Anda di halaman 1dari 25

UJI KLINIK DI INDONESIA

Dr. Dra. L. Rizka Andalusia, M.Pharm., Apt

Webinar Monitoring Keamanan Obat dan Vaksin


pada Uji Klinik dan Emergency Use Authorization

2 Desember 2020
OUTLINE
 Pendahuluan
 Tugas dan Fungsi Badan POM dalam Pengawasan
 Tahapan Pengembangan Obat
 Landasan Hukum Registrasi Obat
 Level of Evidence dan Mengapa Uji Klinik untuk pembuktian
keamanan dan khasiat?
 Regulasi Uji Klinik di Indonesia
 Apakah Uji Klinik selalu menjawab hipotesis yang hendak
dicapai?
 Penutup
Tahapan dalam Pengembangan Vaksin
Untuk memastikan vaksin aman dan berkhasiat

Pre-clinical studies Phase I Phase II Phase III Phase IV Human


Clinical Trial Clinical Trial Post Marketing challenge
Clinical Trial Surveillance studies

Studies in which a
vaccine is given
followed by the
pathogen against
tested in animal small group of given to people given to after vaccine is which the vaccine
studies healthy adult who have thousands of approved and is designed to
volunteers characteristic people licensed protect. Such trials
for efficacy and (age, are uncommon in
safety, physical health) people as they
tested for to monitor AE
including to test for similar to those present
efficacy and and to study
challenge studies safety for whom the considerable
safety long-term effects
new vaccine is ethical challenges.
of the vaccine in
intended
the population

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN


PERATURAN
LANDASAN • Permenkes 1010/Menkes/Per/XI/2008
HUKUM tentang Registrasi Obat

• Permenkes 1120/Menkes/Per/XII/2008
REGISTRASI tentang perubahan atas Permenkes
OBAT 1010/Menkes/Per/XI/2008

• Perka BPOM No. 24 tahun 2017 tentang Pengawasan


Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat Pre-Market
Tujuan :

Melindungi masyarakat
dari obat dan makanan
Obat yang diedarkan di wilayah Indonesia, yang berisiko terhadap
sebelumnya harus dilakukan registrasi untuk memperoleh Izin kesehatan dengan
Edar. menjamin obat yang
beredar di Indonesia aman,
bermanfaat dan bermutu.
5
Direktorat Registrasi Obat
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
LEVEL OF EVIDENCE

PEMBUKTIAN
KEAMANAN
DAN KHASIAT
OBAT
Pengembangan Obat Baru MENGAPA UJI KLINIK HARUS
DILAKUKAN ? (1)
Uji Klinik merupakan salah satu
tahapan penting dalam
Pengembangan Obat Baru

Tujuan uji klinik untuk memastikan


keamanan dan/atau Khasiat
produk uji.

Data hasil uji klinik digunakan


sebagai bukti dukung ilmiah
sebelum obat beredar dan
digunakan oleh masyarakat
Pengembangan Obat Baru MENGAPA UJI KLINIK HARUS
DILAKUKAN ? (2)
Uji Klinik tetap memberikan manfaat
meskipun peneliti tidak dapat
memperoleh outcome sesuai hipotesis.
Hasil uji klinik dapat mengarahkan
klinisi/apoteker pada arah yang benar.

Pengetahuan yang diperoleh dari suatu uji


klinik dapat meningkatkan konsistensi
pengobatan dan membantu menetapkan
standar perawatan pasien.

Uji Klinik memberikan informasi apakah


obat/terapi baru :
•Efektif dan aman
•Memberikan efektivitas lebih baik dari obat lain
•Dapat diterima pada populasi lebih luas dibandingkan
terapi yang sudah ada.
Brosur Obat
Informasi Tahap Pengembangan
Obat Baru
Toksisitas Non Klinik
Bentuk sediaan
Formulasi, Uji Stabilitas
Penyimpanan
Mekanisme
Kerja
Farmakokinetik
Rute Pemberian
Kontra Indikasi Uji Klinik : Fase I
Interaksi obat
Penggunaan
pada populasi
khusus
Data hasil uji klinik digunakan sebagai Dosis Uji Klinik : Fase I-II
sumber informasi dalam penyusunan
Indikasi Uji Klinik : II-IV
Brosur Obat yang akan digunakan
oleh Dokter atau Pasien. Efek Samping Uji Klinik : I-IV
• Perka Badan POM No. 21 Tahun 2015 tentang
Tata Laksana Persetujuan Uji Klinik
REGULASI UJI KLINIK
• Perka Badan POM No. 24 Tahun 2017 Tentang
Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat
• Perka Badan POM No HK.00.05.3.4991 Tahun
2004 tentang Inspeksi Uji Klinik
• Permenkes No. 1010 Tahun 2008 yang telah
diubah dengan Permenkes No. 1020 Tahun 2008
tentang Registrasi Obat
• Permenkes No. 657 tahun 2009 tentang
Pengiriman dan Penggunaan Spesimen Klinik,
Materi Biologik dan Muatan Informasinya
• Permenkes No 66 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Registri Penelitian Klinik

Direktorat Registrasi Obat


Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
Standar Fungsi Regulatori Obat dari WHO

Berdasarkan standar fungsi regulatori suatu National


Regulatory Authority (NRA) di suatu negara, harus
menjalankan beberapa fungsi, antara lain Pengawasan
Uji Klinik (Clinical Trial Oversight)

Dari hasil assessment WHO menggunakan WHO Global


Benchmarking Tool, Badan POM memperoleh tingkat
maturitas 3 dan 4 (dari skala 1-4)

Penilaian pada 1. Negara dengan hasil WHO • Peningkatan Sistem


Juli 2018 NRA Benchmarking Regulatori
Dalam menjalankan fungsinya minimal Maturity Level (ML) berkelanjutan
3 dapat mengajukan WLA • Peningkatan
11
Badan POM telah dinilai fungsi 2. Indonesia didorong oleh Ekspor
WHO untuk mengajukan • Partisipasi
regulatorinya oleh WHO WLA Pengadaan Obat
Regulasi Uji Klinik di Negara lain
EMA

(1) In a clinical trial the rights, safety, dignity and well-being of subjects should be protected and the data generated should be
reliable and robust. The interests of the subjects should always take priority over all other interests
(2) In order to allow for independent control as to whether these principles are adhered to, a clinical trial should be subject to
prior authorisation.

MHRA UK

MHRA is regulatory authority responsible for Clinical Trial Authorization, Ovesight and Inspection

US FDA

Clinical trials are an integral part of new product discovery and development, and are generally required by
the Food and Drug Administration (FDA) before a new product can be brought to the market.

MFDS South Korea


Clinical trials for pharmaceuticals in Korea:
Companies must go through the clinical trial authorization (CTA) process.

All clinical trials of therapeutic products and medicinal products (e.g. Chinese Proprietary Medicines, health
supplements that are being investigated for the treatment or prevention of disease), are regulated by HSA Singapore,
except for observational clinical trials.
PERATURAN KEPALA BADAN POM
NO. 21 TAHUN 2015 TENTANG
TATA LAKSANA PERSETUJUAN UJI KLINIK

Bab I: Ketentuan Umum


Bab II: Uji klinik
Bab III: Pengajuan Persetujuan Uji Klinik
Bab IV: Evaluasi dan Keputusan
Bab V: Produk Uji
Bab VI: Penangguhan atau Penghentian Uji Klinik
Bab VII: Pelaporan Uji Klinik
Bab VIII: Perubahan Dokumen
Bab IX: Sanksi Administratif
Bab X: Ketentuan Peralihan
Bab XI: Ketentuan Penutup
Lampiran
Pedoman CUKB
13
DEFINISI UJI KLNIK

UJI KLINIK adalah kegiatan penelitian dengan


mengikutsertakan subjek manusia disertai
adanya intervensi produk uji, untuk
menemukan atau memastikan efek klinik,
farmakologik dan atau/atau farmakodinamik
lainnya, dan/atau mengidentifikasi setiap reaksi
yang tidak diinginkan, dan/atau mempelajari
absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi
dengan tujuan untuk memastikan keamanan
dan/atau efektifitas produk yang diteliti.
DEFINISI CUKB
CARA UJI KLINIK YANG BAIK (CUKB) adalah standar untuk
desain, pelaksanaan, pencapaian, pemantauan, audit,
perekaman, analisis, dan pelaporan Uji Klinik yang
memberikan jaminan bahwa data dan hasil yang dilaporkan
akurat dan terpercaya, serta bahwa hak, integritas, dan
kerahasiaan Subjek Uji Klinik dilindungi.

ICH E6 (R2)
Good Clinical Practice (GCP) is an international ethical and
scientific quality standard for designing, conducting,
recording and reporting trials that involve the participation
of human subjects. Compliance with this standard provides
public assurance that the rights, safety and well-being of
trial subjects are protected, consistent with the principles
that have their origin in the Declaration of Helsinki, and that
the clinical trial data are credible.
CLINICAL TRIAL PROCESS: Good Clinical Practices
BEFORE DURING AFTER

Documents Development Informed Consent Statistical Process

Investigator Selection Subject Enrollment Final Report


and Participation

Ethic&Authority Approval Presentation and


Monitoring Publication Report

Investigator Meeting Data Management Data Field and


Registration Obtained
MENGAPA DIPERLUKAN STANDAR
CARA UJI KLINIK YANG BAIK (CUKB) ?

01 03
Memastikan agar pelaksanaan uji
klinik memenuhi persyaratan Meningkatkan validitas dan
ilmiah, konsep etik (respect to the integritas data hasil uji
klinik 04
person, beneficence, justice) dan
sesuai regulasi yang berlaku.
02
Menghindari risiko yang terjadi Memastikan obat uji klinik
dalam pelaksanaan uji klinik yang digunakan memenuhi
yang dapat mengancam persyaratan mutu
keselamatan subJek
Pasal 4 - 8

PERSYARATAN UJI KLINIK

 Memberi manfaat nyata bagi perkembangan ilmu


pengetahuan dan kepentingan masyarakat
 Mengacu kepada pedoman CUKB
 Sebelum pelaksanaan harus:
 Uji Klinik Pra-pemasaran: Wajib mendapatkan
persetujuan dari Kepala Badan dan Komisi Etik
 Uji Klinik Pasca-pemasaran: Wajib menyampaikan
notifikasi kepada Kepala Badan
 Peneliti utama harus memiliki sertifikat CUKB
EVALUASI DAN KEPUTUSAN
 Evaluasi dokumen oleh Tim
 Tim evaluasi dokumen UK ditetapkan oleh Kepala
Badan
 Melibatkan Tim Ahli Sesuai Disiplin Ilmu

KEPUTUSAN
 UK Pra-pemasaran:
- Persetujuan
- Penolakan
- Permintaan perbaikan dokumen UK
- Lama waktu: 20 HK, sejak diterimanya dokuen (lengkap)
 UK Pasca-pemasaran:
- Tanggapan/respon dalam 20 HK
- Jika dalam 20 HK tidak ada tanggapan dari BPOM, UK dapat dilaksanakan

Note*: Jika pelaksanaan UK lebih dari 2 th, Sponsor atau ORK harus mengajukan permohonan
perpanjangan PPUK, disertai alasan atau justifikasi
PRODUK UJI
(INVESTIGATIONAL PRODUCT)

• Harus memiliki data keamanan awal dan memenuhi


persyaratan mutu
• Produk uji impor: pemasukannya harus mendapatkan
persetujuan Badan POM
• Diajukan bersamaan dengan pengajuan PPUK
• Dalam hal produk uji mengandung bahan tertentu yang
menimbulkan kepekaan terhadap keyakinan kelompok
masyarakat tertentu, harus dijelaskan di PSP
Peraturan Ka Badan POM tentang
Tata Laksana Persetujuan Uji Klinik
JENIS UJI KLINIK YG
Pasal 2
DIATUR dan 3

 Prapemasaran : uji klinik menggunakan produk yang


belum memiliki izin edar di Indonesia atau yang telah
memiliki izin edar untuk indikasi/posologi baru.
 Pascapemasaran : uji klinik menggunakan produk yang
telah memiliki izin edar untuk konfirmasi khasiat dan
keamanan.

LINGKUP
NON
MANDATORI
MANDATORI
 OBAT

 OBAT HERBAL  PANGAN OLAHAN

 SUPLEMEN  KOSMETIKA
KESEHATAN
INSPEKSI UJI KLINIK

 Tindakan regulatori yang dilakukan Badan POM untuk


memastikan bahwa uji klinik dilaksanakan sesuai
dengan CUKB
 Tujuan:
 Perlindungan terhadap subjek uji klinik
 Konsistensi data (mis. dokumen sumber vs dokumen esensial
dan prosedur sesuai protokol yg disetujui)
 Memastikan akuntabilitas obat uji klinik
Inspeksi Uji Klinik

 Inspeksi dilakukan secara rutin atau berdasarkan adanya


kasus
 Dapat dilakukan sebelum/pada saat/setelah uji klinik
dilaksanakan
 Melakukan pemeriksaan pada site penelitian dan/atau
sponsor/ORK atau di tempat lain yang berkaitan dengan UK,
terhadap :
 dokumen
 fasilitas
 rekaman
 sumber informasi lain yang berhubungan dan yang
terdapat di tempat UK
PENUTUP
 Uji klinik merupakan salah satu fungsi regulatori yang harus dijalankan oleh Badan
POM, sebagai National Regulatory Authority, yang bertanggung jawab terkait
keamanan, khasiat dan mutu obat beredar. Oleh karena itu pengawasan uji klinik
dilakukan di Badan POM.
 Uji klinik merupakan tahapan penting dalam pengembangan obat dan vaksin, dan
merupakan gold standard untuk level of evidence tertinggi untuk pembuktian khasiat
dan keamanan, karena data yang dihasilkan menjadi basis evidence secara ilmiah
yang dapat diterima sebagai dasar keputusan pemberian suatu izin edar obat dan
vaksin oleh Badan POM.
 Uji klinik harus dijalankan sesuai standard Good Clinical Practices (GCP) atau Cara Uji
Klinik yang Baik (CUKB) untuk dapat menghasilkan data uji klinik yang valid, dan
membuktikan tingkat kepercayaan untuk keamanan dan khasiat obat dan vaksin.
 Badan POM memberikan pengawalan pelaksanaan uji klinik, dari persetujuan hingga
pelaksanaan melalui penerbitan PPUK dan Inspeksi Uji Klinik sepanjang
pelaksanaannya.
 Hasil uji klinik belum tentu memberikan jawaban atas pertanyaan yang dituangkan
dalam hipotesisnya, namun hasil uji klinik memberikan tambahan pengetahuan dan
lesson learnt tentang keamanan dan khasiat obat.
Satu Tindakan Untuk Masa Depan, Baca Label Sebelum Membeli

@ halobpom@pom.go.id www.pom.go.id @bpom_ri Bpom RI

@bpom_R @registrasiobat.bpom BADAN POM RI DIREKTORAT REGISTRASI OBAT

Layanan pelaporan Whistle Blowing System, Benturan Kepentingan dan Gratifikasi :


rb.pom.go.id atau ppid.pom.go.id atau pengaduanyanblik.pom.go.id
+62 21 424 4691 atau +62 21 428 83309 atau +62 21 428 83462
+62 812 1999 9533

25

Anda mungkin juga menyukai