Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL

PADA PASIEN DENGAN MASALAH


ANSIETAS

DISUSUN OLEH:
Mimma Ulim Tarusda
202003112

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan ini diajukan oleh:


Nama : Mimma Ulim Tarusda
Nim : 202003112
Program Studi : Profesi Ners
Judul Asuhan Keperawatan : Laporan Pendahuluan Keperawatan Psikososial Pada Pasien
dengan Masalah Ansietas

Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik klinik Keperawatan Jiwa.

Pembimbing akademik,

( Dr. Lilik MA, S.Kep.Ns., M.Kes )


LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN MASALAH ANSIETAS (KECEMASAN)

A. Definisi
Kecemasan adalah emosi, perasaan yang timbul sebagai respon awal
terhadap stress psikis dan ancaman terhadap nilai-nilai yang berarti bagi individu.
Kecemasan sering digambarkan sebagai perasaan yang tidak pasti, ragu-ragu, tidak
berdaya, gelisah, kekhawatiran, tidak tentram yang sering disertai keluhan fisik.
Cemas berbeda dengan takut. Takut merupakan penilaian intelektual
terhadap stimulus dan objek jelas, sedangkan cemas merupakan respon emosional
terhadap penilaian. Menurut Sigmund Freud kecemasan merupakan ketegangan
dalam diri sendiri tanpa objek yang jelas, objek tidak disadari dan berkaitan
dengan kehilangan self image. Kecemasan timbul karena ancaman terhadap self
image/esteem oleh orang yang terdekat. Pada dewasa oleh karena prestige dan
martabat diri terhadap ancaman dari orang lain. Menurut Cook and Fontaine
kecemasan adalah perasaan tidak nyaman yang terjadi sebagai respon pada takut
terjadi perlukaan tubuh atas kehilangan sesuatu yang bernilai.
Kecemasan merupakan kekuatan yang mempengerahui hubungan
interpersonal, suatu respon terhadap bahaya yang tidak diketahui yang muncul bila
ada hambatan dalam upaya memenuhi kebutuhan. Kecemasan dapat sebagai alarm
tubuh untuk melindungi diri, dikomunikasikan secara interpersonal dan merupakan
tanda ancaman yang dapat berhubungan dengan isolasi, kehilangan, gangguan
identitas, hukuman dan hubungan interpersonal (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016).
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekawatiran yang samar
disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini
merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya
bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (Nurarif
& Kusuma, 2015)
B. Etiologi

Menurut Sylvia D. Elvira ( 2008 : 11 ) Ada beberapa faktor yang


menyebabkan kecemasan. Antara lain faktor Organ Biologi dan Faktor
Psikoedukatif. Faktor organ biologi adalah ketidakseimbangan zat kimia pada
otak yang disebut neurotransmitter yang disebabkan karena kurangnya oksigen.
Faktor psikoedukatif adalah factor-faktor psikologi yang berpengaruh terhadap
perkembangan kepribadian seseorang, baik hal yang menentramkan,
menyenangkan dan menyedihkan.

1. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan
yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005).
Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
a. Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional.
b. Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan
dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri
individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam
keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat
menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang
mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.
2. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan
yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor
presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
1) Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya :
hamil).
2) Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :
1) Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di
rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai
ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
2) Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
C. Rentang Respon Kecemasan
Rentang kecemasan berfluktuasi antara respon adaptif antisipasi dan yang
maladaptive yaitu panic.

