Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

“Keuangan Usaha”

Dosen Pengampu : Syamsul Rizal Sinulingga, MPH

DISUSUN OLEH :
Silvia Puspitasari (184840132)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan


negara dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarkat adil, makmur dan
merata berdasrkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan, Negara Kesatuan Republik


Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah Provinsi terdiri atas
daerah-daerah kabupaten kota. Tiap-tiap daerah tersebut mempunyai hak dan
kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk
meningkatkanj efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan kepada masyarakat.

Pasal 18A ayat (2) UUD RI 1945 mengamanatkan agar hubungan


keuangan,pelayanan umum, serta pemanfaatan sumber daya alam dan sumber
daya lainnya antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah diatur dan dilaksanakan
secara adil dan selaras berdasarkan UU.
Dengan demikian, UUD 1945 menjadi landasan filosofis dan landasan
konstitusional pembentukan UU tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang menjadi acuan bagi pemerintah
untuk mengatur dan menyelenggarakan program keuangan agar bisa dilaksanakan
tepat sasaran yakni menyentuh kebutuhan rakyat.

A. Konsep Keuangan Daerah

Menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, keuangan


daerah adalah “Semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang,
demikian pula segala sesuatu, baik uang maupun barang yang dijadikan milik
daerah berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban daerah tersebut”.Dari
uraian di atas, dapat diambil kata kunci dari keuangan daerah adalah hak dan
kewajiban. Hak merupakan hak daerah untuk mencari sumber pendapatan daerah

2
berupa pungutan pajak daerah, retribusi daerah atau sumber penerimaan lain-lain
yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan
kewajiban adalah kewajiban daerah untuk mengeluarkan uang dalam rangka
melaksanakan semua urusan pemerintah di daerah (Mamesah, 1995:5).

Salah satu faktor penting untuk melaksanakan urusan rumah tangga daerah
adalah kemampuan keuangan daerah. Dengan kata lain faktor keuangan
merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan daerah dalam
melaksanakan otonomi. Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan daerah
ini Pamudji dalam Kaho (2007:138-139) menegaskan:

Sementara itu, untuk dapat memiliki keuangan yang memadai dengan


sendirinya daerah membutuhkan sumber keuangan yang cukup pula. Lains dalam
Kaho (2007:139-140) merinci ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh daerah
untuk memperoleh keuangannya, antara lain:

1) Daerah dapat mengumpulkan dana dari pajak daerah yang sudah direstui oleh
Pemerintah Pusat.
2) Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga, pasar uang
atau Bank atau melalui pemerintah pusat.
3) Daerah dapat ikut ambil bagian dalam pendapatan pajak sentral yang dipungut
daerah, misalnya sekian persen dari pendapatan sentral tersebut (melalui bagi
hasil).
4) Pemerintah daerah dapat menambah tarif pajak setral tertentu; dan
5) Pemerintah daerah dapat menerima bantuan atau subsidi dari Pemerintah
Pusat.

Dalam melaksanakan keuangan daerah perlu dibuatkan suatu perencanaan


agar seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan dapat dikelola dengan baik. Bentuk
perencanaan keuangan daerah inilah yang dikenal dengan istilah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sebagaimana telah digariskan dalam
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

3
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. APBD adalah suatu rencana
keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah.Seperti
halnya dalam kebijakan APBN, jika Pemerintah daerah menetapkan bahwa
kebijakan anggarannya bersifat ekspansif, artinya APBD akan diprioritaskan
untuk menstimulasi perekonomian daerah melalui pengeluaran pembangunan
(development budget). Sebaliknya, jika pemerintah daerah menetapkan kebijakan
APBD bersifat kontraksi, maka APBD kurang dapat diharapkan untuk
menggerakkan perekonomian daerah, karena anggaran pembangunan jumlahnya
relatif kecil dibandingkan dengan belanja rutin daerah (Saragih, 2003:82).

Menurut Mamesah (1995:16) APBD sebagai sarana atau alat utama dalam
menjalankan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab, karena fungsi
APBD adalah sebagai berikut:

1) Menentukan jumlah pajak yang dibebankan kepada rakyat dari daerah


yang bersangkutan.
2) Merupakan suatu sarana untuk mewujudkan otonomi.
3) Memberikan isi dan arti tanggung jawab pemerintah daerah umumnya dan
kepala daerah khususnya, karena APBD itu menggambarkan seluruh
kebijaksanaan pemerintah daerah.
4) Merupakan suatu sarana untuk melaksanakan pengawasan terhadap daerah
dengan cara yang lebih mudah dan berhasil guna; dan
5) Merupakan suatu pemberian kuasa kepada kepala daerah dalam batas-
batas tertentu.

Pengelolaan keuangan daerah yang berkaitan dengan pelaksanaan


desentralisasi diatur secara mendetail dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 (yang kemudian dilengkapi dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan
desentralisasi daerah, pemerintah daerah berhak menyelenggarakan pengelolaan
keuangan daerah, yang komponen-komponennya sebagaimana tertuang dalam
struktur APBD antara lain terdiri dari:

4
B. Pendapatan Daerah
Pendapatan Daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan.
Pendapatan Daerah bersumber dari:

1.2. Pendapatan Asli Daerah

Menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, Sumber PAD antara


lain terdiri dari:

1) Hasil pajak daerah, yaitu pungutan yang dilakukan oleh pemerintah


Daerah kepada semua obyek pajak, seperti orang/badan, benda
bergerak/tidak bergerak.
2) Hasil retribusi daerah, yaitu pungutan yang dilakukan sehubungan
dengan suatu jasa/fasilitas yang berlaku oleh Pemerintah Daerah secara
langsung dan nyata.
3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, antara lain:
a. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
daerah/BUMD.
b. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
pemerintah/BUMN.
c. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta
atau kelompok usaha masyarakat;
4) Lain-lain PAD yang sah, antara lain:
a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan.
b. Jasa giro.
c. Pendapatan bunga.
d. Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah.
e. Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat
dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh
daerah.

5
f. Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing.
g. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
h. Pendapatan denda pajak.
i. Pendapatan denda retribusi.
j. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan.
k. Pendapatan dari pengembalian.
l. Fasilitas sosial dan fasilitas umum.
m. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; dan
n. Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.

Pemberian sumber PAD bagi daerah ini bertujuan untuk memberikan


kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan
otonomi daerah sesuai dengan potensi Daerah sebagai perwujudan
desentralisasi.

1.2. Dana Perimbangan

Dana Perimbangan dikeluarkan bertujuan untuk mengurangi


kesenjangan fiskal antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah dan antar-
Pemerintah Daerah. Pasal 10, UU No. 33 Tahun 2004 mengatur tentang
Dana Perimbangan yang setiap tahun ditetapkan untuk menjadi hak
Pemerintah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota terdiri dari:

1) Dana Bagi Hasil, bagian Daerah bersumber dari penerimaan pajak


dan penerimaan dari sumber daya alam;
a. Dana Bagi Hasil Pajak yang bersumber dari:
- Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
- Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
- Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib
Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.

6
b. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak yang bersumber dari sumber
daya alam, berasal dari:
- kehutanan.
- pertambangan umum.
- perikanan.
- pertambangan minyak bumi.
- pertambangan gas bumi; dan
- pertambangan panas bumi.
2) Dana Alokasi Umum
Besarnya Persentasi Dana Alokasi Umum (DAU)
ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam
Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU tersebut dibagi
atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar. Celah fiskal adalah
kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal Daerah. Alokasi
dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil
Daerah.
3) Dana Alokasi Khusus
Besaran Dana Alokasi Khusus (DAK) ditetapkan setiap
tahun dalam APBN. DAK dialokasikan kepada Daerah tertentu
untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah.
Pemerintah menetapkan kriteria DAK yang meliputi kriteria
umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Kriteria umum
ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan Keuangan
Daerah dalam APBD. Kriteria khusus ditetapkan dengan
memperhatikan peraturan perundang-undangan dan karakteristik
Daerah. Kriteria teknis ditetapkan oleh kementerian
negara/departemen teknis.

