Askep Waham
Askep Waham
Disusun Oleh :
201903104
2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disahkan dan disetujui laporan dan asuhan keperawatan jiwa dibawah ini :
Nim : 201903104
Mengetahui
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah tersebut, tujuan penulisan makalah yaitu sebagai berikut
1. Tujuan Mengetahui pengertian waham
2. Mengetahui proses terjadinya waham
3. Mengetahui manifestasi klinis waham
4. Mengetahui asuhan keperawataq22n masalah waham
5. Mengetahui terapi modalitas pada masalah waham
6. Mengetahui terapi aktifitas kelompok yang tepat pada masalah waham
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan tersebut, manfaat penulisan makalah yaitu sebagai berikut
1. Bagi mahasiswa
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan pengalaman yang
sangat berharga dalam penerapan asuhan keperawatan pada kasus waham
2. Bagi perawat
Menambah ilmu wawasan mengenai latar belakang sampai terapi-terapi pada masalah
waham bagi perawat yang sedang mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu jiwa.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian. realitas yang
salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal melalui proses
interaksi / informasi secara akurat.
Seseorang yang mengalami waham berpikir bahwa ia memiliki banyak kekuatan dan
bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat kuat dan sangat
terkenal. Hal mi sesuai dengan penjelasan Varcarolis dalam Fundamental of Psychatric
Mental Health Nursing (2006: 397): Grandeur: Thinks lie or she has powers and talents
that are not possessed or is someone powerftul or famous.
Waham adalah keyakinan klien yang salah yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart
dan Sundeen, 1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal
dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI, 1994).
Waham yaitu keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh atau kuat, tidak sesuai
dengan kenyataan tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu
dikemukakan secara berulang-ulang, biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau
kesalahannya atau tidak benar secara umum (Lilik Ma’rifatul A, 2011).
2. Wahani curiga
Keyakinan klien terhadap seseorang atau kelonipok secara berlebihan yang berusaha
merugikan, mencederai, mengganggu, mengancam, memata-matai dan membicarakan
kejelekan dirinya
Contob: “Banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin menghancurkan hidup
saya, suster akan meracuni mainan saya.”
3. Waham agama
Keyakinan klien yang bertema teutang agama atau kepercayaan yang berlebihan.
Contoh: “ Tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya hams terus menerus
memakai pakaian putih setiap hari agar masuk surga.”
4. Waham somatic/hipokondrilc
Keyakinan klien terhadap tubuhnya ada suatu yang tidak beres seperti ususnya busuk,
otaknya mencair, perutnya ada kuda.
Contoh: “ Sumsum tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam tubuh saya
banyak kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh saya menghilang.”
5. Waham nihilistik
Keyakinan klien terhadap dirinya atau onang lain sudah meninggal atau dunia sudah
hancur dan sesuatunya tidak ada apa-apa lagi.
Contoh: “Saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada disini adalah roh-
roh, sebenamya saya sudah tidak ada di dunia.”
6. Waham Dosa
Yaitu keyakinan klien terhadap dirinya telah atau berbuat dosa perbuatannya tidak
dapat di ampuni lagi.
7. Waham Bizar
• Sisip pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pikiran orang lain disisipkan
kedalam pikiran din iya
• Siar pikir / broadcasting adalah keyakinan klien bahwa ide dirinya dipakai oleh /
disampaikan kepada orang lain mengetahui apa yang ia pikirkan meskipun ia
tidak pernah secara nyata mengatakan pada orang tersebut
• Kontrol pikir/waham pengaruh yaitu keyakinan klien bahwa pikiran, emosi dan
perbuatannya selalu dikontrol/dipengaruhi oleh kekuatan diluar dirinya yang aneh
2.2.2 Etiologi Waham
1. Faktor Predisposisi
• Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan nengganggu hubungan interpersonal seseorang. Hal
ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir dengan gangguan
persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan
emosional tidak efektif
• Faktor Psikologi
Hubungan tidak harmonis, peran ganda bertentangan, dapat menimbulkan ansietas
dan berakhir dengan peningkatan terhadap kenyataan
• Faktor Biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak,
atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.
• Faktor Genetik
2. Faktor Presipitasi
• Faktor Sosial Budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau
diasingkan dari kelompok.
• Faktor Biokimia
Dopamin, Noreepineprin, dan zat hal Lisin Ogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab kepada seseorang.
• Faktor Psikologi
Kecemasan yang memanjang dan keterbatasan kernampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan
yang rnenyenangkan.
diulang-ulang. Dari sinilah mulai teradinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsi
normal (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dan lingkungannya. Selanjutnya
klien lebih sering rnenyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase improving
Apabila tidak ada konvrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang
salah kepada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan
dengan traumatik masalalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai
yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang
keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya
bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
2.2.5 Patofisiologis
waham
1. Faktor perkembangan
2. Faktor social budaya
3. Faktor psikologis Gangguan ideal tidak sama
4. Faktor biologis realistis dantidak disetujui
oleh pemikiran
Faktor pencetus:
Ada support lingkungan
1. Faktor social budaya
2. Faktor biokima
3. Faktor psikologi
Nyaman dengan keyakinan
Mengasingkan diri
Resiko tinggi menciderai
dirinya sendiri, orang lain, Deficit perawatan diri
lingkungan ISOS
2.3 Manifestasi Klinis
1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinanya
c. Sulit beipikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Perilaku dan hubungan sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain tumpul
c. Depresi
d. Ragu-ragu
e. Mengancarn secara verbal
f. Aktivitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsive
i. Curiga
4. Fisik
a. Hegyne kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. BB menurun
Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir waham adalah sebagai
berikut:
a. Menolak makan.
b. Tidak ada perhatian pada perawatan diii
c. Ekspresi wajah sedih/gernbira/ketakutan
d. Gerakan tidak terkontrol
e. Mudah tersinggung
f. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
g. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan
h. Menghindar dari orang lain
i. Mendominasi pembicaraan
j. Berbicara kasar
k. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan
2.4 Penatalaksanaan
Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena, kemungkinan
dapat menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan memandang klien dengan waham
pada gangguan skizofrnia ini sebagai pasien yang tidak dapat disembuhkan lagi atau
orang yang aneh dar inferior bila sudah dapat kontak maka dilakukan bimbingan tentang
ha1hal yang praktis. Biar pun klien tidak sembuh sempuma, dengan pengobatan dan
bimbingan yang baik dapat ditolong untuk bekerja sederhana di rumah ataupun di luar
rumah. Keluarga atau orang lain di lingkungan klien diberi penjelasan (manipulasi
lingkungan) agar mereka lebih sabar rnenghadapinya.
Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan terapi
lainnya seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi sornatik, terapi seni, terapi
tingkah laku, terapi keluarga, terapi spritial dan terapi okupsi yang semuanya bertujuan
untuk memperbaiki prilaku klien dengan waham pada gangguan skizoprenia.
Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi sebagai suatu proses refungsionalisasi
dan pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar
dalam kehidupan masyarakat.
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar utama dan proses keperawatan.
a. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, alatnat, agama, diagnosa medis, pendidikan dan
pekerjaan.
b. Alasan Masuk
Umumnya klien yang mengalami Waham di bawa ke rumah sakit karena keluarga
merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain,
gejala yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan.
c. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami
pengamayaan fisik, seksuai, penolakan dan lingkungan, kekerasan dalam
keluarga, dan tindakan kriminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah
ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang
pengalaman yang tidak menyenangkan.
d. Faktor precipitasi
Stresor presipitasi umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stress
seperti kehilangan, didikan yang keras dan keluarga yang mempengaruhi
kemampuan individu untuk memiliki perasaan egois serta menyebabkan ansietas.
Pada pasien Waham tingkat emosional yang tinggi akan kepercayaan bahwa
dinnya adalah sesuatu yang pantas untuk ditentukan dan diyakini akan
menimbulkan berbagai masalah dalani kehidupannya.
e. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan klien.
f. Psikososial
a) Genogram
Genograrn menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dan pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
b) Konsep Diri
- Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi
Mien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai.
- Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status
dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan
yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
- Fungsi peran
- Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada klien
dalam berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai
harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan,
penilaian klien terhadap pandangan / penghargaan orang lain.
c) Hubungan Sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang
biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti
dalain masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan kelompok /
masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam
berinteraksi dengan orang lain.
d) Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan, kepuasan
dalam menjalankan keyakinan
g. Status Mental
• Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada
yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak
seperti biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian, dampak
ketidakmampuan berpenampilan baik / berpakaian terhadap status psikologis
klien.
• Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cenat, keras, terburu-buru, gagap, sering
terhenti / bloking, apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu
mernulai pernbicaraan.
• Aktivitas motoric
Gerakan yang perlu di catat dalam hal tingkat aktivitas
(letargik,tegang,gelisah,agitasi) jenis (tik, tremor, seringai) dan isyarat tubuh.
Pada pasien Waham aktivitas yang ditampilkan klien tampak gelisah, percaya
diri bahwa yang dilakukan adalah benar.
i. Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang
inenyenangkan atau menyedilikan.
ii. Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat
iii. Labil emosi klien cepat berubah-ubah
iv. Tidak sesuai : emosi bertentangan atau berlawanan dengan stimulus
• Interaksi selama Wawancara
Keadaan yang ditampilkan klien dengan Waham saat wawancara bisa
ditemukan klien tampak percaya diri dengan segala sesuatu yang dia
omongkan dan defensif (selalu herusaha mempertahankan pendapat dan
kebenaran tentang dirinya)
• Persepsi Sensory
- Tidak ada halusin-asi
• Proses Pikir
Proses pertimbangan pemahaman serta kepercayaan pada Mien
Waham dapat ditemukan terdapat asosiasi antara ide satu dengan yang lain,
klien biasanya meyakim sesuatu hal karena suatu didikan yang keras ataupun
penganth dan orang lain.
Isi fikir
Pada klien dengan Wtham dapat diternukan klien merniliki Pemikiran. magis
(keyakinan kien tentang kernarnpuannya melakukan hal-hal yang rnustahil
atau diluar kernarnpuannya)
h. Tingkat Kesadaran
Kesadaran berubah : Kesadaran yang tidak menurun, tidak meninggi, tidak
nornal, bukan disosisi, hal ini karena kemampuan untuk mengadakan (relasi) dan
pembatasan (lirnitasi) terhadap dunia luar (diluar dirinya) sudah terganggu dan
secara kualitas pada taraftidak sesuai dengan kenyataan.
i. Memori
Konfabulasi: ingatan yang keliru ditandai dengan pembicaraan tidak sesuai
kenyataan, memasukkan cerita tidak benar untuk menutupi gangguan daya
ingatnya.
j. Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Pasien waham mampu berkonsentrasi dan berhitung
k. Kemampuan Penilaian
- Gangguan Ringan
- Gangguan bennakna
l. Daya Tilik
Hal-hal diluar dirinya, bilamana ia cenderung menyalahkan orang lain lingkungan
dan ia merasa orang lain di lingkungan diluar dirinya yang menyebabkan ia
seperti itu
2. Diagnosa
a) Pohon Masalah
Proses terjadinya waham menu rut Stuart dan Sudeen dapat dirangkum dalarn
pohon masalah sebagai berikut:
b) Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan proses fikir: Waham
4. Tunjukkan
sikap ernpati
dan menerima
apa adanya
5. Jelaskan tujuan
Interaksi
6. Ciptakan
lingkungan
yang tenang
7. Buat kontrak
yang jelas
(topic, waktu,
tempat)
8. Yakinkan klien
dalam keadaan
aman dan
perawat siap
menolong
9. Yakinkan
Bahwa
kerahasiaan
klien akan tetap
terjaga
2. Jangan
membantah dan
mendukung
waham klien
2. Diskusikan
dengan klien
kemampuan yang
Klien terdorong
dimiliki pada
TUK 2 : ➢ Mampu
waktu lalu dan untuk memilih
Mempertahan
Klien dapat saat ini yang
kan aktivitas aktivitas
realistic. (hati-hati
mengidentifi
sehari- hari terlibat diskusi sebelumnya
kasi
dengan waham).
kemampuan ➢ Klien dapat
Mengontrol
yang dimiliki
wahamnya
3. Tanyakan apa
yang bias
dilakukan (kaitkan
dengan aktivitas
sehari- hari dan
perawatan diri)
kemudian
anjurkan untuk
melakukan saat
ini
wahamnya
dengarkan sampai
kebutuhan waham
tidak ada. (perawat
perlu
memperhatikan
bahwa klien
penting).
Dengan
membenarkan,
klien akan
merasa lebih
diperhatikan
sehingga klien
akan
mengungkapkan
perasaannya
maka dapat
c. Hubungkan
kebutuhan atau diketahui
harapan yang
kebutuhan yang
belum terpenuhi
dengan diperlukam
timbulnya
waham
d. Tingkatkan
aktivitas yang
dapat memenuhi
kebutuhan klien
dan memerlukan
waktu dan
tenaga.
terpenuhi dengan
wahamnya
Dengan
meningkatkan
aktivitas tidak
akan tercapainya
waktu untuk
mengikuti
Wahamnya
Dengan situasi
tenenm akan
dapat
mengontrol
wahamnya
memotivasi klien
untuk
3. Berikan pujian
meningkatkan
pada tiap
kegiatan positive kegiatan
yang dilakukan positivnya
klien
TUK 5 : ➢ Keluarga 1. Diskusikan Perhatian
dapat dengan keluarga keluarga
Klien dapat
membina tentang:
dukungan
dan pengenian
hubungan • Gejala
keluarga saling waham keluarga akan
percaya • Cara
dapat membantu
dengan merawatnya
perawat • Lingkungan klien dalam
➢ Keluarga keluarga mengendalikan
dapat • Follow up
menyebutkan dan Obat wahamnya
pengeltiall, 2. Anjurkan
tanda dan keluarga
tindakan melaksanakan
untuk dengan bantuan
merawat perawat
klien dengan
waham
TUK 6 : ➢ Klien 1. Diskusikan Obat dapat
menyebutkan dengan
klien dapat mengontrol
manfaat, klien dan kelurga
menggunaka dosis dan tentang obat, waham yang
n obat efek samping dosis, frekuensi,
dialami klien
dengan benar obat efek samping
➢ Klien dapat obat dan akibat
Mendemonstr penghentian
asikan
penggunaan 2. Diskusikan
obat dengan perasaan klien
benar setelah minum
➢ Klien obat
memahamii
akibat 3. Berikan obat dan
berhentinya observasi setelah
obat tangna minum obat
konsultasi
➢ Klien dapat
menyebutkan
prinsip dalam
penggunaan
obat
4. Implementasi
Diagnosa Pasien Keluarga
Keperawatan
Gangguan isi SP 1 SP 1
Petunjuk pengisian :
1. Berilah tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah
ini.
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan penilaian
Tgl Tgl Tgl Tgl
No Kemampuan
A. Pasien
tidak terpenuhi
B. Keluarga
1. Menyebutkan pengertian Waham dan proses
terjadinya waham
Waham
2. Kemampuan perawat
PENILAIAN KEMAMPUAN PERWAT DALAM MERAWAT
PASIEN WAHAM
Penunjuk pengisian:
penilaian.
Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke tabel pada baris nilai SP.
A. Pasien
SP 1 p
Nilai SP I p
B. Keluarga
Nilai SP I k
Total nilai SP p + SP k
Rata-rata
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Nita, 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.
Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung : Refika Aditama
BAB III
TINJAUAN KASUS
TRIGER CASE
Ny.S perempuan 34 tahun beragama islam,istri dari Tn.J. Klien adalah seorang yang
taat beragama, keyakinannya dengan agamanya yang sangat kental, karena dari kecil Ny. S di
didik oleh keluargannya sangat keras dan Ny. S selalu tidak boleh melakukan apapun kecuali
beribadah sehingga pada suatu ketika Ny.S merasa bahwa dirinya adalah utusan tuhan (nabi),
yang meyakini bahwa dirinya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit dan dapat
berbicara dengan tuhan. Ny.S selalu mengatakan bahwa “aku adalah utusan tuhan, ikutlah
aku karena sama saja kamu menyembah tuhanmu”, ketika mengatakannya dengan nada tegas,
wajahnya tegang dan mata melotot, keterangan dari keluarga, bahwa perilaku itu muncul
beberapa bulan setelah arang tua yang mendidiknya dengan keras itu meninggal , keluarga
juga mengatakan bahwa setelah orang tua Ny.S meninggal, Ny.S banyak menggurung diri
dikamar, kadang mondar-mandir didepan rumah, dan kadang-kadang menunjukkan ekspresi
senang dan kadang sedih
Karena keyakinannya itu Ny.S tidak mau melakukan apapun kecuali beribadah seperti
tidak mau mandi, tidak mau makan kecuali nasi putih saja, hanya mau minum air putih, tidak
mau gosok gigi sehingga giginya berwarna kuning, tidak mau menyisir rambut sehingga
rambutnya tidak tertata rapi, kadang merasa tersinggung jika diingatkan. Ny.S suka memakai
berbaju warna putih dan berkerudung dan tidak pernah ganti, sehingga bajunya terlihat lusuh.
Sering kali keluarga mengingatkan bahwa ia adalah orang biasa, bukan utusan tuhan,
tetapi Ny.S selalu bersihkeras bahwa ia adalah utusan tuhan(Nabi). Ny.S berkata dengan nada
kasar, bahkan Ny.S mengancam bahwa akan mengutuk siapa saja yang tidak percaya
kepadanya. Karena keluarga atau saudaranya takut akan perilaku yang terjadi padanya terus
berkelanjutan, maka keluarga membawa Ny.S ke RSJ.
3.1 Pengkajian Kasus
1. Identitas klien
Nama : Ny. S
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Alamat : Tanggulangin-Sidoarjo
Alamat : Tanggulangin-Sidoarjo
69
4 37 33 31 28
45 34
15 12
Keterangan :
= laki-laki 34 = Klien/Pasien
55
a. Pola komunikasi keluarga : Tertutup
b. Pola asuh 5 : Klien di asuh oleh orang tuanya
dengan keras.
c. Pengambilan keputusan : Otoliter, dibuktikan dengan semua
keputusan di keluarga di ambil oleh
orang tua klien,
2. Konsep Diri
a. Identitas diri : Klien beranggapan kalau dirinya utusan Tuhan
karena ia rajin beribadah dan merasa bisa berbicara
dengan tuhan
b. Peran : Klien sebagai orang yang taat beragama di
lingkungannya yang dapat menyembuhkan
berbagai macam penyakit
c. Ideal diri : Klien berharap keluarganya/lingkungannya
mempercayai keyakinannya sebagai utusan Tuhan
d. Harga diri : Harga diri klien tinggi, klien menganggap dirinya
sebagai orang yang berharga yang bisa komunikasi
dengan tuhan, namun sebenarnya klien sedang
mengalami harga diri rendah.
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Orang tua
b. Peran Serta kegiatan kelompok/ masyarakat : klien tidak pemah mengikuti
kegiatan kelompok ( sosial ) dilingkungan
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : keyakinan yang dibicarakan
tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, tidak sesuai dengan pemikiran oamg-
orang di lingkungannya
4. Spritual : Klien sangat rajin beribadah
4. Status Mental
A. Penampilan
Tidak rapi
Jelaskan : Klien tampak kotor, rambut kotor, kusut, gigi kotor dan kuning, kuku hitam
dan panjang
B. Pembicaraan: Keras
Jelaskan : Klien kelihatan sangat bersemangat, Pandangan mata klien tampak tajam
wajah tegang, ketika menceritakan masalahnya, terutama saat menceritakan bahwa
dirinya anak tuhan
F. Persepsi Sensory
Apakah ada gangguan : Ada
G. Proses Pikir
Proses pikir : Non realistik
H. Tingkat Kesadaran
Waktu : Klien kurang dapat mengetahui kapan klien masuk RSJ,
I. Memory
Klien mampu mengingat kejadian yang telah lalu, misalnya saat orang
tuanya tiada.
J. Tingkat Konsentrasi dan berliitung
Klien mampu berhitung dengan baik, saat diberi soal penambahan,
Do:
Ds: ISOS
Do: -
Do:
Do:
3.6 Diagnosa
A. Pohon Maslah
Efek : Resiko tinggi perilaku kekerasan
Causa : Isos
B. MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan proses fikir : Waham Kebesaran
3. Resiko tinggi melakukan perilaku kekerasan: mencederai din sendiri dan orang
Iain
3.7 NCP (Nursing Care Planing)
Diagnosa Perencanaan Intervensi Rasional
Gangguan TUM :
waham mengontrol
kebesaran wahamnya.
2. Jangan membantah
dan mendukung Meningkatkan
waham klien
orietasi klien pada
3. Observasi
realita dan rasa
apakah waham
percaya klien
hari dan
ditentukan
intervensi
selanjumya
diskusi dengan
waham).
3. Tanyakan apa
yang bisa
dilakukam (kaitkan
dengan aktivitas
sehari-hari dan
perawatan din)
kemudian anjurkan
untuk melakukan
saat ini
sehingga klien
akan
mengungkapkan
perasaannya
kebutuhan yang
diperlukan
3. Hubungkan
kebutuhan atau Mengetahui
waham wahamnya
4. Tingkatkan
aktivitas yang
Dengan '
dapat memenuhi
meningkatkan
kebutuhan klien dan
aktivitas tidak
memerlukan
akan mempunyai
waktu dan tenaga.
waktu untuk
mengikuti
wahanmya
5. Atur simasi agar
klien tidak
mempunyai Dengan situasi
kegiatan
positivnya
dengan bantuan
perawat
Implementasi
Diagnosa Pasien Keluarga
Keperawatan
Gangguan isi SP 1 SP 1
1. Fase Prainteraksi
A. Kondisi : Ketika Ny.S merasa bahwa dirinya adalah utusan tuhan atau
, ia meyakini bahwa dirinya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit
dan dapat berbicara dengan tuhan. Ny.S selalu mengatakan bahwa “aku adalah
utusan tuhan, sembahlah aku karena sama saja kamu menyembah tuhanmu”,
ketika mengatakannya dengan nada tegas, wajahnya tegang dan mata melotot.
B. Diagnosa : Waham kebesaran
C. Tujuan : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
“Bagaimana kabar ibu pagi ini?hari ini ibu nampak segar sekali? Ibu sudah sarapan
pagi apa belum? Apa ibu masih ingat dengan menu tadi?”
“Ibu, kenalkan nama saya Rina, bisa dipanggil suster Rina”.Nama Ibu siapa?ka1o Ibu
lebih suka dipanggil dengan nama siapa? O... suka dipanggil dengan nama Ny.S,
baiklah.”
“Saya Mahasiswa Keperawatan PPNI Mojokerto bu, saya bertugas disini selama 2
minggu, dan pasti ibu akan sering ketemu saya nanti.”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan ibu pagi ini?”
“Bagaimana ceritanya sampai ibu di bawa kesini‘?” Coba ceritakan kepada saya”
c. Kontrak
- Topik
“Ibu, bagaimana kalau kita bercakap - cakap tentang perasaan Ibu saat ini?” tapi
sebelum kita bercakap - cakap, apakah ada hal yang ibu tanyakan atau keluhkan saat
ini‘?”
- Waktu
“Apakah ibu sibuk hari ini, kalo bapak sibuk, bagaimana kalo kita berbincang -
bincangnya hanya 15 menit saja?”
- Tempat
3. Fase Kerja 4
“Dulu ibu bekerja dimana? O.. ibu dulu seorang pendesain baju ya,! (Wahh hebat ya
ibu, saya juga ingin bisa mendesain seperti ibu).” (jika klien selalu bicara tentang
wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perawat perlu
memperhatikan bahwa klien penting. Karena dengan begini klien merasa diperhatikan
sehingga klien akan mengungkapkan perasaannya).
“apa keinginan ibu yang belum dilakukan selama di rumah dan di sini?”
4. Terminasi
a. Evaluasi klien (subyektif)
“Baiklah ibu, karena waktu kita sudah habis, sekarang bagaimana perasaan ibu setelah
kita berbincang-bincang tadi?”
d. Kontrak
Topik :
“ Nanti kita akan bertemu lagi untuk berbincang - bincang lagi dan melakukan hal
yang ingin ibu lakukan, bagaimana bu? Apa ibu setuju?”
Waktu :
“ Enaknya kita besok berbincang ~ bincang lagi jam berapa bu? Baiklah, jadi kita
akan berjumpa lagi besok saja bu, jam 08.00 WIB.”
Tempat :
“ Dimana nanti kita berbincang-bincang lagi bu? Bagaimana kalau di sini saja ?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
D. Tindakan Keperawatan SP 2 :
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan ibu sekarang? ibu masih ingat apa yang akan kita bicarakan kali
ini?”
c. Kontrak
- Topik
“Baik, sesuai janji kita, hari ini kita berbincang-bincang tentang kegiatan yang ingin
ibu lakukan”
- Waktu
“bagaimana kalo kita berbincang - bincangnya selama 10-15 menit? Selama itu kita
juga melakukan beberapa hal yang ingin ibu lakukan?”
-Tempat
“Supaya kita lebih enak mengobrolnya, bagaimana kalau kita berbincang -bincang di
sini saja?Seperti janji kita”
3. Fase Kerja
“Bagaimana bu, apa yang ingin ibu lakukan hari ini?”oww ibu ingin menjahit, baiklah
bu kita coba menjahit.”
“Selain menjahit, hal yang ingin ibu lakukan apa‘?” ya bu, baiklah itu nanti akan kita
lakukan juga”
“Ibu, jika ibu menginginkan sesuatu hal, sebaiknya jangan dipendam saja, coba
dilakukan”
“Ketika ibu dalam kesulitan jangan sungkan - sungkan untuk meminta bantuan
kepada orang terdekat, karena insyaallah orang terdekat ibu akan membantu ibu.”
4. Terminasi
a. Evaluasi klien (subyektit)
“Baiklah bu, karena waktu kita sudah habis, sekarang bagaimana perasaan ibu setelah
kita berbincang-bincang tadi dan melakukan beberapa hal yang ingin ibu lakukan‘?”
d. Kontrak
- Topik
“ Besok kita akan bertemu lagi untuk berbincang - bincang lagi dan
melakukan hal lain yang ingin ibu lakukan, bagaimana bu? Apa ibu setuju'?”
~Tempat
“ Dimana besok kita berbincang-bincang lagi bu? Bagaimana kalau di sini saja?”
- Waktu
“ Enaknya kita besok berbincang - bincang lagi jam berapa bu? Bagaimana kalau
pukul 08.00 WIB.”
STRATEGI PEALAKSANAAN TINDAKAN KEPARAWATAN (SPTK)
1. Fase Prainteraksi
A. Kondisi : Klien merasa senang berbincang-bincang dengan perawat dan
merasa ada menperhatikan kliien tersebut. Klien dapat bercakap-cakap dengan
teman atau perawat
B. Diagnosa keperawatan: Waham Kebesaran
C. Tujuan : 1. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
2. Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan yang dimiliki
D. Renacana Tindakan Keperawatan SP 3 :
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 & SP 2)
2. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi bu?” “sesuai kesepakatan kita kemarin, saya datang lagi bu”
b. Evaluasi Validasi
“Ibu sampai mana menjahitnya? Bisa saya lihat?”’
c. Kontrak
-Topik
“Nah...sekarang bagaimana jika hari ini kita bercakap-cakap tentang Hobby yang ibu
miliki”
-Waktu
“Kira-kira berapa lama ibu mempunyai waktu untuk bercakap-cakap tentang hobby ibu?”
-Tempat
“Dimana enaknya kita bercakap-cakap tentang hobby ibu , Bagaimana kalau disini saja?”
3. Fase Kerja
“Apa saja hobby yang ibu miliki?, saya catat ya bu, terus apa lagi bu?”
“Wah ternyata ibu hebat ya, tidak banyak loh orang yang mempunyai hobby seperti yang
ibu miliki”.(beri pujian tentang apa yang di ungkapkan oleh pasien).
“Dapatkah ibu ceritakan kepada saya, kapan pertama kali ibu memilih hobby itu?”
“Dapatkah ibu peragakan kepada saya bagaimana melakukan hobby itu dengan baik?”
“Wahhh ternyata ibu hebat ya, saya ingin mempunyai bakat seperti ibu?”
“Coba kita buat jadwal untuk kemampuan ibu ini ya, berapa kali sehari/seminggu ibu
mau melakukan hobby ibu itu?”
“Apakah ada yang lain kemampuan/hobby ibu yang lain selain ini?”
“oh ya bu, Ibu sekarang waktunya minum obat. Bagaimana bu, apa ibu ingat dengan
warna obatnya? Mari bu saya bantu untuk mengambilkan obatnya.”
4. Terminasi
a. Evaluasi klien (subyektit)
“Bagaimana parasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang hobby dan kemampuan
ibu tadi‘?”
d. Kontrak
-Topik
-Waktu
“Kalau waktunya, apa ibu punya pandangan jam berapa‘?, bagaimana kalau seperti
ini juga‘?”
“Ya sudah ya bu, terima kasih untuk waktunya, sampai jumpa 1agi?”
-Tempat
“Dimana kita akan bertemu lagi, bagaimana kalau ditempat ini juga?”
STRATEGI PEALAKSANAAN TINDAKAN KEPARAWATAN (SPTK)
2. Fase orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat pagi pak, Perkenalkan nama saya Rina , saya mahasiswa keperawatan PPNI
Mojokerto. Pak saya bertugas di sini selama 2 minggu, bapak akan sering ketemu dengan
saya nanti. Dan saya yang merawat Ny.S selama ini.Nama bapak siapa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini?”
“Bagaimana ceritanya sampai Ny.S dibawa kesini, coba bapak atau ibu ceritakan kepada
saya?”
c. Kontrak
- Topik
“Bapak, bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah Ny.S dan cara
merawat Ny.S?”
- Tempat
- Waktu
“Apakah bapak sibuk hari ? kalau tidak sibuk, kita berbincang-bincang 15 menit saja?”
3. Fase Kerja
“Pak, apa masalah yang bapak rasakan selama merawat Ny.S‘?”
“Apa yang sudah dilakukan dalam menghadapai sikap anak Ny.S, Ketika klien berbicara
mata klien melotot, sering tampak tegang kalau berbicara dan kadang-kadang kacau,
ketika marah dengan nada tinggi.
“Untuk itu akan saya jelaskan bagaimana sikap dan cara menghadapinya,setiap kali Ny.S
melakukan tindakan tadi,”
“kedua, Hal ini sebaiknya dilakukian oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan
Ny.S”
“Bapak dapat bercakap-cakap dengan Ny.J tentang kebutuhan yang di inginkan Ny.S.”
“Selain itu, Ny.S perlu minum obat agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang.”
“Obatnya ada tiga macam, yang warna oarange namanya CPZ gunanya agar Ny.S
tenang, yang putih ini namanya THP gunannya supaya rileks, dan yang merah jarnbu ini
namanya HLP gunanya agar pikiran tenang. Semuanya ini harus di minimum secara
teratur 3 kali sehari pukul 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam.Jangan clihentikan sebelum
berkonsultasi dengan Dokter karena dapat menyebabkan Ny.S kambuh lagi.”
“Ny.S sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jadwal berikan
kata pujian.”
4. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Baiklah, bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang merawat
Ny.S di rumah?”
b. Evaluasi objektif
“Setelah ini coba bapak lakukan semua yang sudah saya jelaskan tadi.’
d. Kontrak
- Topik
“Baiklah bagaimana kalau lain kali saya datang lagi kesini dan kita akan mencoba
melakukan langsung cara merawat Ny.S sesuai dengan pembicaraan kita tadi‘?”
~Waktu
“Enaknya kita besok berbincang-bincang lagi jam berapa pak ? Kalau sama seperti
hari ini saja bagaimana pak ? Baiklah, jadi kita akan berjumpa besok ya pak, jam
08.00?”
- Tempat
“Dimana besok kita berbincang-bincang lagi pak ? Bagaimana kalau di tempat yang
sama?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAHAN KEPERAWATAN (SPTK)
Ketika berbicara tidak lagi bernada tinggi dan tidak lagi membentak - bentak.
2. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Pak, sesuai janji kita kemarin kita sekarang bertemu lagi’
b. Evaluasi/ Validasi
“ Pak bagaimana dengan kegiatan kita kemarin yang sudah saya ajarkan
untuk Ny.S?”
“ Apakah Bapak masih ingat dengan apa yang saya ajarkan kemarin?”
c. Kontrak
• Topik
“ Baiklah, kalau begitu Pak kita akan mengevaluasi kegiatan kemarin.”
• Waktu
“ Bagaimana kalau kita mengevaluasinya hanya 15 menit saja?”
• Tempat
“ Bapak kita melakukannya dimana?”
“ Bagaimana Pak kalau kita langsung ke Ny.S saja, Ny.S ada di taman.”
3. Fase Kerja
“Nah, coba Bapak praktikkan lagi bagaimana cara menghadapi Ny.S ? baiklah”
“Sekarang coba bagaimana caranya untuk mengalihkan perhatian Ny.S untuk menghindari
“Bagaimana kalau di coba lagi sekarang? Dan jangan lupa Bapak/Ibu selalu memberikan
“Sekarang coba Bapak cara memotivasi Ny.S agar minum obat dan melakukan kegiatan
“Dan jangan lupa selalu kontrol untuk melihat perkembangan Ny.S ya Pak?”
“Ny.J sudah banyak mengalami peningkatan sebelum Ny.S dapat dibawa pulang, Ny.S akan
a. Evaluasi Subjyektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dengan saya tentang cara merawat
Ny.S di rumah?.”
b. Evaluasi Obyektif
“Bagaimana, apa Bapak bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi? Baiklah.”
“Setelah ini coba Bapak mengingat jadwal yang sudah dibuat untuk keluarga yang ada di
rumah ya Pak? Dan lakukan yang sudah saya jelaskan dan tolong untuk membantu Ny.S
“Dan jangan lupa selalu control ya Pak? Jika obatnya sesudah habis Bapak/Ibu bias kesini
“Baiklah kalau begitu, saya kira cukup, ada yang perlu ditanyakan lagi Pak?”
“Iya sama-sama.Waalaikumsalam.”
Evaluasi
PENILAIAN KEMAMPUAN PAISEN DAN KELUARGA DENGAN MASALAH
WAHAM
A. Pasien
B. Keluarga