Adaptif Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

1. Antisipasi
Suatu keadaan yang digambarkan lapangan persepsi menyatu dengan
lingkungan.
2. Cemas ringan
Ketegangan ringan, pengindraan lebih tajam dan menyiapkan diri untuk
bertindak.
3. Cemas sedang
Keadaan lebih waspada dan lebih tegang, lapangan persepsi menyempit dan
tidak mampu memusatkan pada factor / peristiwa yang penting baginya.
4. Cemas berat
Lapangan persepsi sangat sempit, berpusat pada detail yang kecil, tidak
memikirkan yang luas, tidak mampu membuat kaitan dan tidak mampu
meneyelesaikan masalah.
5. Panik
Persepsi menyimpang, sangat kacau dan tidak terkontrol, berpikir tidak teratur,
perilaku tidak tepat dan agitasi/hiperaktif.
D. Sumber Kecemasan
1. Ancaman internal dan eksternal terhadap ego (S.Freud)
Adanya gangguan pemenuhan kebutuhan dasar : makan, minum, sexual
2. Ancaman terhadap keamanan interpersonal dan harga diri (Sullivan)
a. Tidak menemukan integritas diri
b. Tidak menemukan prestige
c. Tidak memperoleh aktualisasi diri
d. Malu / tidak kesesuaian antara pandangan diri dan lingkungan nyata
E. Gejala-gejala kecemasan
1) Respon fisiologis
a. Kardiovaskuler
a) Palpitasi
b) Jantung berdebar
c) Tekanan darah meningkat
d) Rasa mau pingsan
e) Tekanan darah menurun, nadi menurun
b. Respirasi
a) Nafas cepat
b) Pernafasan dangkal
c) Rasa tertekan pada dada dan tercekik
d) Terengah – engah
c. Neuromuskuler
a) Peningkatan reflek
b) Peningkatan rangsangan kejut
c) Mata berkedip – kedip
d) Insomnia
e) Gelisah
f) Wajah tegang
g) Kelemahan secara umum
d. Gastrointestinal
a) Kehilangan nafsu makan
b) Menolak makanan
c) Rasa tidak nyaman pada abdomen
d) Rasa tidak nyaman pada epigastrium
e) Nausea, diare
e. Saluran kemih
a) Tidak dapat menahan BAK
b) Neri saat BAK
f. Integumen
a) Rasa terbakar pada wajah
b) Berkeringat setempat (telapak tangan)
c) Gatal – gatal
d) Perasaan panas dan dingin pada kulit
e) Muka pucat
f) Berkeringat seluruh tubuh
2) Respon perilaku
a. Gelisah
b. Ketegangan fisik
c. Tremor
d. Gugup
e. Bicara cepat
f. Tidak ada koordinasi
g. Kecendrungan mendapat cidera
h. Menarik diri
i. Menghindar
j. Hiperventilasi
k. Melarikan diri dari masalah
3) Respon kognitif
a. Perhatian terganggu
b. Konsentrasi hilang
c. Pelupa
d. Salah penilaian
e. Blocking
f. Menurunnya lahan persepsi
g. Kreatifitas menurun
h. Produktifitas menurun
i. Bingung
j. Sangat waspada
k. Hilang objektifitas
l. Takut kecelakaan dan mati
4) Respon afektif
a. Mudah terganggu
b. Tidak sabar
c. Tegang
d. Takut berlebihan
e. Teror
f. Gugup yang luar biasa
g. Nervous
F. Karakteristik Tingkat Kecemasan
1) Cemas ringan
1. Tingkah laku
a) Duduk dengan tenang, posisi rileks
b) Isi pembicaraan tepat dan normal
2. Afektif
a) Kurang perhatian
b) Nyaman dan aman
3. Kognitif
a) Mampu konsentrasi
4. Fisiologis
a) Nafas pendek
b) Nadi meningkat
c) Gejala ringan pada lambung
2) Cemas sedang
1. Tingkah laku
a) Tremor halus pada tangan
b) Tidak dapat duduk dengan tenang
c) Banyak bicara dan intonasi cepat
d) Tekanan suara meningkat secara intermitten
2. Afektif
a) Perhatian terhadap apa yang terjadi
b) Khawati, nervous
3. Kognitif
a) Lapangan persepsi menyempit
b) Kurang mampu memusatkan perhatian pada faktor yang
penting
c) Kurang sadar pada detail disekitar yang berkaitan
4. Fisiologis
a) Nafas pendek
b) HR meningkat
c) Mulut kering
d) Anoreksia
e) Diare, konstipasi
f) Tidak mampu relaks
g) Susah tidur
3) Cemas berat
1. Tingkah laku
a) Pergerakan menyentak saat gunakan tangan
b) Banyak bicara
c) Kecepatan bicara meningkat cepat
d) Tekanan meningkat, volume suara keras
2. Afektif
a) Tidak adekuat, tidak aman
b) Merasa tidak berguna
c) Takut terhadap apa yang akan terjadi
d) Emosi masih dapat dikontrol
3. Kognitif
a) Lapangan persepsi sangat sempit
b) Tidak mampu membuat kaitan
c) Tidak mampu membuat masalah secara luas
4. Fisiologis
a) Nafas pendek
b) Nausea
c) Gelisah
d) Respon terkejut berlebihan
e) Ekspresi ketakutan
f) Badan bergetar
4) Panik
1. Tingkah laku
a) Tidak mampu mengendalikan motorik
b) Kasar
c) Aktifitas yang dilakukan tidak bertujuan
d) Pembicaraan sulit dimengerti
e) Suara melengking, berteriak
2. Afektif
a) Merasa kaget, terjebak, ditakuti, teroro
3. Kognitif
a) Persepsi menyempit
b) Berpikir tidak teratur
c) Sulit membuat keputusan dan penilaian
4. Fisiologis
a) Nafas pendek
b) Rasa tercekik/tersumbat
c) Nyeri dada
d) Gerak involunter
e) Tubuh bergetar
f) Ekspresi wajah mengerikan
G. Pathway

Kelemahan

Ketidakberdayaan

Ancaman Terhadap
Konsep Diri
Penurunan
Kemampuan

Krisis Situasional Disfungsi Sistem


Keluarga

Ansietas

H. Penatalaksanaan Kecemasan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan
dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara  :
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
2. Terapi Psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam,
buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala
ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk
menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-
obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
a. Psikoterapi Suportif
b. Psikoterapi Re-Edukatif
c. Psikoterapi Re-Konstruktif
d. Psikoterapi Kognitif
e. Psikoterapi Psikodinamik
f. Psikoterapi Keluarga
5. Terapi Psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem
kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
Konsep Proses Keperawatan Pada Klien Dengan Kecemasan

A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien ansietas dapat dilakukan melalui wawancara dan
observasi terhadap pasien dan keluarga. Pengkajian ditujukan pada fungsi
fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau mekanisme koping
sebagai pertahanan terhadap kecemasan. Data yang perlu dikaji dalam
kecemasan sebagai berikut:
1. Identitas Klien

a. Inisial : Ansietas lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki,

karena wanita lebih muda stres dibandingkan dengan laki-laki.

b. Umur : Mulai toodler sampai lansia

c. Pekerjaan : Pekerjaan yang mempunya stressor yang besar.

d. Pendidikan : Orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah

lebih rentan mengalami ansietas.

2. Alasan Masuk

Sesuai diagnosa awal klien ketika pertama kali masuk rumah sakit.

3. Faktor predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia (2005) terdapat beberapa teori yang
dapat menjelaskan terjadinya ansietas, diantaranya:
1) Faktor Biologis
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, yang
membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama
dalam mekanisme biologis timbulnya ansietas sebagaimana halnya
dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
2) Faktor Psikologis
a) Pandangan Psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara 2
elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting
dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang yang dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang.
Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa
akan bahaya.
b) Pandangan Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap penerimaan
dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan
kejadian trauma, seperti perpisahan dan kehilangan dari lingkungan
maupun orang yang berarti bagi pasien,. Individu dengan harga diri
rendah sangat mudah mengalami perkembangan ansietas yang
berat.
c) Pandangan perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu
yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap ansietas sebagai
dorongan belajar dari dalam diri unntuk menghindari kepedihan.
Individu yang sejak kecil terbiasa menghadapi ketakutan yang
berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan
selanjutnya dibandingkan dengan individu yang jarang menghadapi
ketakutan dalam kehidupannya.
d) Sosial budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga.
Faktor ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap
terjadinya ansietas.
4. Faktor precipitasi
Faktor presipitasi ansietas dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Ancaman terhadap integritas seseorang seperti ketidakmampuan atau
penurunan fungsi fisiologis akibat sakit sehingga menganggu individu
untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2) Ancaman terhadap konsep diri Ancaman ini akan menimbulkan
gangguan terhadap identitas diri, harga diri, dan fungsi sosial individu.
5. Pemeriksaan Fisik

Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan.

Ukur tinggi badan dan berat badan, dan tanyakan apakah ada keluhan fisik

yang dirasakan.

6. Psikososial

a. Konsep Diri

1. Gambaran diri : wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah,

keringat berlebihan.

2. Identitas : gangguan ini menyerang wanita dari pada laki-laki serta

terjadi pada seorang yang bekerja dengan stressor yang berat.

3. Peran : menarik diri dan menghindar dalam keluarga /

kelompok/masyarakat.

4. Ideal diri : berkurangnya toleransi terhadap stres dan kecenderungan

ke arah lokus eksternal dari keyakinan kontrol.

5. Harga diri : klien merasa harga dirinya endah akibat ketakutan yang

tidak rasional terhadap obyek, aktivitas atau kejadian tertentu.

b. Hubungan sosial

1. Orang yang berarti : keluarga


2. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : kurang berperan

dalam kegiatan kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan

menghindar dalam keluarga / kelompok/masyarakat.

3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : +

c. Spiritual

1. Nilai dan keyakinan

2. Kegiatan ibadah

7. Status mental

a. Penampilan : pada orang yang mengalami ansietas berat dan panik

biasanya penampilannya tidak rapi

b. Pembicaraan : bicara cepat dan banyak, gagap dan kadang-kadang keras

c. Aktivitas motorik : lesu, tegang, gelisah, agitasi dan tremor

d. Alam perasaan : sedih, putus asa, ketakutan dan khawatir

e. Afek : labil

f. Interaksi selama wawancara : tidak kooperatif, mudah tersinggung dan

mudah curiga, kontak mata kurang

g. Persepsi : berhalusinasi, lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu

menyelesaikan masalah

h. Proses pikir : persevarsi

i. Isi pikir : pbsesi, phobia dan depresonalisasi

j. Tingkat kesadaran : bingung dan tidak bisa berorientasi terhadap waktu,

tempat dan orang ( ansietas berat )


k. Memori : pada klien yang mengalami OCD ( Obsessive Compulsif

Disolder ) akan terjadi gangguan daya ingat saat ini bahkan sampai

gangguan daya ingat jangka pendek.

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung : tidak mampu berkonsentrasi

m. Kemampuan penilaian : gangguan kemampuan penilaian ringan

n. Daya tilik : menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang

lain/lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini.

8. Kebutuhan persiapan pulang

a. Kemampuan klien memenuhi/ menyediakan kebutuhan makanan,

keamanan, tempat tinggal dan perawatan

b. Kegiatan hidup sehari-hari : kurang mandiri tergantung tingkat ansietas

- Perawatan diri

- Nutrisi

- tidur

9. Sumber Koping
Memanfaatkan dan menggerakkan sumber koping yang ada
disekitar lingkungan dapat mengatasi stress dan ansietas yang dialami oleh
individu. Sumber koping tersebut berupa modal ekonomi, kemampuan
menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya.
10. Mekanisme Koping
Pada pasien yang mengalami ansietas sedang dan berat mekanisme
koping yang digunakan terbagi atas dua jenis mekanisme koping yaitu :
1) Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task oriented)
Upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan realistik yang
bertujuan untuk menurunkan situasi stres, misalnya:
a) perilaku menyerang (agresif).
Digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar terpenuhinya
kebutuhan.
b) Perilaku menarik diri.
Dipergunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara
fisik maupun secara psikologis.
c) Perilaku kompromi.
Dipergunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan
atau mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
2) Mekanisme pertahanan ego
Bertujuan untuk membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang. Mekanisme ini berlangsung secara tidak sadar, melibatkan
penipuan diri, distorsi realitas dan bersifat maladaptif.
11. Masalah psikososial dan lingkungan

a. Masalah dengan dukungan kelompok : klien kurang berperan dalam

kegiatan kelompok serta masyarakat serta menarik diri dan

menghindar dalam keluarga/kelompok/masyarakat

b. Masalah berhubungan dengan lingkungan : lingkungan dengan tingkat

stresor yang tinggi akan memicu timbulnya ansietas

c. Masalah dengan pendidikan : seseorang yang pernah gagal dalam

menempuh pendidikan, tidak ada biaya untuk melanjutkan jenjang

pendidikan berikutnya

d. Masalah dengan pekerjaan : mengalami PHK, target kerja tidak

tercapai

e. Masalah dengan perumahan : pasien kehilangan tempat tinggalnya

karena bencana alam, penggusuran dan kebakaran


f. Masalah ekonomi : pasien tidak mempunyai kemampuan finansial

dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari dan keluarganya

g. Masalah dalam pelayanan kesehatan : kurang percaya dengan petugas

kesehatan.

B. Pohon Masalah

Resiko tinggi mencederai orang lain

Gangguan persepsi sensori

Isolasi sosial Efek

Gangguan proses pikir : Cemas Core Problem

Koping individu tidak efektif Causa

C. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko Tinggi Kekerasan
2) Cemas Berat
3) Gangguan Komunikasi verbal
D. Intervensi
a. Cemas Sedang
1) Bina hubungan saling percaya
2) Bantu klien mengenal dan mengakui rasa cemasnya
3) Analisa penyebab dan bagaimana terjadinya masalah (meningkatkan
kesadaran)
4) Melatih mekanisme koping adaptif
5) Tingkatkan relaxasi
b. Cemas Berat dan Panik
1) Bina hubungan saling percaya
2) Meningkatkan kesadaran diri perawat
3) Melindungki klien
4) Modifikasi lingkungan
5) Mendorong aktivitas
6) Melaksanakan program terapi

Strategi Pelaksanaan (SP) Berdasarkan Pertemuan

SP pasien dan keluarga berdasarkan pertemuan :


1. SP 1 Pasien
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan
tempat
b. Tanyakan pada klien tentang situasi penyebab timbulnya kecemasan
c. Tanyakan tanda-tanda kecemasan
d. Tanyakan apa yang biasa dilakukan untuk mengatasi kecemasan
e. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa
percaya diri :Tarik nafas panjang
f. Motivasi pasien melakukan teknik relaksasi setiap kali anseitas muncul.
2. SP 2 Pasien
a. Bina Hubungan saling percaya dengan klien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik, dan
tempat
b. Evaluasi kemampuan klien
c. Ajarkan pasien teknik dikstraksi untuk meningkatkan kontrol diri dan
mengurangi kecemasan (Melakukan hal yang klien sukai)
d. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
e. Motivasi pasien melakukan teknik distraksi setiap kali ansietas muncul.
3. SP 3 Pasien
a. Bina Hubungan saling percaya dengan klien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik, dan
tempat.
b. Menjelaskan teknik relaksasi hipnotis 5 jari
c. Evaluasi kemampuan klien
d. Memberi reinforcement positif
e. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan hariannya
4. SP 4 Pasien
a. Bina Hubungan saling percaya dengan klien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik, dan
tempat
b. Mendiskusikan mengenai jadwal harian yang akan dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan untuk mengurangi kecemasan.
c. Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai jadwal yang terlah
dibuat.
d. Memberi reinforcement positif
5. SP 5 Pasien
a. Bina Hubungan saling percaya dengan klien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik, dan
tempat

b. Mengevaluasi kegiatan yang diagendakan


c. Mengobservasi keadaan pasien
d. Memberi reinforcement positif
6. SP 6 Pasien
a. Bina Hubungan saling percaya dengan klien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik, dan
tempat
b. Mendiskusikan manfaat dan kerugian mengurangi kecemasan
c. Menganjurkan klien untuk mengkonsultasikan perasaan yang
membuatnya cemas
d. Memberi reinforcement positif
7. SP 7 Pasien
a. Bina Hubungan saling percaya dengan klien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik, dan
tempat
b. Evaluasi kegiatan harian pasien
c. Motivasi klien agar tetap semangat untuk mengurangi kecemasannya
d. Memberi reinforcement positif
8. SP 1 Keluarga
a. Bina Hubungan saling percaya dengan klien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik, dan
tempat
b. Mendiskusikan pentingnya peran keluarga sebagai pendukung untuk
mengatasi kecemasan
c. Mendiskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi
kecemasan
d. Menjelaskan kepada keluarga klien tentang:
1) Pengertian kecemasan
2) Tanda dan gejala kecemasan
3) Penyebab kecemasan
4) Latih keluarga cara merawat klien dengan kecemasan
9. SP 2 Keluarga
a. Bina Hubungan saling percaya dengan klien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik, dan
tempat
b. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1 Keluarga)
c. Melatih keluarga merawat langsung klien
d. Menyusun RTL keluarga/jadwal untuk merawat klien
10. SP 10 Keluarga
a. Bina Hubungan saling percaya dengan klien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik, dan
tempat
b. Evaluasi kemampuan keluarga
c. Evaluasi kemampuan klien
d. Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan
Evaluasi

a. Evaluasi Kemampuan Klien dengan Ansietas


Nama pasien :
Ruangan :
Petunjuk pengisian
1. Beri tanda( V) jika pasien mampu melakukan kemampuan dibawah ini
2. Tulis tanggal setiap dilakukan supervisi
N Kemampuan Tanggal
o
A Pasien
1 Menyebutkan penyebab ansietas, tanda dan
gejala, dan penyebab timbulnya kecemasan
2 Mampu mendemonstrasikan teknik
relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan
rasa percaya diri :Tarik nafas panjang
3 Mampu mendemonstrasikan teknik
dikstraksi untuk meningkatkan kontrol
diri dan mengurangi
kecemasan;melakukan halyang klien
4 sukai mendemonstrasikan teknik
Mampu
4 relaksasi hipnotis 5 jari
5 Mendiskusikan mengenai jadwal harian
yang akan dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan untuk
6 mengurangi kecemasan.
Mendiskusikan mengenai perasaan yang
membuatnya cemas
B Keluarga
1 Mendiskusikan pentingnya peran
keluarga sebagai pendukung untuk
2 mengatasi
Menyebutkankecemasan
tiga cara merawat pasien
ansietas (memberikan pujian,
menyediakan fasilitas untuk pasien, dan
melatih pasien melakukan kemampuan
Mampu mempraktekkan cara merawat
3 Melakukan follow up sesuai rujukan
4
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa (Edisi Pert). Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Azizah, L. M., Zainuri, I., & Khadijah, S. (2020). Modul Praktik Laboratorium
Keperawatan Jiwa 1 (Masalah Psikososial). Mojokerto: Stikes Bina Sehat
PPNI Mojokerto.
Nurarif, A.H, & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 3. jogjakarta: Mediaction.

Nurhalimah. (2016). Praktikum Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan : Pusdik SDM


Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai