Anda di halaman 1dari 10

ULAMA ADALAH PEWARIS NABI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadist Tarbawi

Dosen Pengampu:

Dr. MUHAMMAD ROZALI, MA

Disusun Oleh:

ZULYA IFLA ALVINA

(0301192117)

PAI-4 SEMESTER III

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN

TA2019/2020
BAB I PENDAHULUAN

Melihat pentingnya peran ulama’ terhadap umat Islam, maka umat Islam sangat
mengharapkan agar para ulama’nya tidak hanya sekedar berceramah, berkhotbah, dan
menyelenggarakan pengajian, namun diharapkan lebih mampu memberikan tuntunan dan
pergerakan-pergerakan peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan umat, serta mampu
menemukan solusi dan alternatif bagi pemecahan problem-problem sosial dan ekonomi, dan
solusi tersebut sesuai dengan norma-norma agama yang telah ditentukan.

Al-Imam Adz-Dzahabi rahimahullah mengatakan: “Telah sampai kepada kami bahwa


Abu Dawud adalah termasuk ulama dari ulama-ulama yang mengamalkan ilmunya sehingga
sebagian imam mengatakan bahwa Abu Dawud serupa dengan Ahmad bin Hanbal dalam hal
bimbingan dan kewibawaan. Dalam hal ini Ahmad menyerupai Waki’, dalam hal ini pula
Waki’ menyerupai Sufyan dan Sufyan menyerupai Manshur dan Manshur menyerupai
Ibrahim, Ibrahim serupa dengan ‘Alqamah dan ‘Alqamah dengan Abdullah bin Mas’ud.
‘Alqamah berkata: “Ibnu Mas’ud menyerupai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
bimbingan danarahannya.1” (Tadzkiratul Huffadz, 2/592, lihat Wujub Irtibath bil ‘Ulama
karyaHasan bin Qashim Ar-Rimi)

Dalam setiap generasi dan jaman, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memilih
sejumlahorang yang dikehendaki-Nya sebagai pelita dan lentera kegelapan sebagai tali
penghubung antara diri-Nya dengan para hamba-Nya. Sebagai penunjuk jalan dan pemandu
dalam perjalanan setiap insan menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka adalah ulama.

Tadzkiratul Huffadz, 2/592, lihat Wujub Irtibath bil, Ulama karyaHasan bin Qashim
1

Ar-Rimi
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ulama adalah Pewaris Nabi

Adapun istilah Ulama Secara bahasa merupakan kata serapan yang disadur
dari bahasa Arab.Kata‘Ulamā’ dalam bahasa Arab merupakan bentuk plural (jamak)
dari kata ‘alīm yang berarti “orang yang berilmu”. 2Akan tetapi hingga hari ini definisi
Ulama secara istilah masih menjadi polemik.Sebagian kalangan akademisi
mendefinisikan Ulama secara umum bahwa, Ulama adalah mereka yang memiliki
pengetahuan yang mumpuni, baik itu pengetahuan keagamaan maupun pengetahuan
non-keagamaan.3 Ulama adalah mereka yang takut kepada Allah subhanahu wata’ala
sebagaimana firman-Nya:

…‫إِنَّ َمايَ ْخشَىاللَّ َه ِم ْن ِعبَا ِد ِها ْل ُعلَ َما ُءإِنَّاللَّ َه َع ِزي ٌز َغفُو ٌر‬

“…Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya


hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS.
Fathir: 28)

Imam Hasan al-Bashri menjelaskan ulama adalah orang yang takut kepada
Allah Yang Maha Pengasih, dan menyukai apa yang disukai oleh Allah dan
menghindari apa yang dimurkai Allah. (Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-
Maraghi). Dari Ibnu Abbas juga menjelaskan, ulama adalah orang yang tidak
mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, yang menghalalkan apa yang telah
dihalalkan oleh Allah dan mengharamkan apa yang telah diharamkan-Nya, menjaga
perintah-perintah-Nya, dan yakin bahwa dia akan bertemu dengan-Nya yang akan
menghisab dan membalas semua amalan manusia. (Imam Al-Qurthubi, Al-Jami’ Li
Ahkamil Qur’an).

Dan yang terpenting, menyampaikan amanat risalah dari Rabb Semesta


Alam.Itulah tugas nabi. Demikian juga sejatinya ulama, ia adalah penerus estafet
perjuangan nabi. Ia adalah pemangku tugas nabi. Semua tugas nabi, ia yang
mewarisinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

2
Ibnu Manzur Jamal al-Din Mohammad bin Mukarram Al-Anshari, Lisan Al-Arab, Cet. III, (Cairo: al
Dar al-Misriyah, 1994), h. 311.
3
Mohamad Kamil Ab. Majid, Ulama Dan Perubahan Sosial Dalam Islam, (Jurnal Usuluddin 10, no.
10 1999), h. 81.
ٍّ ‫او َّرثُواا ْل ِع ْل َمفَ َمنَأ َ َخ َذهُأ َ َخ َذبِ َح‬
‫ظ َوافِ ٍر‬ َ ‫إِنَّاأْل َ ْنبِيَا َءلَ ْميُ َو ِّرثُوا ِدينَاراً َوالَ ِد ْرهَماًإِنَّ َم‬،‫إِنَّا ْل ُعلَ َما َء َو َرثَةُاأْل َ ْنبِيَا ِء‬
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi.Sungguh para nabi tidak
mewariskan dinar dan dirham.Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu.Barang siapa
mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Tirmidzi
no. 2681; HR. Ahmad (5/169); HR. Ad-Darimi (1/98); HR. Abu Dawud no. 3641).

B. 4 Kewajiban Terhadap Ulama Pewaris Nabi

1. Beradab, menghormati, dan memuliakan ulama.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan, Adab baik seseorang adalah tanda


kebahagiaan dan kesuksesannya.Adab buruknya adalah tanda kesengsaraan dan
kebinasaannya.Adab yang baik adalah sangat efektif untuk mendatangkan
kebaikan dunia akhirat.Adab yang buruk adalah sangat efektif untuk menghalangi
dari kebaikan dunia akhirat.” (Madarijus Salikin, 2/391),

Menghormati ulama termasuk pengagungan kepada Allah subhanahu


wata’ala, bahkan menurut Imam Nawawi bahwa menghormati ulama lebih utama
dari pada kepada orang tua karena ulama adalah para pewaris Nabi.sebagaimana
disebutkan dalam hadits Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ِ ‫س ْلطَانِا ْل ُم ْق‬
‫س‬ ُّ ‫سلِ ِم َو َحامِاِل ْلقُ ْرآنِ َغ ْي ِرا ْل َغالِيفِي ِه َوا ْل َجافِي َع ْن ُه َوإِ ْك َرا َم ِذيال‬
ْ ‫ش ْيبَ ِةا ْل ُم‬
َّ ‫إِنَّ ِم ْنإ ِ ْجاَل اِل للَّ ِهإ ِ ْك َرا َم ِذيال‬
‫ِط‬

“Sesungguhnya termasuk pengagungan kepada Allah subhanahu wata’ala,


yaitu memuliakan orang tua yang muslim, orang yang hafal al–Quran (ulama)
tanpa berlebih-lebihan atau berlonggar-longgar di dalamnya dan memuliakan
penguasa yang adil.” (Abu Dawud, no. 4843 dan dihasankan oleh Al-Albani
dalam Shahih At-Targhib, 1/44),

2. Mewariskan sikap menghormati ulama kepada para generasi umat Islam.

Warisan yang paling baik untuk generasi penerus kita adalah berupa
kebaikan, dan di antara kebaikan itu adalah menanamkan sikap hormat dan
ta’zhim kepada para ulama pewaris nabi.Mereka adalah orang-orang yang telah
Allah subhanahu wata’ala tinggikan derajatnya baik di dunia dan akhirat. Allah
berfirman:

َّ‫ش ُزوايَ ْرفَ ِعالل‬ ُ ‫س ِحاللَّ ُهلَ ُك ْم َوإِ َذاقِيلَا ْن‬


ُ ‫ش ُزوافَا ْن‬ َ ‫سفَا ْف‬
َ ‫س ُحوايَ ْف‬ َّ َ‫يَاأَيُّ َهاالَّ ِذينَآ َمنُواإِ َذاقِيلَلَ ُك ْمتَف‬
ِ ِ‫س ُحوافِيا ْل َم َجال‬
‫ُهالَّ ِذينَآ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذينَأُوتُواا ْل ِع ْل َم َد َر َجاتٍ َواللَّ ُهبِ َماتَ ْع َملُونَ َخبِي ٌ•ر‬

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu, ‘Berlapang-lapanglah


dalam majlis,’ maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu,’ maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah: 11).

