Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
(0301192117)
TA2019/2020
BAB I PENDAHULUAN
Melihat pentingnya peran ulama’ terhadap umat Islam, maka umat Islam sangat
mengharapkan agar para ulama’nya tidak hanya sekedar berceramah, berkhotbah, dan
menyelenggarakan pengajian, namun diharapkan lebih mampu memberikan tuntunan dan
pergerakan-pergerakan peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan umat, serta mampu
menemukan solusi dan alternatif bagi pemecahan problem-problem sosial dan ekonomi, dan
solusi tersebut sesuai dengan norma-norma agama yang telah ditentukan.
Dalam setiap generasi dan jaman, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memilih
sejumlahorang yang dikehendaki-Nya sebagai pelita dan lentera kegelapan sebagai tali
penghubung antara diri-Nya dengan para hamba-Nya. Sebagai penunjuk jalan dan pemandu
dalam perjalanan setiap insan menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka adalah ulama.
Tadzkiratul Huffadz, 2/592, lihat Wujub Irtibath bil, Ulama karyaHasan bin Qashim
1
Ar-Rimi
BAB II PEMBAHASAN
Adapun istilah Ulama Secara bahasa merupakan kata serapan yang disadur
dari bahasa Arab.Kata‘Ulamā’ dalam bahasa Arab merupakan bentuk plural (jamak)
dari kata ‘alīm yang berarti “orang yang berilmu”. 2Akan tetapi hingga hari ini definisi
Ulama secara istilah masih menjadi polemik.Sebagian kalangan akademisi
mendefinisikan Ulama secara umum bahwa, Ulama adalah mereka yang memiliki
pengetahuan yang mumpuni, baik itu pengetahuan keagamaan maupun pengetahuan
non-keagamaan.3 Ulama adalah mereka yang takut kepada Allah subhanahu wata’ala
sebagaimana firman-Nya:
…إِنَّ َمايَ ْخشَىاللَّ َه ِم ْن ِعبَا ِد ِها ْل ُعلَ َما ُءإِنَّاللَّ َه َع ِزي ٌز َغفُو ٌر
Imam Hasan al-Bashri menjelaskan ulama adalah orang yang takut kepada
Allah Yang Maha Pengasih, dan menyukai apa yang disukai oleh Allah dan
menghindari apa yang dimurkai Allah. (Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-
Maraghi). Dari Ibnu Abbas juga menjelaskan, ulama adalah orang yang tidak
mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, yang menghalalkan apa yang telah
dihalalkan oleh Allah dan mengharamkan apa yang telah diharamkan-Nya, menjaga
perintah-perintah-Nya, dan yakin bahwa dia akan bertemu dengan-Nya yang akan
menghisab dan membalas semua amalan manusia. (Imam Al-Qurthubi, Al-Jami’ Li
Ahkamil Qur’an).
2
Ibnu Manzur Jamal al-Din Mohammad bin Mukarram Al-Anshari, Lisan Al-Arab, Cet. III, (Cairo: al
Dar al-Misriyah, 1994), h. 311.
3
Mohamad Kamil Ab. Majid, Ulama Dan Perubahan Sosial Dalam Islam, (Jurnal Usuluddin 10, no.
10 1999), h. 81.
ٍّ او َّرثُواا ْل ِع ْل َمفَ َمنَأ َ َخ َذهُأ َ َخ َذبِ َح
ظ َوافِ ٍر َ إِنَّاأْل َ ْنبِيَا َءلَ ْميُ َو ِّرثُوا ِدينَاراً َوالَ ِد ْرهَماًإِنَّ َم،إِنَّا ْل ُعلَ َما َء َو َرثَةُاأْل َ ْنبِيَا ِء
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi.Sungguh para nabi tidak
mewariskan dinar dan dirham.Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu.Barang siapa
mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Tirmidzi
no. 2681; HR. Ahmad (5/169); HR. Ad-Darimi (1/98); HR. Abu Dawud no. 3641).
ِ س ْلطَانِا ْل ُم ْق
س ُّ سلِ ِم َو َحامِاِل ْلقُ ْرآنِ َغ ْي ِرا ْل َغالِيفِي ِه َوا ْل َجافِي َع ْن ُه َوإِ ْك َرا َم ِذيال
ْ ش ْيبَ ِةا ْل ُم
َّ إِنَّ ِم ْنإ ِ ْجاَل اِل للَّ ِهإ ِ ْك َرا َم ِذيال
ِط
Warisan yang paling baik untuk generasi penerus kita adalah berupa
kebaikan, dan di antara kebaikan itu adalah menanamkan sikap hormat dan
ta’zhim kepada para ulama pewaris nabi.Mereka adalah orang-orang yang telah
Allah subhanahu wata’ala tinggikan derajatnya baik di dunia dan akhirat. Allah
berfirman:
3. Menimba ilmu langsung dari para ulama, bukan melalui buku atau tulisan saja.
Dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim dijelaskan, salah satu adab seorang
pelajar adalah jangan sekali-kali mengambil ilmu dari buku tanpa ulama.Sebab,
lembaran kertas tidak bisa membimbing. Sementara ulama akan membimbing jika ada
bacaan pelajar yang keliru.Imam az-Zarnuji berpesan, jangan sembarangan memilih
guru. Dalam memilih guru, sebaiknya guru yang lebih pandai, wara’, lebih tua.Ulama
pewaris nabi adalah sosok yang luas ilmunya dan dengan ilmu itu ia memiliki kadar
ketakwaan atau khasyah (takut) yang tinggi.
Jika keberadaan para Nabi adalah karunia yang sangat berharga, maka
keberadaan para ulama pun di tengah-tengah masyarakat merupakan karunia yang tak
ternilai harganya. Dengan kedudukan ulama pewaris nabi yang begitu vital dan
terhormat, maka membelanya dan menjaga kehormatannya menjadi sebuah
keniscayaan. Karena membela kehormatan ulama sama dengan membela agama itu
sendiri.
“Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya,
dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali. (QS. An-Nisa: 115)
Membela para ulama pewaris nabi adalah untuk menyelamatkan manusia dari
kesesatan dan kebodohan.Sehingga dunia ini tidak rusak karenanya. Rasulullah
shallallahu ‘alaihIi wasallam bersabda,
ِ ﺾ ﺍﻟ ِﻌ ْﻠ َﻢ ﺑِﻘَ ْﺒ
ﺾ ﺍﻟ ُﻌﻠَ َﻤﺎﺀِ ﺣﺘَّﻰ ﺇﺫﺍ ﻟَ ْﻢ ُ ِﺍﻟﻌﺒﺎ ِﺩ ﻭﻟَ ِﻜﻦْ ﻳَ ْﻘﺒ ِ ﺍﻟﻌ ْﻠ َﻢ ﺍ ْﻧﺘِﺰَ ﺍ َﻋﺎ ً ﻳَ ْﻨﺘَ ِﺰ ُﻋﻪُ• ﻣﻦ
ِ ﺾ ُ ِإِﻥَّ ﻪﻠﻟﺍ ﻻ ﻳَ ْﻘﺒ
َ َﻀ ُّﻠﻮﺍ َﻭﺃ
ﺿ ُّﻠﻮﺍ َ َﺴﺌِﻠﻮﺍ ﻓَﺄ َ ْﻓﺘ َْﻮﺍ ﺑِ َﻐ ْﻴ ِﺮ ِﻋ ْﻠ ٍﻢ ﻓ
ُ َ ﻓ،ًﺳﺎ ً ُﺟ َّﻬﺎﻻ َ ﻖ ﻋَﺎﻟِ ٌﻢ ﺍﺗَّ َﺨ َﺬ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺭﺅ ِ ﻳُ ْﺒ
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menggangkat ilmu dengan sekali cabutan
dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para
ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-
orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa
ilmu.mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari). Imam Nawawi menjelaskan,
“Hadits ini menerangkan bahwa maksud diangkatnya ilmu yaitu sebagaimana pada
hadits-hadits sebelumnya secara mutlak. Bukanlah menghapuskannya dari dada para
penghafalnya, akan tetapi maknanya adalah wafatnya para pemilik ilmu tersebut.
Manusia kemudian menjadikan orang-orang bodoh untuk memutuskan hukum sesuatu
dengan kebodohan mereka. Akhirnya mereka pun sesat dan menyesatkan orang lain.”4
ب ِفي ِه ُ ُسلَكَ طَ ِريقًا يَ ْطل َ : سلَّم يقو ُل َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َوَ ِ سول هَّللا ُ س ِم ْعتُ َر:َوعَنْ َٔابي الد َّْردا ِء قَال
ً ض ُع أَ ْجنِ َحتَ َها ِر
ِ ِضا لِطَال
َّب ا ْل ِع ْل ِم َوإِن َ َق ا ْل َجنَّ ِة َوإِنَّ ا ْل َماَل ئِ َكةَ لَتِ سلَكَ هَّللا ُ بِ ِه طَ ِريقًا ِمنْ طُ ُر
َ ِع ْل ًما
ْ َف ا ْل َما ِء َوإِنَّ ف
ض َل ِ ض َوا ْل ِحيتَانُ فِي َج ْو ِ ت َو َمنْ فِي اأْل َ ْر ِ س َم َوا َّ ستَ ْغفِ ُر لَهُ َمنْ فِي ال ْ َا ْل َعالِ َم لَي
َّب َوإِنَّ ا ْل ُعلَ َما َء َو َرثَةُ اأْل َ ْنبِيَا ِء َوإِن َ ض ِل ا ْلقَ َم ِر لَ ْيلَةَ ا ْلبَ ْد ِر َعلَى
ِ سائِ ِر ا ْل َك َوا ِك ْ َا ْل َعالِ ِم َعلَى ا ْل َعابِ ِد َكف
ظ َوافِ ٍر ٍّ اأْل َ ْنبِيَا َء لَ ْم يُ َو ِّرثُوا ِدينَا ًرا َواَل ِد ْر َه ًما َو َّرثُوا ا ْل ِع ْل َم فَ َمنْ أَ َخ َذهُ أَ َخ َذ بِ َح
ُص َح َّدثَه ٍ س ْع ٍد عَنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن ا ْل َولِي ِد عَنْ أَبِي َح ْف َ ُش ِدينُ بْن ْ َح َّدثَنَا َه ْيثَ ُم بْنُ َخا ِر َجةَ َح َّدثَنَا ِر
ِ سلَّ َم إِنَّ َمثَ َل ا ْل ُعلَ َما ِء فِي اأْل َ ْر
ض َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َ س بْنَ َمالِ ٍك يَقُو ُل قَا َل النَّبِ ُّي َ َس ِم َع أَن َ ُأَنَّه
ْش َك أَن َ ستْ ال ُّن ُجو ُم أَ ْو َ ت ا ْلبَ ِّر َوا ْلبَ ْح ِر فَإ ِ َذا ا ْن
َ ط َم ِ س َما ِء يُ ْهتَدَى بِ َها فِي ظُلُ َما َّ وم ِفي الِ َك َمثَ ِل النُّ ُج
َُض َّل ا ْل ُهدَاة
ِ ت
َ ُص ُّي قَا َل َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ ِح ْميَ ٍر قَا َل َح َّدثَنَا ُم َعا ِويَةُ بْن
ْساَّل ٍم عَن ِ سى بْنُ ِهاَل ٍل ا ْل ِح ْم َ أَ ْخبَ َرنَا ِعي
َ شدَّا ٍد أَبِي َع َّما ٍر عَنْ أَبِي أُ َما َمةَ ا ْلبَا ِهلِ ِّي قَا َل َجا َء َر ُج ٌل إِلَى النَّبِ ِّي
صلَّى َ ِْع ْك ِر َمةَ ْب ِن َع َّما ٍر عَن
ُ صلَّى هَّللا َ ِ سو ُل هَّللا ِّ س اأْل َ ْج َر َو
ُ الذ ْك َر َمالَهُ فَقَا َل َر ُ سلَّ َم فَقَا َل أَ َرأَيْتَ َر ُجاًل َغزَ ا يَ ْلتَ ِم
َ هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو
سلَّ َم اَلَ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو
َ ِ سو ُل هَّللا
ُ ت يَقُو ُل لَهُ َر ٍ ث َم َّرا َ سلَّ َم اَل ش َْي َء لَهُ فَأَعَا َدهَا ثَاَلَ َعلَ ْي ِه َو
ً َِي َء لَهُ ثُ َّم قَا َل إِنَّ هَّللا َ اَل يَ ْقبَ ُل ِمنْ ا ْل َع َم ِل إِاَّل َما َكانَ لَهُ َخال
ُصا َوا ْبتُ ِغ َي بِ ِه َو ْج ُهه ْ ش
Telah mengabarkan kepada kami Isa bin Hilal Al Himshi, ia berkata; telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Humair ia berkata; telah menceritakan
kepada kami Mu'awiyah bin Sallam dari 'Ikrimah bin 'Ammar dari Syaddad bin Abi
'Ammar dari Abu Umamah Al Bahili ia berkata; telah datang seorang laki-laki kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata; bagaimana pendapat anda mengenai
seseorang yang berjihad mengharapkan upah dan sanjungan, apakah yang ia peroleh?
5
Ensiklopedia 9 Imam (apk)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Ia tidak mendapatkan apa-apa, "
lalu ia mengulanginya tiga kali, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda
kepadanya: "Ia tidak mendapatkan apa-apa". Kemudian beliau bersabda: " Allah tidak
menerima amalan kecuali jika dilakukan dengan ikhlas dan mengharapkan wajah-
Nya.6
D. Penutup
Ulama adalah orang yang takut kepada Allah Yang SWT.yang menyukai apa
yang disukai oleh Allah dan menghindari apa yang dimurkai Allah. Ulama orang yang
tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, yang menghalalkan apa yang
telah dihalalkan dan mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah. Salah satu
tugas Nabi yaitu menyampaikan amanat risalah dari Allah SWT.sejatinya juga tugas
seorang ulama, karena ia adalah penerus estafet perjuangan Nabi.
3. Menimba ilmu langsung dari para ulama, bukan melalui buku atau tulisan saja.
Dengan kedudukan ulama pewaris nabi yang begitu vital dan terhormat, maka
membelanya dan menjaga kehormatannya menjadi sebuah keniscayaan. Karena
membela kehormatan ulama sama dengan membela agama itu sendiri. Oleh karena itu
keberadaan mereka tidak bisa dipisahkan dengan umat, karena ulama senantiasa
memberi fatwa dan taushiah, tempat umat bertanya.Mereka adalah orang-orang yang
menjadi penyambung umat dengan Rabb, agama dan Rasul-Nya. Mereka adalah
sederetan orang yang akan menuntun umat kepada cinta dan ridha Allah, menuju jalan
yang dirahmati yaitu jalan yang lurus.
6
Ibid.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Anshari, Ibnu Manzur Jamal al-Din Mohammad bin Mukarram. 1994. Lisan Al-
Arab. Cet. III. Cairo: al Dar al-Misriyah.
Ensiklopedia 9 Imam (apk).
https://portaljember.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-16751622/khutbah-jumat-tema-
ulama-pewaris-nabi-jangan-dizalimi-mari-mengenal-kedudukan-ulama-yang-istimewa
Muhammad Afif. 1998. Islam Madzhab Masa Depan. Bandung: Pustaka Hidayah.
Tadzkiratul Huffadz, 2/592, lihat Wujub Irtibath bil, Ulama karya Hasan bin Qashim
Ar-Rimi.