TINJAUAN TEORI
A. Literatur Review
1. Perubahan Fisik (The Physical Experience)
a. Perubahan Uterus
Di uterus terjadi perubahan saat masa persalinan, perubahan yang
terjadi sebagai berikut:
1) Kontraksi uterus yang dimulai dari fundus uteri dan menyebar
ke depan dan ke bawah abdomen
2) Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah Rahim (SBR)
a) SAR dibentuk oleh corpus uteri yang bersifat aktif dan
berkontraksi.
Dinding akan bertambah tebal dengan majunya persalinan
sehingga mendorong bayi keluar
b) SBR dibentuk oleh istmus uteri bersifat aktif relokasi dan
dilatasi. Dilatasi makin tipis karena terus diregang dengan
majunya persalinan
b. Perubahan Bentuk Rahim
Setiap terjadi kontraksi, sumbu panjang rahim bertambah
panjang sedangkan ukuran melintang dan ukuran muka belakang
berkurang. Pengaruh perubahan bentuk rahim ini:
1) Ukuran melintang menjadi turun, akibatnya lengkungan
punggung bayi turun menjadi lurus, bagian atas bayi tertekan
fundus, dan bagian tertekan Pintu Atas Panggul.
2) Rahim bertambah panjang sehingga otot-otot memanjang
diregang dan menarik segmen bawah rahim dan serviks
akibatnya menimbulkan terjadinya pembukaan serviks
sehingga Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah
Rahim (SBR).
4
5
besar, maka pembuangan juga akan lebih tinggi dan suhu tubuh
meningkat. Suhu tubuh akan sedikit meningkat (0,5-10 C) selama
proses persalinan dan akan segera turun setelah proses persalinan
selesai.Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan metabolisme
tubuh. Peningkatan suhu tubuh tidak boleh lebih dari 10C.
i. Perubahan Pada System Pernapasan
Dalam persalinan, ibu mengeluarkan lebih banyak CO2
dalam setiap nafas. Selama kontraksi uterus yang kuat, frekuensi
dan kedalaman pernafasan meningkat sebagai responns terhadap
peningkatan kebutuhan oksigen akibat pertambahan laju metabolik.
Rata rata PaCO2 menurun dari 32 mm hg pada awal persalinan
menjadi 22 mm hg pada akhir kala I (Beischer et al, 1986).
Menahan nafas saat mengejan selama kala II persalinan dapat
mengurangi pengeluaran CO2.
Masalah yang umum terjadi adalah hiperventilasi maternal,
yang menyebabkan kadar PaCO2 menurun dibawah 16 sampai 18
mmhg (Beischer et al, 1986). Kondisi ini dapat dimanifestasikan
dengan kesemutan pada tangan dan kaki, kebas dan pusing. Jika
pernafasan dangkal dan berlebihan, situasi kebalikan dapat terjadi
karena volume rendah. Mengejan yang berlebihan atau
berkepanjangan selama Kala II dapat menyebabkan penurunan
oksigen sebagai akibat sekunder dari menahan nafas.
Pernafasan sedikit meningkat karena adanya kontraksi uterus
dan peningkatan metabolisme dan diafragma tertekan oleh janin.
Hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal dan dapat
menyebabkan terjadinya alkalosis.
j. Perubahan Pada Gastrointestinal
Motilitas lambung dan absorbsi makanan padat secara
substansial berkurang banyak sekali selama persalinan aktif
dan waktu pengosongan lambung. Efek ini dapat memburuk
setelah pemberian narkotik. Banyak wanita mengalami mual
10
selama kehamilan dan juga sebagai proses sosial. Di awal usia subur,
seorang wanita mulai mengembangkan rasa menjadi berbeda dan
unik. Jika perasaan ini menghasilkan perasaan teralienasi secara
bertahap dari minat, hubungan, dan aktivitasnya yang biasa, ia
mungkin mulai menarik diri. Bidan melalui kehamilannya, ia mulai
mengembangkan minat dan hubungan baru yang hanya relevan untuk
kehamilan dan melahirkan anak. Wanita hamil sering tertarik pada
perusahaan wanita lain dan dapat mengembangkan kekhawatiran
dengan masa lalu dan hubungannya dengan ibunya sendiri (colman &
colman, 1991; rubin, 1970).
