Anda di halaman 1dari 8

Dio Alif Ulama

05101281823022 / Survei A

Tugas ringkasan pedoman survey dan pemetaan tanah


Tingkat semidetail skala1: 50.000
Peta tanah sebagai Informasi Geospasial Tematik (TIT) dikembangkan berdasarkan hasil
penelitian dan pemetaan tanah (survey dan pemetaan tanah), yaitu kegiatan penelitian
laboratorium dan lapangan untuk mengidentifikasi, mengkarakterisasi dan menilai potensi
sumberdaya lahan / tanah dan fisik lingkungan di kawasan tersebut. Yang didukung oleh data
dari analisis laboratorium.
Buku Pedoman ini digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan survei dan
pemetaan tanah, yang mencakup:
1. menyusun Peta Tanah Tingkat Semi Detail Skala 1:50.000 berbasis wilayah
kabupaten/kota dan
2. Menyusun basisdata karakteristik lahan/tanah (spasial dan tabular) berbasis
kabupaten/kota, yang terdiri atas data spasial (format shape file = shp), data titik
pengamatan, data morfologi tanah, fisik-kimia dan mineral fraksi pasir total.
Survei lokasi adalah kegiatan melakukan inventarisasi sumber daya tanah di suatu wilayah
tertentu. Survei tanah juga disebut sebagai survei tanah lapangan yang mengklasifikasikan atau
mengelompokkan tanah menurut klasifikasi tanah tertentu dan menggambarkan distribusinya
dalam bentuk peta.
Survei tanah ada beberapa macam, tergantung dari maksud dan tujuannya. Di Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) Kementerian Pertanian,
survei tanah dibedakan menjadi:
1. survei tanah eskplorasi (skala kurang dari 1:500.000),
2. survei tanah tinjau (skala 1:250.000),
3. survei tanah semi detail (skala 1:50.000),
4. survei tanah detail, skala 1:10.000 – 1:25.000,
5. Dan masih ada lagi yang lebih besar skalanya.
Setiap level survei tanah memiliki prosedur yang berbeda untuk melakukan survei,
sehingga produk peta tanah yang dihasilkan juga berbeda-beda, semakin besar skala peta tersebut
maka semakin detail data dan informasi yang diwakili.
Peta tanah adalah peta yang menggambarkan persebaran jenis-jenis tanah di suatu daerah.
Terdapat legenda pada peta lahan yang menggambarkan secara singkat satuan lahan dan faktor
lingkungan pada setiap satuan peta lahan. Biasanya peta lahan Akan disertai dengan laporan
yang berisi deskripsi jenis tanah yang lebih lengkap.

Jenis peta tanah dan satuan peta tanah di Indonesia

Jenis Peta Tanah Skala Satuan Peta


Seri dan fase (lereng, tekstur
Super Detail ≥1:5.000
lapisan atas)
Famili/Seri dan fase (lereng,
Detail 1:5.000-1:10.000
tekstur lapisan atas)
Subgrup, bentuk wilayah
Semi Detail 1:25.000 – 1:50.000 (fase), landform dan bahan
induk
Subgrup, bentuk wilayah,
Tinjau Mendalam <1:50.000 – 1:100.000
fisiografi, bahan induk
Great grup, bentuk wilayah,
Tinjau 1:100.000 – 1:500.000
fisiografi, bahan induk
Ordo (jenis tanah), bentuk
Eksplorasi 1:1.000.000 – 1:2.500.000
wilayah, bahan induk
Bagan ≤1:2.500.000 Ordo (jenis tanah)

Prosedur dan tahapan survei pemetaan tanah


1. persiapan survey
a. Studi pustaka
Untuk menggali dan mempelajari keadaan daerah yang Akan disurvei dan
dipetakan secara menyeluruh dan mendapatkan gambaran kadaan bentang lahan
sehingga memudahkan pelaksanaan survey di lapangan.
b. Peta pengadaan dan data pendukung
Peta-peta dan data dukung yang diperlukan untuk menyusun peta satuan lahan adalah:
 Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1:50.000 atau 1:25.000 yang
diterbitkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) yang berupa data
digital dan/atau hard copy;
Peta RBI ini digunakan untuk membantu kegiatan survei dan pemetaan di
lapangan, karena menyajikan informasi jaringan jalan, Nama tempat, elevasi,
liputan lahan (land cover), pemukiman, dll.
 Peta DEM (Digital Elevation Model) resolusi 30 m dari Shutle Radar
Topographic Mapping (SRTM), peta kontur digital topografi, atau dari
sumber lainnya;
Data DEM digunakan untuk membantu analisis dan delineasi satuan lahan
(landform, litologi, bentuk wilayah/lereng, pola drainase dls).
 Citra penginderaan jauh/satelit, seperti citra Landsat, ALOS, dan SPOT.
Data citra satelit diperlukan untuk membantu dalam analisis
landform/satuan lahan pada wilayah datar, seperti dataran aluvial dan marin,
yang sulit dibatasi dari data DEM. Selain itu, citra landsat TM digunakan
untuk analisis penggunaan lahan (existing landuse), terutama delineasi daerah-
daerah yang sudah terbangun.
 Peta geologi digital atau print out skala 1:100.000 - 1:250.000 yang
diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang)
Geologi Bandung;
Informasi geologi diperlukan untuk menduga jenis batuan induk (litologi)
yang mungkin dijumpai di lapangan, karena bahan induk/litologi menjadi
salah satu komponen/faktor pembentuk tanah serta salah satu parameter yang
digunakan dalam analisis satuan lahan.
 Data/peta warisan tanah (legacy soil data), yaitu data dan peta-peta hasil
survei dan pemetaan tanah terdahulu;
Peta tanah hasil-hasil survei dan pemetaan tanah terdahulu (legacy soil
data) di wilayah yang Akan dipetakan perlu dihimpun dan dipelajari untuk
dijadikan acuan dalam analisis satuan lahan dan tanah
 Data dukung lain (a.l. data iklim dan hidrologi, penggunaan lahan dan
penutupan vegetasi, BPS dalam angka tingkat kabupaten).
Data dukung lain yang diperlukan adalah data iklim terutama curah hujan,
suhu udara, kelembaban udara, dan evapotranspirasi rata-rata bulanan selama
5-10 tahun terakhir.
2. Penyediaan Peralatan dan Survei Lapangan
Peralatan lapangan yang harus disediakan untuk pelaksanaan kegiatan survei dan
pemetaan tanah adalah:
 Bor tanah mineral tipe Belgia (panjang 1,2 m);
 Bor tanah gambut tipe Eijkelkamp (panjang setiap batang 1 m);
 GPS (Geographical Positioning System) untuk menentukan posisi koordinat di
lapangan;
 Buku Munsell Soil Color Chart;
 Dll
3. Interpretasi Satuan Lahan
Interpretasi satuan lahan untuk menyusun Peta Satuan Lahan hasil Interpretasi.
Satuan lahan merupakan sebidang lahan atau wilayah yang mempunyai kesamaan atau
kemiripan unsur-unsur lahan. Unsur-unsur lahan tersebut terdiri dari:
(a) Landform,
Delineasi satuan landform dilakukan dari data DEM yang di-overlay-kan dengan
data citra landsat, peta kontur/RBI, dan peta geologi. Secara makro Grup Landform
dibedakan atas Grup Aluvial (A), Marin (M), Fluvio-Marin (B), Gambut (G), Karst
(K), Tektonik (T), Volkanik (V) dan Aneka (X). Selanjutnya grup landform
dibedakan menjadi sublandform. Grup landform diberi simbol berupa huruf besar,
sedangkan sub-landform diberi simbol berupa angka Arab dibelakang huruf besar
(b) Bahan Induk/litologi; dan
Informasi dan delineasi jenis litologi atau batuan induk diperoleh dari peta
geologi dengan teknik tumpang tepat (overlay) dengan data DEM dan citra
satelit/landsat serta peta RBI.
Hasil interpretasi litologi harus dicek (diverifikasi) kebenaran disesuaikan dengan
keadaan di lapangan. Pengelompokan jenis bahan induk/ litologi untuk penyusunan
Peta Tanah Analisis.
(c) Bentuk wilayah dan lereng
Hasil interpretasi litologi harus dicek (diverifikasi) kebenaran disesuaikan dengan
keadaan di lapangan. Pengelompokan jenis bahan induk/ litologi untuk penyusunan
Peta Tanah Analisis

Tahap Survei Lapangan


1. Survei pendahuluan
Survei pendahuluan dilakukan oleh Pimpinan/Koordinator dan anggota Tim untuk
konsultasi dengan Pemerintah Daerah setempat yang relevan berkaitan dengan kondisi
sumberdaya lahan pertanian, pengumpulan data dukung yang relevan
2. Survei Utama
Survei utama dilakukan oleh Tim survei dan pemetaan tanah dengan tugas
melaksanakan seluruh kegiatan survei dan pemetaan tanah, yang meliputi:
• Pengecekan dan perbaikan Peta Satuan Lahan hasil interpretasi;
Untuk pengujian batas (delineasi) satuan lahan dan penamaannya, apakah
sudah sesuai dengan kondisi di lapangan, yang berkaitan dengan unsur landform,
bahan induk, dan bentuk wilayah/lereng, serta informasi lainnya, seperti
penggunaan lahan dan vegetasi.
• Pengamatan sifat-sifat tanah dan sebarannya di lapangan;
Pengamatan tanah dilakukan dengan Cara:
(a) Pemboran tanah,
(b) Penggalian lubang minipit, dan
(c) Pembuatan profil tanah.
• Penetapan klasifikasi tanah
Klasifikasi tanah menggunakan sistem Klasifikasi Tanah Nasional
(Subardja et al., 2014) sampai Macam Tanah, dan diberikan padanannya menurut
sistem Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff, 2014) sampai tingkat subgrup
• Entri data hasil pengamatan lapang dan penyusunan basisdata tanah;
Melakukan koreksi atau edit data hasil pengamatan lapang dientri kembali
dalam dalam sistem bais data. Output dari entri data tersebut berupa uraian
morfologi tanah. Data morfologi tanah tersebut selanjutnya Akan dikoreksi
dengan data analisis contoh tanah di laboratorium, sehingga data menjadi clean.
• Penyusunan Peta Pengamatan Lapang
Semua titik pengamatan tanah di lapangan diplotkan dalam peta satuan
lahan hasil interpretasi. Peta pengamatan lapang digunakan untuk menyusun Peta
Tanah (sementara).
• Penyusunan Peta Tanah Lapang
Peta tanah (sementara) disusun berdasarkan hasil pengamatan satuan lahan
dan tanah yang diperoleh dari hasil pemboran, minipit dan profil. Peta tanah perlu
dilengkapi dengan legenda peta.

Tahap Pengolahan Data


1. Analisis Contoh Tanah
Jenis analisis contoh tanah terdiri atas analisis kimia standar dan khusus/tambahan, yang
disesuaikan dengan kebutuhan.
(a) Analisis standar meliputi:
 Tekstur 3 fraksi (pasir, debu dan liat) dengan metoda pipet;
 pH (H2O dan KCl) rasio 1:2,5;
 C organik (Walkley and Black);
 Dll
(b) Analisis tambahan
Jenis analisis contoh tanah tambahan diperlukan untuk mendukung dalam
klasifikasi jenis-jenis tanah. Misalnya, untuk menentukan suatu tanah dapat
diklasifikasikan kedalam tanah Andosol (Andisols) perlu analisis tambahan pH NaF,
Kadar Al, Fe dan Si (ekstraksi asam oksalat), retensi P, dan mineral pasir. Untuk
tanah Mediteran (Alfisols) perlu analisis KTK BaCl2-TEA pH 8, 2.
2. Penyusunan Peta Tanah
Peta tanah dan legenda peta yang sudah disusun berdasarkan hasil pengamatan
lapangan perlu diperbaiki dan disempurnakan, yang berkaitan dengan penetapan
klasifikasi tanah berdasarkan hasil analisis laboratorium, perbaikan ketepatan delineasi
batas dan satuan peta tanah serta kesesuaian penamaan landform dengan kondis aktual di
lapangan. Peta tanah ini merupakan peta hasil perbaikan peta tanah lapang.
3. Penyusunan Basis Data
Basis data tanah terdiri atas 3 macam, yaitu:
a. Data hasil pengamatan tanah di lapangan yang berupa site (titik pengamatan) dan
data morfologi tanah.
b. Data hasil analisis tanah di laboratorium. Sebelum disimpan, data tersebut perlu
diolah dan dilengkapi dengan ketebalan horizon tanah (cm) dan sifat-sifat tanah yang
dihitung dari data laboratorium tersebut, seperti KTK-liat, KTK-efektif, kelas tekstur,
nilai ESP atau SAR, dsb.
c. Semua data spasial dan tabular berupa peta titik pengamatan tanah dan peta tanah
yang sudah di layout. Naskah laporan dan lampirannya dibuat copy file dalam CD
atau external hard-disk sebagai back-up data.
4. Pencetakan Peta dan Laporan
Peta tanah dan peta pengamatan tanah diintegrasikan (di-overlay) dengan
“templete format dan lay out peta” termasuk overlay dengan peta (RBI) skala 1:50.000
dan batas wilayah kabupaten. Templete format dan layout peta mengacu standard peta
Nasional dari Badan Informasi Geospasial (BIG). Desain layout dan format peta yang
Akan dicetak ini dilengkapi dengan judul, legenda peta, peta indeks lokasi bersangkutan,
koordinat geografis/UTM, institusi pelaksana dan institusi penerbit peta.
Laporan hasil pemetan tanah disajikan dalam bentuk naskah dan lampiran peta-
peta. Naskah laporan akhir (final) hasil pemetaan tanah dibuat seringkas mungkin, tetapi
padat dan informatif. Laporan terdiri atas:
a. naskah/narasi,
b. lampiran uraian morfologi dan data analisis contoh tanah,
c. lampiran peta-peta, dan
d. Backup file dalam CD.
Tahap Pengelolaan Dan Pemutakhiran Data Dan Informasi
Sesuai dengan data dan standar klasifikasi tanah dan penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), melalui pemutakhiran data dan informasi sumber daya tanah / tanah secara
terus menerus, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peta tanah semi
detail dengan rasio 1: 50.000 terus diedit dan ditetapkan. Database. Peta dan data yang ada
merupakan sumber informasi aktual dan terkini untuk mendukung pemetaan dan inventarisasi
sumberdaya lahan / lahan, swasembada pangan dan pengembangan kawasan pertanian. Dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perlu dilakukan pembaharuan peta tanah
semi detail dengan perbandingan 1: 50.000 termasuk input data secara berkala sesuai kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai