I. PROSEDUR KERJA
Alat : HPLC, injector, timbangan analitik, labu ukur, mikropipet, vial, filter
(0,45 µm), corong, pipet volume, botol timbang, batang pengaduk
Bahan : Asam mefenamat, Aqua pro HPLC, metanol
Prinsip kerja :
1. Pembuatan baku induk Asam mefenamat
2. Pembuatan baku kerja Asam mefenamat
3. Penetapan kadar sampel Asam mefenamat
Alat-Alat HPLC
a. Microprosesor control
Bagian ini merupakan mikro komputer, suatu bagian yang sangat penting untuk
mengontrol atau membuat program mengatur kecepatan aliran pelarut (flow rate)
sebagaimana yang diinginkan, mengatur tekanan (pressure), mengatur komposisi
(perbandingan) pelarut, mengatur suhu injektor dan jumlah sampel yang akan
diinjeksikan bila menggunakan "automatic injection", mengatur suhu oven termasuk
suhu kolom, mengatur panjang gelombang pada detektor dan memprogram waktu
analisa yang diperlukan apabila menggunakan HPLC sistem gradien.
d. Kolom
Kolom umumnya dibuat dari stainless steel, dengan bentuk lurus dan biasanya
dioperasikan pada temperatur kamar. Kolom dapat dipanaskan agar dihasilkan
pemisahan yang lebih efisien, akan tetapi suhu di atas 60o jarang digunakan, karena
dapat menyebabkan terjadi penguraian fase diam ataupun penguapan fase gerak pada
suhu yang lebih tinggi tersebut. Pengepakan kolom tergantung pada model KCKT yang
digunakan (Liquid Solid Chromatography, LSC; Liquid Liquid Chromatography, LLC;
Ion Exchange Chromatography, IEC, Exclution Chromatography, EC).
e. Oven
Column oven akan mengkondisikan suhu supaya temperatur solvent maupun
sample berada pada range yang sesuai. Di lain module, detector UV-Vis melakukan
recording ketika base line maupun ketika sample sudah injeksikan dan melewati kolom.
Berbagai pengaturan maupun setting pada instrument HPLC biasanya dikendalikan oleh
pengguna melewati software atau antar muka gui. Output dari hasil pemeriksaan yang
ditangkap oleh detector akan ditampilkan dalam bentuk grafik di komputer.
f. Detektor
Detektor pada KCKT dikelompokkan dalam 2 golongan yaitu:
Berdasarkan pengukuran diferensial suatu sifat yang dimiliki baik oleh molekul
sampel maupun fase gerak (bulk property detector).
Detektor ini dapat dibedakan menjadi:
a. Detektor Indeks Bias
Detektor indeks bias merupakan detektor yang juga luas penggunaannya
setelah detektor ultraviolet. Dasarnya ialah pengukuran perbedaan indeks bias
fase gerak murni dengan indeks bias fase gerak yang berisi komponen sampel,
sehingga dapat dianggap sebagai detektor yang universal pada HPLC. Detektor
ini kurang sensitif dibanding dengan detektor ultraviolet dan sangat peka
terhadap perubahan suhu.
b. Detektor konduktivitas
c. Detektor tetapan dielektrika
Berdasar pengukuran suatu sifat yang spesifik dari molekul sampel (disebut solute
property detector) seperti penyerapan sinar UV, fluoresensi dll.
g. Injektor
Injektor adalah tempat memasukkan sampel dan kemudian sampel dapat
didistribusikan masuk ke dalam kolom. Terdapat tiga tipe dasar injector yang bisa
digunakan dalam KCKT.
1. Injektor septum
Penyuntikan cuplikan dengan memasukkan cuplikan itu ke dalam syringe
dan menusukkan jarum syringe melalui septum elastomer merupakan cara
penyuntikan pada kolom yang paling sederhana. Injektor septum pada
kromatografi cair merupakan injektor paling murah, tetapi memerlukan
perhatian yang lebih. Septum berkontak dengan pelarut bertekanan tinggi,
karena itu kita harus memilih bahan septum yang tidak termakan oleh pelarut.
2. Penyuntikan aliran henti
Penyuntikan pada bagian atas kolom menghasilkan kromatografi yang
sangat efisien. Injektor aliran henti dirancang untk memungkinkan penempatan
cuplikan langsung pada bagian atas (pangkal) kolom. Volum penyuntikan harus
kecil untuk mencegah agar proses kromatografi tidak dimulai dengan pita yang
lebar.
3. Katup kitar atau pipa dosis (loop valve)
Prinsip kerja katup kitar, dimana pada saat awal sampel akan masuk
memenuhi volume loop terlebih dahulu dan akhirnya segera masuk menuju
kolom pemisahan dengan volume yang tidak berkurang sedikitpun. Pada saat
sampel diinjeksikan maka sampel tidak langsung masuk ke dalam kolom, tapi
akan memenuhi pipa dosis, terlebih dahulu. Pipa dosis ini mempunyai ukuran
volum yang bermacam- macam dari 5 ul – 2000ul. Volume sampel yang
diinjeksikan sebaiknya 5 kali dari volume pipa dosisnya.
h. Recorder dan Data processing
Recorder adalah alat yang paling sederhana untuk mencatat setiap sinyal yang
muncul pada detektor untuk dirubah dalam bentuk kurva atau lebih dikenal dengan
kromatogram. Tinggi rendahnya kurva didasarkan pada pulsa listrik yang diterima.
Kadang- kadang rekorder digabungkan dengan suatu sistem komputer untuk analisa
data atau data prosesor dalam bentuk yang kompak dan dikenal sebagai "Data
Prosesor".
Sampel tablet mengandung asam mefenamat ditimbang (I) 50,4 mg dilarutkan metanol
tepat 100,0 mL, dipipet 1,0 mL ditambah pelarut 50,0 mL saring dan suntikkan ke HPLC
didapatkan data sebagai berikut:
Puncak 1 Puncak 2
Replikasi Bobot Rt Area
Rt Area
I 100,4 2,715 1770450 4,199 4037450
II 105,6 2,698 1897600 4,205 4900380
III 201,5 2,708 2807600 4,218 8600500
JAWAB :
Dari C baku kerja vs Area, didapatkan y = 999170x - 15684
a = -15684
b = 999170
r2 = 0,9999
r = 0,9999499987
Replikasi II
105,6 mg + metanol ad 100,0 ml = 105,6 mg / 100,0 mL = 1056 bpj
1,0 mL
x 1056 bpj=21,12 bpj menggunakan area = 4900380
50,0 mL
Replikasi III
201,5 mg metanol ad 100,0 ml = 201,5 mg / 100,0 mL = 2015 bpj
1,0 mL
x 2015 bpj=40,3 bpj menggunakan area = 8600500
50,0 mL
C adalah kadar asam mefenamat BPFI dalam mg/ml larutan baku; ru dan rs berturut-turut
adalah respon puncak larutan uji dan larutan baku.