Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN (ISPA) PADA ANAK


DI DESA BINDANG KECAMATAN PASEAN KAB PAMEKASAN

Dosen Pembimbing:
Siti Indatul L, S.Kep. Ns., M.Kes

Oleh:
Mulyadi
NIM: 202003117

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2020/2021
LEMBAR PNGESAHAN
Laporan Asuhan Keperawatan ini diajukan oleh :

Nama : Mulyadi
Nim : 202003117
Program Studi : Profesi Ners

Adapun rincian laporan pendahuluan tercantum dalam laporan ini. Telah diperiksa dan
disetujui sebagai tugas dalam prektik klinik Keperawatan Anak.

Mojokerto, November 2020

Receptor Akademik Mahasiswa

NIP/NIK: Mulyadi
202003117
LAPORAN PENDAHULUAN
INFEKSI SALURAN PERNAFASAN (ISPA) PADA ANAK
A. Definisi
ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang terutama
mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring, tetapi kebanyakan, penyakit
ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan
(Nelson, edisi 15).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih
dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli, termasuk sinus, rongga
telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003:725).
Kesimpulan dari penulis ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang
menyerang organ seperti tenggorokan, hidung, dan paru-paru yang disebabkan
oleh bakteri dan virus.
Common Cold
Istilah common cold/selesma biasanya digunakan untuk menunjukkan
gejala-gejala infeksi saluran napas atas. Ditandai oleh kongesti nasal, sakit
tenggorok, dan batuk. Selesma sangat menular karena pasien mengandung virus
selama sekitar 2 hari sebelum timbul gejala dan selama bagian pertama fase gejala
(Smeltzer & Bare, 2002 : 545)
B. Etilogi
a. Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya
bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas
akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu
tenggorokan dan hidung.
b. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun
yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna.
c. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko serangan
ISPA.
d. Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA
pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan
buruknya sanitasi lingkungan.
e. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
C. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas
mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus
oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan
lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983 dalam DepKes
RI, 1992).
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :
 Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi
apa-apa
 Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa karena nya
tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya
rendah.
 Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala
demam dan batuk. 
 Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.
a. Pathway Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Multi faktor
(Bakteri, Virus, mikroplasma, dll)

Respon pada Peradangan pada saluran pernapasan Inflamasi saluran


dinding bronkus (faring/laring dan tonsil) bronkus

Bronkus menyempit
Kuman melepaskan Endotoksin Peningkatan
produksi sekret

Bronkospasme
Merangsang tubuh mengeluarkan zat Obstruksi jalan
pirogen oleh leukosit nafas

Ketidakefektifan pola nafas


Suhu tubuh Ketidakefektifan
Perkembangan penyakit meningkat bersihan jalan nafas

Perubahan status kesehatan Hipertermi Kesulitan/sakit mengunyah dan


menelan

Koping inefektif Merangsang pengeluaran zat


mediator, bradisinin, serotinin, Malas makan/
histamin, prostaglandin anoreksia

Ansietas

Ketidakseimbangan
Nyeri dipersepsikan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Nyeri akut

