DISUSUN OLEH:
Mimma Ulim Tarusda
202003112
Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik klinik Keperawatan Jiwa.
Pembimbing akademik,
A. Definisi
Kecemasan adalah emosi, perasaan yang timbul sebagai respon awal
terhadap stress psikis dan ancaman terhadap nilai-nilai yang berarti bagi individu.
Kecemasan sering digambarkan sebagai perasaan yang tidak pasti, ragu-ragu, tidak
berdaya, gelisah, kekhawatiran, tidak tentram yang sering disertai keluhan fisik.
Cemas berbeda dengan takut. Takut merupakan penilaian intelektual
terhadap stimulus dan objek jelas, sedangkan cemas merupakan respon emosional
terhadap penilaian. Menurut Sigmund Freud kecemasan merupakan ketegangan
dalam diri sendiri tanpa objek yang jelas, objek tidak disadari dan berkaitan
dengan kehilangan self image. Kecemasan timbul karena ancaman terhadap self
image/esteem oleh orang yang terdekat. Pada dewasa oleh karena prestige dan
martabat diri terhadap ancaman dari orang lain. Menurut Cook and Fontaine
kecemasan adalah perasaan tidak nyaman yang terjadi sebagai respon pada takut
terjadi perlukaan tubuh atas kehilangan sesuatu yang bernilai.
Kecemasan merupakan kekuatan yang mempengerahui hubungan
interpersonal, suatu respon terhadap bahaya yang tidak diketahui yang muncul bila
ada hambatan dalam upaya memenuhi kebutuhan. Kecemasan dapat sebagai alarm
tubuh untuk melindungi diri, dikomunikasikan secara interpersonal dan merupakan
tanda ancaman yang dapat berhubungan dengan isolasi, kehilangan, gangguan
identitas, hukuman dan hubungan interpersonal (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016).
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekawatiran yang samar
disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini
merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya
bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (Nurarif
& Kusuma, 2015)
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan
yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005).
Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
a. Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional.
b. Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan
dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri
individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam
keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat
menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang
mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.
2. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan
yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor
presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
1) Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya :
hamil).
2) Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :
1) Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di
rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai
ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
2) Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
C. Rentang Respon Kecemasan
Rentang kecemasan berfluktuasi antara respon adaptif antisipasi dan yang
maladaptive yaitu panic.
Adaptif Maladaptif
1. Antisipasi
Suatu keadaan yang digambarkan lapangan persepsi menyatu dengan
lingkungan.
2. Cemas ringan
Ketegangan ringan, pengindraan lebih tajam dan menyiapkan diri untuk
bertindak.
3. Cemas sedang
Keadaan lebih waspada dan lebih tegang, lapangan persepsi menyempit dan
tidak mampu memusatkan pada factor / peristiwa yang penting baginya.
4. Cemas berat
Lapangan persepsi sangat sempit, berpusat pada detail yang kecil, tidak
memikirkan yang luas, tidak mampu membuat kaitan dan tidak mampu
meneyelesaikan masalah.
5. Panik
Persepsi menyimpang, sangat kacau dan tidak terkontrol, berpikir tidak teratur,
perilaku tidak tepat dan agitasi/hiperaktif.
D. Sumber Kecemasan
1. Ancaman internal dan eksternal terhadap ego (S.Freud)
Adanya gangguan pemenuhan kebutuhan dasar : makan, minum, sexual
2. Ancaman terhadap keamanan interpersonal dan harga diri (Sullivan)
a. Tidak menemukan integritas diri
b. Tidak menemukan prestige
c. Tidak memperoleh aktualisasi diri
d. Malu / tidak kesesuaian antara pandangan diri dan lingkungan nyata
E. Gejala-gejala kecemasan
1) Respon fisiologis
a. Kardiovaskuler
a) Palpitasi
b) Jantung berdebar
c) Tekanan darah meningkat
d) Rasa mau pingsan
e) Tekanan darah menurun, nadi menurun
b. Respirasi
a) Nafas cepat
b) Pernafasan dangkal
c) Rasa tertekan pada dada dan tercekik
d) Terengah – engah
c. Neuromuskuler
a) Peningkatan reflek
b) Peningkatan rangsangan kejut
c) Mata berkedip – kedip
d) Insomnia
e) Gelisah
f) Wajah tegang
g) Kelemahan secara umum
d. Gastrointestinal
a) Kehilangan nafsu makan
b) Menolak makanan
c) Rasa tidak nyaman pada abdomen
d) Rasa tidak nyaman pada epigastrium
e) Nausea, diare
e. Saluran kemih
a) Tidak dapat menahan BAK
b) Neri saat BAK
f. Integumen
a) Rasa terbakar pada wajah
b) Berkeringat setempat (telapak tangan)
c) Gatal – gatal
d) Perasaan panas dan dingin pada kulit
e) Muka pucat
f) Berkeringat seluruh tubuh
2) Respon perilaku
a. Gelisah
b. Ketegangan fisik
c. Tremor
d. Gugup
e. Bicara cepat
f. Tidak ada koordinasi
g. Kecendrungan mendapat cidera
h. Menarik diri
i. Menghindar
j. Hiperventilasi
k. Melarikan diri dari masalah
3) Respon kognitif
a. Perhatian terganggu
b. Konsentrasi hilang
c. Pelupa
d. Salah penilaian
e. Blocking
f. Menurunnya lahan persepsi
g. Kreatifitas menurun
h. Produktifitas menurun
i. Bingung
j. Sangat waspada
k. Hilang objektifitas
l. Takut kecelakaan dan mati
4) Respon afektif
a. Mudah terganggu
b. Tidak sabar
c. Tegang
d. Takut berlebihan
e. Teror
f. Gugup yang luar biasa
g. Nervous
F. Karakteristik Tingkat Kecemasan
1) Cemas ringan
1. Tingkah laku
a) Duduk dengan tenang, posisi rileks
b) Isi pembicaraan tepat dan normal
2. Afektif
a) Kurang perhatian
b) Nyaman dan aman
3. Kognitif
a) Mampu konsentrasi
4. Fisiologis
a) Nafas pendek
b) Nadi meningkat
c) Gejala ringan pada lambung
2) Cemas sedang
1. Tingkah laku
a) Tremor halus pada tangan
b) Tidak dapat duduk dengan tenang
c) Banyak bicara dan intonasi cepat
d) Tekanan suara meningkat secara intermitten
2. Afektif
a) Perhatian terhadap apa yang terjadi
b) Khawati, nervous
3. Kognitif
a) Lapangan persepsi menyempit
b) Kurang mampu memusatkan perhatian pada faktor yang
penting
c) Kurang sadar pada detail disekitar yang berkaitan
4. Fisiologis
a) Nafas pendek
b) HR meningkat
c) Mulut kering
d) Anoreksia
e) Diare, konstipasi
f) Tidak mampu relaks
g) Susah tidur
3) Cemas berat
1. Tingkah laku
a) Pergerakan menyentak saat gunakan tangan
b) Banyak bicara
c) Kecepatan bicara meningkat cepat
d) Tekanan meningkat, volume suara keras
2. Afektif
a) Tidak adekuat, tidak aman
b) Merasa tidak berguna
c) Takut terhadap apa yang akan terjadi
d) Emosi masih dapat dikontrol
3. Kognitif
a) Lapangan persepsi sangat sempit
b) Tidak mampu membuat kaitan
c) Tidak mampu membuat masalah secara luas
4. Fisiologis
a) Nafas pendek
b) Nausea
c) Gelisah
d) Respon terkejut berlebihan
e) Ekspresi ketakutan
f) Badan bergetar
4) Panik
1. Tingkah laku
a) Tidak mampu mengendalikan motorik
b) Kasar
c) Aktifitas yang dilakukan tidak bertujuan
d) Pembicaraan sulit dimengerti
e) Suara melengking, berteriak
2. Afektif
a) Merasa kaget, terjebak, ditakuti, teroro
3. Kognitif
a) Persepsi menyempit
b) Berpikir tidak teratur
c) Sulit membuat keputusan dan penilaian
4. Fisiologis
a) Nafas pendek
b) Rasa tercekik/tersumbat
c) Nyeri dada
d) Gerak involunter
e) Tubuh bergetar
f) Ekspresi wajah mengerikan
G. Pathway
Kelemahan
Ketidakberdayaan
Ancaman Terhadap
Konsep Diri
Penurunan
Kemampuan
Ansietas
H. Penatalaksanaan Kecemasan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan
dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
2. Terapi Psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam,
buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala
ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk
menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-
obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
a. Psikoterapi Suportif
b. Psikoterapi Re-Edukatif
c. Psikoterapi Re-Konstruktif
d. Psikoterapi Kognitif
e. Psikoterapi Psikodinamik
f. Psikoterapi Keluarga
5. Terapi Psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem
kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
Konsep Proses Keperawatan Pada Klien Dengan Kecemasan
A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien ansietas dapat dilakukan melalui wawancara dan
observasi terhadap pasien dan keluarga. Pengkajian ditujukan pada fungsi
fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau mekanisme koping
sebagai pertahanan terhadap kecemasan. Data yang perlu dikaji dalam
kecemasan sebagai berikut:
1. Identitas Klien
a. Inisial : Ansietas lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki,
2. Alasan Masuk
Sesuai diagnosa awal klien ketika pertama kali masuk rumah sakit.
3. Faktor predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia (2005) terdapat beberapa teori yang
dapat menjelaskan terjadinya ansietas, diantaranya:
1) Faktor Biologis
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, yang
membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama
dalam mekanisme biologis timbulnya ansietas sebagaimana halnya
dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
2) Faktor Psikologis
a) Pandangan Psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara 2
elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting
dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang yang dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang.
Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa
akan bahaya.
b) Pandangan Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap penerimaan
dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan
kejadian trauma, seperti perpisahan dan kehilangan dari lingkungan
maupun orang yang berarti bagi pasien,. Individu dengan harga diri
rendah sangat mudah mengalami perkembangan ansietas yang
berat.
c) Pandangan perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu
yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap ansietas sebagai
dorongan belajar dari dalam diri unntuk menghindari kepedihan.
Individu yang sejak kecil terbiasa menghadapi ketakutan yang
berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan
selanjutnya dibandingkan dengan individu yang jarang menghadapi
ketakutan dalam kehidupannya.
d) Sosial budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga.
Faktor ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap
terjadinya ansietas.
4. Faktor precipitasi
Faktor presipitasi ansietas dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Ancaman terhadap integritas seseorang seperti ketidakmampuan atau
penurunan fungsi fisiologis akibat sakit sehingga menganggu individu
untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2) Ancaman terhadap konsep diri Ancaman ini akan menimbulkan
gangguan terhadap identitas diri, harga diri, dan fungsi sosial individu.
5. Pemeriksaan Fisik
Ukur tinggi badan dan berat badan, dan tanyakan apakah ada keluhan fisik
yang dirasakan.
6. Psikososial
a. Konsep Diri
keringat berlebihan.
kelompok/masyarakat.
5. Harga diri : klien merasa harga dirinya endah akibat ketakutan yang
b. Hubungan sosial
c. Spiritual
2. Kegiatan ibadah
7. Status mental
e. Afek : labil
menyelesaikan masalah
Disolder ) akan terjadi gangguan daya ingat saat ini bahkan sampai
- Perawatan diri
- Nutrisi
- tidur
9. Sumber Koping
Memanfaatkan dan menggerakkan sumber koping yang ada
disekitar lingkungan dapat mengatasi stress dan ansietas yang dialami oleh
individu. Sumber koping tersebut berupa modal ekonomi, kemampuan
menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya.
10. Mekanisme Koping
Pada pasien yang mengalami ansietas sedang dan berat mekanisme
koping yang digunakan terbagi atas dua jenis mekanisme koping yaitu :
1) Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task oriented)
Upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan realistik yang
bertujuan untuk menurunkan situasi stres, misalnya:
a) perilaku menyerang (agresif).
Digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar terpenuhinya
kebutuhan.
b) Perilaku menarik diri.
Dipergunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara
fisik maupun secara psikologis.
c) Perilaku kompromi.
Dipergunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan
atau mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
2) Mekanisme pertahanan ego
Bertujuan untuk membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang. Mekanisme ini berlangsung secara tidak sadar, melibatkan
penipuan diri, distorsi realitas dan bersifat maladaptif.
11. Masalah psikososial dan lingkungan
pendidikan berikutnya
tercapai
kesehatan.
B. Pohon Masalah
C. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko Tinggi Kekerasan
2) Cemas Berat
3) Gangguan Komunikasi verbal
D. Intervensi
a. Cemas Sedang
1) Bina hubungan saling percaya
2) Bantu klien mengenal dan mengakui rasa cemasnya
3) Analisa penyebab dan bagaimana terjadinya masalah (meningkatkan
kesadaran)
4) Melatih mekanisme koping adaptif
5) Tingkatkan relaxasi
b. Cemas Berat dan Panik
1) Bina hubungan saling percaya
2) Meningkatkan kesadaran diri perawat
3) Melindungki klien
4) Modifikasi lingkungan
5) Mendorong aktivitas
6) Melaksanakan program terapi
Azizah, L., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa (Edisi Pert). Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Azizah, L. M., Zainuri, I., & Khadijah, S. (2020). Modul Praktik Laboratorium
Keperawatan Jiwa 1 (Masalah Psikososial). Mojokerto: Stikes Bina Sehat
PPNI Mojokerto.
Nurarif, A.H, & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 3. jogjakarta: Mediaction.