial dan spiritual

1) Psiko sosial : kehamilan diinginkan, ada dukungan keluarga

2) Status psikologis : cemas

3) Status mental : sadar dan orientasi baik

4) Sosial : hubungan dengan keluarga baik

3.1.2. Data Objetif

Data Umum dan Khusus

a. Keadaan umum : Sedang

b. Keadaan Emosional : Cemas

c. Kesadaran : CMC

d. Tanda-tanda vital :

1) Tekanan darah: 102 /62 mmHg

2) Nadi : 110 x/menit

3) Pernafasan : 28 x/menit

4) Suhu : 36,5 0C
22

e. Mata : Konjungtiva tidak anemis sklera tidak ikterik

f. Mulut dan bibir : bibir kering, caries tidak ada

g. Leher : pembesaran kelenjer tidak ada

h. Jantung /Paru : normal

i. Payudara : hiperpigmentasi areola

j. Abdomen :

Inspeksi : membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada bekas

operasi (tidak ada data linea)

Palpasi :

1) Leopold I : tiga jari di atas simpisis

2) Leopold II : Tidak dilakukan

3) Leopold III : Tidak dilakukan

4) Leopold IV : Tidak dilakukan

k. Kontraksi : tidak ada

l. Auskultasi : (tidak ada data di RM)

m. Perkusi : Timpani

n. Genitalia : Vulva / uretra tenang

o. Pendarahan pervaginam tidak ada

p. Data Penunjang

Plano test : (+)

Keton : Positif 3

Pemeriksaan darah rutin tidak ada dokumentasi

3.1.3. Assesment
23

Diagnosa:

G1P0A0H0 12 minggu + 5 hari, dengan Hiperemesis Gravidarum Gr. II

Diagnosa Potensial:

Diagnosa Potensial

Potensial mengalami HEG grade III

3.1.4. Planning

1) Menjelaskan hasil pemeriksaan, bahwa ibu mengalami mual dan

muntah berlebih dalam kehamilan, dan ibu perlu perawatan untuk

memulihkan kondisi fisik

Evaluasi: ibu dan keluarga paham dan bersedia di rawat

2) Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan HEG

Advis dokter spesialis:

a) IVFD RL: D 5% : KaEn Mg : Panamin: 1: 1: 1: 1 (28 tts/menit)

b) Injeksi ranitidin 2 x 1 ampul

c) Injeksi metocloperamid 3 x 1 ampul

d) Asam folat 1 x 1 tablet

3) Memantau tanda vital

TD: 120/72 mmHg, Nd: 94 x/menit, Nf: 22 x/menit, suhu: 36,5 0C

4) Memberitahu ibu agar istirahat yang cukup


24

Evaluasi: ibu mengerti

3.2 Catatan Perkembangan

Hari/ Tanggal: 13 September 2020

Pukul: 08. 30 WIB

a. Subjektif

Mual muntah sejak 2 bulan yang lalu. HPHT: 15 – 06 – 2020

Pusing sudah berkurang

b. Objektif

KU : sedang

TD: 106/64 mmHg Nadi: 84 x/menit Nafas: 20 x/menit

Suhu: 36,5 0C

1) Leopold I : 3 jari di atas simpisisi

2) Leopold II : Tidak dilakukan

3) Leopold III : Tidak dilakukan

4) Leopold IV : Tidak dilakukan

c. Asesment

Diagnosa:

G1P0A0H0 12 minggu 6 hari, dengan Hiperemesis Gravidarum

Diagnosa Potensial:
25

Potensial mengalami HEG grade III

d. Perencanaan

1) Menjelaskan hasil pemeriksaan, bahwa ibu tanda- tanda vital ibu sudah

mulai membaik

Evaluasi: ibu dan keluarga paham dengan penjelasan yang diberikan

2) Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan HEG

Advis dokter spesialis:

e) IVFD RL: D 5% : KaEn Mg : Panamin: 1: 1: 1: 1 (28 tts/menit)

Saat ini terpasang Panamin 28 tetes permenit

f) Injeksi ranitidin 2 x 1

Sudah diberikan pukul 07. 30 WIB

g) Injeksi metocloperamid 3 x 1

Sudah diinjeksi pukul 07. 35 WIB

h) Asam folat 1 x 1

Sudah diberikan dan diminum setelah sarapan

3) Memantau tanda vital

Nadi tanda vital lain dalam batas normal

4) Memberitahu ibu agar memenuhi kebutuhan Nutrisi, Elimnasi dan

Istirahat.
26

5) Memberitahu ibu agar makan sedikit-sedikit tapi sering.

Evaluasi: Ibu mengerti dan akan melakukan nya jika sudah boleh

pulang

6) Memberitahu ibu agar istirahat yang cukup 6-8 jam dalam sehari

Evaluasi: Ibu paham

7) Menganjurkan ibu untuk sering minum sari buah agar mengurangi rasa

mual yang ibu rasakan seperti air jeruk manis yang hangat dan minum

yang manis supaya lebih berenergi.

Evaluasi: Ibu akan mengusahakan nanti jika sudah boleh pulang

8) Memantau input dan out put

Evaluasi: Cairan infus terpasang IVFD Panamin 28 tts/i (habis dalam 6

jam) Mual dan muntah sudah berkurang, BAK dan BAB ada

9) Beri dukungan emosional dan sosial kepada ibu bahwa keinginan ibu

untuk
27

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Subjektif

Dari data subjektif diketahui Ny “L” berumur 27 tahun sedang

hamil anak pertama dan tidak pernah keguguran. Ibu menatakan tidak haid

sejak tiga bulan yang lalu haid terakhir tanggal 15 – 06 – 2020.

Ibu mengeluh mual dan muntah sejak 2 bulan yang lalu namun

makin parah sejak minggu yang lalu, muntah 15 kali sehari. Sering

pusiang dan badan terasa lemas. Nafsu makan berkurang.

Hal ini sesuai dengan teori bahwa mual muntah yang berlebihan

pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu, dengan frekuensi ≥ 10 kali

dalam 24 jam dan menganggu aktifitas merupakan tanda hiperemesis

gravidarum tingkat II.

4.2. Objektif

Menurut King et.al (2019) ada beberapa poin yang perlu diperiksa

pada ibu dengan mual dan muntah dalam kehamilan sehingga bisa

ditegakkan diagnosa Hiperemesis Gravidarum, sesuai dengan tabel

berikut:
28

Gambar 1. Pemeriksaan yang dilakukan pada Mual muntah dalam kehamilan (King,
Bucker, Osbornde, & Jevitt, 2019)

Pada tanda vital ditemukan Tekanan darah yang masih dalam batas

normal, sedangkan pada nadi ditemukan tachicardia dimana nadi ibu di

dapat 110 kali permenit. Data yang tidak nampak dari Medikal Rekord

pasien adalah ada atau tidak nya penurunan berat badan dan turgor kulit.

Hal ini sesuai dengan teori dari Wegrzyniak et.al (2014) bahwa

Hiperemesis yang membutuhkan rawat inap ditentukan seperti muntah

yang tidak terkontrol, dehidrasi berat, pengecilan otot, ketidakseimbangan

elektrolit, ketonuria, dan penurunan berat badan lebih dari 5% berat badan.
29

Sebagian besar pasien juga mengalami hiponatremia, hipokalemia, dan

level urea serum rendah.

Koot, et al., (2020)dalam penelitian nya “Ketonuria is not

associated with hyperemesis gravidarum disease severity” menyatakan

bahwa pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk menegakkan

diagnosa Hiperemesis Gravidarum adalah pemeriksaan keton urin. Namun

tidak ada hubungan antara derajat ketonuria saat masuk dan tingkat

keparahan gejala, kualitas hidup, penurunan berat badan ibu, atau jumlah

masuk kembali, menunjukkan ketonuria itu tidak memberikan informasi

tentang keparahan penyakit atau perjalanan penyakit. Meski demikian,

wanita dengan tingkat derajat ketonuria yang lebih tinggi saat masuk,

dirawat di Rumah Sakit lebih lama. Ini bisa menunjukkan perawatan

kesehatan itu mendasarkan lama rawat inap pada derajat ketonuria.

Berdasarkan kurangnya hubungan antara ketonuria dan tingkat keparahan

penyakit, kami menyarankan hal ini tidak memiliki nilai tambahan dalam

manajemen klinis dari HG.

4.3 Asesment

Dari data yang dikumpulkan pada Ny. “L” maka dapat ditegakkan:

Diagnosa : G1P0A0H0 12 minggu 6 hari, dengan Hiperemesis Gravidarum

Grade II

Diagnosa Potensial:
30

Potensial Hiperemesis Gravidarum Grade II

Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh dari data subjektif dan data

objektif Penegakkan hiperemesis gravidarum pada kasus ini berdasarkan

teori bahwa tanda gejala hiperemesis gravidarum adalah penderita tampak

lemah, turgor kulit mengurang, lidah terlihat kotor dan kering, nadi cepat,

berat badan turun, dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi,

oliguria, dan konstipasi. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan bahwa

Keton (+++) yang dapat penegakkan diagnosa dari hiperemesis

gravidarum. Maka analisa yang dapat ditegakan pada G 1P0A0H0 12

minggu 6 hari, dengan Hiperemesis Gravidarum Grade II

4.4 Planning

1) Menjelaskan hasil pemeriksaan, bahwa ibu mengalami mual dan muntah

berlebih dalam kehamilan, dan ibu perlu perawatan untuk memulihkan

kondisi fisik

Evaluasi: ibu dan keluarga paham dan bersedia di rawat

Pada manajemen kebidanan suatu rencana tindakan yang

komprehensif termasuk indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi klien

serta hubungannya dengan masalah yang dialami klien, dan juga meliputi

antisipasi dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling. Rencana

tindakan harus disetujui klien dan semua tindakan, diambil harus

berdasarkan rasional yang relevan dan diakui kebenarannya.


31

2) Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan HEG

Advis dokter spesialis:

a) IVFD RL: D 5% : KaEn Mg : Panamin: 1: 1: 1: 1 (28 tts/menit)

b) Injeksi ranitidin 2 x 1 ampul

c) Injeksi metocloperamid 3 x 1 ampul

d) Asam folat 1 x 1 tablet

Menurut Graba (2018) dalam jurnal nya Updates in Management

of Hyperemesis Gravidarum, Intervensi yang terpenting adalah

penggantian cairan dan elektrolit. Wanita hamil yang mengalami kondisi

katabolik dan memerlukan penggantian kebutuhan kalori harus diatur

melalui strategi pengobatan. Volume cairan seharusnya cukup untuk

mengganti kukurangan dan kehilangan cairan selama muntah serta untuk

memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit.

King et al (2019) dalam Varney’s Midwifery, wanita dengan mual

muntah dalam kehamilan sedang, mungkin membutuhkan pengobatan.

Jika mereka mengalami dehidrasi, cairan intravena yang mengandung

Dekstrosa harus dihindari untuk rehidrasi awal karena sedikit risiko

memicu ensefalopati Wernicke pada wanita dengan muntah terus-menerus.

Wernicke ensefalopati adalah sindrom neuropsikiatrik akibat

defisiensi tiamin; ditandai dengan tiga serangkai klasik kelainan mata,


32

ataksia, dan kebingungan. Absorpsi tiamin yang adekuat mencegah

muntah terus-menerus, dan pemberian cairan IV yang mengandung

karbohidrat menyebabkan penipisan cepat tiamin yang tersisa terbatas di

tubuh. Tanpa tiamin, aktivitas metabolik di otak berkurang atau beralih ke

jalur asam laktat, yang mengakibatkan cedera saraf dan asidosis metabolik.

Larutan intravena standar yang digunakan untuk penggantian

cairan pada wanita dengan HEG adalah normal saline, yang membantu

mencegah hiponatremia. Cairan kalium klorida ditambahkan sesuai

kebutuhan, dan tiamin (vitamin B1) atau larutan multivitamin yang

disertakan tiamin harus ditambahkan setidaknya sekali sehari untuk

mencegah ensefalopati Wernicke.

Untuk wanita dengan gejala yang parah, konsultasi dokter dan

rawat inap sangat dianjurkan. Pemberian antiemetik intravena atau

intramuskular seperti metoclopramide (Reglan) atau ondansetron (Zofran)

paling sering digunakan untuk siklus muntah. Di antara obat-obat ini,

ondansetron sangat efektif untuk mengontrol muntah. Dalam beberapa

penelitian, agen ini telah dikaitkan dengan sedikit peningkatan risiko defek

septum jantung janin. Untuk alasan ini, dan karena pengobatan

hiperemesis adalah off-label digunakan untuk ondansetron, banyak

penyedia meresepkan ondansetron (King, Bucker, Osbornde, & Jevitt,

2019).

Kesimpulan, terapi yang diberikan sudah sesuai dengan teori.

3) Memantau tanda vital


33

TD: 120/72 mmHg, Nd: 94 x/menit, Nf: 22 x/menit, suhu: 36,5 0C

Tanda vital penting dipantau untuk menentukan keberhasilan suatu

asuhan.

4) Memberitahu ibu agar istirahat yang cukup

Evaluasi: ibu mengerti

Waktu istirahat diperlukan bagi tubuh untuk menghemat energi dan

memulihkan beberapa fungsi organ terutama agar kebutuhan

oksigenasi otak terpenuhi.

5) Memberi dukungan emosional kepada ibu

Octaviadon (2011) menyebutkan ada beberapa bentuk dukungan

sosial sesuai dengan kebutuhannya antara lain:

a. Dukungan harga diri untuk membantu pemecahan masalah individu

seperti keraguan terhadap kemampuan diri. Dukungan dapat berupa

perhatian, dorongan, sapaan atau kasih sayang.

b. Dukungan informasi untuk menyelesaikan masalah. Dukungan dapat

berupa informasi, saran, nasihat pemecahan masalah dan umpan balik.

c. Dukungan instrumental adalah bantuan nyata dalam bentuk materi atau

benda yang dibutuhkan guna meringankan beban individu.

d. Dukungan kedekatan sosial untuk menghindari individu dari kesepian

dan kesendirian.

e. Dukungan motivasi yang bertujuan agar individu termotivasi segera

mencari penyelesaian masalah


34

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Mual muntah berlebihan merupakan salah satu komplikasi

kehamilan yang mempengaruhi status kesehatan ibu dan tumbuh kembang

janin, dimana kejadian ini dapat dideteksi dan dicegah pada masa

kehamilan, mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering

dijumpai pada kehamilan trimester I

Penatalaksanaan asuhan Ny. “L” maka dapat ditegakkan Diagnosa

G1P0A0H0 12 minggu 6 hari, dengan Hiperemesis Gravidarum Grade II.

5.2. Saran

Upaya pencegahan terjadinya terjadinya Hiperemesis Gravidarum

dapat dilakukan bidan yang menjadi ujung tombak pemberi asuhan.

Deteksi dan Asuhan kebidanan yang berkualitas dapat diberikan hanya jika

Bidan mengerti dan paham tentang apa yang sedang ia hadapi dan apa

yang harus dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.

Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat diajukan saran-saran

guna perbaikan asuhan kebidanan pada kasus hiperemesis gravidarum

sebagai berikut :
35

1. Untuk Rumah Sakit

Diharapkan dapat mempertahankan mutu pelayanan kesehatan


dengan cara memberikan asuhan kebidanan khususnya pada klien
dengan hiperemesis gravidarum.

2. Untuk Klien dan Keluarga

Diharapkan bisa menjadi bahan informasi dan wawasan untuk klien


dan keluarga mengenai tanda-tanda, komplikasi, dan penanganan
pada kasus hiperemesis gravidarum.

3. Untuk Profesi

Dapat mengaplikasikan teori yang didapat pada masa pendidikan


kedalam praktek lapangan dalam berbagai asuhan sesuai dengan
wewenang yang telah diterapkan sehingga asuhan yang diberikan
sesuai dengan standar pelayan kebidanan dan bermanfaat bagi klien
dan keluarga.
36

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F., Roberts, M., & Taylor, R. (2015). The Clinical Spectrum of
Preeclampsia. In The fourth edition of Chesley’s Hypertensive Disorders
of Pregnancy (pp. 25-36). London: Elsevier Inc.

Dypuik, J., Pereira, A., Tanbo, T., & Eskild, A. (2018). Maternal human chorionic
gonadotrophin concentrations in very early pregnancy and risk of
hyperemesis gravidarum: A retrospective cohort study of 4372
pregnancies after in vitro fertilization. European Journal of Obstetrics &
Gynecology and Reproductive Biology, 12-16.

Gabra, A. (2018). Updates in Management of Hyperemesis Gravidarum. iMedPub


Journals, 1-4.

King, T., Bucker, M., Osbornde, K., & Jevitt, n. (2019). Varneys midwifery 6th
edition. Burlington: World Headquarters Jones & Bartlett Learning.

Koot, M., Grooten, I., Post, J. V., Bais, J., Starpers, C., Naaktgeboren, C., et al.
(2020). Ketonuria is not associated with hyperemesis gravidarum disease
severity. European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive
Biology, 315-320.

Lisnawati, L. (2013). Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan Maternal


Dan Neonatal. Jakarta: CV. Trans Info Media. .

Manuaba, I. (2014). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Untuk.


Jakarta: EGC.

Oktavia, L. (2016). Oktavia, Lina. 2016. Kejadian Hiperemesis gravidarum


ditinjau dari jarak kehamilan dan paritas. . Jurnal Ilmu kesehatan Aisyah
1(2), 41-45.

Rukiyah, A., & Yulianti, L. (2010). Asuhan Kebidanan 4 Patologi Kebidanan.


Jakarta: Trans Info Media.

Syahril, S. (2018). Hubungan Antara Gastritis, Stres, dan Dukungan Suami Pasien
Dengan Sindrom Hiperemesis Gravidarum di Wilayah Kerja Puskesmas
Poasia Kota Kendari. Penelitian dan Pengembangan Pelayanan
Kesehatan, 102-107.

Wegrzyniak, L., Repke, J., & Ural, S. (2013). Treatment of Hyperemesis


Gravidarum. ResearchGate, 78-84.

Anda mungkin juga menyukai