Ibrahim bin Syahid berkata, “Bapakku pernah menasehati diriku dengan


berkata, ‘Wahai Ibrahim, datanglah kepada para ulama ahli ilmu, belajarlah dari
mereka, ambil adab, akhlak, dan petunjuk mereka, karena sesungguhnya yang
demikian itu lebih aku sukai dari pada banyak meriwayatkan hadits.’” (Al-Jami’ Li
Akhlaqi Rawi, Al-Khatib, 1/17).

3. Menimba ilmu langsung dari para ulama, bukan melalui buku atau tulisan saja.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menjelaskan, mempelajari ilmu


lewat jalur bertemu langsung dengan ulama akan lebih memudahkan dalam
memperoleh ilmu (dan pemahaman) dari pada belajar lewat metode kitab saja. Karena
mereka yang memperoleh ilmu melalui metode kitab akan lebih susah dan
membutuhkan upaya sungguh-sungguh agar bisa paham. Padahal ada beberapa hal
seperti kaidah-kaidah syar’i dan batasan yang telah ditetapkan oleh para ulama yang
butuh penjelasan lanjut, dan harus dipelajari dengan merujuk dan bertanya langsung
pada para ulama sebisa mungkin. (Kitabul ‘Ilmi, Syaikh Muhammad Ibn Shalih al-
Utsaimin, 103)

Dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim dijelaskan, salah satu adab seorang
pelajar adalah jangan sekali-kali mengambil ilmu dari buku tanpa ulama.Sebab,
lembaran kertas tidak bisa membimbing. Sementara ulama akan membimbing jika ada
bacaan pelajar yang keliru.Imam az-Zarnuji berpesan, jangan sembarangan memilih
guru. Dalam memilih guru, sebaiknya guru yang lebih pandai, wara’, lebih tua.Ulama
pewaris nabi adalah sosok yang luas ilmunya dan dengan ilmu itu ia memiliki kadar
ketakwaan atau khasyah (takut) yang tinggi.

4. Menjaga dan membela kehormatan ulama

Jika keberadaan para Nabi adalah karunia yang sangat berharga, maka
keberadaan para ulama pun di tengah-tengah masyarakat merupakan karunia yang tak
ternilai harganya. Dengan kedudukan ulama pewaris nabi yang begitu vital dan
terhormat, maka membelanya dan menjaga kehormatannya menjadi sebuah
keniscayaan. Karena membela kehormatan ulama sama dengan membela agama itu
sendiri.

Syaikh Utsaimin pernah berkata, “Mengghibah ulama memberikan mudarat


kepada Islam seluruhnya.Karena umat tidak akan percaya lagi kepada ulama lalu
mereka akan meninggalkan fatwa para ulama dan lepaslah mereka dari
agama.”Mereka merendahkan ulama pewaris nabi dan mencampakkan fatwa serta
pandangan para ulama. Allah memberikan ancaman kepada mereka dengan firman-
Nya,

ْ ُ‫سبِياِل ْل ُم ْؤ ِمنِينَنُ َولِّ ِه َماتَ َولَّ ٰى َون‬


َ ‫صلِ ِه َج َهنَّ َم َو‬
ِ ‫سا َء ْت َم‬
‫صي‬ َ ‫سولَ ِم ْنبَ ْع ِد َماتَبَيَّنَلَ ُها ْل ُه َد ٰى َويَتَّبِ ْع َغ ْي َر‬
ُ ‫َو َم ْنيُشَاقِقِال َّر‬
‫ًرا‬

“Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya,
dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali. (QS. An-Nisa: 115)

Membela para ulama pewaris nabi adalah untuk menyelamatkan manusia dari
kesesatan dan kebodohan.Sehingga dunia ini tidak rusak karenanya. Rasulullah
shallallahu ‘alaihIi wasallam bersabda,

ِ ‫ﺾ ﺍﻟ ِﻌ ْﻠ َﻢ ﺑِﻘَ ْﺒ‬
‫ﺾ ﺍﻟ ُﻌﻠَ َﻤﺎﺀِ ﺣﺘَّﻰ ﺇﺫﺍ ﻟَ ْﻢ‬ ُ ِ‫ﺍﻟﻌﺒﺎ ِﺩ ﻭﻟَ ِﻜﻦْ ﻳَ ْﻘﺒ‬ ِ ‫ﺍﻟﻌ ْﻠ َﻢ ﺍ ْﻧﺘِﺰَ ﺍ َﻋﺎ ً ﻳَ ْﻨﺘَ ِﺰ ُﻋﻪُ• ﻣﻦ‬
ِ ‫ﺾ‬ ُ ِ‫إِﻥَّ ﻪﻠﻟﺍ ﻻ ﻳَ ْﻘﺒ‬
َ َ‫ﻀ ُّﻠﻮﺍ َﻭﺃ‬
‫ﺿ ُّﻠﻮﺍ‬ َ َ‫ﺴﺌِﻠﻮﺍ ﻓَﺄ َ ْﻓﺘ َْﻮﺍ ﺑِ َﻐ ْﻴ ِﺮ ِﻋ ْﻠ ٍﻢ ﻓ‬
ُ َ‫ ﻓ‬،ً‫ﺳﺎ ً ُﺟ َّﻬﺎﻻ‬ َ ‫ﻖ ﻋَﺎﻟِ ٌﻢ ﺍﺗَّ َﺨ َﺬ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺭﺅ‬ ِ ‫ﻳُ ْﺒ‬
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menggangkat ilmu dengan sekali cabutan
dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para
ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-
orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa
ilmu.mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari). Imam Nawawi menjelaskan,
“Hadits ini menerangkan bahwa maksud diangkatnya ilmu yaitu sebagaimana pada
hadits-hadits sebelumnya secara mutlak. Bukanlah menghapuskannya dari dada para
penghafalnya, akan tetapi maknanya adalah wafatnya para pemilik ilmu tersebut.
Manusia kemudian menjadikan orang-orang bodoh untuk memutuskan hukum sesuatu
dengan kebodohan mereka. Akhirnya mereka pun sesat dan menyesatkan orang lain.”4

C. Hadist Tentang Ulama Sebagai Pewaris Nabi

‫ب ِفي ِه‬ ُ ُ‫سلَكَ طَ ِريقًا يَ ْطل‬ َ : ‫سلَّم يقو ُل‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬َ ِ ‫سول هَّللا‬ ُ ‫ س ِم ْعتُ َر‬:‫َوعَنْ َٔابي الد َّْردا ِء قَال‬
ً ‫ض ُع أَ ْجنِ َحتَ َها ِر‬
ِ ِ‫ضا لِطَال‬
َّ‫ب ا ْل ِع ْل ِم َوإِن‬ َ َ‫ق ا ْل َجنَّ ِة َوإِنَّ ا ْل َماَل ئِ َكةَ لَت‬ِ ‫سلَكَ هَّللا ُ بِ ِه طَ ِريقًا ِمنْ طُ ُر‬
َ ‫ِع ْل ًما‬
ْ َ‫ف ا ْل َما ِء َوإِنَّ ف‬
‫ض َل‬ ِ ‫ض َوا ْل ِحيتَانُ فِي َج ْو‬ ِ ‫ت َو َمنْ فِي اأْل َ ْر‬ ِ ‫س َم َوا‬ َّ ‫ستَ ْغفِ ُر لَهُ َمنْ فِي ال‬ ْ َ‫ا ْل َعالِ َم لَي‬
َّ‫ب َوإِنَّ ا ْل ُعلَ َما َء َو َرثَةُ اأْل َ ْنبِيَا ِء َوإِن‬ َ ‫ض ِل ا ْلقَ َم ِر لَ ْيلَةَ ا ْلبَ ْد ِر َعلَى‬
ِ ‫سائِ ِر ا ْل َك َوا ِك‬ ْ َ‫ا ْل َعالِ ِم َعلَى ا ْل َعابِ ِد َكف‬
‫ظ َوافِ ٍر‬ ٍّ ‫اأْل َ ْنبِيَا َء لَ ْم يُ َو ِّرثُوا ِدينَا ًرا َواَل ِد ْر َه ًما َو َّرثُوا ا ْل ِع ْل َم فَ َمنْ أَ َخ َذهُ أَ َخ َذ بِ َح‬

ُ‫رواهُ َٔابُو داود والترمذ ّي‬


Telah menceritakan kepada kami Musaddad bin Musarhad telah menceritakan
kepada kami Abdullah bin Daud aku mendengar 'Ashim bin Raja bin Haiwah
menceritakan dari Daud bin Jamil dari Katsir bin Qais ia berkata, "Aku pernah duduk
bersama Abu Ad Darda di masjid Damaskus, lalu datanglah seorang laki-laki
kepadanya dan berkata, "Wahai Abu Ad Darda, sesungguhnya aku datang kepadamu
dari kota Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam karena sebuah hadis yang sampai
kepadaku bahwa engkau meriwayatannya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Dan tidaklah aku datang kecuali untuk itu." Abu Ad Darda lalu berkata, "Aku
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa meniti
jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mempermudahnya jalan ke surga.
Sungguh, para Malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridlaan kepada penuntut
ilmu. Orang yang berilmu akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi
hingga ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan serang alim dibanding ahli ibadah
4
https://portaljember.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-16751622/khutbah-jumat-tema-ulama-
pewaris-nabi-jangan-dizalimi-mari-mengenal-kedudukan-ulama-yang-istimewa
seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang.Para ulama
adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka
hanyalah mewariskan ilmu.Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil
bagian yang banyak." Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Wazir Ad
Dimasyqi telah menceritakan kepada kami Al Walid ia berkata; aku berjumpa dengan
Syabib bin Syaibah lalu ia menceritakannya kepadaku dari Utsman bin Abu Saudah
dari Abu Ad Darda dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan maknanya."5

ُ‫ص َح َّدثَه‬ ٍ ‫س ْع ٍد عَنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن ا ْل َولِي ِد عَنْ أَبِي َح ْف‬ َ ُ‫ش ِدينُ بْن‬ ْ ‫َح َّدثَنَا َه ْيثَ ُم بْنُ َخا ِر َجةَ َح َّدثَنَا ِر‬
ِ ‫سلَّ َم إِنَّ َمثَ َل ا ْل ُعلَ َما ِء فِي اأْل َ ْر‬
‫ض‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫س بْنَ َمالِ ٍك يَقُو ُل قَا َل النَّبِ ُّي‬ َ َ‫س ِم َع أَن‬ َ ُ‫أَنَّه‬
ْ‫ش َك أَن‬ َ ‫ستْ ال ُّن ُجو ُم أَ ْو‬ َ ‫ت ا ْلبَ ِّر َوا ْلبَ ْح ِر فَإ ِ َذا ا ْن‬
َ ‫ط َم‬ ِ ‫س َما ِء يُ ْهتَدَى بِ َها فِي ظُلُ َما‬ َّ ‫وم ِفي ال‬ِ ‫َك َمثَ ِل النُّ ُج‬
ُ‫َض َّل ا ْل ُهدَاة‬
ِ ‫ت‬

Telah menceritakan kepada kami Haitsam bin Kharijah telah menceritakan


kepada kami Risydin bin Sa'd dari Abdullah bin Al-Walid dari Abu Hafs
menceritakannya, mendengar Anas bin Malik berkata: Nabi Shallallahu'alaihi wa
Sallam bersabda: "Permisalan para ulama` di bumi seperti bintang-bintang di langit,
digunakan sebagai petunjuk dalam kegelapan daratan dan lautan. Jika bintang-bintang
itu hilang, dikhawatirkan orang-orang yang mencari petunjuk menjadi sesat."

َ ُ‫ص ُّي قَا َل َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ ِح ْميَ ٍر قَا َل َح َّدثَنَا ُم َعا ِويَةُ بْن‬
ْ‫ساَّل ٍم عَن‬ ِ ‫سى بْنُ ِهاَل ٍل ا ْل ِح ْم‬ َ ‫أَ ْخبَ َرنَا ِعي‬
َ ‫شدَّا ٍد أَبِي َع َّما ٍر عَنْ أَبِي أُ َما َمةَ ا ْلبَا ِهلِ ِّي قَا َل َجا َء َر ُج ٌل إِلَى النَّبِ ِّي‬
‫صلَّى‬ َ ْ‫ِع ْك ِر َمةَ ْب ِن َع َّما ٍر عَن‬
ُ ‫صلَّى هَّللا‬ َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ ِّ ‫س اأْل َ ْج َر َو‬
ُ ‫الذ ْك َر َمالَهُ فَقَا َل َر‬ ُ ‫سلَّ َم فَقَا َل أَ َرأَيْتَ َر ُجاًل َغزَ ا يَ ْلتَ ِم‬
َ ‫هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
‫سلَّ َم اَل‬َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬
ُ ‫ت يَقُو ُل لَهُ َر‬ ٍ ‫ث َم َّرا‬ َ ‫سلَّ َم اَل ش َْي َء لَهُ فَأَعَا َدهَا ثَاَل‬َ ‫َعلَ ْي ِه َو‬
ً ِ‫َي َء لَهُ ثُ َّم قَا َل إِنَّ هَّللا َ اَل يَ ْقبَ ُل ِمنْ ا ْل َع َم ِل إِاَّل َما َكانَ لَهُ َخال‬
ُ‫صا َوا ْبتُ ِغ َي بِ ِه َو ْج ُهه‬ ْ ‫ش‬
Telah mengabarkan kepada kami Isa bin Hilal Al Himshi, ia berkata; telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Humair ia berkata; telah menceritakan
kepada kami Mu'awiyah bin Sallam dari 'Ikrimah bin 'Ammar dari Syaddad bin Abi
'Ammar dari Abu Umamah Al Bahili ia berkata; telah datang seorang laki-laki kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata; bagaimana pendapat anda mengenai
seseorang yang berjihad mengharapkan upah dan sanjungan, apakah yang ia peroleh?
5
Ensiklopedia 9 Imam (apk)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Ia tidak mendapatkan apa-apa, "
lalu ia mengulanginya tiga kali, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda
kepadanya: "Ia tidak mendapatkan apa-apa". Kemudian beliau bersabda: " Allah tidak
menerima amalan kecuali jika dilakukan dengan ikhlas dan mengharapkan wajah-
Nya.6

D. Penutup

Ulama adalah orang yang takut kepada Allah Yang SWT.yang menyukai apa
yang disukai oleh Allah dan menghindari apa yang dimurkai Allah. Ulama orang yang
tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, yang menghalalkan apa yang
telah dihalalkan dan mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah. Salah satu
tugas Nabi yaitu menyampaikan amanat risalah dari Allah SWT.sejatinya juga tugas
seorang ulama, karena ia adalah penerus estafet perjuangan Nabi.

Ada 4 kewajiban terhadap ulama sebagai pewaris nabi;

1. Beradab, menghormati, dan memuliakan ulama.

2. Mewariskan sikap menghormati ulama kepada para generasi umat Islam.

3. Menimba ilmu langsung dari para ulama, bukan melalui buku atau tulisan saja.

4. Menjaga dan membela kehormatan ulama.

Dengan kedudukan ulama pewaris nabi yang begitu vital dan terhormat, maka
membelanya dan menjaga kehormatannya menjadi sebuah keniscayaan. Karena
membela kehormatan ulama sama dengan membela agama itu sendiri. Oleh karena itu
keberadaan mereka tidak bisa dipisahkan dengan umat, karena ulama senantiasa
memberi fatwa dan taushiah, tempat umat bertanya.Mereka adalah orang-orang yang
menjadi penyambung umat dengan Rabb, agama dan Rasul-Nya. Mereka adalah
sederetan orang yang akan menuntun umat kepada cinta dan ridha Allah, menuju jalan
yang dirahmati yaitu jalan yang lurus.

6
Ibid.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Anshari, Ibnu Manzur Jamal al-Din Mohammad bin Mukarram. 1994. Lisan Al-
Arab. Cet. III. Cairo: al Dar al-Misriyah.
Ensiklopedia 9 Imam (apk).
https://portaljember.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-16751622/khutbah-jumat-tema-
ulama-pewaris-nabi-jangan-dizalimi-mari-mengenal-kedudukan-ulama-yang-istimewa
Muhammad Afif. 1998. Islam Madzhab Masa Depan. Bandung: Pustaka Hidayah.

Tadzkiratul Huffadz, 2/592, lihat Wujub Irtibath bil, Ulama karya Hasan bin Qashim
Ar-Rimi.

Anda mungkin juga menyukai