Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN RISIKO UNIT KIA-KB

DOSEN PENGAMPU : Betty mangkuji,SST,M.Keb

OLEH :

CHRISTIN MARGARETH LUMBANTORUAN

DIII-IIA

JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN

T.A 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Permasalahan dibidang kesehatan terutama yang berkaitan dengan
Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana merupakan suatu hal yang sangat
mendapatkan perhatian besar dan menjadi sorotan di dunia kesehatan.Tidak hanya
menjadi persoalan danpermasalahan yang di hadapi di Indonesia,namun juga
menjadi permasalahan dihadapai diberbagai belahan dunia.WHO mencatat bahwa
Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi masih merupakan kejadian yang
sangat tinggi di dunia kesehatan,
sedangkan untuk program Keluarga Berencana, terjadinya pembludakan
jumlah populasi penduduk dunia seiring dengan perkembangan zaman. Oleh karena
itu,berbagai instansi dan juga program yang mampu mengendalikan permsalahan
yang sedang di hadapi utnuk menangani kasus tersebut telah banyak
dikeluarkan, baik oleh badan kesehatan dunia maupun oleh dinas kesehatan di negara
masing-masing dalam upaya menurunkan kejadian Angka Kematian Ibu dan
Angka Kematian Bayi yang sangat tinggi, serta untuk menanggulangi pembludakan
jumlah Populasi penduduk didunia, tidak terkecuali di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil Rumusan


Masalah sebagai berikut :
1.Apakah yang dimaksud dengan KIA dan KB ?
2.Apakah tujuan dari KIA dan KB ?
3.Bagaimanakah prinsip pengelolaan program KIA dan Kb ?
4.Bagaimanakah batasan dan indikatorprogram KIA dan KB ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas,
dan juga makalah ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mahasiswa. Serta makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber
referensi bagi penulisan makalah selanjutnya
BAB II
PEMBAHASAN

A.Definisi Upaya
kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita
serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya
memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam
upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan
persalinan Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk
dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/
komunikasi (telepon genggam, telpon rumah), pendanaan, pendonor darah,
pencatatan-pemantaun dan informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula
pendidikan kesehatan kepada masyarakat,pemuka masyarakat serta menambah
keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatandi taman kanak-kanak.

B.Tujuan

1.Umum

Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja


puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa secara terus
menerus.

2.Khusus

a.Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indikator secara teratur
(bulanan) dan terus menerus.
b.Menilai kesenjangan antara target dengan pencapaian.
c.Menentukan urutan daerah prioritas yang akan ditangani secara intensif.
d.Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.
e.Membangkitkan peran pamong dalam menggerakkan sasaran dan mobilisasi
sumber daya.

C.Prinsip Pengelolaan Program Kia

Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan


jangkauan
serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA
dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut:

a.Peningkatan pelayanan antenatal bagi seluruh ibu hamil di semua pelayanan


kesehatan dengan mutu sesuai standar serta menjangkau seluruh sasaran.
b.Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan diarahkan ke
fasilitas
kesehatan.

c.Peningkatan pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita di
semua
pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai standar serta menjangkau seluruh
sasaran.
d.Peningkatan deteksi dini risiko/komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat.

e.Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir secara adekuat
dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.

f.Peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak balita sesuai
standar danmenjangkau seluruh sasaran.g.Peningkatan pelayanan KB berkualitas.

h.Peningkatan deteksi dini tanda bahaya dan penanganannya sesuai standar pada bayi
baru lahir, bayi dan anak balita.