Ada kontradiksi dalam studi awal tentang apakah kehamilan dan
transisi ke orangtua merupakan situasi krisis bagi keluarga (dyer,
1963; hobbs, 1965; lee master asters, 1956; russel, 1974). Tentu saja,
perubahan yang dipicu oleh perubahan dalam struktur dan peran
keluarga selama kehamilan dan menjadi orang tua dini adalah
peristiwa yang sangat menegangkan. Apakah perkembangan yang
normal ini menjadi krisis tergantung pada sumber daya orang tua
yang hamil dan persepsi atau interpretasi mereka terhadap peristiwa
tersebut. Mercer (1986) membahas efek yang mungkin dimiliki oleh
usia wanita terhadap responsnya terhadap kehamilan. Sebuah studi
oleh stark (1997), tidak ada perbedaan yang ditemukan dalam
penyesuaian psikososial untuk kehamilan berdasarkan usia ibu, yang
lebih tua (lebih dari 35) wanita hamil ditemukan menyesuaikan diri
dengan kehamilan serta wanita muda.
Karakteristik jaringan sosial orang tua dan dukungan sosial yang
mereka terima memengaruhi hasil penyesuaian. Komposisi ukuran
dan kohesi jaringan sosial adalah faktor penting, dari tiga jenis
dukungan sosial (emosional, kognitif, dan sosialisasi umum),
dukungan emosional telah ditemukan sebagai prediktor kepuasan
terbaik dengan peran pengasuhan dan perawatan bayi untuk kedua ibu
17
4. Pathway Persalinan
20
21
A.
A.
A.
A B
A.
A B C
A. Duduk tegak diatas Birthing
Berdiri
Ball
B. Berdiri bersandar pada
B. Duduk dikursi bersandar ke
pasangan
23
A B
A. m
e n
g a
ngkang
bersandar ke depan dengan
B. Jongkok
sanggahan kursi, tempat tidur,
atau Birthing Ball
untuk berlatih teknik relaksasi, postur yang baik, dan latihan. Jika wanita
hamil memiliki pemahaman kognitif tentang perubahan tubuhnya dan
kemudian secara aktif berpartisipasi dalam teknik atau latihan yang akan
meningkatkan rasa kesejahteraannya, perasaannya tentang tubuhnya
cenderung lebih positif. Semua latihan relaksasi dan mengencangkan
otot yang merupakan bagian dari pendidikan kelahiran anak hari ini akan
memberikan manfaat tambahan ini. Sikap dan sikap guru itu sendiri juga
akan mempengaruhi citra tubuh wanita hamil yang sedang berkembang.
Jika guru jelas melihat budy hamil sebagai cantik dan ajaib dalam
kemampuannya untuk memberi kehidupan, orang tua akan mulai
merasakan hal ini juga.
3. Memenuhi Kebutuhan Sosiokultural
Pendekatan positif dalam menyajikan informasi tentang aspek fisik
dan emosional kehamilan, persalinan, dan kelahiran akan mendukung
demonstrasi wanita tentang perilaku kesehatan daripada perilaku sakit.
Memperkuat pentingnya perawatan antipihak, memberikan informasi
tentang nutrisi dan olahraga, dan menawarkan strategi untuk mengatasi
ketidaknyamanan kecil semua mendorong wanita untuk mendekati
kehamilan mereka dari perspektif kesehatan.
Jika waktu berlalu, akan sangat membantu untuk memberikan
kesempatan bagi orang tua yang mengharapkan untuk membahas
perubahan yang terjadi dalam peran dan struktur keluarga sebagai akibat
dari kehamilan. Baik wanita maupun pria merasa terbantu untuk
mengungkapkan secara verbal pemikiran dan perasaan mereka tentang
cara-cara di mana hubungan mereka berubah dan perubahan apa yang
mereka antisipasi yang akan perlu mereka buat ketika mereka mengambil
peran sebagai ibu dan ayah atau ketika mereka mengintegrasikan yang
lain anak ke dalam sistem keluarga. Ketika orang tua hamil belajar
tentang periode postpartum langsung, mereka dapat didorong untuk
mengidentifikasi cara untuk membuat transisi peran mereka lebih mudah
dan menggunakan jaringan sosial mereka yang paling efektif. Misalnya,
29
b. Nama
Digunakan untuk membedakan antar klien yang satu dengan
yang lain (Marmi, 2012). Memanggil ibu sesuai dengan namanya,
menghargai dan menjaga martabatnya merupakan salah satu asuhan
sayang ibu dalam proses persalinan (Depkes RI, 2012).
c. Umur
Untuk mengetahui apakah ibu termasuk resiko tinggi atau
tidak. Usia di bawah 16 tahun atau di atas 35 tahun mempredisposisi
wanita terhadap sejumlah komplikasi. Usia di bawah 16 tahun
34
b) Hipertensi
Jika tekanan darah 140/90 mmHg sampai 160/110 mmHg
ibu dilarang meneran karena dapat memperberat hipertensi
yang dialami. (Mochtar, 2011)
2) Penyakit Sistem Pernafasan
a) Tuberculosis Paru
Dapat menimbulkan masalah pada wanita itu sendiri,
bayinya, dan masyarakat sekitarnya. Janin baru tertular
penyakit setelah lahir karena dirawat /disusui oleh ibunya
(Winkjosastro, 2010).
b) Asma Bronkiale
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari
sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan
kekurangan oksigen (O2) atau hipoksia. Bila tidak diatasi
sering terjadi keguguran, persalinan premature atau berat
janin tidak sesuai dengan usia kehamilan (gangguan
pertumbuhan janin) (Winkjosastro, 2010).
3) Penyakit Gastrointestinal
a) Hernia
Dalam persalinan sebaiknya wanita tidak meneran terlalu
kuat apabila hernia semaikn besar dan jika syarat-syarat
dipenuhi,persalinan berakhir dengan vacum dan cunam.
(Sarwono,2009)
b) Hepatitis
Hepatitis infeksiosa (hepatitis A dan B) dapat
menyebabkan kerusakan sel-sel hati yang kuat dan
nekrosis sehingga mempunyai pengaruh buruk dalam
kehamilan yaitu kehamilan premature bahkan kematian
janin dalam kandungan (KDJK). (Mochtar, 2011)
4) Penyakit Endokrin
a) Diabetes Mellitus Gestasional
38
(4) Inersia uteri dan atonia uteri, terutama pada mioma yang
letaknya di dalam dinding rahim atau apabila terdapat banyak
mioma.
(5) Mempersulit lepasnya plasenta, terutama pada mioma yang
submukus dan intramural (Winkjosastro, 2010).
b) Kista Vagina
Kista vagina biasanya kecil berasal dari duktus gartner atau duktus
muller. Letaknya lateral dalam vagina bagian proksimal, di tengah,
atau distal di bawah orifisium uretrae eksternum. Wanita tidak
mengalami kesulitan waktu persetubuhan dan persalinan. Jarang
sekali kista ini demikian besarnya, sehingga menghambat turunnya
kepala dan perlu di pungli, atau pecah akibat tekanan kepala
(Winkjosastro, 2010).
6) Penyakit Sistem Syaraf
Epilepsi : Pada umumnya epilepsi tidak dipengaruhi oleh kehamilan.
Namun wanita hamil dengan epilepsi mempunyai resiko terhadap
hipertensi karena kehamilan, persalinan prematur, bayi berat badan lahir
rendah, bayi dengan kelainan bawaan dan kematian perinatal (Saifuddin,
2009).
a) HIV
Transmisi HIV dari kepada janin dapat terjadi melalui intrauterine,
saat persalinan, dan pasca persalinan. Kelainan yang dapat terjadi
adalah berat badan lahir rendah, bayi lahir mati, partus preterm, dan
abortus spontan (Sarwono, 2009).
b) Sifilis
Merupakan penyakit sistemik yang disebabkan oleh treponema
pallidum. Transmisi treponema dari ibu ke janin umumnya terjadi
setelah plasenta terbentuk utuh, kira-kira sekitar umur 16 minggu,
kemungkinan untuk timbulnya sifilis kongenital lebih
memungkinkan (Sarwono, 2009).
e. Riwayat obstetri
1) Riwayat Haid
Anamnesa haid meberikan kesan pada kita tentang faal alat kandungan.
Pengkajian tentang riwayat kehamilan diperlukan untuk mengetahui
adakah gangguan perdarahan, muntah yang sangat, toxaemia
gravidarum. (UNPAD, 1983).
a) Sifat Darah
Perlu diketahui untuk mengkaji kemungkinan DIC dengan sifat
beku dan adanya trombin dalam darah.
b) Disminorea
Dikaji terutama pada saat disminorea sekunder yaitu disminorea
yang disertai kelainan anatomi kelainan genitalis. (Manuaba, 2010)
2) Riwayat kehamilan sekarang
a) HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) : Untuk mengetahui umur
kehamilan yang sebenarnya dan sekaligus taksiran persalinan yang
dihitung dengan rumus neagle yaitu TTP (Taksiran Tanggal
Persalinan) = HPHT+7 bulan haid-3 dan tahun +1. (Manuaba, 2010)
41
Perlu dikaji apakah ibu melakukan pekerjaan berat yang menyebabkan ibu
merasa capek atau kelelahan sehingga tidak mempunyai tenaga.
(Pusdiknakes,WHO JHPIEGO. 2003)
4) Istirahat dan Tidur
Sebaiknya ibu hamil banyak istirahat atau tidur meskipun bukan tidur
betulan hanya membaringkan badan utuk memperbaiki sirkulasi darah.
(Rukiyah dkk, 2010)
5) Pola Seksual
Yang perlu dikaji adalah frekuensi hubungan seksual sebelum hamil dan
selama hamil. Perlu juga diketahui keluhan dalam melakukan hubungan
seksual.
6) Pola Hygiene
Hygiene kehamilan ini dapat diartikan dengan kebersihan dan kesehatan
wanita hamil, ada juga yang mengartikan dengan “cara hidup wanita
hamil”. (Ibrahim, 1996)
g. Data psikososial dan spiritual
Kualitas asuhan dapat dinilai melalui kompetensi budaya atau
kemampuan seorang penyedia pelayanan untuk mengintegrasikan
pengetahuan tentang keyakinan dan norma budaya karena keyakinan
dan norma budaya terkait dengan pengalaman melahirkan. Pengkajian
budaya harus dilakukan untuk memastikan pemberi asuhan memiliki
pengetahuan yang adekuat mengenai keyakinan terhadap dukungan
persalinan, terapi obat, dan pantangan. (Kennedy, 2009)
h. Data pengetahuan
Perlu dikaji dengan berbekal pengetahuan maka pasien akan lebih
mudah diajak memecahkan masalah yang mungkin akan terjadi. Hal-hal
yang dikaji adalah tentang tanda gejala dan proses persalinan fisiologis.
Tanda dan gejalanya adalah kondisi teratur, nyeri pinggang, keluar
lendir bercampur darah dan cairan ketuban.(Saifudin, 2002)
44
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan umum
1) Tanda- tanda vital (TD, S, N, R)
TD : Peningkatan atau penurunan tekanan darah masing- masing
berarti ibu dalam keadaan anemia, terlebih bila kadar Hb tersebut kurang
dari 8 g% berarti ibu anemia berat. (Baety, 2012)
3. Assesment
Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi
(kesimpulan) dari data subyektif dan objektif. Karena keadaan pasien pasien
yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi
baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data
akan menjadi sangat dinamis. Hal ini juga menuntut bidan untuk sering
melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti
perkembangan pasien dan analisis yang tepat dan akurat mengikuti
perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan
pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat.
Analisis data adalah melakukan interpretasi data yang telah dikumpulkan,
mencakup diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial dan
tindakan segera (Muslihatun dkk, 2009)
4. Pelaksanaan
Planning/perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang
akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan
intrepretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan
yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu.Tindakan yang akan
dilaksanakn harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus
sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain antara lain dokter.
P di SOAP juga mengandung Implementasi dan Evaluasi. Pelaksanaan
asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam
rangka mengatasi masalah pasien. Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh
pasien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan membahayakan
keselamatan pasien. Sebanyak mungkin pasien harus dilibatkan dalam
prosese implementasi ini. Bila kondisi pasien berubah, analisis juga berubah,
49