Kebakaran merupakan suatu bencana yang diakibatkan oleh adanya api. Yang
mana bencana kebakaran tersebut pastinya menimbulkan kerugian. Api adalah suatu
reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk dari 3 (tiga) unsur yaitu: panas, udara dan
bahan bakar yang menimbulkan atau menghasilkan panas dan cahaya. Segitiga api
adalah elemen-elemen pendukung terjadinya kebakaran dimana elemen tersebut
adalah panas, bahan bakar dan oksigen. Berlangsungnya suatu pembakaran diperlukan
komponen keempat, yaitu rantai reaksi kimia (chemical chain reaction). Teori ini
dikenal sebagai Piramida Api atau Tetrahedron.
* Ditegaskan lagi dalam Surat Edaran Menaker No. 13 tahun 2015 yang
mempersyaratkan bahwa dalam penanggulangan kebakaran pengusaha harus
melakukan :
a. Pengendalian sumber energi yang dapat menimbulkan potensi bahaya kebakaran
dan/atau peledakan.
b. Penyediaan instalasi, sarana dan prasarana serta peralatan proteksi kebakaran yang
dapat menjamin upaya pencegahan, pengurangandan pemadaman kebakaran.
c. Pemeriksaan dan pengujian secara rutin terhadap instalasi, sarana dan prasarana
serta peralatan proteksi kebakaran.
- Kebakaran kelas B
Klasifikasi kebakaran kelas B adalah kebakaran yang disebabkan oleh benda cair atau
gas yang mudah terbakar seperti bensin, cat, thinner, gas LPG , dan gas LNG.
- Kebakaran kelas C
Klasifikasfikasi kebakaran kelas C adalah kebakaran yang disebabkan oleh
penggunaan komponen elektrikseperti TV, kulkas, dsb.
- Kebakaran kelas D
Klasifikasi kebakaran kelas D adalah kebakaran yang disebabkan oleh benda metal
yang mudah terbakar seperti potassium, sodium, alumunium dan magnesium.
Penyebab kebakaran
Pada Bengkel :
- Korsleting listrik
- Ledakan mesin
- Sambaran petir
- Instalasi listrik yang tidak standar SNI
Pada Gedung :
- Korsleting listrik
- Membuang puntung rokok sembarangan
- Pembakaran sampah yang membesar tidak terkendali
- Sambaran petir
- Instalasi listrik yang tidak sesuai SNI
Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung merupakan sistem yang terdiri
atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada
bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi
pasif maupun caracara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan
lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungan Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008 bahwa
pengelolaan proteksi kebakaran adalah upaya mencegah terjadinya kebakaran atau
meluasnya kebakaran ke ruangan-ruangan ataupun lantai-lantai bangunan, termasuk
ke bangunan lainnya melalui eliminasi ataupun meminimalisasi risiko bahaya
kebakaran, pengaturan zona-zona yang berpotensi menimbulkan kebakaran, serta
kesiapan dan kesiagaan sistem proteksi aktif maupun pasif.
Sistem Manajemen
Rencana pengurangan risiko harus disusun setelah berkonsultasi dengan pekerja
dan mempertimbangkan semua faktor dan informasi yang tercantum di dalam
panduan. Pengusaha harus mempertimbangkan penggunaan daftar periksa sebagai alat
untuk melakukan penilaian resiko sederhana atau sebagai alat untuk melakukan
pemeriksaan tempat kerja rutin.
Kesimpulan
Rencana pengurangan risiko harus disusun setelah berkonsultasi dengan pekerja
dan mempertimbangkan semua faktor dan informasi yang tercantum di dalam
panduan. Pengusaha harus mempertimbangkan penggunaan daftar periksa sebagai alat
untuk melakukan penilaian resiko sederhana atau sebagai alat untuk melakukan
pemeriksaan tempat kerja rutin.