Anda di halaman 1dari 22

TUGAS SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN

DATA SPASIAL

Disusun Oleh:
Muhammad Iqbal Fahreza
Dio Alif Ulama

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat iman dan islam, serta dalam waktu relatif singkat kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam penulis sanjungkan
kepada Nabi Muhammad SAW sebagai utusan terkahir, penyampaian risalah dan
penyempurnaan akhlak.

Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari bahwa tak akan luput dari
kekurangan maupun kesalahan kesalahan oleh karena itu segala bentuk kritik dan
saran yang membangun sangatlah kami perlukan. Besar harapan kami dari
makalah yang berjudul “Data Spasial” dapat menjadi bahan acuan dan
menambahan wawasan bagi pembacanya.

Akhirnya hanya kepada Alloh lah penulis menyerahkan segala kebaikaan.


Mudah-mudahan Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik serat diterima
disisi Allah SWT sebagai Amalan yang soleh untuk orang-orang yang mau untuk
terus belajar dan berkembang
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem Informasi Geografis (SIG) menjadi salah satu sarana penyampaian


informasi. Terutama untuk informasi-informasi yang berhubungan dengan data
spasial. System informasi tersebut telah dan sedang dikembangkan oleh
pemerintah-pemerintah dibanyak daerah di Indonesia contohnya SIG Potensi
daerah, untuk menampilkan potensi-potensi daerah diberbagai bidang antara lain
ekonomi sosial dan budaya didaerah tersebut untuk menarik investor.
Perkembangan pemanfaatan data spasial dalam dekade  belakangan ini  meningkat
dengan sangat drastis. Hal ini berkaitan dengan meluasnya pemanfaatan Sistem
Informasi Geografis (SIG) dan perkembangan teknologi dalam memperoleh,
merekam dan mengumpulan data yang bersifat keruangan (spasial). Teknologi
tinggi seperti Global Positioning System (GPS),remote sensing dan total station,
telah membuat perekaman data spasial digital relatif lebih cepat dan mudah.
Kemampuan penyimpanan yang semakin besar, kapasitas  transfer data yang
semakin meningkat, dan kecepatan proses data yang semakin cepat menjadikan
data spasial merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari perkembangan
teknologi informasi.
Model dunia nyata dapat memudahkan manusia dalam studi area aplikasi
yang dipilih dengan cara mereduksi sejumlah kompleksitas yang ada. Jika model
dunia nyata ini akan digunakan, model ini harus diimplementasikan di dalam basis
data. Komputer tidak dapat mengerti mengenai esensi dari bentuk bangunan,
batas-batas tanah milik, batas administrasi, garis-garis jalan raya, dll. Untuk
mempresentasikannya komputer hanya memanipulasi objek dasar atau entity yang
memiliki atribut geometri.
Bentuk representasi entity spasial adalah konsep vekor dan raster. Dengan
demikian, data spasial direpresentasikan di dalam basisdata sebagai vektor atau
raster, sehingga untuk menyajikan entity spasial digunakan model data raster atau
vektor.
BAB II
PEMBAHASAN
1. MODEL DATA RASTER
Model data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data
spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk
grid. Setiap piksel memiliki atribut tersendiri, termasuk koordinatnya yang unik
(di pojok, pusat, atau ditempat lain dalam grid). Akurasi model ini sangat
tergantung pada resolusi atau ukuran pikselnya dipermukaan bumi. Entity spasial
raster di dalam layers yang secara fungsionalitas direlasikan dengan unsure-unsur
petanya. Contoh unsur spasial raster adalah citra satellite (NOAA, spot, Landsat,
Ikonos, dll), citra rada, dan model ketinggian digital (DTM).
Model data raster memberikan informasi spasial apa yang terjadi dimana
saja dalam bentuk gambaran yang digegeralisir. Dengan model ini, dunia nyata
disajikan sebagai elemen matrik atau sel-sel grid yang homogen. Dengan model
data raster, data geografi ditandai oleh nilainilai (bilangan) elemen matrik persegi
panjang dari suatu objek. Dengan demikian, secara konseptual, model data raster
merupakan model data spasial yang paling sederhana.

Pada model raster, matrik atau array diurutkan berdasarkan koordinat


kolom (x) dan barisnya (y). Pada sistem koordinat piksel monitor komputer, titik
sistem asal sistem koordinat (origin) raster terletak di sudut kiri atas. Nilai absis
(x) akan bertambah ke arah kanan dan nilai ordinat (y) akan membesar ke arah
bawah (Gb. 7.2) Namun sistem koordinat ini sering pula ditransformasikan
sehingga titik asal sistem koordinat asalnya terletak di kiri bawah. Makin ke kanan
absisnya (x) akan meningkat, dan nilai ordinatnya (y) makin meningkat jika
bergerak ke atas.

2.1 Karakteristik Layer Raster


Resolusi Resolusi data spasial dapat diidefinisikan sebagai dimensi linier
minimum dari sistem terkecil ruang geografi yang dapat direkam. Satuan sekecil
ini pada umumnya berbentuk segi empat dan dikenal sebagai sel-sel grid, elemen
matrik, elemen terkecl dari suatu gambar. Resolusi suatu data raster akan merujuk
pada ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh setiap pikselnya.
Makin kecil ukuran atau luas permukaan bumi yang dapat dipresentasikan oleh
setiap pikselnya, makin tinggi resolusi spasialnya.

a) Orientasi Orientasi di dalam sistem grid atau raster dibuat untu


merepresentasikan arah utara grid. Hal ini dilakukan dengan cara
mengimpitkan arah utara grid ini dengan arah utara yang sebenarnya di
titik asal sistem koordinat grid ybs.
b) Zone Setiap zone layer peta raster merupakan sekumpulan lokasi yang
mempelihatkan nilai (ID atau nomor pengenal yang direpresentasikan oleh
nilai piksel) yang sama. Sebagai contoh, persil tanah milik, batas
c) administrasi, pulau, jenis vegetasi, dll. Tetapi, tidak semua layer pada
raster memiliki zone, setiap isi sel grid dapat bervariasi secara kontinyu di
dalam daerah tertentu sehingga setiap sel memiliki nilai yang berbeda.
d) Nilai Dalam kontek raster, nilai adalah item informasi (atribut) yang
disimpan di dalam sebuah layer untuk setiap pikselnya. Piksel di dalam
zone atau area yang sejenis memiliki nilai yang sama.
e) Lokasi Dalam model data raster, lokasi diidentifikasi dengan
menggunakan pasangan koordinat kolom dan baris (x,y). Lokasi atau
posisi koordinat geografi (geodetik) yang sebenarnya di permukaan bumi
dari bbrp piksel yang terletak di sudut-sudut citra raster juga diketahui
melalui proses pengikatan.

2.2 Sampling Raster

Nilai yang merepresentasikan suatu piksel dapat dihasilkan dengan cara


sampling yang berlainan (Gb. 7.3):

a) Nilai suatu piksel merupakan nilai rata-rata sampling untuk wilayah yang
direpresentasikannya.
b) Nilai suatu piksel adalah nilai sampling yang berposisi di pusat piksel ybs.
c) Nilai suatu piksel adalah nilai sampel yang terletak di sudut-sudut grid.
Cara sampling (a) adalah standard, sedangkan cara sampling (b) adalah
standard untuk data raster model ketinggian digital. Pada cara (c)
kemungkinan akan terjadi keraguan di dalam perhitungan jumlah kolom
dan baris citranya. Semantara pada cara sampling (a) dan (b), ukuran citra
raster akan menjadi NxM, sedangkan (c) akan menghasilkan citra
berukuran (N+1) x (M+1).
2.3 Layer Raster

Setiap piksel atau sel grid memiliki nilai tunggal. Nilai-nilai piksel ini
kemudian bekerja sama dalam membentuk layer data spasial. Dengan demikian,
suatu basis data spasial kemungkinan besar mengandung lebih dari satu layer
seperti ini.

Penyimpanan layer pada basisdata raster menggunakan struktur yang


berbeda. Ada perangkat yang menggunakan arsitektur dimana: (a). Beberapa layer
berikut header-nya dimasukan ke dalam satu file besar. (b). Memisahkan antara
setiap isi datanya dengan masing-masing header-nya kedalam file yang terpsah.

Pada bidang pengindraan jauh (remote sensing), kedua arsitektur


penyimpanan ini sering digunakan untuk merepresentasikan data yang didapat
dari bbrp sensor (band) dalam satu file sekaligus. Dengan demikian, pada bidang
ini dikenal istilah band sequential dan band interleaved.

Dari Gb. 7.4 terlihat bahwa layer raster yang disimpan dalam suatu file
dikelompokan menjadi 3 bagian: (1) Header, yang berisi informasi penting
mengenai kode file, jumlah band data yang dikandung, baris, kolom, tipe data, dst.
Informasi ini harus dibaca sebelum membaca datanya. Ukuran header ini hanya
bbrp bytes saja. (2) Blok data layer raster (3) Ancillary, yang berisi informasi
tambahan yang biasanya meliputi data statistic citra ybs.

Dengan demikian, ukuran (bytes) suatu layers raster dapat dihitung dengan rumus
berikut:
Layer raster = header + blok data + ancillary

Blok data = jumlah band x tipe daa x baris x kolom

2. MODEL DATA VEKTOR


Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data
spasial dengan menggunakan titik, garis (kurva atau poligon) beserta atributnya.
Bentuk dasar representasi data spasial dalam model data vector didefinisikan oleh
system koordinat kartesian dua dimensi (x,y). Garis atau kurva merupakan
sekumpulan titik terurut yang dihubungkan. Sedangkan luasan atau poligon
disimpan sebagai sekumpulan daftar titik-titik dimana titik awal dan titik akhir
poligon memiliki nilai koordinat yang sama.
a. Titik
Titik Entity titik meliputi objek grafis atau geografis yang dikaitkan dengan
pasangan koordinat (x,y). Data atau informasi yang diasosiasikan dengan titik
disimpan untuk menunjukkan titik tsb.

b. Garis

Garis Entity garis dapat didefinisikan sebagai semua unsur linier yang
dibangun dengan menggunakan segmen-segmen garis lurus yang dibentuk oleh
dua titik koordinat atau lebih. Entity garis yang sederhana memerlukan ruang
untuk menyimpan titik awal dan titik akhir beserta informasi lain mengenai
simbol yang digunakan untuk merepresentasikannya.
c. Area atau Poligon

Entity poligon dapat direpresentasikan dengan berbagai cara di dalam model


data vektor.

Struktur data poligon bertujuan untuk mendeskripsikan properties yang


bersifat topologi dari suatu area sedemikian rupa sehingga properties yang
dimiliki oleh blok-blok banguna spasial dasar dapat ditampilkan dan dimanipulasi
sebagai data peta tematik.

d. Model data Spaghetti

Model data vektor dikenal pula sebagai model data spaghetti. Pada model
ini, lembaran peta kertas ditranslasikan garis-demi-garis ke dalam list koodinat
(x,y) dalam format digital. Sebuah titik dikodekan sebagai pasangan koordinat
(x,y) tunggal. Sebuah garis dikodekan sebagai list atau string pasangan koordinat
(x,y). Sementara area atau luasan dikodekan sebagai poligon dan direkam sebagai
pasangan koordinat closed-loop yang didefinisikan batas-batasnya. Model data ini
merupakan ekspresi peta dalam sistem koordinat katesian. File data koordinat
(x,y) merupakan struktur data yang sebenarnya – data spasial disimpan dalam
sistem komputer.

Model data spaghetti sangat tidak efisien untuk kebanyakan tipe analisis
spasial yang diperlukan oleh SIG. Hal ini dikarenakan hampir semua tipe analsis
spasial dalam SIG harus diturunkan dengan menggunakan proses komputasi.
Walaupun demikian, model in sangat efisien untuk reproduksi peta secara digital
karena informasi yang tidak berhubungan dengan masalah proses plotting dan
reproduksi (misalnya hubungan spasial dan topologi) tidak turut direkam dan
diproses sama sekali.
3. PERBANDINGAN MODEL DATA VEKTOR & RASTER

Baik model raster maupun vektor masing-masing memiliki kelemahan dan


kelebihan sendiri. Kedua model data ini saling melengkapi dan dapat saling
dikonversikan satu sama lain. Dalam implementasi, pengguna harus memilih
salah satu perangkat lunak SIG – berbasis model data raster atau vektor. Dalam
SIG berbasis vektor (Misalnya MapInfo), citra (model data raster) hanya dipakai
sebagai gambar pelengkap yang memperindah penampilan hingga nampak
alamiah—batas-batas yang tegas dan unsur-unsur permukaan yang sangat mirip
dengan aslinya.

Demikian pula sebaliknya, dalam perangkat SIG berbasis raster, semua


analisis dilakukan dengan model data raster-- algoritma yang digunakan beserta
fungsi dan prosedurnya berbasiskan raster atau matrik. Sedangkan data spasial
vektor digunakan sebagai lapisan tambahan untuk mempertegas representasi batas
suatu kawasan dan untuk memperindah bentuk tampilan- supaya mirip dengan
aslinya.
4. MODEL DATA VEKTOR DENGAN TOPOLOGI

Topologi adalah konsep atau metode matematis yang digunakan dalam


mendefinisikan hbungan spasial diantara unsur-unsurnya. Hubungan topologi
merupakan properties inherent yang dimiliki oleh setiap objek atau entity
geometri atau spasial.

4.1 Hubungan topologi

Topologi merupakan hubungan penting yang harus dipertahankan dalam


basis data spasial. Struktur datanya menentukan bagaimana dan dimana titik dan
garis berhubungan satu sama lainnya pada satu node. Langkah-langkah
pengkodean hubungan topologi dalam basis data, sbb:

1) Merekam lokasi semua node yang merupakan titik-titik (endpoints) dan


perpotongan-perpotongan garis (arcs) dan batas-batas (boundaries)

2) Berdasarkan nodes ini, kemudian mendefinisikan arcs dengan


menggunakan informasi: endpoint (nodes), arah (direction), dan orientasi
vector yang direpresentasikan oleh arahnya.
3) Poligon-poligon didefinisikan dengan menggunakan arcs:-- dengan
melakukan tracing batas-batasnya searah dengan perputaran jarum jam
(clockwise), merekam

komponen arc beserta orientasinya, memberikan tanda negative pada arcs


yang mendefinisikan batas-batas internal.

4) Jika suatu arc merupakan salah satu sisi study area, arc tersebut dibatasi
oleh universe (alam semesta) atau outer world (dunia luar). Dengan
contiguity (keterhubungan dengan unsure-unsur geometri yang
bersebelahan) ini, SIG dapat menjawab pertanyaan mengenai konektivitas
dan lokasi seperti: polygon mana yang berdampingan atau bersebelahan
(adjoin) dengan polygon A; rute terpendek mana yang menghubungkan
dari node 3 ke node 2; polygon mana yang dilalui secara langsung dari
polygon B disepanjang arc D, dan sebagainya.

4.2 Membangun Topologi

Kontruksi topologi yang melibatkan bentuk-bentuk poligon yang rumit


memerlukan beberapa langkah pembangunan topologi. Contoh: untuk
merepresentasikan sebuah pulau kecil yang terdapat dalam danau atau danau kecil
yang terdapat di dalam batas administrasi, direpresentasikan dengan poligon yang
memiliki poligon kecil di dalamnya. Langkah-langkah tersebut antara lain:

 Menghubungkan arc ke dalam jaringan batas-batas poligon.arc diurutkan


sesuai dengan koordinatnya, sehingga arc yang berdekatan satu sama lain
secara topologi juga disimpan berdekatan di dalam file datanya.
 Memeriksa closure setiap poligon. Closure jaringa poligon secara
keseluruhan diperiksa dengan melakukan scanning terhadap koordinat-
koordinat akhir arc hasil adjustment untuk mengetahui apakah arc ybs
memiliki pointer dari dan ke paling sedikit satu arc lainnya.
 Menghubungkan arc ke poligon-poligon. Membuat poligon sampul
(penutup) dari batas luar peta.
 Menghitung luas poligon. Metode yang pada umumnya digunakan untuk
keperluan ini adalah rumus trapesoid.
 Menghubungkan atribut-atribut ke dalam poligon. Untuk melengkapi
basisdata spasial, poligon-poligon harus direlasikan dengan atribut-
atributnya. Hal ini dilakukan dengan cara memasukan teks atau label
nomor pengenal ke dalam setiap poligon.

5. .TIN

Tin (triangular irregular network) adalah model data vector berbasiskan


topologi yang digunakan untuk merepesentasikan data permukaan bumi. Tin
menyajikan model permukaan sebagai sekumpulan bidang-bidang kecil yang
berbentuk segitiga yang saling terhubung.

5.2 Perbandingan Data Raster dan Data Vektor


5.2.1 Model Data Raster

No Kelebihan Kelemahan

Secara umum, mernenlukan


ruang atau tempat
penyimpanan (disk) yang
1 Memiliki struktur data yang sederhana. besar di komputer. Banyak
terjadi redudancy data baik
untuk setiap layer-nya maupun
secara keseluruhan.
Penggunaan ukunan grid yang
Mudah dimanipulasi dengan menggunakan
lebih besar untuk menghemat
fungsi-fungsi matematis sederhana (karena
2 ruang penyimpana akan
strukturnya sederhana seperti matrik
rnenyebabkan kehilangan
bilangan biasa)
informasi dan ketelitian.
Sebuah citra raster hanya
Teknologi yang digunakan cukup murah dan
mengandung satu tematik saja
tidak begitu kompleks sehingga pendapat
3 — sulit digabungkan dengan
membuat sendiri program aplikasi yang
atribut atnibut tainnya dalam
menggunakan citra raster.
satu layer.
Tampilan atau representasi,
Compatible dengan citra-citra satelit
dan akurasi posisinya sangat
4 pengindraan jauh dan semua image hasil
bergantung pada ukuran
scanning data spasial.
pikselnya
Sering mengalami kesalahan
dalam menggambarkan bentuk
Overlay dan kombinasi data spasial raster dan ganis-garis batas-batas
5
dengan data inderaja mudah dilakukan. suatu objek sangat bergantung
pada resolusi spasialnya dan
toleransi yang diberikan.
6 Memiliki kemampuan-kemampuan Transformasi koordinat dan
pemodelan dan analisis spasial tingkat
pro yeksi lebih sulit dilakukan.
lanjut.
Metode untuk mendapatkan citra raster Iebih
mudah (baik melalui scanning dengan Sangat sulit untuk
7 scanner segala ukuran yang sudah beredar merepresentasikan hubungan
luas, maupun dengan menggunakan citra topologi (juga network).
satelit atau konversi dan format
Metode untuk mendapatkan
Gambaran permukaan bumi dalam bentuk
format data vektor melalui
8 citra raster yang didapat dan radar atau
proses yang lama, cukup
satelit pengindraan jauh
melelahkan dan relatif mahal.
Prosedur untuk mempenoleh data dalam
9 bentuk raster lebih mudah, sederhana, dan
murah.
Harga system perangkat lunak aplikasinya
10
cenderung lebih murah
Dan lain-lain.

5.2.2 Model Data Vektor

No Kelebihan Kelemahan

Memerlukan ruang
tempat
1 penympanan yang Memiliki struktur data yang kompleks
lebih sedikit di
computer.
2 Satu layer dapat Datanya tidak mudah dimanipulasi.
dikaitkan dengan
atau mengandung
banyak atribut
sehingga dapat
rnenghernat ruang
penyimpanan
secara keseluruhan.
Dengan banyak
atribut yang dapat Pengguna tidak mudah berkreasi untuk mernbuat
dikandung oleh programnya sendiri untuk memenuhi kebutuhan
satu layer, banyak aplikasinya. Hal ini disebabkan oleh struktur data vektor
3
peta tematik lain yang lebih kompleks dan prosedur-prosedur fungsi dan
yang dapat analisisnya memerlukan kemampuan yang tinggi karena
dihasiikan sebagai lebih sulit dan rumit.
peta turunannya.
Hubungan topologi
Pengguna harus mernbeli sistem perangkat lunaknya
dan network dapat
4 karena teknologinya masih mahal. Prosedurnya pun
dilakukan dengan
terkadang lebih sulit
mudah.
Memiliki resolusi Tidak compatible dengan data citra satelit pengindraan
5
spasial yang tinggi. jauh.
Representasi grafis
data spasialnya
sangat mirip Memerlukan perangkat lunak dan perangkat keras yang
6
dengan peta garis lebih mahal
buatan tangan
manusia.
7 Memiliki batas- Overlay beberapa layer vektor secara simultan
batas yang teliti, memerlukan waktu yang relatif lama.
tegas dan jelas
sehingga sangat
baik untuk
pembuatan pela-
peta administrasi
dan persil tanah
milik.
Transformasi
koordinat dan
8
proyeksi tidak sulit
dilakukan.
Dan lain-lain

6. DATA SPASIAL DAN DATA NON SPASIAL

6.1 Data Spasial

Data spasial adalah data yang bereferensi geografis atas representasi obyek
di bumi. Data spasial pada umumnya berdasarkan peta yang berisikan interprestasi
dan proyeksi seluruh fenomena yang berada di bumi. Fenomena tersebut berupa
fenomena alamiah dan buatan manusia. Pada awalnya, semua data dan informasi
yang ada di peta merupakan representasi dari obyek di muka bumi.

Sesuai dengan perkembangan, peta tidak hanya merepresentasikan obyek-


obyek yang ada di muka bumi, tetapi berkembang menjadi representasi obyek
diatas muka bumi (diudara) dan dibawah permukaan bumi. Data spasial memiliki
dua jenis tipe yaitu vektor dan raster. Model data vektor menampilkan,
menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik-titik, garis-
garis atau kurva, atau poligon beserta atribut-atributnya. Model data Raster
menampilkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks
atau piksel – piksel yang membentuk grid. Pemanfaatan kedua model data spasial
ini menyesuaikan dengan peruntukan dan kebutuhannya.

Pengelolaan, pemrosesan dan analisa data spasial biasanya bergantung dengan


model datanya. Pengelolaan, pemrosesan dan analisa data spasial memanfaatkan
pemodelan SIG yang berdasar pada kebutuhan dan analitiknya. Analitik yang
berlaku pada pemrosesan data spasial seperti overlay, clip, intersect, buffer, query,
union, merge yang mana dapat dipilih ataupun dikombinasikan. Pemrosesan data
spasial seperti dapat dilakukan dengan teknik yang disebut dengan geoprocessing
(ESRI, 2002), pemrosesan tersebut antara lain :

a. overlay adalah merupakan perpaduan dua layer data spasial,


b. clip adalah perpotongan suatu area berdasar area lain sebagai referensi,
c. intersection adalah perpotongan dua area yang memiliki kesamaan
karakteristik dan kriteria,
d. buffer adalah menambahkan area di sekitar obyek spasial tertentu,
e. query adalah seleksi data berdasar pada kriteria tertentu,
f. union adalah penggabungan / kombinasi dua area spasial beserta atributnya
yang berbeda menjadi satu,
g. merge adalah penggabungan dua data berbeda terhadap feature spasial,
h. dissolve adalah menggabungkan beberapa nilai berbeda berdasar pada atribut
tertentu.

Pengelolaan, pemrosesan dan analisa data spasial biasanya bergantung dengan


model datanya. Pengelolaan, pemrosesan dan analisa data spasial memanfaatkan
pemodelan SIG yang berdasar pada kebutuhan dan analitiknya. Analitik yang
berlaku pada pemrosesan data spasial seperti overlay, clip, intersect, buffer, query,
union, dan merge.

6.2 Data Non-spasial

Data Non Spasial (Atribut) adalah data berbentuk tabel dimana tabel
tersebut berisi informasi-informasi yang dimiliki oleh obyek dalam data spasial.
Data tersebut berbentuk data tabular yang saling terintegrasi dengan data spasial
yang ada.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
            Dari uraian diatas tentang konsep data spasial  pada SIG dapat diambil
beberapa kesimpulan yang seperti diataranya yaitu :
1.      Data spasial mempunyai pengertian sebagai suatu data yang mengacu pada
posisi, obyek, dan hubungan diantaranya dalam ruang bumi. Data spasial
merupakan salah satu item dari informasi, dimana didalamnya terdapat informasi
mengenai bumi termasuk permukaan bumi, dibawa permukaan bumi, perairan,
kelautan dan bawah atmosfir.
2.      Data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format, yaitu: data raster dan
data vector.

Anda mungkin juga menyukai