i.Peningkatan penanganan bayi baru lahir dengan komplikasi sesuai standar

1.Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal yang berkualitas adalah yang sesuai dengan standar
pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan dalam bukuStandar Pelayanan
Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan
khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam
pemeriksaan).Dalampenerapannya terdiri atas:

a.Timbang beratbadan dan ukur Tinggi badan

b.Ukur Tekanan darah

c.Ukur Tinggi fundus uteri

d.Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
bila
diperlukan

e.Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tabletselama kehamilan


f.Test laboratorium (rutin dan khusus)
g.Tata laksana kasus
h.Temu wicara (konseling).Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan
hemoglobin, protein urine, gula darah, dan hepatitis B. Pemeriksaan khusus
dilakukan didaerah prevalensi tinggi dan atau kelompok perilaku ber-risiko;
dilakukan terhadap HIV, sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan dan
thalasemia.Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal
disebut layak apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar ”7T”
tersebut. Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal
4 kali selama kehamilan, dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan
sebagai berikut :

a.Minimal 1 kali pada triwulan pertama.

b.Minimal1 kali pada triwulan kedua.


c.Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.Standar waktu pelayanan antenatal tersebut
dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini risiko,
pencegahan dan penanganan komplikasi

2.Pertolongan Persalinan Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan


hal-
hal sebagai berikut :

a.Pencegahan infeksi

b.Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.

c.Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi.

d.Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

e.Memberikan pada bayi baru lahir : Vit K 1, salep mata dan imunisasi Hepatitis
B0
(Hep B0).

3.Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas
diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan
kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu

a.Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam setelah persalinan sampai dengan 7 hari.

b.Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan.

c.Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah


persalinan.

Pelayanan yang diberikan adalah :

a.Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.

b.Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).

c.Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.


d.Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.

e.Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali (2 x 24 jam).

f.Pelayanan KB pasca persalinan

4.Deteksi Dini dan penanganan risiko/komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir.
Penjaringan dini kehamilan berisiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menemukan ibu hamil dengan risiko/komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan
proses reproduksi yang normal, tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya
komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat
tentang adanya risiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini
mungkin, merupakan kunci keberhasilan penurunan angka kematian ibu dan bayi
yang dilahirkannya.
Faktor risiko pada ibu hamil adalah :
a.Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b.Anak lebih dari 4.
c.Jarak persalinan terakhir dan kehamilan skarang kurang dari 2 tahun.
d.Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm,
atau
gizi buruk dengan Indeks massa tubuh.
e.Anemia : Hemoglobin
f.Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk
panggul dan tulang belakang
g.Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.

Pertolongan Persalinan Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan


hal-hal sebagai berikut :
a.Pencegahan infeksi
b.Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
c.Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
d.Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
e.Memberikan pada bayi baru lahir : Vit K 1, salep mata dan imunisasi
Hepatitis B0
(Hep B0).

3.Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas
diperlukan pemantauan pemeriksaan
terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3
kali dengan distribusi waktu
a.Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam setelah persalinan sampai dengan 7
hari.
b.Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan.
c.Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah
persalinan.

Pelayanan yang diberikan adalah :


a.Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
b.Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
c.Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
d.Pemeriksaan payudara dananjuran ASI eksklusif 6 bulan.
e.Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali (2 x 24 jam).
f.Pelayanan KB pasca persalinan
4.Deteksi Dini dan penanganan risiko/komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir.
Penjaringan dini kehamilan berisiko adalah kegiatan yang dilakukan
untuk menemukan ibu hamil dengan risiko/komplikasi kebidanan.Kehamilan
merupakan proses reproduksi yang normal, tetapi tetap mempunyai risiko untuk
terjadinya komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan
masyarakat tentang adanya risiko dan komplikasi,serta penanganan yang adekuat
sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan penurunan angka kematian
ibu dan bayi yang dilahirkannya.
Faktor risiko pada ibu hamil adalah :
a.Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b.Anak lebih dari 4.
c.Jarak persalinan terakhir dan kehamilan skarang kurang dari 2 tahun.
d.Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm,
atau gizi buruk dengan Indeks massa tubuh.
e.Anemia : Hemoglobin
f.Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentukpanggul dan
tulang belakang
g.Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnyaatau sebelum kehamilan ini.
h.Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain: Tuberkulosis,Kelainan
jantung-ginjal-hati, Psikosis, Kelainan endokrin (Diabetes Mellitus, Sistemik Lupus
Eritematosus dll), Tumor dan Keganasan
i.Riwayat kehamilan buruk: Keguguran berulang, Kehamilan Ektopik Terganggu, Mola
Hidatidosa, Ketuban Pecah Dini, Bayi dengan cacat kongenital
j.Riwayat persalinan berisiko: Persalinan dengan seksio sesarea,ekstraksi vakum/
forseps
k.Riwayat nifas berisiko: Perdarahan pasca persalinan, Infeksi masa nifas, Psikosis
post partum (post partum blues)
l.Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat
kongenital.Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain:
a.Perdarahan pervaginam pada kehamilan :Keguguran,Plasenta Previa,Solusio
Plasenta
b.Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi (sistolik >140 mmHg,
diastolik >90 mmHg), dengan atau tanpa edema pre-tibial.
c.Kelainan jumlah janin: Kehamilan ganda, janin dampit, monster.
d.Kelainan besar janin: Pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.
e.Kelainan letak & posisi janin: Lintang/Oblique, Sungsang pada usia kehamilan
lebih dari 32 minggu.
f.Ancaman persalinan prematur.
g.Ketuban pecah dini.
h.Infeksi berat dalam kehamilan: Demam berdarah, Tifus abdominalis, Sepsis.
i.Distosia: Persalinan macet, persalinan tak maju.
j.Perdarahan pasca persalinan: atonia uteri, retensi plasenta, robekan jalan lahir,
kelainan darah.
k.Infeksi masa nifas.Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat
penanganan yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan
transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko
tinggi. Oleh karenanya Deteksi faktor risiko padaibu baik oleh tenaga kesehatan
maupun masyarakat merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah kematian
dan kesakitan ibu.
5.Penanganan Komplikasi Kebidanan
Pelayanan Nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6
jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan Diperkirakan sekitar
15-20% ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan. Komplikasi dalam
kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga atau diramalkan sebelumnya,
oleh karenanya semua persalinan harus ditolongoleh tenaga kesehatan agar
komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan ditangani.Untuk meningkatkan
cakupan dan kualitas penanganan komplikasi kebidanan, maka diperlukan adanya
fasilititas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan pelayanan
obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai dari bidan, puskesmas
mampu PONED sampai rumah sakit PONEK 24 jam. Pelayanan medis yang da
pat dilakukan di Puskesmas mempunyaiPONED meliputi pelayanan obstetri yang
terdiri dari :
a.Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
b.Pencegahan dan penanganan Hipertensi dalam Kehamilan (pre-eklampsi
dan eklampsi)
c.Pencegahan dan penanganan infeksi.
d.Penanganan partus lama/macet.
e.Penanganan abortus.

Sedangkan pelayanan neonatus meliputi :


a.Pencegahan dan penanganan asfiksia.
b.Pencegahan dan penanganan hipotermia.
c.Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).
d.Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus, ikterus ringan–
sedang
e.Pencegahan dan penanganan gangguan minum.

6.Pelayanan Kesehatan Neonatus Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan


akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila
terdapat kelainan pada bayi atau bayi mengalami masalah kesehatan. Risiko terbesar
kematian Bayi Baru Lahir terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama
dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan
sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam
pertama. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan neonatal sekaligus
memastikan bahwa bayi dalam keadaan sehat pada saat bayi pulang atau bidan
meninggalkan bayi jika persalinan di rumah. Pelayanan kesehatan neonatal dasar
menggunakan pendekatan komprehensif, Manajemen Terpadu Bayi Muda untuk
bidan/perawat,yang meliputi:
a.Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,ikterus,diare,
berat badan rendah.
b.Perawatan tali pusat
c.Pemberian vitamin K1 bila belum diberikan pada saat lahir
d.Imunisasi Hep B 0 bila belum diberikan pada saat lahir
e.Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif,
pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawata bayi baru lahir di rumah
dengan menggunakan Buku KIA
f.Penanganan dan rujukan kasus
g.Pelayanan kesehatan neonatus (bayi berumur 0 -28 hari) dilaksanakan oleh
dokter spesialisanak/dokter/bidan/perawat terlatih, baik di fasilitas
kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Setiap neonatus harus
diberikan pelayanan kesehatan sedikitnya dua kali pada minggu pertama,
dan satu kali pada minggu kedua setelah lahirPelaksanaan pelayanan
kesehatan neonatus:
a.Kunjungan Neonatal hari ke-1 (KN 1):

1) Untuk bayi yang lahir di fasilitas kesehatan pelayanan dapat dilaksanakan sebelum
bayi pulang dari fasilitas kesehatan (≥ 24 jam).

2)Untuk bayi yang lahir di rumah, bila bidan meninggalkan bayi sebelum 24 jam,
maka pelayanan dilaksanakan pada 6-24 jam setelah lahir.

b.Kunjungan Neonatal hari ke-3 (KN 2): Pada hari ketiga.

c.Kunjungan Neonatal minggu ke-2 (KN

3) Pada minggu keduaPelayanan Kesehatan BayiKunjungan bayi bertujuan untuk


meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini
mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan,
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan,
imunisasi,serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang.
Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi.

Pelayanan kesehatan tersebut meliputi:


a.Pemberian imunisasi dasar (BCG, Polio 1-4, DPT-HB -3, Campak)
b.Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK)
c.Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 -11 bulan)
d.Konseling ASI eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI
e.Konseling pencegahan hipotermi dan perawatan kesehatan bayi dirumah
menggunakan Buku KIA
f.Penanganan dan rujukan kasus Pelayanan kesehatan bayi ( 29hari - 11 bulan)
dilaksanakan oleh dokter spesialis anak / dokter / bidan / perawat terlatih baik di
fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Setiap bayi berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan sedikitnya satu kali pada triwulan I, satu kali
pada triwulan II, satu kali pada triwulan III dan satu kali pada triwulan IV.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi:
a.Kunjungan bayi antara umur 29 hari–3 bulan
b.Kunjungan bayi antara umur 3 –6 bln
c.Kunjungan bayi antara umur 6 –9 bln
d.Kunjungan bayi antara umur 9 –11 bln
7.Pelayanan neonatus dengan komplikasi Diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup
akan mengalami komplikasi neonatal. Hari Pertama kelahiran bayi sangat penting, oleh
karena banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari
kehidupan di dalam rahim kepada kehidupan di luar rahim. Bayi baru lahir yang
mengalami gejala sakit dapat cepat memburuk, sehingga bila tidak ditangani
dengan adekuat dapat terjadi kematian. Kematian bayi sebagian besar terjadi pada
hari pertama,minggu pertama kemudian bulan pertama kehidupannya.

8.Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan


penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian oleh
dokter/bidan/perawat terlatih di polindes,puskesmas,puskesmas PONED,rumah
bersalin dan rumah sakit pemerintah/swasta.Komplikasi pada neonatus antara
lain: Asfiksia,Kejang,Ikterus,Hipotermia, Asfiksia, Tetanus Neonatorum, Sepsis,
Trauma lahir, BBLR (bayi berat lahir rendah <>Kebijakan Departemen
Kesehatan dalam peningkatan akses dan kualitas penanganan komplikasi
neonatus tersebut antara lain penyediaan puskesmas mampu PONED dengan
target setiap kabupaten/kota harus mempunyai minimal 4 (empat) puskesmas
mampu PONED. Puskesmas PONED adalah Puskesmas Rawat Inap yang memiliki
kemampuan serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap
ibu hamil, bersalin dan nifas dan kegawatdaruratan bayi baru lahir dengan komplikasi
baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/ masyarakat, bidan di desa,
Puskesmas dan melakukan rujukan ke RS/ RS PONEK pada kasus yang tidak mampu
ditangani.Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan RSU
kabupaten / kota mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi
komprehensif (PONEK) yang siap selama 24 jam. Dalam PONEK, RSU harus mampu
melakukan pelayanan operasi seksio sesaria, perawatan neonatus level II dan
transfusi ,darah.Dengan adanya puskesmas mampu PONED dan RS mampu
PONEK maka kasus – kasus komplikasi kebidanan dapat ditangani secara optimal
sehingga dapat mengurangi kematian ibu dan bayi baru lahir

8.Pelayanan kesehatan anak balita Lima tahun pertama kehidupan,pertumbuhan


mental dan intelektual berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau
golden period dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara
serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada
masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh
dan rangsangan pengembangan otak. Dilain pihak upaya deteksi dini gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting
agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah yang lebih
berat . Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan terhadap
anak yang berumur 12 -59 bulan yang sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan,
ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan petugas sektor lain, yang meliputi :.

a.Pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan yang tercatat dalam


Buku KIA/KMS, dan pelayanan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK) serta mendapat Vitamin A,2 kali dalam setahun.
Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap
bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2
bulan berturut-turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah harus
dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan

b.Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik


halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6
bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan)
maupun di luar gedung
c.Suplementasi Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) diberikan pada anak balita minimal
2 kali pertahun.

d.Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita

9.Pelayanan KB Berkualitas Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB yang


sesuai dengan standar dengan menghormati hak individu sehingga diharapkan
mampu meningkatkan derajat kesehatan dan menurunkan tingkat fertilitas
(kesuburan). Pelayanan KB bertujuan untuk menunda, menjarangkan dan/atau
menghentikan kehamilan, dengan menggunakan metode kontrasepsi.

Metode kontrasepsi meliputi:

a.KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi).


b.Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).
c.Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan tubektomi).Sampai
saat ini di Indonesia cakupan peserta KB aktif (Contraceptive Prevalence R
ate/CPR) mencapai 60,3% (SDKI 2002) dan angka ini merupakan pencapaian
tertinggi diantara negara-negara ASEAN. Namun demikian metode yang
dipakai lebih banyak menggunakan metode jangka pendek seperti pil dan suntik.
Menurut data SDKI 2002 akseptor KB yang menggunakan suntik sebesar 21,1%, pil
15,4 %, AKDR 8,1%, susuk 6%, tubektomi 3%, vasektomi 0,4% dan kondom 0,7%.
Hal ini terkait dengan tingginya angka putus pemakain (DO) pada metode jangka
pendek sehingga perlu pemantauan yang terus-menerus. Disamping itu pengelola
program KB perlu memfokuskan sasaran pada kategori PUS dengan “4 terlalu”
(terlalumuda, tua, sering dan banyak).Untuk mempertahankan dan meningkatkan
cakupan peserta KB perlu diupayakan pengelolaan program yang berhubungan
dengan peningkatan aspek kualitas, teknis dan aspek manajerial pelayanan KB. Dari
aspek kualitas perlu diterapkan pelayanan yang sesuai standard an variasi pilihan
metode KB, sedangkan dari segi teknis perlu dilakukan pelatihan klinis dan non-klinis
secara berkesinambungan.Selanjutnya aspek manajerial, pengelola program KB
perlu melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program KB dan sistem
pencatatan dan pelaporan pelayanan KB.

D.Batasan Dan Indikator Pemantauan


1.Batasan
a.Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
untuk ibu selama masa kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan.
b.Penjaringan/deteksi dini
kehamilan beresiko Kegiatan ini bertujuan menemukn bumil bresiko atau
komplikasi oleh kader, dukun bayi dan tenaga kesehatan.

c.Kunjungan ibu hamil


Yang dimaksud kunjungan ibu hamil disini adalah kontak ibu hamil dengan
tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standart
yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak mengandung arti bahwa ibu hamil
yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi tidak kontak tenaga kesehatan
(diposyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah) dengan ibu hamil untuk dapat
memberikan pelayanan antenatal sesuai standar dapat dianggap sebagai kunjungan
ibu hamil.

d.Kunjungan baru ibu hamil (K1) Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada
masa kehamilan.

e.Kunjungan ibu hamil K4


Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau
lebih untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan dengan
syarat :
1) Minimal 1kali pada triwulan pertama.
2) Minimal1 kali pada triwulan kedua.
3) Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.

f.Kunjungan Neonatal (KN)


Adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal 2 kali
untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal baik di
dalam maupun di luar gedung puskesmas (termasuk bidan didesa, polindes dan kunj
ungan rumah) dengan ketentuan :
1) Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai hari ketujuh (sejak 6
jam sampai setelah lahir 7 hari)
2) Kunjungan ke dua kali pada hari ke delapan sampai hari ke duapuluh
delapan (8-28 hari)
3) Pertolongan pertama oleh tenaga kesehatan bukan merupakan
kunjungan neonatal.

g.Kunjungan ibu nifas (KF)


Adalah kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan minimal 3 kali untuk
mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan ibu nifas, baik didalam
maupun diluar gedung puskesmas termasuk bidan didesa, polindes dan kunjungan
rumah) dengan ketentuan :
1) Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai hari ketujuh (1-7 hari)
2) Kunjungan ke dua kali pada hari ke delapan sampai hari ke duapuluh
delapan (8-28 hari)
3) Kunjungan ketiga kali pada hari keduapuluh sembilan sampai dengan hari
ke empatpuluh dua (29-42 hari)
h.Sasaran ibu hamil
Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil disuatu wilayah dalam
kurun waktu 1 tahun.

i.Ibu hamil beresiko


Adalah ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan resiko tinggi.
2.Indikator Pemantauan
Indikator pemantauan terdiri dari 2 kelompok yaitu indikator pemantauan
tehnis dan non tekhnis.

a.Indikator Pemantauan Teknis

1)Akses Pelayanan Antenatal (Cakupan KI)


a) Cakupan K1 adalah persentase ibu hamil yang pertama kali mendapat
pelayanan oleh tenaga kesehatan.
b) Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan
antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.
c)Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui :
 Cacah jiwa dilakukan pendataan menyeluruh di lapangan (apabila
memungkinkan).
 Proyeksi dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan
menggunakan rumus 1,10 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah
penduduk.
 Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka
terakhir kabupaten/kota yang diperoleh dari kantor perwakilan
Badan Pusat Statistik di kabupaten/kota.

2)Cakupan Ibu Hamil (Cakupan K4)

a)Cakupan ibu hamil K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali disuatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.

b)Ibu hamil K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal
sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi pemberian
pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu
kali pada triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan

c)Kunjungan ibu hamil sesuai standarDengan indikator ini dapat diketahui cakupan
pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati
waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu
wilayah, di samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun
kelangsungan program KIA.

3)Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Pn) yang memiliki kompetensi


kebidanan.
a) Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Pn) yang memiliki
kompetensi kebidanan adalah ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan disatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.

b)Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan dimulai dari


kala I sampai dengan kala IV persalinan.
c)Tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan klinis kebidanan sesuai dengan standar.

d) Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang


ditangani oleh tenaga kesehatan, dan ini menggambarkan kemampuan
manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar.

4)Cakupan pelayanannifas oleh tenaga kesehatan

a.Cakupan pelayanan nifas adalah pelayanan kepada ibu dan neonatal pada
masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan sesuai standar.

b.Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan.

c.Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas


sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca persalinan sampai dengan 3 hari, pada minggu
kedua, pada minggu ke empat termasuk pemberian vitamin A 2 kali serta
persiapan dan pemasangan KB pasca persalinan.

d.Jumlah seluruh ibu nifas dihitung melalui estimasi dengan rumus : 1,05 x CBR x
jumlah penduduk. Angka CBR dan jumlah penduduk kab/kota didapat dari BPS
masing –masing kab/kota/propinsi pada kurun waktu tertentu. 1,05 adalah konstanta
untuk menghitung ibu nifas.

e.Dengan indikator ini dapat diketahui jangkauan dan kualitas pelayanan


kesehatan ibu nifas.

5)Penjaringan (deteksi) ibu hamil oleh masyarakat.Dengan indikator ini dapat diukur
tingkat kemampuan dan peran serta masyarakat dalam melakukan deteksi ibu hamil
beresiko di suatu wilayah.

6)Cakupan pelayanan Neonatal (KN 1) oleh tenaga kesehatan

a) Dengan indikator ini dapat diketahui akses/ jangkauan dan kualitas


pelayanan kesehatan neonatal.

b) Jumlah sasaran bayi dalam 1 tahun dihitung berdasarkan jumlah perkiraan


(angka proyeksi) bayi dalam suatu wilayah tertentu.

7) Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan Dengan indikator ini dapat
diketahui jangkauan dan kualitas pelayanankesehatan ibu nifas
8) Penanganan komplikasi obstetric Indikator ini menunjukkan kemampuan
sarana pelayanan kesehatan menangani kasus – kasus kegawatdaruratan
obstetri pada ibu bersalin, yang kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan
kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.

9) Penanganan komplikasi neonatal Indikator ini menunjukkan kemampuan


sarana pelayanan kesehatan menangani kasus –kasus kegawatdaruratan
neonatal, yang kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya, atau
dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi. Indikator pemantauan
program KIA tersebut merupakan indikator yang digunakan para program
pengelola KIA dan disesuaikan dengan kebutuhan program. Oleh karena itu
indikator tersebut disebut dengan pemantauan tekhnis.

b.Indikator pemantauan Non Teknis


Dalam upaya melibatkan lintas sektor terkait, khususnya para aparat
setempat, dipergunakan indikator indikator yang terpilih yaitu

1)Cakupan K1, yang menggambarkan keterjangkauan pelayanan KIA.


2)CakupanK4, yang menggambarkan kualitas pelayanan KIA.
3)Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN/ pernakes), yang
menggambarkan tingkat keamanan persalinan
4)Cakupan penanganan komplikasi kebidanan.
5)Cakupan kunjungan nifas.
6)Cakupan pelayanan KB aktif.
7)Cakupan kunjungan neonatus.
8)Cakupan kunjungan bayi.Penyajian indikator–indikator tersebut kepada lintas
sektor ditujukan sebagai alat motivasi, informasi dan komunikasi dalam
menyampaikan kemajuan maupun permasalahan operasional program KIA,
sehingga para aparat dapat memahami program KIA dan
memberikan bantuan sesuai kebutuhan. Indikator pemantauan ini dapat dipergunakan
dalam berbagai pertemuan lintas sektor di semua tingkat administrasi pemerintah
secara berkala dan disajikan setiap bulan, untuk melihat kemajuan suatu wilayah.
Bagi wilayah yang cakupannya masih rendah diharapkan lintas sektor dapat
menindak lanjuti sesuai kebutuhan dengan menggerakkan masyarakat dan
menggali sumber daya setempat yang diperlukan
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi
dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA
merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan
masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis
terkait kehamilan dan persalinan Dalam suatu Keluarga Berencana, pengendalian
terhadap pembludakan jumlah populasi penduduk sangatlah penting. Pemantauan-
pemantauan program Kesehatan Ibu dan Anak serta program Keluarga Berencana
dapat dipantau dengan mengguanakan indikator-indikator yang akanmenilai
sejauh mana program KIA dan KB ini berjalan, dengan adanya indikator-indikator
tersebut diharapkan program KIA dan KB akan mencapai hasil yang maksimal.

B.Saran
Pada dasarnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun,
sangat diharapkan dari dosen pembimbing dan teman-teman sekalian, demi
kelancaran dan juga perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

https://docplayer.info/72913828-Bab-i-pendahuluan-b-rumusan-masalah.html

Anda mungkin juga menyukai