Anda di halaman 1dari 2

ALUR PROSES PERSETUJUAN DAN PENGADAAN OBAT

YANG DIBUTUHKAN TETAPI TIDAK TERSEDIA ATAU


TIDAK TERMASUK DALAM FORMULARIUM RUMAH SAKIT

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

00 1/2

TANGGAL TERBIT : Ditetapkan


Kepala UPT Rumah Sakit Paru
Surabaya

STANDART
PROSEDUR
OPERASIONAL
drg. Dyah Retno A. Puspitorini, M.Si
NIP. 19660415 199402 2 001
1. Pengadaan Obat adalah proses penyediaan obat yang
PENGERTIAN
dibutuhkan di rumah sakit dan untuk unit pelayanan kesehatan
lainnya yang diperoleh dari pemasok eksternal melalui
pembelian dari manufaktur, distributor, atau pedagang besar
farmasi.
2. Formularium Rumah Sakit adalah dokumen yang berisi daftar obat
yang digunakan oleh profesional kesehatan di rumah sakit, disusun
bersama oleh para pengguna di bawah koordinasi KFT masing-
masing rumah sakit.
1. Pemenuhan kebutuhan pasien akan obat berdasarkan golongan pasien
TUJUAN
(asuransi (BPJS) atau umum).
2. Menjamin mutu layanan kesehatan yang diselenggarakan RS Paru
Surabaya.
1. Pengadaan obat harus mengacu pada Formularium Rumah Sakit yang
KEBIJAKAN
disusun oleh KFT.
2. Obat yang dibutuhkan tidak terdapat dalam Formularium Rumah
Sakit tetapi diusulkan untuk diadakan, maka dapat berkoordinasi
dengan KFT untuk persetujuannya.
1. Adanya penggunaan obat di RS Paru Surabaya yang tidak terdapat
PROSEDUR
dalam Formularium Rumah Sakit.
2. Untuk obat yang tidak terdapat dalam daftar Formularium Rumah
Sakit tersebut, maka:
a) Dokter penulis resep mengajukan usulan yang ditulis pada
FORMULIR USULAN PENCANTUMAN OBAT BARU
DALAM FORMULARIUM RUMAH SAKIT.
b) Formulir diberikan kepada Ketua KFT, lalu Ketua KFT
memutuskan obat tersebut bisa diusulkan untuk dimasukkan atau

1
ALUR PROSES PERSETUJUAN DAN PENGADAAN OBAT
YANG DIBUTUHKAN TETAPI TIDAK TERSEDIA ATAU
TIDAK TERMASUK DALAM FORMULARIUM RUMAH SAKIT

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

00 2/2

tidak di Formularium Rumah Sakit tahun berikutnya.


c) Apabila Ketua KFT mengusulkan obat tersebut untuk
dimasukkan, maka Ketua KFT dapat menghubungi Kepala
Instalasi Farmasi untuk segera melakukan pengkajian obat baru
dari segi keamanan dan efektivitas (bisa didelegasikan ke
Apoteker lain).
d) Setelah dinyatakan aman dan efektif, maka Kepala Instalasi
Farmasi atau Apoteker yang didelegasikan berkoordinasi dengan
bagian verifikator BPJS RS (jika obat untuk pasien BPJS)
mengenai total biaya obat baru tersebut yang bisa
diklaim/ditanggung oleh BPJS, apabila bisa diklaim/ditanggung
maka proses pencantuman obat baru dapat dilanjutkan.
e) Obat baru yang sudah mendapatkan persetujuan/rekomendasi dari
Ketua KFT dan Kepala Instalasi Farmasi bisa diusulkan
dimasukkan dalam Formularium Rumah Sakit setahun berikutnya
setelah tahun pengajuan melalui sekretaris KFT.
1. Dokter (termasuk Dokter Spesialis)
UNIT TERKAIT
2. Komite Farmasi dan Terapi (KFT)
3. Instalasi Farmasi (Logistik Farmasi)
4. Verifikator BPJS Rumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai