BAB 3 DAN 4
ORGANISASI STRUKTUR, BUDAYA DAN MENENTUKAN PROYEK
Dosen Pengampu : Tri Wahyuningsih, S.E, M.Si
Diusun Oleh :
Kelompok 2 / EM-E
1. Theofilus Samuel 141170085
2. Mifta Khurrohmah 141170090
3. Lailatul Pitriyah 141170095
4. William Rino Saputro 141170098
5. Alvianita Wibowo 141170109
4. Bentuk-Bentuk Matriks
Dalam praktik ada berbagai macam sistem matriks yang berbeda-beda,
tergantung otoritas manajer proyek dan manajer fungsional. Matriks fungsional atau
week matrix adalah istilah untuk matriks dimana keseimbangan otoritas para manajer
fungsional sangat ditekankan. Matriks seimbang (balanced matrix atau middlewight
matrix) digunakan untuk menguraikan susunan matriks tradisional. Strong matrix
digunakan untuk menguraikan sebuah matriks dimana keseimbangan otoritas sangat
kuat pada sisi manajer proyek.
Perbedaan kekuasaan antara manajer fungsional dan manajer proyek
dicerminkan dalam berbagai dimensi yang terkait, salah satunya adalah tingkat
hubungan pelaporan. Manajer proyek yang melapor langsung kepada CEO punya
wewenang lebih dibanding manajer pemasaran yang melapor kepada direktur
pemasaran. Lokasi aktivitas proyek adalah faktor lain yang juga penting. Manajer
proyek lebih berpengaruh pada peserta proyek jika mereka (peserta proyek) bekerja
dikantor sang manajer proyek dibanding jika mereka melaksanakan aktivitas proyek
dikantor fungsional mereka. Persentase fase penuh waktu yang ditugaskan pada
proyek juga berpengaruh. Status penuh waktu menyiratkan perpindahan yang sifatnya
wajib dari berbagai aktivitas fungsional ke aktivitas proyek.
Satu faktor lain adalah siapa yang bertanggung jawab melakukan penelitian
kinerja/prestasi dan keputusan kompensasi. Dalam matriks lemah, manajer proyek
kemungkinan besar tidak punya input langsung untuk evaluasi peserta mengerjakan
proyek. Evaluasi adalah tanggung jawab manajer fungsional. Sebaliknya, dalam
matriks kuat, evaluasi manajer proyek lebih ditekankan dibanding evaluasi manajer
fungsional. Dalam matriks seimbang, input dari kedua manajer tersebut diperlukan,
atau manajer proyek membuat rekomendasi kepada manajer fungsional yang
bertanggung jawab atas evaluasi resmi bagi para karyawan individu.
Akhirnya, apakah matriks kuat atau lemah, matriks fungsional atau proyek ditentukan
oleh seberapa jauh manajer proyek mempunyai otoritas langsung atas para peserta
proyek. Berikut ini penjelasan singkat ketiga matriks tersebut :
a. Weak matrix
Format ini sangat mirip dengan pendekatan fungsional, kecuali bahwa manajer
proyek yang ditunjuk secara resmi untuk bertanggung jawab mengoordinasi
aktivitas-aktivitas proyek. Para manajer fungsional bertanggung jawab mengelola
segmen proyek mereka. Manajer proyek pada dasarnya bertindak sebagai staf
pembantu yang membuat daftar periksa dan jadwal, mengumpulkan informasi
status pekerjaan, dan memfasilitasi penyelesaian proyek. Manajer proyek
memiliki otoritas tidak langsung untuk mempercepat dan memonitor proyek. Para
manajer fungsional kebanyakan memutuskan siapa mengerjakan apa dan kapan
pekerjaan selesai.
b. Balanced matrix
Inilah matriks klasik dimana manajer proyek bertanggung jawab untuk
menentukan apa saja yang perlu diselesaikan, sedangkan manajer fungsional
mengurusi bagaimana hal tersebut akan diselesaikan. Lebih rinci, manajer proyek
menetapkan rencana menyeluruh untuk menyelesaikan proyek, mengintegrasikan
kontribusi dari berbagai disiplin yang berbeda, menetapkan jadwal, dan
memonitor kemajuan. Para manajer fungsional bertanggung jawab untuk
menugaskan personel dan melaksanakan segmen proyek mereka menurut jadwal
dan standar yang ditentukan oleh proyek manajer. Gabungan tersebut apa dan
bagaimana mengharuskan kedua belah pihak bekerja bersama dan bersama-sama
menyetujui keputusan operasional dan teknis.
c. Strong matriks
Matriks ini berusaha menciptakan “perasaan” tim proyek dalam suatu
lingkungan matriks. Manajer proyek mengatur sebagian besar aspek proyek,
termasuk timbal balik cakupan proyek dan penugasan personel fungsional.
Manajer proyek mengendalikan kapan dan apa yang dilakukan spesialis dan
membuat keputusan akhir pada proyek utama. Manajer fungsional punya
kepentingan dengan orang-orangnya dan dikonsultasikan berdasarkan kebutuhan.
Dalam beberapa situasi, manajer departemen fungsional boleh bertindak sebagai
“subkontraktor” bagi proyek, dalam hal mereka memiliki lebih banyak kendali
atas pekerjaan khusus.
Manajemen matriks, dalam format umum maupun spesifik, memiliki kekuatan
dan kelemahan. Keuntungan dan kerugian dari organisasi matriks secara umum
dijelaskan dibawah ini, dengan singkat menyoroti pokok-pokok mengenai format
yang berbeda :
a. Efisien. Sumber daya dapat dipakai bersama pada berbagai proyek dan juga
dalam divisi fungsional. Individu dapat membagi energi mereka untuk berbagai
proyek, sesuai yang dibutuhkan. Hal ini mengurangi duplikasi seperti yang
diperlukan dalam struktur proyek.
b. Fokus proyek kuat. Fokus proyek lebih kuat dengan secara resmi menugaskan
manajer proyek yang bertanggung jawab untuk mengoordinasi dan
mengintregasikan kontribusi dari berbagai unit yang berbeda. hal ini membantu
memperkuat pendekatan holistik untuk memecahkan masalah yang sering hilang
dalam fungsi organisasi.
c. Transisi pasca proyek lebih mudah. Karena organisasi proyek diserahkan
pada divisifungsional, spesialis memelihara hubungan dengan kelompok
fungsional mereka sehingga mereka punya sebuah homeport untuk kembali
ketika proyek telah selesai.
d. Fleksibel. Susunan matriks memungkinkan sumber daya dan keahlian
dimanfaatkan secara fleksibel. Dalam beberapa kasus berbagai unit fungsional
mungkin menyediakan individu yang diatur oleh manajer proyek. Dalam kasus
lain, kontribusi dimonitor oleh manajer fungsional.
1. Pertimbangan Organisasi
Ditingkat organisasi, pertanyaan pertama yang perlu diajukan adalah seberapa
penting manajemen proyek bagi sukses perusahaan? berapa persen pekerjaan inti
melibatkan proyek? Jika lebih dari 75 persen pekerjaan melibatkan proyek, organisasi
perlu mempertimbangkan organisasi proyek penuh. Jika organisasi memiliki produk
dan proyek standar, susunan matriks tampaknya lebih sesuai. Jika organisasi memiliki
sangat sedikit proyek, susunan yang tidak begitu formal mungkin diperlukan. Satuan
tugas temporer dapat dibentuk jika dibutuhkan dan organisasi dapat membuat
pekerjaan proyek dilakukan dengan cara outsourcing.
Pertanyaan kunci kedua adalah ketersediaan sumber daya. Matriks
meningkatkan perlunya memakai secara bersama-sama sumber daya untuk berbagai
proyek dan area fungsional, sementara pada waktu yang sama melegitimasi
kepemimpinan proyek. Bagi organisasi yang tidak bisa mengikat personel penting
pada proyek individual, maka sistem matriks tampaknya sesuai. alternatifnya adalah
menciptakan tim khusus, tetapi kerja proyek dilakukan dengan cara outsourcing
ketika sumber daya internal tidak tersedia. Berkenaan dengan dua pertanyaan pertama
tersebut, organisasi harus menilai praktik yang saat ini dilakukan dan perubahan-
perubahan apa yang diperlukan untuk mengatur proyek secara lebih efektif.
2. Pertimbangan Proyek
Ditingkat proyek, pertanyaannya adalah berapa banyak otonomi yang
dibutuhkan oleh proyek agar proyek berhasil diselesaikan. Hobbs dan menard
menidentifikasi 7 faktor yang mempengaruhi pilihan struktur manajemen proyek :
a. Ukuran proyek
b. Arti penting strategis
c. Hal-hal baru dan kebutuhan untuk inovasi
d. Perlunya integrasi (jumlah departemen yang terlibat)
e. Kompelksitas lingkungan (jumlah antarmuka atau alat penghubung eksternal)
f. Batasan waktu dan anggaran
g. Stabilitas persyaratan sumber daya
Semakin tinggi tingkat 7 faktor tersebut, semakin besar otonomi dan otoritas
yang diperlukan oleh manajer proyek dan tim proyek agar berhasil. Hal tersebut
diterjemahkan kedalam penggunaan tim proyek khusus atau struktur matriks proyek.
Banyak perusahaan yang banyak menerapkan manajemen proyek sudah menciptakan
sistem manajemen fleksibel yang mengorganisasi proyek menurut kebutuhan proyek.
Sebagai contoh, chaparral steel, sebuah mini-mili yang memproduksi balok baja dari
sisa metal, mengelompokkan proyek dalam 3 kategori :
1. Proyek pengembangan lanjutan adalah usaha beresiko tinggi yang melibatkan
dibuatnya sebuah produk atau proses terobosan.
2. Proyek platform adalah proyek dengan resiko sedang yang melibatkan upgrade
sistem yang meningkatkan produk dan proses baru.
3. Proyek inkremental adalah proyek berisiko rendah jangka pendek yang
melibatkan usaha penyesuaian produk dan proses yang sudah ada.
C. Budaya Organisasi
1. Apa yang Dimaksud dengan Budaya Organisasi?
Budaya organisasi mirip dengan budaya dari negara-negara yang berbeda.
Pikiran perbedaabn tata letak fisik, pakaian, dan cara berkomunikasi di bank local,
departemen store, atau klinik medis. Demikian juga, jika seseorang yang telah bekerja
di beberapa organisasi mengadapi perbedaan penting dalam norma, nilai-nilai dan
kebiasaan organisasi.
Riset menyatakan bahwa ada 10 karakteristik utama yang secara bersama-
sama menunjukkan esensi dari budaya organisasi:
a. Identitas anggota. Tingkat dimana karyawan disamakan dengan organisasi
sebagai suatu keseluruhan ketimbang dengan jenis pekerjaan dengan bidang
keahlian profesional mereka.
b. Menekankan pada tim. Tingkat dimana aktivitas kerja diorganisasi dalam
kelompok-kelompok daripada dalam perorangan.
c. Focus manajemen. Tingkat dimana keputusan menejemen mempertimbangkan
efek hasil akhir terhadap orang-orang di dalam organisasi.
d. Integrasi unit. Tingkat dimana unit-unit di dalam organisasi didukung untuk
beroperasi di dalam suatu cara yang terkoordinasi dan saling tergantung.
e. Kontrol. Tingkat dimana aturan, kebijakan, dan arahan pengawasan digunakan
untuk mengatur dan mengendalikan perilaku karyawan.
f. Toleransi terhadap resiko. Tingkat dimana karyawan didukung untuk agresif,
inovatif, dan mencari risiko.
g. Kriteria penghargaan. Tingkat dimana pemberian penghargaan seperti kenaikan
gaji dan promosi dialokasikan menurut kinerja karyawan ketimbang berdasarkan
‘senioritas’, pilih kasih, atau factor nonkinerja lainnya.
h. Toleransi terhadap konflik. Tingkat dimana karyawan didukung untuk terbuka
terhadap kritik dan konflik.
i. Cara versus orientasi hasil akhir. Tingkat dimana manajemen focus pada hasil
ketimbang pada proses dan teknik yang digunakan untuk mencapai hasil.
j. Fokus pada sistem terbuka. Tingkat dimana organisasi memonitor dan bereaksi
terhadap perubahan di dalam lingkungan eksternal.
MENENTUKAN PROYEK
Cara terbaik yang dapat digunakan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan dan
stakeholder proyek pertama adalah menggunakan perencanaan proyek terintegrasi dan sistem
pengendalian yang memerlukan informasi selektif. Manager proyek yang mengelola sebuah
proyek kecil dapat merencanakan dan menjadwalkan tugas-tugas proyek tanpa sistem
informsi dan perencanaan formal. Akan tetapi, ketika manager proyek harus mengelola
beberapa proyek kecil atau sebuah proyek besar yang kompleks, akan ada titik dimana dia
tidak bisa lagi mengatasi hal-hal detail.
