Komponen-Komponen kurikulum
binatang, yang memiliki susunan anatomi tertentu. Unsur atau komponen-komponen dan
anatomi tubuh kurikulum yang utama adalah:tujuan, isi atau materi, proses atau sistem
penyampaian dan media, serta evaluasi. Keempat komponen tersebut berkaitan erat satu
sama lain.
meliputi dua hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan,
kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi dan tujian, demikian
1. Tujuan
hal. Pertama perkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat. Kedua, didasari
falsafah negara. Kita mengenal beberapa kategori tujuan pendidikan, yaitu tujuan umum
tujuan sebagai berikut. Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuari jangka panjang,
pendidikan sesuatu lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler, adalah tujuan yang ingin
dicapai oleh sesuatu program studi. Tujuan instruksional yang merupakan target yang
harus dicapai oleh sesuatu mata pelajaran. Yang terakhir mi, masth dirinci lagi menjadi
tujuan instruksional umum dan khusus atau disebut juga objekt yang merupakan tujuan
pokok bahasan. Tujuan pendidikan nasional yang berjangka panjang merupakan suatu
tujuan pendidikan umum, sedangkan tujuan isntruksional yang berjangka waktu cukup
pendek merupakan tujuan yang bersifat khusus. Tujuan-tujuan khusus dijabarkan dan
sasaran-sasaran pendidikan yang bersifat umum yang biasanya abstrak dan luas, menjadi
pelajaran, guru menjabarkan tujuan mengajarnya dalam bentuk tujuan-tujuan khusus atau
objectives yang yang bersifat operasional. Tujuan demikian akan menggambarkan “what
will the student be able to do as a result of the teaching that he was unable to do before”
(Rowntree, 1974: 5). Mengajar dalam kelas lebth menekankan tujuan khusus, sebab hal
it-u akan dapat memberikan gambaran yang lebih konkret, dan menekankan pada
perilaku siswa, sedang perumusan tujuan umum lebih bersifat abstrak, - pencapaiannya
yang menjadi sasarannya. Gage dan Briggs mengemukakan lima kategori tujuan, yaitu
intellectual skills, cognitive strategies, verbal inforn-mtion, motor skills and attitudes
(1974, Mm. 23-24). Bloom mengemukakan tiga kategori tujuan mengajar sesuai dengan
beda. Bloom, (1975) membagi domain kognitif atas enam tingkatan dan yang paling
rendah, yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Untuk
domain afektif Krathwohl dan kawan-kawan (1974) membaginya atas lima tingkatan
yang juga berjenjang, yaitu: menerima, merespons, menilai, mengorganisasi nilai, dan
atas enam jenjang, yaitu: gerakan refleks, gerakan-gerakan dasar, kecakapan mengamati,
(objective),
belajar kepada siswa. Berdasarkan penelitian Mager dan Clark (1963) siswa yang
mengetahui tujuan-tujuan khusus suatu pokok bahasan, diberikan referensi dan sumber
yang memadai, dapat belajar sendiri dalam waktu setengah dan waktu belajar dalam kelas
biasa.
b) Tujuan khusus, membantu memudahkan guru-guru memilih dan menyusun bahan ajar.
c) Tujuan khusus memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media mengajar.
d) Tujuan khusus memudahkan guru mengadakan penilaian. Dengan tujuan khusus guru
lebth mudah menentukan bentuk tes, lebth mudah merumuskan butir tes dan lebih mudah
yang bersifat khusus menghadapi beberapa kesukaran, yaitu: 1) Sukar menyusun tujuan-
tujuan khusus untuk domain afektif, 2) Sukar menyusun tujuan-tujuan khusus pada
tingkat tinggi. Untuk mengatasi kedua kesukaran di atas diperlukan keahlian, latihan dan
rendah, yang mudah diukur. Kelemahan di atas akan menyebabkan penyusunan tujuan-
tujuan khusus bersifat mekanistis, dengan jumlah tujuan yang sangat banyak. Bagaimana
Gagne (1974), De Cecco (1977) dan Davies (1981) sepakat bahwa, tujuankhusus
merupakan suatu perilaku yang diperlihatkan siswa pada akhir iatu kegiatan belajar. Ahli-
ahli di atas juga memberikan beberapa sffikasi dan tujuan-tujuan mengajar khusus, yaitu:
menggunakan kata-kata kerja yang menunjukkan tingkah laku yang dapat diamati, 2)
pengkhususan tentang sumber-sumber yang dapat digunakan siswa dan orang-orang yang
b) Menunjukkan mutu tingkah laku yang diharapkan dilakukan oleh siswa, dalam bentuk:
2. Bahan ajar
alat-alat dan ide-ide. Tugas utama seorang guru adalah menciptakan lingkungan tersebut,
sekuens bahan ajaran, strategi mengajar, media dan sumber belajar, serta evaluasi hasil
mengajar. Karena perumusan tujuan khusus strategi, dan evaluasi hasil mengajar dibahas
secara tersendiri, maka dalam bagian mi yang akan diuraikan hanya sekuens bahan ajar.
Untuk mencapai flap tujuan mengajar yang telah ditentukan diperlukan bahan ajar. Bahan
ajar tersusun atas topik-totpik dan sub-subtopik tertentu. Tiap topik atau subtopik
mengandung ide-ide pokok yang relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Topik-
topik atau sub-subtopik tersebut tersusun dalam sekuens tertentu yang membentuk suatu
1) Sekuens kronologis. Untuk menyusun bahan ajar yang mengandung urutan waktu,
tujuan-tujuan tersebut. Hierarki tersebut menggambarkan urutan perilaku apa yang mula-
mula harus dikuasai siswa, berturut-turut sampai dengan perilaku terakhir. Untuk bidang
studi tertentu dan pokok-pokok bahasan tertentu hierarki juga dapat mengikuti hierarki
tipe-tipe belajar dan Gagne. Gagne mengemukakan 8 tipe belajar yang tersusun secara
hierarkis mulai dan yang paling sederhana: signal learning, stimulus-respons learning,
3.Strategi mengajar
Penyusunan sekuens bahan ajar berhubungan erat dengan strategi atau metode mengajar.
Pada waktu guru menyusun sekuens suatu bahan ajar, ia juga harus memikirkan strategi
mengajar mana yang sesuai untuk menyajikan bahan ajar dengan urutan seperti itu.
Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengajar. Rowntree (1974: 93-97)
membagi strategi mengajar itu atas Exposition - Discovery Learning dan Groups -
Individual Learning. Ausubel and Robinson (1969 : 43-45) membaginya atas strategi
Reception dan exposition sesungguhnya mempunyai makna yang sama, hanya berbeda
dalam pelakunya. Reception learning dilthat dan sisi siswa sedangkan exposition dilihat
dan sisi guru. Dalam exposition atau reception learning keseluruhan bahan ajar
disampaikan kepada siswa dalam bentuk akhir atau bentuk jadi, baik secara lisan maupun
secara tertulis. Siswa tidak dituntut untuk mengolah, atau melakukan aktivitas lain
kecuali menguasainya. Dalam discovery learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk
akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi,
dininya.
Dalam rote learning bahan ajar disampaikan kepada siswa tanpa mempenhatikan anti atau
maknanya bagi siswa. Siswa menguasai bahan ajar dengan menghafalkannya. Dalam
Ausubel and Robinson (1970: 52-53) sesuatu bahan ajar bermakna bila dihubungkan
dengan struktur kogrntif yang ada pada siswa. Struktur kognitif terdiri atas fakta-fakta,
data, konsep, proposisi, dalil, hukum dan teori-teori yang telah dikuasai siswa
sebelumnya, yang tersusun membentuk suatu struktur dalam pikiran anak. Lebih lanjut
Pelaksanaan discovery learning menuntut aktivitas belajar yang bersifat individual atau
agak sukar dan mempunyai beberapa masalah. Masalah pertama, karena kemampuan dan
kecepatan belajar siswa tidak sama, maka kegiatan discovery hanya akan dilakukan oleh
siswa-siswa yang pandai dan cepat, siswa-siswa yang kurang dan lambat, akan mengikuti
saja kegiatan dan menerima temuan-temuan anak-anak cepat. Di pihak lain anak-anak
lambat akan menderita kurang motif belajar, acuh tak acuh, dan kemungkinan menjadi
pengganggu kelas. Masalah lain adalah kemungkinan untuk bekeija sama, dalam kelas
besar tidak mungkin semua anak dapat bekerja sama. Kerja sama hanya akan dilakukan
oleh anak-anak yang aktif, yang lain mungkin hanya akan menanti atau menonton.
Dengan demikian akan terjadi perbedaan yang semakin jauh antara anak pandai dengan
yang kurang.
4. Media mengajar
Media mengajar merupakan segala macam bentuk perangsang dan alat yang disediakan
media yang cukup luas, mencakup berbagai bentuk perangsang belajar yang sering
disebut sebagai audio visual aid, serta berbagai bentuk alat penyaji perangsang belajar,
berupa alat-alat elektronika seperti mesin pengajaran, film, audio cassette, video cassette,
lirna macam dan disebut Modes, yaitu Interaksi insani, realita, pictorial, simbol
a)
Interaksi insani. Media mi merupakan komunikasi langsung antara dua orang atau lebih.
Dalam komunikasi tersebut kehadiran sesuatu pihak secara sadar atau tidak sadar
5.
media mengajar adalah evaluasi dan penyempurnaan. Evaluasi ditujukan untuk menilai
mengajar secara keseluruhan. Tiap kegiatan akan memberikan umpan balik, demikian
juga dalam pencapaian tujuan-tujuan belajar dan proses pelaksanaan mengajar. Umpan
balik tersebut digunakan untuk mengadakan berbagai usaha penyempurnaan baik bagi
penentuan dan perumusan tujuan mengajar, penentuan sekuens bahan ajar, strategi, dan
media mengajar.
Untuk menilai keberhasilan penguasaan siswa atau tujuan-tujuan khusus yang telah
ditentukan, diadakan suatu evaluasi. Evaluasi mi disebut juga evaluasi hasil belajar-
mengajar. Dalam evaluasi mi disusun butir-butir soal untuk mengukur pencapaian tiap
tujuan khusus yang telah ditentukan. Untuk tiap tujuan khusus minimal disusun satu butir
soal. Menurut lingkup luas bahan dan jangka waktu belajar dibedakan antara evaluasi
belajar dalam jangka waktu yang relatif pendek. Tujuan utama dan evaluasi formatif
sebenarnya lebih besar ditujukan untuk menilai proses pengajaran. Dalam kurikulum
pendidikan dasar dan menengah evaluasi formatif digunakan untuk menilai penguasaan
siswa setelah selesai mempelajari satu pokok bahasan. Hasil evaluasi formatif mi
berfungsi menilai proses, juga merupakan evaluasi atau tes diagnostik. Gronlund
(1976:489) mengemukakan fungsi tes formatif sebagai berikut: (1) to plan corrective
action for overcoming learning deficiences, (2) to aid in motivating learning, dan (3) to
Evaluasi sumatif ditujukan untuk menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan yang
lebih luas, sebagai hasil usaha belajar dalam jangka waktu yang cukup lama, satu
semester, satu tahun atau selama jenjang pendidikan. Evaluasi sumatif mempunyai fungsi
yang lebth luas daripada evaluasi formatif. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan
(kenaikan kelas, kelulusan ujian) serta menilai efektivitas program secara menyeluruh. mi
sesuai dengan pendapat Grondhmd (1976: 499) bahwa evaluasi suinatif berguna bagi: (1)
assigning grades, (2) reporting learning progress to parents, pupils, and school personnel,
Untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan yang telah ditentukan
atau bahan yang telah diajarkan ada dua macam norma yang digunakan, yaitu norm
referenced dan criterion referenced (Chauhan, 1979: 170- 177, Gronlund, 1976: 18-19,
Thorndike, 1976: 654). Dalam cirterion referenced penguasaan siswa yang diukur dengan
sesuatu tes hasil belajar dibandingkan dengan sesuatu kriteria tertentu umpamanya 80%
dan tujuan atau bahan yang diberikan. Dengan demikian dalam cirterion referenced ada
suatu kriteria standar. Dalam norm referenced, tidak ada suatu kriteria sebagai standar,
kelompok. Dengan demikian norma yang digunakan adalah norma kelompok, yang lebih
bersifat relatif. Kelompok mi dapat berupa kelompok kelas, sekolah, daerah, ataupun
evaluasi sumatif.
Komponen yang dievaluasi dalam pengajaran bukan hanya hasil belajarmengajar tetapi
bahan pengajaran (yang menyangkut sekuens bahan ajar), strategi dan media pengajaran,
Stufflebeam dan kawan-kawan (1977: 243) mengutip Model Evaluasi dan EPIC, bahwa
fasilitas dan biaya; dan komponen populasi, yang mencakup: siswa, guru, administrator,
komponenkomponen dan proses pelaksanaan mengajar bukan hanya digunakan tes tetapi
juga digunakan bentuk-bentuk nontes, seperti observasi, studi dokumenter, analisis hasil
pekerjaan, angket dan checklist. Evaluasi dapat dilakukan oleh guru atau oleh pihak-
pihak lain yang berwenang atau diberi tugas, seperti Kepala Sekolah dan Pengawas, tim
evaluasi Kanwil atau Pusat. Sesuai dengan prinsip sistem, evaluasi dan umpan balik
diadakan secara terus menerus, walupun tidak semua komponen mendapat evaluasi yang
sama kedalaman dan keluasannya. Karena sifathya menyeluruh dan terus menerus
tersebut maka evaluasi pelaksanaan sistem mengajar dapat dipandang sebagai suatu
monitoring.
6. Penyempurnaan pengajaran
Hasil-hasil evaluasi, baik evaluasi hasil belajar, maupun evaluasi pelaksanaan mengajar
banyak, dilihat dan peranannya dan tingkat kelemahannya (Rowntree, 1974: 150-151).
dilakukan secara langsung begitu didapatkan sesuatu informasi umpan balik, atau
sendiri oleh guru, tetapi dalam hal-hal tentu mungkin dibutuhkan bantuan atau saran-
saran orang lain baik sesama personalia sekolah atau ahli pendidikan dan luar sekolah.
B. Desain Kurikulum
kurikulum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dan dua dimensi, yaitu dimensi
horisontal dan vertikal. Dimensi horisontal berkenaan dengan penyusunan dan lingkup isi
urutan tingkat kesukaran. Bahan tersusun mulai dan yang mudah, kemudian menuju pada
yang lebih sulit, atau mulai dengan yang dasar diteruskan dengan yang lanjutan.
Berdasarkan pada apa yang menjadi fokus pengajaran, sekurangkurangnya dikenal tiga
Subject centered design, suatu desain kurikulum yang berpusat pada bahan ajar.
Learner centered design, suatu desain kurikulum yang mengutamakan peranan siswa.
Problems centered design, desain kurikulum yang berpusat pada masalah-masalah yang
Walaupun bertolak dan hal yang sama, dalam suatu pola desain terdapat beberapa variasi
desain kunikulum. Dalam subject centered design dikenal ada: the subject design, the
disciplines design dan the broad fields design. Pada problems centered design dikenal
Subject centred design curriculum merupakan bentuk desain yang paling populer, paling
tua dan paling banyak digunakan. Dalam subject centered design, kurikulum dipusatkan
pada isi atau materi yang akan diajarkan. Kurikulum tersusun atas sejumlah mata-mata
pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. Karena terpisah pisahnya itu maka
Subject centered desain berkembang dan konsep pendidikan kiasik yang menekankan
pengetahuan, nilai-nilai dan warisan budaya masa lalu, dan berupaya untuk
mewariskannya kepada generasi berikutnya. Karena mengutamakan isi atau bahan ajar
atau subject matter tersebut, maka desain kurikulum mi disebut juga subject academic
curriculum.
Model design curriculum mi mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Beberapa
tidak perlu dipersiapkan khusus, asal menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkani
sering dipandang sudah dapat menyampaikannya. Beberapa kritik yang juga merupakan
kekurangan model desain mi, adalah: 1) karena pengetahuan diberikan secara terpisah-
pisah, hal itu bertentangan dengan kenyataan, sebab dalam kenyataan pengetahuan itu
merupakan satu kesatuan, 2) karena mengutamakan bahan ajar maka peran peserta didik
sangat pasif, 3) pengajaran lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan masa lalu,
dengari demikian pengajaran lebih bersifat verbalistis dan kurang praktis. Atas dasar
tersebut, para pengkritik menyarankan perbaikan ke arah yang lebih terintegrasi, praktis,
dan bermakna serta memberikan peran yang lebth aktif kepada siswa.
The subject design curriculum merupakan bentuk desain yang paling murni dan subject
centered design. Materi pelajaran disajikan secara terpisah-pisah dalam bentuk mata-mata
pelajaran. Model desain mi telah ada sejak lama. Orang-orang Yunani dan kemudian
dan retorika, sedangkan Quadrivium, matematika, geometri, astronomi, dan musik. Pada
saat itu pendidikan tidak diarahkan pada mencari nafkah, tetapi pada pembentukan
pribadi dan status sosial (Liberal Art). Pendidikan hanya diperuntukkan bagi anak-anak
Pada abad 19 pendidikan tidak lagi diarahkan pada pendidikan umum (Liberal Art), tetapi
pada pendidikan yang lebih yang bersifat praktis, berkenaan dengan mata pencaharian
(pendidikan vokasional). Pada saat itu mulai berkembang mata-mata pelajaran fisika,
kimia, biologi, bahasa yang masih bersifat teoretis, juga berkembang mata-mata pelajaran
praktis seperti pertanian, ekonomi, tata buku, kesejahteraan keluarga, keterampilan, dan
lain-lain. Isi pelajaran diambil dan pengetahuan, dan nilai-nilai yang telah ditemukan oleh
ahli-ahli sebelumnya. Para siswa dituntut untuk menguasai semua pengetahuan yang
diberikan, apakah mereka menyenangi atau tidak, membutuhkannya atau tidak. Karena
pelajaran-pelajaran I,.
4)
5)
1)
2)
Tidak jarang siswa menguasai bahan hanya pada hafalan, bahan dikuasai secara
verbalistis.
Isi kurikulum diambil dan masa lalu, terlepas dan kejadian-kejadian yang hangat, yang
banyak dipakai.
Karena materi pelajaran diambil dan ilmu yang sudah tersusun secara sitematis logis,
maka penyusunannya cukup mudah. Bentuk ml sudah dikenal lama, baik oleh guru-guru
Bentuk mi dapat dilaksanakan secara efisien, karena metode utamanya adalah metode
Bentuk mi sangat ampuh sebagai alat untuk melestarikan dan mewariskan wanisan
tidak tinggal diam, mereka berusaha untuk memperbaikinya. Dalam rumpun subject
centerd, the broad field design merupakan pengembangan dan bentuk mi. Begitu juga
3)
4)
5)
kepada isi atau mateni kurikulum. Walaupun bertolak dan hal yang sama tetapi antara
keduanya terdapat perbedaan. Pada subject design belum ada kriteria yang tegas tentang
apa yang disebut subject (ilmu). Belum ada perbedaan antara matematika, psikologi
dengan teknik atau cara mengemudi, semuanya disebut subject. Pada disciplines design
kriteria tersebut telah tegas, yang membedakan apakah suatu pengetahuan itu ilmu atau
subject dan bukan adalah batang tubuh keilmuannya. Batang tubuh keilmuan menentukan
apakah suatu bahan pelajaran itu disiplin ilmu atau bukan. Untuk menegaskan hal itu
pandangan mi sekolah adalah mikrokosmos dan dunia intelek, batu pertama dan hal itu
adalah isi dan kurikulum. Para pengembang kurikulum dan aliran mi berpegang teguh
pada disiplin-disiplin ilmu seperti: fisika, biologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya.
Perbedaan lain adalah dalam tingkat penguasaan, disciplines design tidak seperti subject
design yang menekankan penguasaan fakta-fakta dan informasi tetapi pada pemahaman
(understanding). Para peserta didik didorong untuk memahami logika atau struktur dasar
didorong untuk memahami cara mencari dan menemukannya (modes of inquiry and
discovery). Hanya dengan menguasai hal-hal itu, kata mereka, peserta didik akan
peserta didik lebih banyak pasif, tetapi menggunakan pendekatan inkuiri dan diskaveri.
kurikulum mi bukan hanya memiliki organisasi yang sistematik dan efektif tetapi juga
dapat memelihara integritas intelektual pengetahuan manusia. Kedua, peserta didik tidak
hanya menguasai serentetan fakta, prinsip hasil hafalan tetapi menguasai konsep,
Ketiga, belum bertolak dan minat dan kebutuhan atau pengalaman peserta didik.
Keempat, susunan kurikulum belum efisien baik untuk kegiatan belajar maupun untuk
penggunaannya. Kelima, meskipun sudah lebih luas dibandingkan dengan subject design
‘—jmii.iisahan tersebut adalah mengembangkan the broad filed design. Dalam ml mereka
Ada dua kelebihan penggunaan kurikulum mi. Pertama, karena arnya bahan yang
Di samping kelebihan tersebut, ada beberapa kelemahan model kurikulum mi. Pertama
guru mampu menguasai bidang yang luas, tetapi untuk tingkat yang lebth tinggi, apalagi
di perguruan tinggi sukar sekali. Kedua, karena bidang yang dipelajari itu luas, maka
tidak dapat diberikan secara mendetil, yang diajarkan hanya permukaannya saja. Ketiga,
dengan subject design, tetapi model mi tetap menekankan tujuan penguasaan bahan dan
informasi. Kurang menekankan proses pencapaian tujuan yang sifatnya afektif dan
2. Learner-centered design
design berkembang learner centered design. Desain mi berbeda dengan subject centered,
yang bertolak dan cita-cita untuk melestarikan dan mewariskan budaya, dan karena itu
pengajaran yang belajar dan berkembang adalah peserta didik sendiri. Guru atau pendidik
bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Peserta didik bukanlah tiada daya, dia
adalah suatu organisme yang punya potensi untuk berbuat, berperilaku, belajar dan juga
berkembang sendiri. Learner centered design bersumber dan konsep Rousseau tentang
Ada dua ciri utama yang membedakan desain model learner centred dengan subject
dan peserta didik dan bukan dan isi. Kedua, learner centered bersifat not-preplanned
mereka.
Ada beberapa variasi model mi yaitu the activity atau experience design,
humanistic design, the open, free design, daj:i lain-lain. Pada tulisan mi akan
Model desain mi berawal pada abad 18, atas hasil karya dan Rousseau dan Pestalozzi,
yang berkembang pesat pada tahun 1920/1930-an pada masa kejayaan Pendidikan
Progresif.
Berikut beberapa ciri utama activity atau experience design. Pertama, struktur kurikulum
ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam mengimplementasikan ciri mi
guru hendaknya: a) Menemukan minat dan kebutuhan peserta didik, b) Membantu para
siswa memilih mana yang paling penting dan urgen. Hal mi cukup sulit, sebab harus
dapat dibedakan mana minat dan kebutuhan yang sesungguhnya dan mana yang hanya
angan-angan. Untuk itu guru perlu menguasai benar perkembangan dan karakteristik
peserta didik.
Kedua, karena struktur kurikulum didasarkan atas minat dan kebutuhan peserta didik,
maka kurikulum tidak dapat disusun jadi sebelumnya, tetapi disusun bersama oleh guru
dengan para siswa. Demikian juga tujuan yang akan dicapai, sumber-sumber belajar,
kegiatan belajar dan prosedur evaluasi, dirumuskan bersama siswa. Istilah yang mereka
gunakan adalah teacher-student planning. Seperti dikemukakan oleh Smith, Stanley and
discovering students interest, guiding students in selection of interest, helping groups and
individuals to plan and carryout learning activities, and assisting learners to appraise their
experience. In short, the teacher must prepare in advance to help learners decide what to
to do, how to do it, and how to evaluate the results. Ketiga, desain kurikulum tersebut
peserta didik menghadapi hambatan atau kesulitan-kesulitan tertentu yang harus diatasi.
proses belajar yang nyata, sungguh-sungguh Lrmakna, hidup dan relevan dengan
kehidupannya. Berbeda dengan subct design yang menekankan isi, activity design lebih
Ada beberapa kelebihan dan desain kurikulum mi. Pertama, karena kegiatan pendidikan
didasarkan atas kebutuhan dan minat peserta didik, maka motivasi belajar bersifat
intrinsik dan tidak perlu dirangsang dan luar. Fakta-fakta, konsep, keterampilan dan
proses pemecahan dipelajari peserta didik karena hal itu mereka perlukan. Jadi belajar
kurikulum mi.
Pertama, penekanan pada minat dan kebutuhan peserta didik belum tentu cocok dan
sangat kompleks, peserta didik belum tentu mampu melihat dan merasakan kebutuhan-
kebutuhan esensial.
Kedua, kalau kurikulum hanya menekankan minat dan kebutuhan peserta didik, dasar apa
yang digunakan untuk menyusun struktur kurikulum. Kurikulum tidak mempunyai pola
dan struktur. Kedua kritik mi tidak semuanya benar, sebab beberapa tokoh activity design
keindahan.
Ketiga, activity design curriculum sangat lemah dalam kontinuitas dan sekuens bahan.
Dasar minat peserta didik tidak memberikan landasan yang kuat untuk menyusun
sekuens, sebab minat mudah sekali berubah karena pengaruh perkembangan, kematangan
mental peserta didik, seperti perkembangan kemampuan kognitif dan Piaget, 2) penelitian
tentang pusat-pusat minat pada berbagai tingkat usia. Penemuan tentang pusat-pusat
minat yang lebih teninci dijadikan dasar penyusunan sekuens kurikulum. Keempat, kritik
terhadap model desain kurikulum mi dikatakan tidak dapat dilakukan oleh guru biasa.
Kurikulum mi menuntut guru ahli general education plus ahli psikologi perkembangan
dan human relation. Model desain mi sulit menemukan buku-buku sumber, karena buku
yang ada disusun berdasarkan subject atau discipline design. Kesulitan lain adalah
apabila peserta didik akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi, sebab di perguruan
Problem centered design berpangkal pada filsafat yang mengutamakan peranan manusia
(man centered). Berbeda dengan learner centered yang mengutamakan manusia atau
peserta didik secara individual, problem centered design menekankan manusia dalam
Konsep pendidikan para pengembang model kurikulum mi berangkat dan asumsi bahwa
manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama. Dalam kehidupan bersama mi
manusia menghadapi masalah-masalah bersama yang harus dipecahkan bersama pula.
(preplanned). Isi kurikulum berupa masalahmasalah sosial yang dihadapai peserta didik
sekarang dan yang akan datang. Sekuens bahan disusun berdasarkan kebutuhan,
kepentingan dan kemampuan peserta didik. Problem centered design menekankan pada
isi maupun perkembangan peserta didik. Minimal ada dua variasi model desain
kurikulum mi, yaitu The Areas of living design, dan The Core design.
dimulai oleh Herbert Spencer pada abad 19, dalam tulisan yang berjudul What
knowledge is of most Worth? Areas of living design seperti learner centered design
menekankan prosedur belajar melalui pemecahan masalah. Dalam prosedur belajar thi
tujuan yang bersifat proses (process objectives) dan yang bersifat isi (content objectives)
dirangsang. Ciri lain dan model desain mi adalah menggunakan pengalaman dan situasi-
situasi nyata dan peserta didik sebagai pembuka jalan dalam mempelajari bidang-bidang
kehidupan. Strategi yang sama juga digunakan dalam subject centered design, tetapi
pelajaran dengan bidang dan pengalaman hidup peserta didik sangat keciL Sebaliknya
dalam the areas of living hubungannya besar sekali. Tiap pengalaman peserta didik
sangat erat hubungannya dengan bidang-bidang kehidupan sehingga dapat dikatakan
suatu desain kurikulum bidang-bidang kehidupan yang dirumuskan dengan baik akan
Pertama, the areas of living design merupakan the subject matter design tetapi dalam
peserta didik dalam kehidupan sosial, maka desain liii mendorong penggunaan prosedur
belajar pemecahan masalah. Prinsip-prinsip belajar aktif dapat diterapkan dalam model
desain in Ketiga, menyajikan bahan ajar dalam bentuk yang relevan, yaitu untuk
desain tersebut menyajikan bahan ajar dalam bentuk yang fungsional, sebab diarahkan
pada pemecahan masalah peserta didik, secara langsung dipraktikkan dalam kehidupan.
Lebih dan itu kurikulum ml membawa peserta didik dalam hubungan yang lebih dekat
dengan masyarakat. Kelima, motivasi belajar datang dan dalam din peserta didik, tidak
Beberapa kritik dilontarkan dan menunjukkan kelemahan model desain mi. Pertama,
penentuan lingkup dan sekuens dan bidang-bidang kehidupan yang sangat esensial
(penting) sangat sukar, timbul organisasi isi kurikulum yang berbeda-beda. Kedua,
sebagai akibat dan kesulitan pertama, maka lemahnya atau kurangnya mntegritas dan
kontinuitas organisasi isi kurikulum. Ketiga, desain tersebut sama sekali mengabaikan
warisan budaya, padahal apa yang telah ditemukan pada masa lalu penting untuk
memahami dan memecahkan masalah-masalah masa kini. Keem pat, karena kunikuluni
hanya memusatkan perhatian pada pemecahan masalah sosial pada saat sekarang, ada
kecenderungan untuk mengindoktrinasi peserta didik dengan kondisi yang ada, peserta
didik tidak melihat alternatif lain, baik mengenai masa lalu maupun masa yang akan
datang, desain tersebut akan mempertahankan status quo. Kelima, sama halnya dengan
knitik terhadap learner centered design, baik guru maupun buku dan media lain tidak
banyak yang disiapkan untuk model tersebut sehingga dalam pelaksanaannya akan
The core desgin kurikulum timbul sebagai reaksi utama kepada separate subjects design,
yang sifatnya terpisah-pisah. Dalam mengintegrasikan bahan ajar, mereka memilih mata-
mata pelajaran/bahan ajar tertentu sebagai inti (core). Pelajaran lainnya dikembangkan di
sekitar core tersebut. Karena pengaruh Pendidikan Progresif, berkembang teori tentang
core design yang didasarkan atas pandangan Progresif. Menurut konsep mi inti-inti bahan
Terdapat banyak variasi pandangan tentang the core design. Mayoritas memandang core
curriculum sebagai suatu model pendidikan atau program pendidikan yang memberikan
pendidikan umum. Pada beberapa kurikulum yang berlaku di Indonesia dewasa mi, core
curriculum disebut kelompok mata kuliah atau pelajaran dasar umum, dan diarahkan pada
kelompok mata pelajaran mi ditujukan pada pembentukan pribadi yang sehat, baik,
matang, dan warga masyarakat yang mampu membina keija sama yang baik pula.
The core curriculum diberikan guru-guru yang memiliki penguasaan dan berwawasan
Ada beberapa variasi desain core curriculum yaitu: (1) the separate subject
core, (2) the correlated core, (3) the fused core, (4) the activity/experience core, (5)
the areas of living core, dan (6) the social problems core.
The separate subjects core. Salah satu usaha untuk mengatasi keterpisahan antar-mata
The correlated core. Model desain mi pun berkembang dan the separate
The fused core. Kurikulum mi juga berpangkal dan separate subject, pengintegrasiannya
bukan hanya antara dua atau tiga pelajaran tetapi Iebth banyak. Sejarah, Geografi,
mi dikembangkan tema-tema masalah umum yang dapat ditinjau dan berbagai sudut
pandang.
The activity/experience core. Model desain mi berkembang dan pendidikan progresif
dengan learner centerd design-nya. Seperti halnya pada learner centered, the acitivity
design yang paling murni dan paling cocok untuk program pendidikan umum.
The social problems core. Model desain ml pun merupakan produk dan pendidikan
progresif. Dalam beberapa hal model mi sama dengan the areas of living core.
Perbedaannya terletak pada the areas of licing core didasarkan atas kegiatan-kegiatan
manusia yang unviversal tetapi tidak berisi hal yang kontroversial, sedangkan the social
kontroversial. Beberapa contoh masalah sosial yang menjadi tema model core design mi
adalah kemiskinan, kelaparan, inflasi, rasialisme, perang senjata nuklir, dan sebagainya.
Hal- hal di atas adalah sesuatu yang mendesak untuk dipecahkan dan berisi suatu
kontroversial bersifat pro dan kontra. The areas of living core cenderung memelihara dan
mempertahankan kondisi yang ada, sedang the social problems core mencoba
memberikan penilaian yang sifatnya kritis dan sudut sistem nilai sosial dan pribadi yang
berbeda.
Penyusunan kurikulum the social problems core, mengikuti pola seperti yang
4. Jika gambaran pada pertanyaan 3 berbeda dengan pertanyaan 2, usaha apa yang dapat
Kurikulum the social problems core tidak bersifat kaku, terbuka untuk penyempurnaan
pada setiap saat, agar tetap mutakhir dan relevan dengan perkembangan masyarakat.
Terhadap model-model desain di atas dapat ditambahkan dua model lain yang juga
Humanistic design.
memahami selunuh yang ada di dimia mi, tetapi kenyataarlnya karena berbagai
hambatan, hanya sebagman kecil yang mereka kuasai. The lJnencapsulation design
diarahkan pada pengembangan manusia yang lebih baik, yang memiliki pengetahuan dan
kemampuan yang lebth lengkap, tepat dan seimbang. Menunut Joseph Royce, pencetus
konsep mi, pengetahuan dan kemampuan yang demikian akan tercapai melalui
pendidikan umum. Becker ingin mengembangkan suatu model pendidikan yang dapat
manusia sejati (authentic) tidak palsu atau pura-pura, percaya kepada din sendiri (self
reliant) dan menyatu dengan masyarakatnya. Desain kurikulum dan Becker lebth
menekankan pada isi danipada proses. Isi kunikulurnnya dipusatkan pada tiga bidang,
yaitu 1) Dimensi individu, 2) Dimensi sosial dan historis, dan 3) Dimensi teologis.
Dimensi individu membahas keadaan dan keberadaan manusia, dimensi sosial dan
sekulerisme.
BAB 7
PROSES PENGAJARAN
Baik dalam uraian tentang model-model konsep kurikulum, maupun dalam macam-
macam desain kurikulum, masalah isi dan proses pengajaran selalu menjadi tema dan
titik tolak. Hal itu disebabkan kedudukan kedua komponen kurikulum tersebut sangat
penting. Dengan demikian, tidak mengherankan apabila ada yang berpendapat bahwa
kurikulum itu tidak lain dan suatu program pendidikan yang berisi jalinan antara isi
Telah kita ketahui dalam uraian-uraian yang terdahulu bahwa ada konsep-konsep
kurikulum yang lebih mengutamakan isi dan ada pula yang mengutamakan proses.
pemecahan yang paling praktis, walaupun bukan berarti tanpa menghadapi kesulitan-
kesulitan. Kedua komponen kurikulum tersebut dapat saling menghambat, yang satu
para siswa menguasai sebanyak-banyaknya bahan yang terbaik dan diperoleh dengan cara
yang terbaik pula. Meskipun ideal hal tersebut sangat sulit kita capai, namun bukan
sesuatu yang mustahil. Kesulitannya bukan saja disebabkan adanya ciri yang cenderung
kontradiktif antara keduanya, tetapi juga karena banyaknya faktor yang turut
para pelaksana kurikulum lainnya; oleh kondisi lingkungan fisik, sosial budaya dan
psikologis sekitar, oleh kondisi dan kelengkapan sarana dan prasarana, baik di sekolah
maupun biaya. Yang harus selalu diupayakan oleh para penyusun, pengembang dan
sesuai dengan kondisi yang ada, di samping mengoptimalkan isi dan prosesnya sendiri.
B. IsiKwikulum
Pertanyaan yang selalu muncul pada para perencana pendidikan dan pengembang
kurikulum adalah, bahan apakah yang harus diajarkan kepada siswa, dan apa tujuannya?
Pertanyaan mi menyangkut isi kurikulum atau isi pengajaran. Isi kurikulum atau
pengajaran bukan hanya terdiri atas sekumpulan pengetahuan atau kumpulan informasi,
tetapi harus merupakan kesatuan pengetahuan terpilth dan dibutuhkan, baik bagi
sekolah dasar dan menengah, telah dilakukan dengan mengikutsertakan para sarjana,
dosen, ahli-ahli pendidikan selain guru, dan berbagai bidang ilmu pengetahuan. Mereka
telah berusaha menyusun isi kurikulum atau pengajaran, bukan saja didasarkan atas
Meskipun demikian pertanyaan tentang karakteristik bahan yang akan diajarkan masih
selalu timbul. Ahli pendidikan, Jerome S. Bruner dan Amerika Serikat mencoba
memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut, yaitu dengan mengemukakan konsep
struktur bahan pengajaran. Pengembangan konsep mi tidaklah terjadi begitu saja, tetapi
ilmu dan penelitian hanya menjadi santapan para saijana dan cendekiawan. Anak-anak
sekolah menengah, apalagi anak sekolah dasar bahkan para mahasiswa tingkat persiapan
tidak pernah memperoleh pengetahuan tersebut. Para sarjana dan cendekiawan tidak
pernah turut serta dalam pengembangan kurikulurn sekolah dasar dan sekolah menengah.
Dengan demikian, program Sekolah kurang berbobot dan jauh ketinggalan dan
perkembangan ilmu pengetahuan. Sekarang hal itu telah dapat diatasi, para sarjana dan
cendekiawan yang turut serta dalam penyusunan kurikulum dan perencanaan program
sekolah, menyiapkan buku teks serta berbagai media pendidikan. Dewasa mi para ahli
belajar di sekolah. Sayangnya perhatian para ahli tersebut masih lebih banyak tercurah
pada studi tentang bakat dan kecakapan, serta aspek-aspek sosial dan psikologis dalam
pendidikan, dan kurang memperhatikan masalah struktur intelek dan kegiatan dalam
kelas.
diharapkan dapat mengajarkan semua yang berguna dan semua yang indah. Pengertian
berguna mengandung dua pengertian, pertama dalam bentuk penguasaan keterampilan
erat dengan profesi seseorang. Pemahaman umum, merupakan penguasaan hal-hal. yang
berhubungan erat dengan masalah kehidupan, baik sebagai pribadi maupun sebagai
Dewasa mi konsep proses belajar berangsur-angsur pindah dan pemahaman umum pada
penguasaan keterampilan khusus. Studi tentang transfer belajar, dahulu berkenaan dengan
dan sebagainya melalui berbagai bentuk latihan, sekarang transfer lebth banyak
abad 20, sangat kurang penekanan pada penguasaan struktur atau penguasaan
pemahaman suatu bahan pelajaran secara menyeluruh dan penuh arti. Belajar struktur
adalah belajar secara keseluruhan (utuh), yakni hal-hal yang saling berhubungan
oleh hal tersebut. Ada beberapa pertanyaan umum, sebelum seseorang sampai pada
pertanyaan-pertanyaan yang lebth khusus. Contoh pertanyaan umum, apakah tujuan
dengan sifat masyarakat yaitu tuntutan dan kebutuhannya, juga dapat dihubungkan
masyarakat).
berarti pendidikan segi lain diabaikan. Pendidikan yang menekankan struktur bukan saja
dapat berhasil dengan baik pada anak-anak yang cerdas, tetapi juga pada anak-anak biasa
bahkan anak-anak yang kurang mampu. mi tidak berarti urutan dan isi bahan pelajaran
Ada empat hal pokok penting dalam proses pendidikan. Pertama, peranan struktur bahan,
dan bagaimana hal tersebut menjadi pusat kegiatan belajar. Hal yang sangat penting
pengertian kepada siswa tentang struktur yang mendasar terhadap tiap mata pelajaran.
kondisi belajar yang mendukung hal tersebut. Kedua, proses belajar menekankan pada
berpikir intuitif. Berpikir intuitif merupakan teknik intelektual untuk mencapai formulasi
tentatif tanpa mengadakan analisis langkah demi langkah. Ketiga, masalah kesiapan
(readiness) dalam belajar. Pada masa lalu, sekolah banyak membuang waktu untuk
mengajarkan hal-hal yang tenlalu sulit bagi anak, karena kurang memperhatikan kesiapan
belajar. Keempat, dorongan untuk belajar (learning motives) serta bagaimana
Tujuan belajar lebth dan sekadar untuk mendapatkan kepuasan atau menguasai
pengetahuan. Belajar menyiapkan peserta didik untuk menghadapi masa yang akan
datang. Ada dua macam belajar untuk menghadapi masa yang akan datang. Pertama,
aplikasi belajar dalam tugastugas khusus, atau pekeiaan-pekerjaan khusus. Hal itu
merupakan transfer belajar dalam berbagai bentuk keterampilan. Kedua, transfer belajar
dalam bentuk prinsip-prinsip dan sikap-sikap. Tipe belajar yang kedua bukan merupakan
belajar keterampilan tetapi belajar ide-ide yang bersifat umum, yang dapat digunakan
untuk mengenal dan memecahkan berbagai masalah kehidupan. Jenis transfer yang kedua
merupakan inti proses pendidikan, merupakan proses perluasan dan pendalaman yang
terus menerus dan ide-ide dasar dan ide-ide umum. Keberlanjutan pnoses belajar tersebut
sangat bergantung pada tingkat penguasaan stnuktur bahan yang akan diajarkan. Agar
seonang siswa mampu mengenal apakah suatu ide dapat diaplikasikan atau tidak terhadap
situasi baru, ia harus mempunyai gambanan yang jelas tentang hakikat fenomena yang
dihadapinya. Sebab yang terpenting dalam belajar ide-ide adalah yang dipelajarinya harus
Untuk itu ada beberapa hal yang perlu dipenhatikan. Pertama, dan mi merupakan hal
yang sangat penting, bagaimana menyusun kurikulum yang dapat diajankan oleh guru
biasa, tenhadap murid biasa, yang dapat menefleksikan pninsip-prinsip dasar dan
berbagai bentuk inkuiri. Hal itu meyangkut dua masalah yaitu bagaimana memilih bahan
yang akan diajarkan serta alat-alat pelajaran yang dapat memberikan tekanan utama pada
siswa. Agar dapat memenuhi kedua hal tersebut, dibutuhkan partisipasi dan ahli-ahli yang
terbaik dalam bidangnya dalam penyusunan kurikulum sekolah. Kedua, yang perlu
ide-ide dasar dan berbagai bidang studi, bukan saja berkenaan dengan pengetahuan
Seorang ahli fisika memiliki sikap tertentu terhadap alam semesta serta menguasai cara
memahami sistem alam semesta. Siswa yang belajar fisika juga perlu memiliki sikap
tersebut, bila ia belajar fisika, tentunya agar yang dipelajarinya itu berguna bagi proses
berpikirnya. Untuk mencapai hal tersebut yang terpenting adalah menyediakan bahan,
memberikan kesempatan dan mendorong anak untuk mencari dan menemukan aturan
ide-ide, hal itu bukan saja menghasilkan pemahaman ten- tang suatu masalah tetapi juga
akan menumbuhkan kepercayaan kepada din sendiri. Para ahli berpendapat bahwa hal itu
tidak mungkin dapat dicapai hanya dengan memperhatikan penyusunan sekuens bahan
ajar saja, tetapi juga harus memperhatikan metode untuk mengajarkan hal tersebut.
Metode utama mengajarkan konsep belajar seperti di atas adalah dengan menggunakan
metode inkuiri. Metode inkuiri banyak digunakan dalam mengajarkan IPA dan
Matematika, tetapi sesungguhnya metode inkuiri cukup membenikan hasil yang baik bila
Hal itu membutuhkan pemahaman yang dalam serta kejujuran yang sungguh-sungguh
untuk menyajikan fenomena-fenomena baik dalam penyusunan kurikulum maupun dalam
tersebut harus disajikan dengan benar, menarik minat dan memberikan manfaat.
Minimal ada empat hal yang merupakan manfaat belajar atau mengajarkan struktur dasar:
penguasaan bahan ajar secara lebih komprehensif. Hal itu bukan hanya berlaku bagi IPA
dan Matematika tetapi juga bagi ilmu-ilmu sosial. Anak yang sudah memahami latar
belakang, tujuan dan dasar-dasar pembentukan ASEAN akan dengan mudah memahami
berbagai bentuk kerja sama dan kegiatan ASEAN. Kedua, berhubungan dengan
tentang hal-hal yang detail yang ditempatkan dalam suatu hubungan pola struktur, mudah
sekali dilupakan. Agar sesuatu bahan ajar dapat mudah dan lama dikuasai perlu disimpan
atau disajikan dalam bentuk yang sederhana yang mewakili hal yang lebth kompleks.
Perwakilan yang sederhana tersebut disebut regenerative. Contoh regenerative dalam IPA
dan Matematika adalah rumus-rumus. Suatu rumus yang sederhana merupakan prasarana
dan representasi dan hal yang cukup kompleks. Dalam ilmu sosial juga dikenal rumus,
kaidah, prinsip tertentu. Selain hal-hal tersebut regerative juga dapat berupa peta, bagan,
Belajar struktur dasar dapat menjamin berbagai bentuk lupa atau kehilangan penguasaan.
Dengan belajar struktur dasar suatu kehilangan tidak akan berbentuk kehilangan total,
hal-hal yang tersisa dapat membantu menyusun kembali apa-apa yang sudah hilang atau
terlupakan. Suatu teori yang balk bukan hanya merupakan alat untuk memahami
menguasai banyak hal yang sifatnya khusus, sebab penguasaan hal umum memungkinkan
penguasaan model pemahaman. Ide, bahwa prmsip dan konsep merupakan dasar bagi
Keem pat, penekanan pada struktur dan prinsip-prinsip mengajar yang fundamental dapat
lanjut.
C. ProsesBelajar
Kegiatan mengajar tidak dapat dilepaskan dan belajar, sebab keduanya merupakan dua
sisi dan sebuah mata uang. Mengajar merupakan suatu upaya yang dilakukan guru agar
siswa belajar. Apabila kita mengkaji teoriteori mengajar yang ada, hampir seluruhnya
1. Belajar intuitif
Ada suatu pertanyaan mendasar berkenaan dengan proses belajar, yaitu apakah proses
berpikir analitik?
eksplisit, dan pada kemampuan anak memreproduksikan penguasaan secara verbal dan
perkembangan pemahaman intuitif atau tidak. Kita dapat membedakan antara inarticulate
genius dengan articulate idiocy. Inarticulate genius diperlihatkan oleh anak yang
menguasai secara mendalam konsep-konsep bahan ajar, tetapi kurang mampu
menyatakan secara verbal. Pada articulate ideocy anak pandai menyatakan dengan kata-
kata tetapi tak punya kemampuan untuk menggunakan konsep-konsep tersebut. Dua
contoh pemahaman intuitif, pertama seseorang telah cukup lama menghadapi suatu
pembuktian formal, kedua, seorang dapat dengan cepat memberikan jawaban dugaan
terhadap sesuatu persoalan dengan benar. Seseorang pemikir intuitif yang baik dilahirkan
dengan kekhususan tertentu, tetapi efektivitas intuitifnya dilandasi oleh pengetahuan yang
kuat tentang bidang yang berhubungan dengan kekhususan tersebut. Pengetahuan yang
yang mempengaruhinya.
Orang lebih mudah membahas atau melakukan pemikiran analitik yang lebih bersifat
konkret daripada berpikir intuitif yang lebth abstrak. Berpikir analitik meliputi suatu
disampaikan kepada orang lain. Hasil-hasil pemikiran mi berupa informasi atau suatu
Berpikir intuitif tidak memiliki langkah-langkah yang dapat dirumuskan secara pasti dan
teliti, lebih merupakan suatu manuver yang didasarkan atas persepsi implisit dan
keseluruhan masalah. Pemikir sampai pada suatu jawaban mungkin benar mungkin juga
tidak, dengan sedikit pernyataan tentang proses pencapaiannya. Ia sering jarang dapat
menjelaskan bagaimana memperoleh jawaban, mungkin juga ia tidak menyadari aspek-
aspek dan situasi masalah yang ia hadapi/kerjakan. Biasanya proses pemikiran intuitif mi
memungkinkan ia melangkah atau meloncat atau memotong jalan pendek untuk sampai
pada suatu jawaban atau pemecahan. Hasil berpikir intuitif dapat dicek dengan
kesimpulan dan hasil analitik, apakah induktif atau deduktif. Kedua model pemikiran irii
dapat saling komplemen. Melalui berpikir intuitif seseorang memungkinkan sampai pada
jawaban atau pemecahan yang sama sekali tak dapat dipecahkan atau lambat sekali bila
menggunakan pemecahan melalui proses analitik. Kemungkinan dapat terjadi pada suatu
saat pemikir intuitif dapat menemukan masalah yang sama sekali tak dapat ditemukan
oleh pemikir analitik. Pemecahan intuitif mungkin dapat lebih cepat dibandingkan
dengan pemecahan analitik. Hasil pemecahan intuitif dapat dicek oleh hasil pemecahan
analitik.
Menangkap pengertian dan struktur masalah atau situasi tanpa menggunakan alat atau
terlebih dahulu ditanamkan pemahaman intuitif. Situasi belajar intuitif di sekolah akan
sangat ditentukan oleh sifat bahan pelajaran. Bahan pelajaran yang berisi banyak
mengundang spontanitas, dapat banyak membantu kegiatan berpikir intuitif bagi murid-
muridnya.
predisposisi, yang berkenaan dengan dimiliki atau tidak dimilikinya kemampuan intuitif
dalam suatu bidang tertentu serta kekuatan intuitif pada bidang tersebut. Apakah
perkembangan intuisi seorang siswa menyerupai gurunya yang berpikir itu? Mungkin ya,
melalui imitasi sederhana dengan gurunya, dapat juga berkembang melalui identifikasi
yang cukup kompleks. Guru yang biasa menerka jawaban suatu persoalan, lalu
berpikir intuitifnya daripada guru yang memecahkan persoalan dengan cara analitis.
Seseorang yang mempunyai pemahaman yang cukup luas dalam bidang tertentu akan
menguasai.
Seorang spesialis dalam bidang kedokteran (dokter) dalam pertemuan pertamanya dengan
dokter tersebut mungkin kurang sempurna dibandingkan dengan diagnosis yang bersifat
analisis langkah-langkah formal yang dilakukan oleh seorang dokter muda. Untuk
selanjutnya, diagnosis yang bersifat intuitif (clinical prediction) dapat lebih berhasil
dibandingkan dengan diagnosis analitis (actuarial prediciton). Hal itu juga tidak berarti
bahwa prediksi intuitif selalu lebih berhasil daripada prediksi analitis. Dan uraian di atas
imitasi atau identifikasi dengan seorang pengintuitif, penguasaan atau pemahaman dalam
Bagaimana pengaruh atau peranan prosedur heuristik terhadap proses berpikir intuitif?
prosedur pemecahan suatu masalah yang mengikuti urutan yang teliti, selangkah demi
mengikuti urutan langkah demi langkah pemecahan lebih bersifat menyeluruh dan
Apakah dengan berpikir intuitif anak dilatih untuk sekadar mengirangira? Padahal di
memang anak diminta untuk mengira-ngira, tetapi suatu perkiraan yang selalu dicek
dengan pembuktian, dengan proses pemikiran analitis. Berpikir intuitif didasari oleh
keyakinan pada din sendiri dan keberanian dan siswa. Seorang yang berpikir intuitif tidak
boleh takut berbuat salah, tetapi juga tidak boleh menutupi kesalahan. Pemikir intuitif
harus jujur, pengecekan kesalahan dengan pembuktian melalui proses berpikir analitis
dthilangkan, karena adanya sistem ganjaran dan hukuman. Sistem pemberian angka di
sekolah juga sering menghambat keberanian berpikir intuitif. Penilaian lebih mudah
dilakukan dalam proses berpikir analitik daripada intuitif karena proses analitis lebth
berkenaan dengan faktafakta. Untuk mendidik anak berpikir intuitif, diperlukan guru
yang bukan saja mempunyai kemampuan intuitif, tetapi juga memiliki sensitivitas, ia
yang sedang berintuisi. Dengan berpikir intuitif anak dapat berkembang bukan saja lebih
cerdas dan lebih berpengalaman tetapi juga lebih intuitif dalam menghadapi berbagai
Ausubel dan Robinson (1969) membedakan dua dimensi dan proses belajar, yaitu
dimensi cara menguasai pengetahuan dan cara menghubungkan pengetahuan baru dengan
struktur ide yang telah ada. Pada dimensi yang pertama dibedakan tipe belajar yang
bersifat mencari (discovery learning) dan yang bersifat menerima (reception learning).
Pada dimensi kedua, dibedakan antara belajar yang bersifat menghafal (rote learning) dan
Dalam belajar menerima keseluruhan bahan pelajaran disajikan kepada si pelajar dalam
bentuk yang sudah sempurna. Si pelajar tinggal menerima saja tanpa mengadakan usaha-
usaha pengolahan, atau pemrosesan lebih lanjut. Pada belajar mencari atau belajar
diskoveri karena bahan ajar disajikan dalam bentuk yang belum selesai, maka si pelajar
harus berusaha mencari dan menyelesaikannya sendiri. Dalam belajar menghafal siswa
berusaha menguasai bahan tanpa mengetahui maknanya, sedang pada belajar bermakna
siswa mempelajari sesuatu bahan ajar dengan berusaha memahami makna atau artinya.
mendapatkan makna. Keseluruhan tipe belajar tersebut juga bisa berkombinasi satu sama
a. Konsep-Konsep Dasar
Ada dua hal penting dalam konsep belajar bermakna, yaitu struktur kognitif dan materi
pengetahuan baru. Struktur kognitif merupakan segala pengetahuan yang telah dimiliki
siswa sebagai hasil dan kegiatan belajar yang lalu. Dalam belajar bermakna pengetahuan
Hubungan tersebut akan terjadi karena adanya kesamaan isi (substantiveness) dan secara
kebermaknaan logis materi yang akan dipelajari. Jadi kebermaknaan logis mi merupakan
sifat dan materi yang akan dipelajari, tetapi tidak berarti menjamin bahwa itu bermakna
bagi siswa.
Agar hal itu bermakna bagi siswa, ada dua tambahan persyaratan. Pertama, suatu materi
memiliki kebermaknaan logis berarti bahwa materi tersebut dapat dihubungkan dengan
konsep-konsep yang telah ada pada siswa. Agar materi baru dapat difahami siswa, maka
ia sendini harus memiliki materi yang sesuai dengan hal itu. Bila siswa dalam struktur
kognitifnya telah memiliki materi, ide-ide yang sesuai, yang memungkinkan materi baru
dapat dihubungkan padanya secara subtantif dan non-arbitrer, maka materi tersebut telah
memiliki kebermaknaan potensial (potential meaningfulness).Kedua, suatu materi
memiliki kebermaknaan potensial, sebab siswa dapat memberikan makna, tetapi hal itu
bergantung pada kemauan siswa untuk memberi makna atau tidak. Apabila si siswa
(meaningful learning).
1. Materi yang dipelajari harus dapat dihubungkan dengan struktur kognitif secara
2. Siswa harus memiliki konsep yang sesuai dengan materi yang akan dipelajarinya.
3. Siswa hams mempunyai kemauan atau motif untuk menghubungkan konsep tersebut
Makna merupakan hasil suatu proses belajar berrnakna. Hal itu juga akan menjadi isi
kognitif atau isi dan penyadaran yang muncul bila materi yang punya makna potensial
dihubungkan dengan struktur kognitif. Belajar bermakna dan belajar manghafal bukan
dua hal yang benar-benar bersifat dikotomis, tetapi hanya menunjukkan apakah sesuatu
Belajar bermakna akan menghasilkan konsep-konsep, ide-ide baru yang punya makna,
penuh arti, jelas, nyata perbedaannya dengan yang lain. Konsep yang demikian tidak
mengingat konsep-konsep inti. Dalam belajar menghafal sering konsep inti dan konsep
bukan inti berbaur dan saling menghambat, tetapi dalam belajar makna keduanya bisa
Mengapa seseorang melakukan kegiatan belajar dengan menghafal. Minimal ada tiga
sebab utama:
1) Mereka belajar dan pengelaman yang kurang menyenangkan yang secara material
memberikan jawaban yang benar, tetapi kurang memberikan hubungan yang bermakna.
Adanya tuntutan memberikan jawaban yang bersifat fakta-fakta sering mendorong siswa
untuk belajar dengan cara mengingat dan menghafal. Siswa mengalami kecemasan yang
cukup besar. Hal mi kemungkinan besar disebabkan karena ia gagal dalam menguasai
pelajaran, atau karena kurang yakin akan kemampuan belajar bermakna. Untuk mengatasi
kecemasan tersebut Ia belajar dengan cara menghafal. Siswa berada dalam suatu tekanan
kekurangan-kekurangannya.
Makna merupakan isi dan struktur kognitif, yang terjadi karena materi yang memiliki
berbeda-beda dan dapat diletakkan dalam suatu hierarki dan yang bersifat represensional
Belajar represensional merupakan suatu proses belajar untuk mendapatkan arti atau
makna dan simbol-simbol. Kalau orang tua mengatakan kucing sambil menunjuk seekor
kucing, maka pada struktur kognitif anak akan terbentuk rangsangan internal yang akan
memberi makna pada kata kucing sebagai binatang kucing. Kata kucing menjadi simbol
yang mewakili binatang kucing. Melalui proses representasi tersebut anak akan mengenal
banyak nama dan tiap benda punya nama endiri. Belajar represensional juga benlaku bagi
nama-nama bukan benda. Kata depan terjadi melalui hubungan antara dua objek seperti
Belajar konsep dapat mempunyai makna logis dan makna psikologis. Makna logis
ciri-ciri yang sama. Berbagai macam kucing dan harimau karena cirinya yang sama,
dikelompokkan sebagai kucing. Dalam makna logis ada ciri-ciri utama yang
menunjukkan sekumpulan sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap anggota suatu kelas
konsep. Ciri-ciri utama tersebut berbeda antara suatu kelas konsep dengan kelas yang
lain. Makna psikologis suatu konsep terbentuk dalam dua tahap. Pada tahap pertama
konsep terbentuk melalui pengalaman nyata. Secara induktif anak menemukan ciri-ciri
bentuk kubus anak akan memiliki konsep tentang kubus, walaupun tidak tahu namanya.
Pada tahap berikutnya bila anak telah bersekolah ia belajar makna konsep secara formal
dan nama dan kata-kata. Kedua tahap proses pembentukan makna konsep tersebut terjadi
hampir dalam semua kegiatan anak belajar konsep. Pembentukan konsep selanjutnya
menunjukkan hubungan antara dua hal. Proposisi mi ada yang bersifat umum,
kategori tingkah laku belajar, yaitu belajar bermakna, menghafal menerima, dan
diskaveri. Belajar bermakna pun berbeda-beda pula dan yang bersifat represensional
sampai dengan belajar kreatif. Karena adanya pengkategorian tersebut maka dapat dicari
Karena pengetahuan atau knowledge Bloom lebth banyak berhubangan dengan ingatan
maka dapat dikelompokkan sebagai belajar menghafal (rote learning). Mulai dan
Belajar konsep dan preposisi dapat disamakan dengan pemahaman, pemecahan masalah
dengan analitis dan kreativitas dengan sintesis yang sukar dimasukkan dalam kategori
Dan pembandingan dengan taksonomi Bloom juga dapat ditarik kesimpulan bahwa
macam-macam belajar bermakna ml, lebih menyangkut ranah kognitif. Ranah afektif dan
Belajar merupakan proses menguasai makna dan sesuatu bahan pelajaran yang secara
makna baru. Lupa merupakan kemunduran atau kehilangan penguasaan suatu makna
Suatu konsep baru dipelajari oleh individu, diingat untuk beberapa saat dan sebagian ada
yang terlupakan. Proses mi terjadi dalam dua langkah: (1) penguasaan dan penyimpanan,
disatukan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif. Jnteraksi antara
konsep baru dengan konsep-konsep yang telah ada menimbulkan suatu makna. Makna
baru tersebut mungkin mengubah, memperluas, mempersempit konsep yang telah ada,
tetapi dalam bebe rapa hal mungkin juga tidak mengubah konsep lama.
Dalam struktur kognitif suatu konsep baru, tidak hanya berhubungan dengan suatu
konsep tetapi dengan beberapa konsep yang telah ada. Kekuatan hubungan dengan
masing-masing konsep tidak selalu sama, ada yang kuat sekali, lemah sekali di samping
Mengingat dan lupa. Konsep-konsep baru yang kurang umum, melalui periode waktu
bersatu atau berasimilasi dengan konsep-konsep yang telah ada. Keadaan tersebut dapat
proses asimilasi dan reduksi tersebut berjalan spontan dan berangsur-angsur maka
Ada dua tingkat kritis untuk mengingat kembali konsep yang terlupakan. Tingkat yang
tertinggi berada pada tingkat yang berhubungan dengan mengingat kembali (recall). Bila
suatu konsep di bawah tingkat recall maka anak tidak dapat mengingatnya kembali. Suatu
konsep yang berada di bawah tingkat recall, mungkin masth terletak di atas tingkat
recognition. Sesuatu yang terlupakan sama sekali, kalau dipelajari kembali akan teijadi
recognition.
Kekuatan hubungan antara konsep yang telah ada dengan konsep baru.
Efektivitas usaha untuk menguasai kembali konsep yang terlupakan, baik yang
Suatu bahan dipelajari secara bermakna atau dihafal bergantung pada (1)
sifat bahan apakah secara potensial bermakna atau tidak bermakna, (2)
Hasil belajar bermakna lebth lama dikuasai daripada belajar menghafal. Dengan
demikian belajar bermakna lebih efisien dibandingkan dengan belajar menghafal. Hal itu
yang ada dalam struktur kognitif. Keadaan demikian memungkinkan sejumlah besar
bahan dapat disatukan dalam struktur kognitif dengan penguasaan yang lebih efektif.
Hubungan suatu konsep yang dipelajari dengan bermakna dengan struktur kognitif
menyebabkan konsep tersebut lebih lama dikuasai dalam ingatan. Dalam belajar yang
Salah satu penyebab utama dan lupa pada belajar bermakna adalah pengurangan makna
hilangnya atau lemahnya asosiasi antara dua hal. Dalam belajar mengingat
ada dua hambatan (inhibition) yang mungkin terjadi yaitu hambatan proaktif dan
Ketimpangan isi yang diajarkan dan yang diingat. Sering terjadi perbedaan antara isi
bahan yang diajarkan dengan diingat, hal itu dilatarbelakangi oleh beberapa hal:
a) Ketidakjelasan, kekacauan, keraguan arti sesuatu konsep sejak awal proses belajar,
b) Pada saat memberikan penafsiran pertama terhadap bahan baru yang bersifat selektif,
terjadi kesalahan dan penghilangan atau pengurangan ciri-ciri. Pada fase mengingat
yang telah ada dalam struktur kognitif. Jika suatu bahan baru salah penafsirannya karena
adanya kelainan dalam struktur kognitif, kesalahan tersebut akan menetap malah akan
c) Kesalahan dan penyimpangan dapat terjadi bila suatu makna yang telah tersimpan
Dalam menerima suatu konsep baru terjadi “leveling” dan “sharpening”. Leveling adalah
penyusutan bentuk yang tidak lazim dalam bentuk yang lebih lazim, sedang sharpening
adalah penajaman suatu konsep atau perangsang menjadi lebih sempurna lebih baik.
Masalah lupa memiliki nilai positif dan juga nilai negatif. Nilai positifnya adalah
menyeleksi ide- ide baru mana yang lebih stabil, lebih penting dan lebih memperkuat
konsep-konsep yang telah ada, dan tidak mengingat semua perangsang yang masuk.
Mengingat bermakna yaitu memasukkan konsep-konsep penting dalam struktur kognitif
sangat penting bagi kegiatan belajar lebih lanjut dan kegiatan-kegiatan pemecahan
masalah sebab konsep-konsep tersebut merupakan pijakan dan bahan yang akan diolah
mengabaikan konsep-konsep atau detail-detail yang kurang penting. Hal itu disebabkan
bahan-bahan yang tidak penting sudah tercakup dalam hal-hal yang penting. Karena
merasa sudah tercakup sering terlupakan. Sebab lain, terjadi karena bahan-bahan baru
yang kurang penting tersebut dalam penyatuannya dengan yang telah ada kurang stabil,
kurang kuat, kurang jelas sehingga mudah sekali terlupakan. Tiap bahan pelajaran dapat
diajarkan kepada anak secara efektif bila sesuai dengan tingkat perkembangan anak
tersebut. Ada tiga masalah penting berkenaan dengan penyesuaian bahan ajar dengan
perkembangan anak:
1. Perkembangan intelek
Hasil penelitian berkenaan dengan perkembangan intelek anak menunjukkan, bahwa tiap
lingkunganriya dan cara memberi arti bagi dirinya sendiri. Mengajarkan suatu bahan
pelajaran kepada anak, adalah mempresentasikan struktur bahan pelajaran sesuai dengan
cara anak memandang atau mengartikan bahan pelajaran tersebut. Pengajaran merupakan
suatu translation. Suatu dugaan umum bahwa ide atau konsep dapat direpresentasikan
dengan sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya sesuai dengan tingkat pemikiran anak pada
tingkat usia tertentu, dan representasi pertama diperkuat dan diperbaiki pada tingkat
selanjutnya.
Menurut Piaget, ada empat tingkat perkembangan anak: Tingkat pertama adalah tingkat
Sensory motor, masa lahir sampai 2 tahun merupakan masa perkembangan kemampuan
bergerak dan merespons terhadap rangsangan. Ymgkat kedua, masa 2 sampai 7 tahun
disebut tingkat Pre— operasional. Tugas perkembangan anak pada masa mi terutama
merepresentasikan dunia luar melalui pembentukan simbol-simbol anak, tidak ada batas
perbedaan antara motif dan peranan dirinya dengan kegiatan lingkungannya. Matahari
bergerak karena didorong oleh Tuhan, dan bintang-bintang tidur seperti dia. Anak tidak
dapat membedakan antara tujuan dengan cara atau alat untuk mencapainya. Hal itu
karena anak lebth dipengaruhi oleh intuisi daripada oleh kegiatan simbolik, lebth banyak
Kekurangan utama pada tingkat mi adalah anak belum memiliki konsep perbedaan atau
perlawanan (reversibility). Bila suatu benda berubah anak belum dapat menangkap ide
bahwa benda tersebut dapat dikembalikan pada keadaan asalnya. Kekurangan tersebut
sering menghambat penguasaan ide dasar bidang studi tertentu terutama matematika dan
fisika. Tingkat ketiga, masa antara 7 sampai 11 tahun, merupakan masa anak sekolah,
disebut juga tingkat “concrete operational”. Tingkat ini merupakan tingkat operasional
bahwa anak memecahkan masalah bukan dengan cara trial and error tetapi dengan
pemikiran, trial and error digurtakan untuk menjadi pembantu atau bahan pembanding
merupakan hal yang sangat esensial, karena dengan struktur internal anak mampu
beroperasi. Pada din anak ada sistem simbolik internal yang merepresentasikan dunia
luar. Agar anak menguasai apa yang diajarkan, maka bahan ajar harus disesuaikan
dengan “bahasa” struktur internal tersebut. Operasi konkret dibimbing oleh “logika
kelas” dan “logika” hubungan yang merupakan alat penstrukturan kenyataan yang
dthadapinya dan pernah dialaminya pada saat yang lalu, tetapi ia belum mampu
anak yang beroperasi secara konkret tidak mampu mengantisipasi hal-hal yang tidak ada.
Anak belum mampu secara sistematik melampaui informasi yang dibenikan, untuk
Tingkat keempat, masa antara 11 sampai dengan 14 tahun, merupakan tingkat “formal
tingkat hipotetis dan bukan lagi pada tingkat pengalaman, atau terbatas pada apa yang
bahkan mampu mendeduksi hubungan potensial yang dapat dicek dengan percobaan atau
pengamatan. Operasi intelektual telah berkembang sampai pada tingkat semacam operasi
logis ahli logika, sarjana atau para pemikir lainnya. Pada tingkat mi anak mampu
membenikan pernyataan formal atau pernyataan axiomatik pada ide-ide yang konknet,
sebelum langkah pemecahan masalah. Pada tingkat operasi konkret anak mampu
menangkap secara intuitif dan konkret, sejumlah ide-ide dasar ilmu pengetahuan.
Yang sangat pentirg dalam mengajarkan konsep-konsep dasar adalah anak dibantu untuk
berkembang dan benpikir konkret pada menggunakan cara benpikir yang lebih
konseptual. Hal itu akan sia-sia saja, bila guru mengajarkannya dengan cara menyajikan
sering anak bukan belajar “aturan matematis”, tetapi belajar menggunakan alatalat atau
kesempatan yang berguna agar berkembang lebih pesat. Menurut David Page seorang
ahli dan guru yang sangat berpengalaman dalam mengajar matematika, dalam pengajaran
menunjukkan kecenderungan yang sama, bahwa anak lebih spontan, lebih kreatif, lebth
energik dibandingkan dengan orang dewasa. Belajar anak dalam segala hal lebth cepat
2. Kegiatan belajar
Belajar sesuatu bidang pelajaran, minimal meliputi tiga proses. Pertama, proses
trarisformasi, yaitu proses memanipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas yang
baru. Transformasi meliputi cara-cara mengolah informasi untuk sampai pada kesimpulan
yang lebih tinggi. Ketiga, proses evaluasi untuk mengecek apakah manipulasi sudah
memadai untuk dapat menjalankan tugas mencapai sasaran. Apakah kesimpulan yang
Dalam mempersiapkan bahan pelajaran, biasanya kita susun bahan pelajaran tersebut
dalam rentetan episode (satuan pelajaran). Dalam tiap episode terdapat ketiga proses di
atas. Episode belajar dapat panjang, juga dapat pendek, berisi banyak konsep, atau hanya
beberapa konsep saja. Dalam menyajikan bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan
cara. Cara-cara yang biasa dilakukan adalah: memperpanjang atau memperpendek isi
episode, memberikan ganjaran dalam bentuk pujian, pemberian gelar juara, dan
ekstrinsik.
3. Spiral kurikulum
Jika prinsip-prinsip perkembangan anak telah diperhatikan, bahan ajar telah disusun
dalam urutan yang logis dan cukup mendorong perkembangan dan keadaan
orang dewasa dan berpengetahuan. Bila sudah cukup berpengetahuan apakah menjadi
orang dewasa yang lebih baik? Bila jawabannya cenderung ke arah tidak atau tidak jelas
(ambigius), hal itu menunjukkan belum adanya keteraturan dalam materi kurikulum.
Kurikulum bukan sesuatu yang statis tertutup, tetapi merupakan spiral terbuka.
Kurikulum memiliki struktur bahan ajar, yang disusun atau dibentuk di sekitar prinsip-
Dalam perencanaan kurikulum sering dibedakan antara tujuan jangka panjang dan tujuan
jangka pendek. Seorang yang berpendirian lebth praktis lebih mengutamakan tujuan
jangka pendek, yang dapat dicapai dengan penggunaan bahan yang singkat serta metode
yang sederhana. Orang yang lebih ideal, lebih mengutamakan tujuan jangka panjang,
karena tujuan jangka pendek tidak memberikan arah sama sekali. Kedua macam tujuan
tersebut sama pentingnya dan diperlukan dalam pelaksanaan program. Tujuan jangka
panjang merupakan tujuan akhir pendidikan (the end of education), penting, sebab
merupakan sasaran akhir, tetapi tujuan jangka pendek juga penting sebab dengan tujuan
tersebut lebih konkret, lebih mudah dicapai dan akan selalu ditemukan tujuan yang baru
(excellence). Masalahnya, untuk mencapai hal tersebut, apa yang harus diajarkan,
Pencapaian keunggulan bukan hanya bagi anak-anak yang cerdas tetapi juga ditujukan
bagi anak-anak biasa. Konsep pendidikan atau pengajaran hanya dipersiapkan bagi anak
ratarata agar sesuai bagi setiap kelompok anak, adalah kurang tepat. Persoalannya,
bagaimana menyiapkan bahan pengajaran yang dapat merangsang minat belajar anak
cerdas, tetapi juga tidak mematikan minat atau tetap mendorong minat belajar anak-anak
yang tidak cerdas. Untuk mencapai cita-cita pendidikan unggul dibutulikan kurikulum
yang sesuai, pendidikan guru yang efektif, menggunakan alat-alat bantu pengajaran yang
Pembangkitan motif belajar pada anak, sukar dilaksanakan apabila proses belajar lebih
menekankan pada satuan-satuan kurikulum, sistem kenaikan kelas, sistem ujian, serta
kontinum yang bergerak dan sikap apatis atau sama sekali tidak menaruh cukup
berpengetahuan apakah menjadi orang dewasa yang lebih baik? Bila jawabannya
cenderung ke arah tidak atau tidak jelas (ambigius), hal itu menunjukkan belum adanya
Kurikulum bukan sesuatu yang statis tertutup, tetapi merupakan spiral terbuka.
Kurikulum memiliki struktur bahan ajar, yang disusun atau dibentuk di sekitar prinsip-
membutuhkan baik anak didik maupun masyarakat sekitamya. minat sampai dengan yang
sangat berminat. Minat atau perhatian belajar mi sangat berhubungan dengan kegiatan
belajar. Kegiatan belajar juga bergerak dan yang aktif, yang berbentuk suatu proyek yang
berisi kegiatan kompetitif, yang banyak membangkitkan minat belajar anak sampai
dengan kegiatan yang bersifat excessive yakni setiap anak secara pasif menanti giliran
Pembangkitan minat belajar pada anak, ada yang bersifat sementara (jangka pendek), dan
ada juga yang lebih bersifat menetap (jangka panjang). Terdapat perbedaan usaha untuk
membangkitkan minat yang bersifat sementara dengan yang lebth bersifat menetap.
Penggunaan film, audio visual aid, dan lain-lain dapat membangkitkan minat yang
bersifat sementara. Untuk yang lebih berjangka lama, film, audio visual aid, dan lain-lain
dapat menimbulkan kepasifan. Film dan audio visual aid merupakan alat yang
menimbulkan kepasifan dan sikap monoton. Sikap belajar menonton yang pasif (the
Untuk membangkitkan minat yang lebih bersifat menetap (jangka panjang), langkah
pertama yang harus diusahakan adalah membangkitkan otonomi yang aktif, yang
merupakan lawan dan kepenontonan yang pasif. Motif belajar pada anak umumnya
campuran, antara yang bersifat sementara, antara otonomi aktif dengan menonton.
Beberapa hal dapat diusahakan untuk membangkitkan motif belajar pada anak yaitu
pemilihan bahan pengajaran yang berarti bagi anak, menciptakan kegiatan belajar yang
yang akan diajarkan dalam bentuk pikiran yang sesuai dengan tingkat perkembangan
anak. Sesuatu bahan pengajaran yang berarti bagi anak yang disajikan dalam bentuk yang
sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir anak, dan disampaikan dalam bentuk anak
lebih aktif, anak banyak terlibat dalam proses belajar dapat membangkitkan motif belajar
Salah satu sistem untuk membangkitkan motif belajar para siswa, yang sekarang sedang
pengajaran yang menekankan pada kompetisi atau persaingan. Dalam sistem meritocracy
siswa mempunyai kesempatan untuk maju terus sesuai dengan prestasi belajar yang
selanjutnya, ditentukan oleh sukses sebelumnya. Dalam sistem meritocracy anak yang
anak yang kurang pandai akan jauh tertinggal. Sistem meritocracy dapat membangkitkan
motif yang sangat besar bagi anakanak yang pandai, tetapi dapat mematahkan semangat
anak-anak yang kurang. Sistem meritocracy selain mempunyai beberapa kebaikan, juga
mempunyai beberapa efek negatif terutama berkenaan dengan suasana belajar. Efek yang
kurang baik dalam suasana belajar dapat dikontrol dengan perencanaan yang matang.
terutama untuk anak-anak lambat belajar. Penyuluhan khusus sering dibutuhkan bukan
saja oleh anak-anak yang lambat tetapi juga anak cepat. Remedial dan penyuluhan bukan
satu-satunya jawaban untuk mengatasi masalah belajar yang bersifat kompetitif. Salah
satu kelemahan sistem meritocracy adalah terlalu menekankan pada science dan
teknologi, pelajaran yang berkenaan dengan humanisme kurang sekali. Hal itu dapat
diatasi dengan menggunakan sistem pendidikan yang pluralistis. Pendidikan seni, musik,
keseimbangan.