D. Manifestasi Klinis
 Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:
a. Batuk
b. Nafas cepat
c. Bersin
d. Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
e. Nyeri kepala
f. Demam ringan
g. Tidak enak badan
h. Hidung tersumbat
i. Kadang-kadang sakit saat menelan
 Tanda-tanda bahaya klinis ISPA
a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah
atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,
hypotensi dan cardiac arrest.
c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil bendung, kejang dan coma.
d. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan kultur dan biopsi adalah proses yang paling sering
digunakan dalam menegakkan diagnosis pada gangguan pernapasan atas.
 Kultur : Kultur tenggorok dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme
yang menyebabkan faringitis.
 Biopsi : Prosedur biopsi mencakup tindakan mengeksisi sejumlah kecil
jaringan tubuh, dilakukan untuk memungkinkan pemeriksaan sel-sel dari
faring, laring, dan rongga hidung.
 Pemeriksaan pencitraan termasuk di dalamnya pemeriksaan sinar-X jaringan
lunak, CT Scan, pemeriksaan dengan zat kontras dan MRI (pencitraan
resonansi m
 agnetik). Pemeriksaan tersebut mungkin dilakukan sebagai bagian integral dari
pemeriksaan diagnostik untuk menentukan keluasan infeksi.
F. Penatalaksanan
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk
standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi
penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi
penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus
mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai
bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
 Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
 Immunisasi.
 Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
 Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
 Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
 Meningkatkan makanan bergizi
 Bila demam beri kompres dan banyak minum
 Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu
tangan yang bersih
 Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
 Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menetek
 Penatalaksanaan Medis
1. Medikasi : gunakan semprot hidung atau tetes hidung dua atau tiga kali
sehari atau sesuai yang diharuskan untuk mengatasi gejala hidung
tersumbat.
2. Diberikan antibiotik apabila penyebabnya adalah bakteri.
G. Komplikasi
SPA (saluran pernafasan akut ) sebenarnya merupakan self limited
disease yang sembuh sendiri dalam 5 ± 6 hari jika tidak terjaidi infasi kuman
lain, tetapi penyakit ispa yang tidak mendapatkan pengibatan dan perawatan
yang baik dapat menimbulkan penyakit seperti : sinusitis paranosal, penutupan
tuba eustachii, laryngitis, tracheitis, bronchitis, dan brhoncopneumonia dan
berlanjut pada kematian karna adanya sepsis yang meluas.
B.  KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, tanggal masuk RS,
tanggal pengkajian, no. MR, diagnosa medis, nama orang tua, umur orang tua,
pekerjaan, agama, alamat, dan lain-lain.
b. Riwayat Kesehatan
 Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah,
nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit
tenggorokan.
 Riwayat penyakit dahulu
Biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini
 Riwayat penyakit keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti
penyakit klien tersebut.
 Riwayat sosial
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan
padat penduduknya
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum : Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit
berat.
2. Tanda vital
 Kepala :  Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala,
apakah ada kelainan atau lesi pada kepala
 Wajah : Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.
 Mata : Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak,
sclera ikterik/ tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan
dalam penglihatan
 Hidung : Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada
hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada
gangguan dalam penciuman
 Mulut : Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah
kotor/ tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada
gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.
 Leher : Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan
distensi vena jugularis
 Thoraks : Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan,
apakah ada wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan.
Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan
3. Inspeksi
 Membran mukosa- faring tamppak kemerahan
 Tonsil tampak kemerahan dan edema
 Tampak batuk tidak produktif
 Tidak ada jaringan parut dan leher
 Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan
cuping hidung
4. Palpasi
 Adanya demam
 Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan
pada nodus limfe servikalis
 Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
5. Perkusi: Suara paru normal (resonance)
6. Auskultasi
 Suara nafas terdengar ronchi pada kedua sisi paru
7. Abdomen : Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah
terdapat nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan
pemeriksaan bising usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak.
8. Genitalia : Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,
warna rambut kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada
kelainan/tidak. Pada wanita lihat keadaan labia minora, biasanya labia
minora tertutup oleh labia mayora.
9. Integumen : Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/
tidak, apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.
10. Ekstremitas atas : Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik,
nyeri otot serta kelainan bentuk.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan Pola Nafas
3. Gangguan pertukaran gas
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Nyeri akut
6. Hiperterm
3. Rencana Asuhan Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
.
1. Gangguan Pertukaran gas - Respiratory Status : Gas exchange Airway Management
Definisi : Kelebihan atau kekurangan
- Respiratory Status : ventilation 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust
dalam oksigenasi dan atau pengeluaran
- Vital Sign Status bila perlu
karbondioksida di dalam membran kapiler
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
alveoli selama ...x24 jam diharapkan tidak terjadi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
Batasan karakteristik : gangguan pertukaran gas dengan Kriteria buatan
- Gangguan penglihatan Hasil : 4. Pasang mayo bila perlu
- Penurunan CO2 - Mendemonstrasikan peningkatan
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Takikardi ventilasi dan oksigenasi yang adekuat 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Hiperkapnia - Memelihara kebersihan paru paru dan
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Keletihan bebas dari tanda tanda distress
8. Lakukan suction pada mayo
- Somnolen Pernafasan 9. Berika bronkodilator bial perlu
- Iritabilitas - Mendemonstrasikan batuk efektif dan
10. Barikan pelembab udara
- Hypoxia suara nafas yang bersih, tidak ada
11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
- Kebingungan sianosis dan dyspneu (mampu
12. Monitor respirasi dan status O2
- Dyspnoe mengeluarkan sputum, mampu
13. Respiratory Monitoring
- nasal faring bernafas dengan mudah, tidak ada
14. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
- AGD Normal pursed lips) 15. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan
- sianosis Tanda tanda vital dalam rentang otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
- warna kulit abnormal (pucat, norma 16. Monitor suara nafas, seperti dengkur
kehitaman) 17. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
- Hipoksemia hiperventilasi, cheyne stokes, biot
- hiperkarbia 18. Catat lokasi trakea
- sakit kepala ketika bangun 19. Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)
- frekuensi dan kedalaman nafas 20. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
abnormal adanya ventilasi dan suara tambahan
21. Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi
- Faktor faktor yang berhubungan : crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
- Ketidakseimbangan perfusi ventilasi auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui
Perubahan membran kapiler-alveolar hasilnya
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan atau
melaksanakan rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan
guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Nursalam, 2001).
Pada tahap pelaksanaan ini kita benar-benar siap untuk melaksanakan
intervensi keperawatan dan aktivitas-aktivitas keperawatan yang telah dituliskan
dalam rencana keperawatan pasien. Dalam kata lain dapat disebut bahwa pelaksanaan
adalah peletakan suatu rencana menjadi tindakan yang mencakup :
a. Penulisan dan pengumpulan data lanjutan
b. Pelaksanaan intervensi keperawatan
c. Pendokumentasian tindakan keperawatan
d. Pemberian laporan/mengkomunikasikan status kesehatan pasien dan respon
pasien terhadap intervensi keperawatan
Pada kegiatan implementasi diperlukan kemampuan perawat terhadap
penguasaan teknis keperawatan, kemampuan hubungan interpersonal, dan
kemampuan intelektual untuk menerapkan teori-teori keperawatan kedalam praktek.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah
rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi
rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Nursalam, 2001).
Dalam evaluasi pencapaian tujuan ini terdapat 3 (tiga) alternatif yang dapat
digunakan perawat untuk memutuskan/menilai sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan
dalam rencana keperawatan tercapai, yaitu :
a. Tujuan tercapai.
b. Tujuan sebagian tercapai.
c. Tujuan tidak tercapai.
PENGUKURAN ANTOPOMETRI
A. PengertianAntropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh
dan metros artinya ukuran. Antropometri artinya ukuran dari tubuh.
Antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
B. Keunggulan Antropometri
Beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri adalah:
 Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas,
mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri
dirumah.
 Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif
 Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus profesional, juga
oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
 Biaya relatif murah
 Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas.
 Secara alamiah diakui kebenaranya.
C. Kelemahan Antropometri
 Tidak sensitive
 Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi)
 Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempungaruhi presisi, akurasi,
dan validitas pengukuran antropometri gizi
 . Kesalahan terjadi karena:
o Pengukuran
o Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan
o Analisis dan asumsi yang keliru
 Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan:
o Latihan petugas yang tidak cukup
o Kesalahan alat atau alat tidak ditera
o Kesulitan pengukuran
C. Jenis Parameter
a. Berat badan
Merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada
bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal
atau BBLR.
Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan:
 Parameter yang baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat.
 Memberi gambaran status gizi sekarang dan gambaran yang baik tentang
pertumbuhan
 Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas.
 Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur
 KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk
pendidikan dan monitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai
dasar pengisian.
Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:
o Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain.
o Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.
o Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg
o Skala mudah dibaca
o Cukup aman untuk menimbang anak balita.
Cara menimbang/mengukur berat badan:
 Langkah I
Gantungkan dacin pada:
- Dahan pohon
- Palang rumah atau penyangga kaki ktiga
 Langkah 2
Periksalah apakah dacin sudah tergantung kuat
 Langkah 3
Sebelum dipakai, letakkan bandul geser pada angka 0 (nol)
 Langkah 4
Pasanglah celana timbang, kotak timbang, atau sarung timbang yang kosong pada
dacin.
 Langkah 5
Seimbangkan dacin yang sudah dibebani celana timbang
 Langkah 6
Anak di timbang dan seimbangkan dacin
 Langkah 7
Tentukan berat badan anak dengan membaca angka diujung bandul geser.
 Langkah 8
Catat hasil penimbangan di atas pada secarik kertas
 Langkah 9
Geserlah bandul ke angka nol, letakkan batang dacin dalam tali pengaman,
setelah itu bayi baru anak dapat diturunkan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang berat badan anak:
o Pemeriksaan alat timbangan
o Anak balita yang ditimbang
o Keamanan
o Pengetahuan dasar petugas.
b. Umur
Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi. Menurut Puslitbang
Gizi Bogor (1980), batasan umur digunakan adalah tahun umur penuh dan untuk
anak 0-2 tahun digunakan bulan penuh.
Contoh : tahun usia penuh.
Umur : 7 tahun 2 bulan dihitung 7 tahun
6 tahun 11 bulan dihitung 6 tahun.
c. Tinggi Badan
Cara mengukur:
 Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus datar
sehingga tepat 2 meter.
 Lepaskan sepatu atau sandal.
 Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna
 Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus lurus
menempel pada dinding.
 Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa.
d. Lingkar Lengan Atas
 Baku lingkar lengan atas yang digunakan sekarang belum dapat mendapat
pengujian memadai untuk digunakan di Indonesia.
 Kesalahan pengukuran LLA (ada berbagai tingkat ketrampilan pengukur) relatif
lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku
dengan gizi kurang, lebih sempit pada LLA dari pada tinggi badan.
 Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan.
Cara mengukur:
Yang diukur adalah pertengahan lengan atas sebelah kiri
 Lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak tertutup kain atau pakaian
 Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut sampai cukup terukur keliling
lingkaran lengan.
e. Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak praktis,
yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau
peningkatan ukuran kepala.
Alat dan tehnik pengukuran:
Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca (fiber glas) dengan lebar kurang
dari 1 cm, fleksibel, tidak mudah patah, pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1
desimal, caranya dengan melingkarkan pita pada kepala.
f. Lingkar Dada
Biasanya dilakukan pada anak berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan
lingkar dada sama pada umur 6 bulan.

Alat dan tehnik pengukuran:


Alat yang digunakan adalah pita kecil, tidak mudah patah, biasanya terbuat dari serat
kaca (fiber glas). Pengukuran dilakukan pada garis puting susu. Masalah yang sering
dijumpai adalah mengenai akurasi pengukuran (pembaca), karena pernapasan anak
yang tidak teratur.
IMUNISASI

A. Pengertian

Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan kepada tubuh dengan
kuman, virus, bakteri yang sudah dimatikan sehingga tubuh bias membentuk
antibody. (Rahun I.G.N 2001)

B. Macam-macam imunisasi

Berdasarkan proses dan mekanisme pertahanan tubuh, imunisasi dibagi menjadi dua,
yaitu :

· 1. Imunisasi aktif :

Imunisasi aktif merupakan pemberian zat anti sebagai antigen yang diharapkan
akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalam reaksi imunologi
spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humolar serta dihasilkan sell
memory. Contoh-contoh vaksin yang dapat digunakan antara lain :

o Live att enaughted vaccines (vaksin hidup yang dilemahkan) seperti vaksin polio
myelitis, campak rubella dan BCG.

o Killed vaccines (vaksin mati) seperti vaksin pervusi dan inactivated poliomyelitis.

o Sub unit vaccines (vakin sub unit) seperti vaksin pneumococcus, hepatitis B dan
influenza.

o Toxoid seperti vaksin diphtheria tetanus.

2. Imunisasi pasif

Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (Imunoglobulin) yaitu suatu zat


yang dihasilkan melalui proses infeksi yang dapat berasal plasma manusia atau
binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam
tubuh yang terinfeksi.

C. Tujuan

Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat peyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi.

D. JENIS JENIS

Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi meliputi penyakit menular
tertentu antara lain :

TBC, difteri, pertisis, campak, polio, hepatitis B, hepatitis A, meningitis,


meningokokus, influenza, haemophilis, influenza tipe B, kolera, Rables Japanese
enchiphalitis, tipus abdominalis, pneumonia, pneumokokus, yellow fiver, varicella,
parilitis, epidemika dan rotavirus.

Jenis-jenis penyakit mrnular yang saat kedalam program imunisasi adalah


tubercollosis, dipteri, pertusis, polio, campak, tetanus dan hepatitis B.

E. Sasaran imunisasi

· Sasaran berdasarkan usia yang di imunisasi

 Imunisasi rutin

o Bayi di bawah satu tahun

o Wanita usia subur (WUS) ialah wanita yang berusia 15-36 tahun, temasuk ibu
hamil dan calon pengantin.

o Anak usia sekolah tingkat dasar.

 Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine)

Ø Pengertian

Imunisasi BCG adalah imunisasi untuk mencegah penyakit TBC (tubercollosis)


vaksin BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit TBC yang disebabkan
oleh kuman Nyobacterium tubercollosis dan Myobacterium bovis. BCG diberikan 1
kali sebelum anak berusia 2 tahun. Vaksin ini mengandung baktri bacillus calmette
guerein hidup yang dilemahkan sebanyak 50.000 – 1.000.000 partikel/dosis.
Imunisasi BCG dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan. (Supartini, Yupi 2004)

Ø Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tubercollosis.

Ø Cara pemberian dan dosis

 Sebelum disuntikan vaksin BCG harus dilakukan terlebih dahulu dilarutkan dengan
menggunakan alat-alat suntik steril dan menggunakan cairan pelarut (Nacl 0,9%)
sebanyak 4 cc dosis pemberian 0,05 ml sebanyak 1 kali.

 Disuntika secara intracutan di daerah lengan kanan atas pada insersio musculus
dettoideus.

 Vaksin ini harus digunakan sebelum lewat 3 jam vaksin rusak bila terkena sinar
matahari langsung botol kemasan biasanya terbuat dari bahan yang berwarna gelap
untuk menghindari cahaya, cahaya/panas dapat merusak faksin BCG di buat dalam
vial dimana kemasannya yang 1 cc dan 2 cc (supartini, yupi 2004)

Ø Kontra indikasi
o Uji tuberculin >5 mm

o Sedang menderita HIV

o Gizi buruk

o Demam tinggi

o Infeksi kulit luar

o Pernah menderita TBC

Ø Efek samping

Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi umum seperti demam setelah 1-2 minggu.
Biasanya akan timbul indikasi kemerahan ditempat suntikan yang akan berubah
seperti pustule dan akan pecah menjadi luka dan hal ini tidak perlu pengobatan dan
akan sembuh spontan dalam 8-12 minggu dengan jaringan parut. Kadang-kadang
terjadi pembesaran kelenjar limfe di ketiak atau pada leher ysng terasa padat dan tidak
sakit, serta tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal dan tidak memerlukan
pengobatan dan akan hilang sendirinya.

 Vaksin Hepatitis B

Ø Pengertian

Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus recombinan yang yang telah inaktivitaskan dan
besifat noninfeksius berasal dari hBsay yang dihasilkan dalam selragi (Hansenula)
polymorpha menggunakan teknologi DNA recombinan imunisasi hepatitis B perlu
diberikan sedini munkin setelah lahir dilanjutkan dengan vaksin combinasi DPT HB
combo pada umur 2,3 dan 4 bulan. Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8 °C dan jangna
sampai beku.

Ø Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi disebabkan oleh virus hepatitis B.

Ø Cara pemberian dan dosis

 Sebelum digunakan vaksin dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi


homogency. Vaksin disuntik dengan dosis 0,5 ml secara IM sebaiknya pada
anterolateral pada pemberian imunisasi hepatitis B sebanyak 3x.

 Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari dan selanjutnya dengan interval waktu
minimal 4 minggu.

Ø Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin dan penderita infeksi berat yang disertai
kejang.

Ø Efek samping

Reaksi local seprti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat bekas
penyuntikan. Reaksi sistemik seperti demam ringan, lesu dan perasaan tidak enak
pada saluran cerna reaksi yang terjadi akan hilang sendirinya setelah 2 hari.

 Vaksin Polio

Ø Pengertian

Imunisasi poli diberikan dengan tujuan untuk mencegah anak terjangkit penyakit
polio. Penyakit polio dapat menyebabkan anak menderita kelumpuhan pada kedua
kakinya dan otot-otot wajah. Vaksin oral polio hidup adalah vaksin polio trivalent
yang terdiri dari suspens virus poliomeilitis tipe 1,2 dan 3 (sitrain sabin) yang sudah
dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan
suscrose. Kemasan sebanyak 1 cc/2 cc dalam flakan dilengkapi dengan pipet untuk
meneteskan vaksin. Penyimpanan vaksin dalam suhu 2-8 °C stabil dalam waktu 6
minggu. Vaksin polio oral sangat mudah dan cepat rusak bila terkena panas
dibandingkan dengan vaksin lainnya.

Ø Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis.

Ø Cara pemberian dan dosis

Diberikan secara oral sebanyak 2 tetes dibawah lidah langsung dari botol tanpa
menyentuh mulut. Diberikan 4x dengan interval dalam waktu minimal 4 minggu.
Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.

Ø Kontra indikasi

Pada individu yang menderita imunedeficency tidak ada efek yang berbahaya yang
timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun, jika ada
keraguan misalnya sedang menderita diare/muntah, demam tinggi >38,5 °C pasien
yang mendapat imunosupresan.

Ø Efek samping

Pada umumnya tidak ada efek samping. Tetapi ada hal yang perlu diperhatikan
setelah imunisasi polio yaitu setelah anak mendapatkan imunisasi polio maka pada
feses anak terdapat virus selama 6 minggu sejak pemberian imunisasi. Karena itu,
untuk mereka yang berhubungan dengan bayi yang baru saja di imunisasi polio
supaya menjaga kebersihan dengan mencuci tangan setelah mengganti popok bayi.
F. Penangana masalah pasca imunisasi

 Jika timbul luka biasanya pasca imunisasi BCG, luka tidak perlu di obati. Cukup di
bersihkan/dikompres dengan air hangat atau larutan fisiologis Nacl bila timbul nanah.
Tetapi bila luka besar dan bengkak di ketiak anjurkan ke puskesmas.

 Pada imunisasi DPT, umumnya bayi menderita panas sore hari setelah mendapatka
imunisasi. Tetapi akan turun dalam 1-2 hari. Oleh karena itu bila anak rewel dan
panas berikan obat penurun panas dan kompres air hangat.

 Sama halnya dengan campak, bila timbul panas rewel berikan obat penurun panas
dan kompres air hangat.
TERAPI BERMAIN
A. Definisi
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh
kesenangan. Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional,
dan sosial.

B. Fungsi bermain bagi anak :


1. Perkembangan sensori motorik,
2. Perkembangan intelektual / kognitif,
3. Mengembangkan kreativitas anak,
4. Merupakan media sosialisasi anak,
5. Media kesadaran diri,
6. Perkembangan moral,
7. Sebagai alat komunikasi, dan
8. Terapi.
C. Tujuan bermain :
1. Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal,
2. Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi,
3. Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang tepat,
4. Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit.
Pada kelompok ini ( VI ) terapi bermain, mengambil topik khusus dengan permainan
untuk menstimulasi perkembangan intelektual / kognitif.

Judul / jenis permainan : Menyusun balok

Menyusun gambar
Jumlah anak : 4 – 6 orang
Usia anak : Prasekolah ( 3- 5 tahun )
Tanggal pelaksanaan : 11 Mei 1999
Lama / waktu bermain : 20 – 30 menit ( Pukul 15.30 – 16.00 )
Alat-alat yang diperlukan 1. Potongan balok
2. Potongan gambar
3. Hadiah sebagai reinforcement bagi anak
4. Jam / pengukur waktu
Tempat : Ruang Gambir ( Kamar bermain )
RSAB Harapan Kita

Tujuan khusus pada permainan ini :

1. Meningkatkan hubungan perawat – klien,


2. Meningkatkan kreativitas pada anak,
3. Sosialisasi dengan teman sebaya / orang lain,
4. Membina tingkah laku positif,
5. Menimbulkan rasa kerjasama,
6. Sebagai alat komunikasi antara perawat – klien.
Prinsip bermain yang dilakukan, adalah :

1. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat, dan sederhana.


2. Mempertimbangkan keamanan.
3. Kelompok umur / usia klien sama.
4. Melibatkan orang tua.
5. Tidak bertentangan dengan pengobatan.
Hambatan-hambatan yang mungkin terjadi :

1. Anak lelah,
2. Anak bosan,
3. Anak merasa takut dengan lingkungan,
4. Saat bermain anak mendapat program pengobatan,
5. Kecemasan pada orang tua.
Antisipasi untuk meminimalkan hambatan :

1. Membatasi waktu bermain.


2. Permainan bervariasi / tidak monoton.
3. Jadwal bermain disesuaikan  tidak pada waktu terapi.
4. Terlebih dahulu memberikan penjelasan pada anak dan orang tua.
5. Melibatkan perawat / petugas ruangan dan orang tua.
6. Konsultasi dengan pembimbing.
Denver Development Screening Test (DDST)

A. Konsep DDST (Denver Development Screening Test)

1. Pengertian

 DDST adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menentukan secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah.

 DDST merupakan salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan
anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ, fungsinya digunakan untuk
menafsirkan personal, sosial, motorik halus, bahasa, dan motorik kasar pada anak
mulai dari 1-6 tahun.

(Soetjiningsih, 2005 : 71)

2. Keuntungan DDST

 Menilai perkembangan anak sesuai dengan usia.

 Memantau perkembangan anak usia 0-6 tahun.

 Monitor anak dengan resiko perkembangan.

 Menjaring anak terhadap adanya kelainan.

 Memastikan apakah anak dengan persangkaan pada kelainan perkembangan atau


benar-benar ada kelainan.

3. Alat yang digunakan.

 Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik – manik, kubus warna merah, kuning,
ungu, biru, permainan anak, botol kecil – kecil, bo;a tenis, bel kecil, kertas, dll.

 Lembar DDST.

 Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara – cara melakukan tugas dan
cara penilaiannya.

4. Prinsip pelaksanaan DDST.

 Bertahap dan berkelanjutan.