Langkah- langkah untuk mengumpulkan informasi proyek :
Gambar 4.2 Matriks prioritas untuk pengembangan sebuah modem kabel. Karena
waktu tiba di pasar adalah penting bagi tenaga penjualan, manajer proyek diminta
memanfaatkan setiap peluang untuk mengurangi untuk mengurangi waktu penyelesaian.
Dalam pelaksanaannya, keterlambatan bisa meskipun tidak diinginkan. Akan tetapi,
spesifikasi kinera modem dan standar keandalan tidak bisa dikompromi.
3. Membuat WBS
a. Pengelompokan WBS
Sekali cakupan dan deliverable telah dikenali, pekerjaan proyek dapat dibagi
menjadi elemen-elemen pekerjaan yang lebih kecil. Hasil proses hierarkis ini
disebut work breakdown structure (WBS). WBS adalah peta proyek. Penggunaan
WBS membantu meyakinkan manajer proyek bahwa semua produk dan elemen
pekerjaan telah diidentifikasi, untuk mengintegrasikan proyek dengan organisasi
saat ini, dan untuk membangun basis pengendalian. Pada dasarnya, WBS adalah
garis besar proyek dengan tingkat detail yang berbeda.
Gambar 4.3 menunjukkan pengelompokan utama yang biasanya digunakan di
lapangan untuk membuat hierarkis WBS. WBS memulai dengan proyek sebagai
deliverabel akhir. Deliverabel atau sistem kerja proyek yang utama diidentifikasi
lebih dulu, kemudian subdeliverabel yang diperlukan untuk memenuhi deliverabel
yang lebih besar. Proses diulangi sampai detail subdeliverabel cukup kecil untuk
dapat dikelola dan satu orang dapat bertanggungjawab untuk hal tersebut.
Subdeliverabel ini lebih lanjut dibagi menjadi paket kerja. Karena subdeliverabel
yang paling rendah umumnya meliputi beberapa paket kerja, paket kerja
dikelompokkan berdasarkan jenis pekerjaan-sebagai contoh, perangkat keras,
pemrograman, pengujian. Pengelompokan dalam satu subdeliverabel disebut akun
biaya (cost account). Pengelompokan ini memudahkan sistem untuk memonitor
kemajuan proyek berdasarkan pekerjaan, biaya, dan tanggungjawab.
c. Pengembangan WBS
Gambar 4.4 menunjukkan WBS yang telah disederhanakan untuk
mengembangkan sebuah proyek komputer personal baru. Bagian atas (level 1)
adalah item akhir dari proyek – produk atau jasa deliverabel. Perhatikan bagaimana
tingkat struktur dapat menghadirkan informasi untuk level 1 dari manajemen yang
berbeda. Sebagai contoh, informasi level 1 menghadirkan sasaran proyek secara
total dan informasi ini berguna bagi manajemen puncak; level 2, 3, dan 4 adalah
untuk manajemen madya; dan level 5 untuk para manajer garis depan.
Level 2 menunjukkan daftar parsial dari deliverabel yang diperlukan untuk
mengembangkan computer personal. Satu deliverabel adalah unit diskstorage
(shaded) yang terdiri dari tiga subdeliverabel – USB eksternal, optic, dan hard-disk.
Akhirnya, hard-disk memerlukan empat subdeliverabel – motor, papan sirkuit,
chasis frame, dan read atau write head, subdeliverabel tersebut menunjukkan
elemen-elemen paling rendah dari proyek yang dapat dikendalikan. Masing-masing
subdeliverabel memerlukan paket kerja yang akan diselesaikan oleh satu unit
organisasi yang ditugaskan. Masing-masing deliverabel akan dibagi atau dipecah
dengan cara tersebut. Semua elemen WBS tidak perlu dibagi pada tingkat yang
sama.
Tingkat paling rendah dari WBS disebut paket kerja. Paket kerja adalah tugas-tugas
dengan durasi pendek yang memiliki titik mulai (start) dan titik berhenti (stop),
mengonsumsi sumber daya, dan memakan biaya. Masing-masing paket kerja
merupakan satu titik kendali. Manajer paket kerja bertanggung jawab untuk
memerhatikan apakah paket selesai tepat waktu, sesuai anggaran, dan sesuai dengan
spesifikasi teknis. Praktik menyarankan bahwa satu paket kerja semestinya tidak
lebih dari 10 hari kerja atau satu periode. Jika satu paket kerja mempunyai durasi
lebih dari 10 hari, maka harus dilakukan pemeriksaan atau monitoring secara
periodik, katakanlah setiap tiga sampai lima hari sehingga kemajuan dan masalah
dapat dikenali sebelum terlalu banyak waktu terbuang. Paket kerja dari WBS
sedapat mungkin terlepas dari paket-paket lainnya dari proyek. Tidak ada paket
kerja yang diuraikan dalam lebih dari satu subdeliverabel WBS.
Ada satu perbedaan penting antara subdeliverabel uraian kerja (work
breakdown) yang terakhir dari paket kerja. Umumnya subdeliverabel uraian kerja
meliputi hasil akhir lebih dari satu paket kerja dari dua atau tiga departemen. Oleh
karena itu, subdeliverabel tidak mempunyai durasi dan tidak mengonsumsi sumber
daya atau biaya secara langsung. (Dalam hal ini, tentu saja durasi waktu untuk
elemen uraian kerja tertentu dapat diperoleh dengan mengidentifikasi paket kerja
yang harus mulai lebih dulu (paling awal) dan paket mana yang terkahir
diselesaikan; perbedaan dari kedua hal tersebut adalah durasi untuk subdeliverabel).
Sumber daya dan biaya untuk subdeliverabel adalah jumlah dari sumber daya dan
biaya untuk semua paket kerja dalam beberapa subdeliverabel kerja. Inilah basis
bagi istilah project rollup-mulai dengan paket kerja, sumber daya, dan biaya dapat
“di-roll-up” ke dalam elemen-elemen yang lebih tinggi. Elemen-elemen yang lebih
tinggi digunakan untuk mengidentifikasi deliverabel pada tahap-tahap yang berbeda
di dalam proyek dan untuk menyusun laporan status selama tahap eksekusi dari
siklus hidup proyek. Jadi, paket kerja adalah unit dasar yang digunakan untuk
perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian proyek.
WBS adalah produk dari usaha kelompok. Jika proyek kecil, tim proyek
keseluruhan dapat dilibatkan untuk menguraikan/atau memecah proyek ke dalam
komponen-komponen proyek. Untuk proyek besar dan kompleks, orang-orang yang
bertanggung jawab untuk deliverabel utama dapat bertema untuk menetapkan dua
tingkat pertama dari deliverabel. Pada gilirannya, detail lebih lanjut akan
didelegasikan kepada orang-orang yang bertanggung jawab untuk pekerjaan spesifik.
Tim proyek yang mengembangkan WBS pertama mereka sering melupakan bahwa
struktur seharusnya adalah item akhir yang berorientasi pada hasil akhir. Hasil usaha
pertama kerap kali adalah sebuah WBS yang mengikuti struktur organisasi desain,
pemasaran, produki, keuangan. Jika sebuah WBS mengikuti struktur organisasi,
fokus WBS adalah fungsi organisasi dan proses, bukan output atau deliverabel
proyek. Sebagai tambahan, WBS dengan fokus proses akan menjadi alat akuntansi
yang mencatat biaya-biaya berdasarkan fungsi, ketimbang sebuah alat untuk
manajemen “output”.
4. Mengintegrasikan WBS dan Organisasi
Bagian integral dari WBS adalah menentukan unit-unit organisasi yang bertanggung
jawab melakukan pekerjaan. Dalam praktik, hasil akhir dari proses tersebut adalah
organization breakdown structure (OBS). OBS melukiskan bagaimana perusahaan
diorganisasi untuk menentukan tanggung jawab kerja. Tujuan OBS adalah menyediakan
suatu kerangka untuk meringkas kinerja unit organisasi, mengidentifikasi unit organisasi
yang bertanggung jawab untuk paket kerja, dan mengikat unit organisasi kepada akun
pengendalian biaya.
Kelebihan utama menggunakan WBS dan OBS adalah mereka dapat diintegrasikan.
Interseksi paket kerja dan unit organisasi menciptakan sebuah titik kendali proyek (akun
biaya) yang mengintegrasikan tanggung jawab dan pekerjaan. Interseksi WBS dan OBS
menghasilkan serangkaian paket kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan
subdeliverabel tepat dibagian atas unit organisasi di sisi kiri orang yang bertanggung
jawab untuk menyelesaikan paket-paket yang berada di interaksi tersebut. Nanti kita akan
menggunakan interseksi sebagai akun biaya untuk pengendalian manajemen proyek.