1.2. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah bertujuan


memberi peluang kepada Daerah untuk memperoleh pendapatan selain

7
Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Pinjaman Daerah. Lain-
lain pendapatan daerah yang sah ini terdiri atas:

1)    Hibah, adalah penerimaan daerah yang berasal dari pemerintah


negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga
internasional, badan/lembaga dalam negeri/perorangan, baik
dalam bentuk devisa, rupiah, maupun barang dan/atau jasa
termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar
kembali dan bersifat tidak mengikat.
2)    Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan
korban/kerusakan akibat bencana alam.
3)    Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota.
4)    Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan
oleh pemerintah.
5)    Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah
lainnya.

1.2. Belanja

Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas


umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, dan merupakan kewajiban
daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh daerah.

Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintahan terdiri atas


belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan. Klasifikasi belanja
menurut urusan wajib mencakup:
1)    Pendidikan;
2)    Kesehatan;
3)    Pekerjaan umum;
4)    Perumahan rakyat;
5)    Penataan ruang;

8
6)    Perencanaan pembangunan;
7)    Perhubungan;
8)    Lingkungan hidup;
9)    Pertanahan;
10) Kependudukan dan catatan sipil;
11) Pemberdayaan perempuan;
12) Keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
13) Sosial;
14) Tenaga kerja;
15) Koperasi dan usaha kecil menengah;
16) Penanaman modal;
17) Kebudayaan;
18) Pemuda dan oleh raga;
19) Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;
20) Pemerintahan umum;
21) Kepegawaian;
22) Pemberdayaan masyarakat dan desa;
23) Statistik;
24) Arsip; dan
25) Komunikasi dan informatika.

Klasifikasi belanja menurut urusan pilihan mencakup:


1)    Pertanian;
2)    Kehutanan;
3)    Energi dan sumber daya mineral;
4)    Pariwisata;
5)    Kelautan dan perikanan;
6)    Perdagangan;
7)    Perindustrian; dan
8)    Transmigrasi.

9
Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan
organisasi pada masing-masing pemerintah daerah dan klasifikasi belanja
menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah. Sedangkan belanja menurut kelompok
belanja, terdiri dari:

1)    Belanja tidak langsung. Kelompok belanja tidak langsung ini tidak
terkait langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
Kelompok belanja tidak langsung terbagi menurut jenis belanja yang
terdiri dari:
a)      Belanja pegawai;
b)      Bunga;
c)      Subsidi;
d)      Hibah;
e)      Bantuan sosial;
f)       Belanja bagi hasil;
g)      Bantuan keuangan; dan
h)      Belanja tidak terduga.
2)    Belanja langsung. Kelompok belanja langsung merupakan belanja
yang terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan
kegiatan. Kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan dibagi
menurut jenis belanja yang terdiri atas:
a)      Belanja pegawai;
b)      Belanja barang dan jasa; dan
c)      Belanja modal.

1.2. Pembiayaan

Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar


kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada
tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran

10
berikutnya. Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk
menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus.

Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan


pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan mencakup:

1)    Sisa lebih perhitungan anggaran Daerah;


2)    Penerimaan pinjaman Daerah
Pinjaman Daerah bertujuan memperoleh sumber pembiayaan dalam
rangka penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah. Pinjaman
Daerah bersumber dari:
a)  Pemerintah;
b)  Pemerintah Daerah lain;
c)  Lembaga keuangan bank;
d)  Lembaga keuangan bukan bank; dan
e)  Masyarakat berupa Obligasi Daerah.
3)    Penerimaan kembali pemberian pinjaman;
4)    Pencairan dana cadangan daerah;
5)    Penerimaan piutang; dan
6)    Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan.

Sedangkan pengeluaran pembiayaan mencakup:


1)    Pembentukan dana cadangan;
2)    Penanaman modal (investasi) pemerintah daerah;
3)    Pembayaran pokok utang; dan
4)    Pemberian pinjaman daerah.

Menurut Saragih (2003:82), apapun komposisi dari APBD suatu


daerah tentu harus disesuaikan dengan perkembangan keuangan
pemerintah daerah yang bersangkutan. Setiap daerah tidak harus
memaksakan diri untuk menggenjot pengeluaran tanpa diimbangi dengan
kemampuan pendapatannya, khususnya kapasitas PAD. Dikhawatirkan

11
jika pemerintah daerah menetapkan kebijakan defisit pada APBD-nya,
maka sumber pembiayaan untuk menutupi sebagian atau seluruh defisit
anggaran berasal dari pinjaman atau utang.
Oleh sebab itu, masih menurut Saragih (2003:82), yang lebih aman
adalah tidak mendesain anggaran daerah yang ekspansif tanpa diimbangi
dengan kemampuan pendapatannya. Bisa-bisa keuangan pemerintah
daerah bangkrut hanya karena mengikuti ambisi untuk menggenjot
pengeluaran, baik rutin maupun pembangunan. Upaya yang dapat
dilakukan untuk menciptakan struktur APBD yang baik adalah dengan
memperkecil (didasari efisiensi dan efektivitas) belanja rutin daerah pada
pos-pos yang tidak perlu dan mendesak. Hal inilah yang mendorong
perubahan paradigma penganggaran dari yang berbasis line item
(tradisional) ke arah penganggaran berbasis kinerja. Artinya,
penganggaran berbais kinerja ini melihat penilaian kinerja lembaga
berdasarkan besarnya dana yang terserap dari suatu program atau kegiatan.
Setiap rupiah yang dikeluarkan harus dapat menghasilkan (yield) nilai
tambah bagi perekonomian daerah atau kemakmuran masyarakat yang
diindikasikan melalui target yang bersifat kuantitatif. Selanjutnya dalam
proses penganggarannya, sistem ini juga menghendaki
dipertimbangkannya beberapa fungsi, yakni fungsi alokasi, distribusi, dan
stabilisasi.

12
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keuangan Negara


Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajban negara yag
dapat di nilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban.
Pendekatan yang dipakai dalam merumuskan keuangan dari sisi
objek, subjek, proses, dan tujuan dijelaskan sebagai berikut. Pengertian
keuangan dilihat dairi susut pandang.
1) Objek : semua hak, kewajiban, negera yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kebijkan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter, dan
pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan serta segala sesuatu baik
yang berupa uang, maupun barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
2) Subjek : seluruh objek keuangan di atas yang dimiliki negara dan/ atau
dikuasai pemerintah, negara/daerah dan badan lain yang ada kaitannya
dengan keuangan negara.
3) Proses : seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan
objek tersebut, di atas mulai dari pemurusan kebijakan dan pengambilan
keputusan sampai dengan pertanggungjawaban.
4) Tujuan : seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkatian
dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek dalam rangka.
5) Penjelasan UU No. 17 tahun 2003 butir 3):”semua hak dan kewajiban
negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa
uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”. (Pasal 1
huruf 1 UU No. 172003).

13
Bidang pegelolaan keuangan negara yang demikian luas dapat
dikelompokkan dalam sub bidang pengelolaan fiskal, sub bidang
pengelolaan moneter dan sub bidang penglolaan kekayaan negera yang
dipisahkan.
Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam
penyelenggaraan, pengelolaan kuangan negara perlu diselanggarakan
secara profesional, terbuka, dan tanggungjawab sesuai dengan aturan
pokok yang telah ditetapkan dalam undang-undang dasar.
Sesuai dengan amanat pasal 23 C Undang-Undang Dasar 1945,
Undang-Undang tentang Keuangan Negara perlu menjabarkan aturan
pokok yang telah ditetapkan dalam undang-undang dasar tersebut ke
dalam asas-asas umum yang meliputi baik asas-asas yang telah lama
dekenal dalam pengelolaan keuangan negara, seperti asas tahunan, asas
universalitas, asas kesatuan, dan asas spesialitas maupun asas-asas baru
sebagai pencerminan best practice (penerapan kaidah-kaidah yang baik)
dalam pengelolaan kuangan negara, antara lain

B. Pengurusan Keuangan Negara


1. Hak-Hak Negara
Hak-hak negara dalam hal ini adalah segala hak atau usaha yang
dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mengisi kas negara. Hak-hak
itu antara lain meliputi :
a) Hak Mencetak Uang
Pelaksanaan hak ini, sebagaimana diatur di dalam Undang-
Undang Pokok Perbankan, diselanggarakan oleh Bank Indonesia,
yang dalam hal ini bertindak selaku Bank Sentral. Sedang proses
pencetakan uangnya dilaksanakan oleh Perusahaan Umum
Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri).
b) Hak Mengadakan Pinjaman
Hak pemeritah untuk mengadakan pinjaman ini meliputi
baik pinjaman dalam negeri maupun pinjaman luar negeri.

14
Pinjaman dalam negeri dalam hal ini dapat dibedakan atas
pinjaman jangka panjang dan pinjaman jangka pendek.
c) Hak Menarik Pajak
Penyelenggaraan negara tidak bisa dipisahkan dari penarika
pajak. Sehubngan dengan itu, pajak adalah sumber penerimaan
negara yang paling penting
d) Hak Menarik Iuran dan Pungutan
Berbeda dengan pajak, yang tidak memiliki hubungan
lagsung dengan barang atau jasa yang diterima masyarakat dari
pemerintah, hak pemerintah menarik iuran dan pungutan ini
memiliki kaitan langsung dengan barang atau jasa yang diberikan
pemerintah kepada
2. Kewajiban Negara
Kewajiban-kewajiban negara, dalam garis besarnya, dapat
dkelompokan atas dua bentuk kewajiban sebagai berikut (a) Kewajiban
menyelengarakan tugas-tugas negara dan (b) kewajiban membayar
tagihan-tagihan yang datang dari pihak ke tiga. Kewajiban
menyelengarakan tugas-tugas negara,secara yuridis,sepenuhnya
didasarkan atas amanat yang terkandung dalam pembukaan Undang-
undang dasar 1945 itu dapat di simpulkan, bahwa kewajiban-
kewajiban negara dalam hubungnya dengan penyelengaraan tugas-
tugas negara,meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah
indonesia
b. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa
c. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
Dalam pelaksanaanya, pelaksanaan kewajiban pemerintah
bentuk pertama ini, dapat dibedakan atas kewajiban-kewajiban
pembangunan. Bila kewajiban-kewajiban rutin dan kewajiban-
kewajiban berkaitan dengan pelaksanaan tugas sehari-hari pemerintah,

15
maka kewajiban-kewajiban pembangunan berkaitan dengan peranan
pemerintah sebagai salah satu pelaksanaan pembangunan.

C. Mekanisme Pengelolaan Keuangan Negara


1. Pendekatan Pengelolaan Keuangan Negara
Dari sisi obyek keuangan negara akan meliputi seluruh hal dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, di dalamnya termasuk
sebagi kebijakn dan kegiatan yang terselengara dalam bidang
fiskal,moneter dan atau pengelolaan kekayaan negara yang di pisahkan
Dari sisi subyek, keuangan negara meliputi negara,dan pemerintah
pusat,pemerintah daerah,perusahaan negara/daerah,dan badan lain yang
ada kaitannya dengan keuangan negara.
Keuangan negara dari sisi proses mencakup seluruh rangkaian
kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek diatas mulai dari
proses perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan
pertanggungjawaban.
Keuangan negara juga meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan
hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan atau penguasaan obyek
sebagaimana tersebut diatas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
negara, pendekatan terakhir ini dilihat dari sisi tujuan.
D. Pihak yang mengelola hak dan kewajiban negara
Bila dari segi pengertiannya keuangan negara meliputi hak negara dan
kewajiban negara, maka dilihat dari segi pihak yang mengelolanya, keuangan
negara dapat dikelompokkan kedalam dua bagian sebagai berikut : (a). yang
pengelolaannya dipisahkan dan , (b) yang dikelola langsung oleh negara.
1. Pengelolaan terpisah
Komponen keuangan negara yang pengelolaannya
dipisahkan adalah komponen keuangan negara yang
pengelolaannya diserahkan kepada badan-badan usaha milik
negara dan lembaga-lembaga keuangan milik negara.

16
Perusahaan jawatan (Perjan) adalah perusahaan negara
yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Bersifat memberi pelayanan kepada masyarakat.
b. Statusnya berlainan dengn hukum public.
c. Modalnya merupakan bagian dari anggaran pendapatan dan
belanja negara yang dikelola oleh departemen yang
membawahinya.
Perusahaan Umum negara (Perum) adalah perusahaan negara
yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Bersifat melayani kepentingan umum, namun juga
diharapkan dapat memumpuk keuntungan.
b. Bersatus badan hukum dan di atur berdasarkan ketentuan
undang-undang No.19/1969.
c. Sampai tingkat tertentu menerima subsidi dari pemerintah.
d. Seluruh modalnya merupakan milik negara yang di ambil
dari kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi ke
dalam bentuk saham-saham.
Adapun perusahaan perseroan Negara (persero) adalah perusahaan
negara yang memiliki ciri sebagai berikut:
a. Bersifat mengejar keuntungan.
b. Bersatus badan hukum dan berbentuk perseroaan
terbatas.
c. Tidak menerima subsidi dan fasilitas dari pemerintah.
d. Seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh
pemerintah serta terbagi ke dalam bentuk saham-saham.

E. Asas Pengelolaan Keuangan Negara


Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam
penyelengaraan negara,pengelolaan keuangan negara perlu di selenggarakan
secara profesional,terbuka, dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan
pokok yang telah ditetapkan dalam UUD 1945 .

17
Bidang pengelolaan keuangan negara yang demikian luas secara ringkas
dapat dikelompokan dalam sub bidang pengelolaan fiskal,sub bidang
pengelolaan moneter, dan sub bidang pengelolaaan kekayaan negara yang di
pisahkan. Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi enam fungsi
a. Fungsi pengelolaan kebijakan ekonomi makro dan fiskal
Fungsi pengelolaan kebijakan ekonomi makro dan fiskal ini
meliputi penyusunan Nota keuangan dan RAPBN, serta perkembangan
dan perubahanya, analisis kebijakan,evaluasi dan perkiraan perkembangan
ekonomi makro, pendapatan negara,belanja negara,pembiayaan,analisis
kebijakan,evaluasi dan perkiraan perkembangan fiskaldalam rangka
kerjasama internasional dan regional.
b. Fungsi penganggaran
Fungsi ini meliputi penyiapan, perumusan, dan pelaksanaan
kebijakan, serta perumusan standar, norma, pedoman, kriterian, prosedur
dan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang APBN.
c. Fungsi perbendaharaan
Perbendaharaan meliputi perumusan kebijakan, standar, sistem dan
prosedur dibidang pelaksanaan penerimaan dan pengeluaraan negara,
pengadaan barang dan jasa instansi pemerintah serta akuntansi pemerintah
pusat dan faerah,kekayaan pihak lain ini meliputi kekayaan pihak lain ini
meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain.
d. Fungsi pengawasan keuangan
Sementara itu,bidang moneter meliputi sistem pembayaran,sistem
lalu lintas devisa, dan sistem nilai tukar.

F. Pengertian Pengeluaran Negara dan Fungsi Anggaran


Pengeluaran negara adalah pengeluaran atau setiap pengunaan uang dan
sumber daya suatu negara untuk membiayai kegiatan-kegiatan pemerintah
atau negara dalam rangka menjalankan fungsinya mewujudkan kesejahteraan
rakyatnya

18
1. Fungsi negara dalam sistem kapitalisme
Sistem kapitalisme adalah suatu sistem di mana barang kapital dimiliki
oleh swasta atau perorangan yang digunakan untuk mencari laba
pemiliknya. Sistem kapitalisme, sistem ekologi.
2. fungsi negara berdasarkan sistem sosialisme
Menguasai segala bidang (bersifat omnipotent), tapi tidak berarti bahwa
di dalam sistem sosialisme tidak ada hak serta kebebasan individual.
3. fungsi negara menurut Richard A. Musgrive
a) allocation branch
b) distribution branch
c) stabilization branch
4. fungsi negara menurut John Stuart Mill
a) necessary function of government
b) optional function of government
5. fungsi negara menurut UUD 1945, yaitu:
a) melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia
b) memajukan kesejahteraan umum
c) mencerdaskan kehidupan bangsa
d) ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.

G. Bentuk-Bentuk Anggaran
Definisi anggaran berdarkan national commitee on governmental
accounting (NCGA), saat ini governmental accounting standards board
(GASB).
Anggaran berfungsi sebagai berikut:
a) anggaran berdasarkan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.
b) anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa
mendatang.
c) anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai
unit kerja dan mekanisme kerja antar bawahan dan atasan.

19
d) anggaran sebagai alat pengendalian unit kerja..
e) anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisien
dalam pencapaian visi organisasi.
f) anggaran merupakan instrumen politik.
g) anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.

H. Karakteristik anggaran sektor publik:


a) anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.
b) anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa
tahun.
c) anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai
sasaran yang ditetapkan.
d) usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih
tinggi dari penyusunan anggaran.
e) sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.

I. Prinsip anggaran sektor publik:


1) torisasi oleh legislatif.
Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih
dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.
2) komprehensif.
Menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Adanya
dana non budgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang
bersifat komprehensif.
3) keutuhan anggaran.
Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana
umum.
4) nondiscretionary appropriation.
Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara
ekonomis, efisien dan efektif.

20
5) periodik.
Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, bisa bersifat tahunan
maupun multi tahunan.
6) akurat.
Estimasi anggaran tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi, yang
dapat dijadikan sebagai kantong – kantong pemborosan dan in efisiensi
anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya understimate pendapatan
dan over estimate pengeluaran.
7) jelas.
Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat dan tidak
membingungkan.
8) diketahui publik.
Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.

J. Jenis Anggaran
1. anggaran operasional.
Digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari – hari dalam
menjalankan pemerintah seperti belanja rutin.
2. anggaran modal / investasi
Menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas aktiva
tetap seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot dan sebagainya
biasanya dilakukan dengan menggunakan pinjaman.

K. Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik


A. tahap persiapan anggaran
Dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan
yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu diperhatikan
adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya terlebih
dahulu dilakukan penaksiran pendapatan secara lebih kuat. Jika anggaran
diestimasi pada saat bersamaan dengan pembuatan keputusan tentang
anggaran pengeluaran.

21
B. tahap ratifikasi
Tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup
berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial skill
namun juga harus mempunyai political skill, salesman ship, dan coalition
building yang memadai. Integritas dan kesiapan mental sangat penting
karena pimpinan eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab
dan memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan dan
bantahan – bantahan dari pihak legislatif.
C. tahap implementasi / pelaksanaan anggaran.
Harus diperhatikan oleh manajer keuangan publik adalah
dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan sistem pengendalian
manajemen.
D. tahap pelaporan dan evaluasi
Terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah
didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen
yang baik, maka diharapkan tahap budget, reporting and evaluation tidak
akan menimbulkan banyak masalah.
Tujuan proses penyusunan anggaran sektor publik:
a) membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi
antar bagian dan lingkungan pemerintah.
b) membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang
dan jasa publik melalui pemrioritasan.
c) memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.

E. Keuangan Daerah, Ruang Lingkup dan Azaz-Azaz


Otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas kepada daerah untuk
menyelenggarakan roda pemerintahan dan mengelola sumber – sumber
keuangan.
Berdasarkan peraturan pemerintah pemerintah nomor 58 tahun 2005,
pengertian keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah tersebut.
Istilah dalam keuangan daerah:

22
1. hak daerah adalah haku untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah
serta melakukan pinjaman. Berbagai pajak daerah dan retribusi daerah
selanjutnya menjadi bagian dari pendapatan daerah dalam rangka untuk
membiayai belanja daerah.
2. kewajiban daerah adalah kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan
pemerintahan daerah dan membayar tagihan pihak ketiga.
3. Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat Daerah (DPRD) menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Berdasarkan pengertian diatas, ruang lingkup keuangan daerah meliputi:
1. Hak daerah untuk memungut pajak Daerah dan retribusi daerah serta
melakukan pinjaman
2. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan Pemerintahan daerah
dan membayar tagihan pihak ketiga.
3. Penerimaan daerah
4. Pengeluaran daerah
5. Kekayaan Daerah yang dikelola sendiri atau pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan Daerah
6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintah daerah dan/atau kepentingan umum.
Lebih lanjut Pengelolaan keuangan daerah yang dimaksud disini meliputi:
a. Asas umum pengelolaan keuangan daerah
b. Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
c. Struktur APBD
d. Penyusunan APBD
e. Penetapan APBD
f. Pelaksanaan dan perubahan APBD

23
g. Penatausahaan keuangan daerah
h. Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
i. Pengendalian dafisit dan penggunaan surplus APBD
j. Pengelolaan kas umum daerah
k. Pengelolaan piutang daerah
l. Pengelolaan investasi daerah
m. Pengelolaan barang milik daerah
n. Pengelolaan dana cadangan
o. Pengelolaan utang daerah
p. Pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah
q. Penyelesaian kerugian daerah
r. Pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah
s. Pengaturan pengelolaan keuangan daerah

Pengelolaan keuagan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem


terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan
dengan peraturan daerah.

F. Asas –asas Pengelolaan Keuangan Daerah


Berdasarkan pasal 4 ayat 1 PP No. 58 tahun 2005 asas pengelolaan
Keuangan Daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk
masyarakat.
a. Efisien yang dimaksud disini adalah pencapaian keluaran yang maksimum
dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk
mencapai keluaran tertentu
b. Ekonomis maksudnya adalah perolehan masukan dengan kualitas dan
kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah
c. Efektif adalah pencapaian hasil program dengan target yang telah
ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil

24
d. Transparan merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan
masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-
luasnya tentang keuangan daerah
e. Bertanggung jawab maksudnya adalah perwujudan kewajiban seseorang
atau satuan kerja untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan
pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan dipercayakan
kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
f. Keadilan adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya.
Kepatutan adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar
dan proposional.

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendapatan Asli Daerah merupakan modal dasar Pemerintah Daerah
dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah.
Pemberian sumber PAD bagi daerah ini bertujuan untuk memberikan
kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi
daerah sesuai dengan potensi Daerah sebagai perwujudan desentralisasi.
Menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, Sumber PAD antara lain
terdiri dari:Hasil pajak daerah,Hasil retribusi daerah,Hasil pengelolaan
kekayaan daerah,Lain-lain PAD yang sah, antara lain(Hasil penjualan
kekayaan daerah yang tidak dipisahkan),(Jasa giro),(Pendapatan
bunga),Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah),(Penerimaan komisi,
potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau
pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah),(Penerimaan keuntungan dari
selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing),(Pendapatan denda atas
keterlambatan pelaksanaan pekerjaan),(Pendapatan denda pajak),(Pendapatan
denda retribusi),(Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan),(Pendapatan dari
pengembalian),(Fasilitas sosial dan fasilitas umum),(Pendapatan dari
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan),(Pendapatan dari angsuran/cicilan
penjualan).
B. Saran
Dalam perencanaan pembagunan yang tercermin dalam APBN & APBD
mempengaruhi rencana-rencana sector swasta dan menyakinkan lembaga-
lembaga lain mengenai apa yang akan ditempuh oleh Negara yang
bersangkutan (Indonesia) dimasa mendatang, serta yang lebih penting lagi
adalah bahwa pemerintah yang bersangkutan lebih efesien dalam mengambil
keputusan dimasa mendatang.

26
DAFTAR PUSTAKA

Hapsoro Dody, 2001, Akuntansi Pemerintahan. Penerbit Gunadarma, Yogyakarta.

Widjaja, Haw. 2004. Otonomi Daerah dan Daerah Otonomi. Raja grafindo


persada : Jakarta

Mardiasmo, 2004. Otonomi Dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi :


Yogyakarta

Suparmono, 1992. Keuangan Negara. BPFE : Yogyakarta

Suparmoko. 2005. Keungan Negara. BPFE : Yogyakarta

Sunarno, Siswanto. 2006. “Hukum pemerintah daerah di indonesia”. Jakarta:


Sinar Grafika Offset.

Ahmad Yani. 2004. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.


Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Deddy Supriady Bratakusumah & Dadang Solihin. 2004. Otonomi


Penyelenggaran Pemerintahan Daerah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara


Pemerintah Pusat dan Daerah.

27

Anda mungkin juga menyukai