 Dimulai dari tahap perkembangan yang telah dicapai anak.

 Menggunakan alat bantu stimulasi yang sederhana.

 Suasana nyaman dan bervariasi.

 Perhatikan gerakan spontan anak.


 Dilakukan dengan wajar dan tanpa paksaan serta tidak menghukum.

 Memberikan pujian (reinforcement) bila berhasil melakukan test.

 Sebelum uji coba, semua alat diletakkan dulu diatas meja.

 Pada saat test hanya satu alat saja yang digunakan.

5. Sektor perkembangan / parameter yang digunakan.

 Personal, social (kepribadian/tingkah laku sosial).

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mendiri, bersosialisasi dan berinteraksi


dengan lingkungan.

 Adaptasi motorik halus (fine motor adaptive).

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,


melakukan gerakan yang melibatkan bagian – bagian tubuh tertentu saja dan
dilakukan oleh otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.Misalnya
kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu benda, dll.

 Bahasa (language).

Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah, dan


berbicara spontan.

 Perkembangan motorik kasar.

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

(Vivian nanny, 2010 : 55)

6. Prosedur DDST

 Lulus (pass)

o Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik.

o Ibu atau pengasuh member laporan (R) tepat atau dapat dipercaya bahwa anak
dapat melakukan dengan baik.

 Gagal (failed)

o Apabila anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik.

o Ibu atau pengasuh memberi laporan bahwa anak tidak dapat melakukan tugas
dengan baik.

 Tidak ada kesempatan (no opportunity)


Apabila anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada
hambatan, seperti retardasi mental dan down syndrome.

 Menolak (refusal).

Anak menolak untuk melakukan uji coba biasanya disebabkan karena faktor sesaat
seperti lelah, menangis, sakit, mengantuk, dll.

7. Interpretasi hasil test keseluruhan (4 sektor)

 Normal

o Bila tidak ada keterlambatan (delay)

o Paling banyak 1 caution

o Lakukan ulangan pemeriksaan berikutnya.

 Dicurigai (suspect)

o Bila didapatkan 2 atau lebih caution atau bila didapatkan 1 atau lebih delay

o Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan factor sesaat (takut,
lelah, sakit. Tidak nyaman, dll).

 Tidak teruji

o Bila ada skor menolak 1 atau lebih item disebelah kiri garis umur

o Bila menolak lebih dari 1 pada area 75-90% (warna hijau) yang ditembus garis
umur

o Ulangi pemeriksaan 1-2 minggu

(Vivian nanny, 2010 : 60)

8. Pelaksanaan DDST

 Menetapkan umur anak dengan patokan

o 30 hari = 1 bulan

o 12 bulan = 1 tahun

o ≥15 hari = 1 bulan

 Perhitungan umur :

Missal : tanggal test : 2008 – 08 – 28

Tanggal lahir : 2006 – 06 – 14


---------------------

02 – 02 – 14

Berarti umur anak saat test dilakukan yaitu 2 tahun 2 bulan.

o Menarik garis vertical saat test dilakukan pada lembar DDST yaitu 2 tahun 2
bulan.

o Memperlihatkan tanda / kode pada ujung kotak sebelah kiri.

R à tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tua.

Nomor/angka à tugas perkembangan di test sesuai petunjuk dibalik formulir.

o Menyimpulkan hasil DDST

Normal / abnormal / questionable / untestable.


DAFTAR PUSTAKA

Liska Nurjanah di Jumat, September 28, 2012

Nanny, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Anak balita. Jakarta : Salemba
Medika

Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan.Jakarta : Salemba
Medika

Pedomam Teknis Vaksin dan Cold Chain. Direktorat Jenderal PPNI dan PI
Departemen usesehatan RI Tahun 2012.

Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.


Jakarta 2011.

Price A, Sylvia, dkk, 2012. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses Penyakit,
Edisi 6. EGC: Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA,
intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai