Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

PERENCANAAN PROYEK INDUSTRI


TAHUN AJARAN 2018/2019

Disusun oleh:
1. Talitha Rahma Y. 16/400487/TP/11700
2. Timotia Innosensia S. 16/400489/TP/11702
3. Umi Mukaromah N. 16/400491/TP/11704
4. Yusuf AbdhulAzis 16/400495/TP/11708
5. Sofianisa Rozdianda 16/405738/TP/11770
6. Rifaldo Edison Saupar 16/406189/TP/11774

Kelompok : 7 (Genap)
Hari, TanggalPelaksanaan : Senin, 18 Maret 2019
Jam : 15.30—17.30 WIB
Asisten : Miftha Hidayathurahma

LABORTORIUM MANAJEMEN DAN SISTEM INDUSTRI


DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan Praktikum
1. Praktkan mampu menggali berbagai peluang investasisebagai langkah awal dalam
perencanaan industri terutaa masalah pemasaran
2. Praktikan mampu memahami arti penting pra studi kelayakan suatu proyek industri
3. Praktikan mampu melaksanakan pra studi kelayakan dan berbagai peluang
BAB II
LANDASAN TEORI

Menurut Green (2013), kata”peluang” mengacu pada kreasi usaha baru. Hal
ini dapat berarti usaha berorientasi profit atau segala uaha yang berhubungan dengan
menciptakan nilai untuk konsumen dan operator usaha. Dalam meulai berbagai usaha
analisa peluang perlu dilakukan agar nantinya usaha yang dijalankan dapat berjalan
dengan baik, menguntungkan dan berkelanjutan. Steven et al (2006) membagi faktor-
faktor yang berpengaruh pada kelayakan sebuah peluang, diantaranya :
a. Faktor Eksternal
Faktor eksternal berkaitan tentang ukuran pasar ko petisi, teknologi inflasi dan
ekonomi regulasi pemerintah kondisi politik, perubahan sosial dan alam.
b. Faktor Keuangan
Pertimbangan keuangan mencerminkan dampak keuangan berbagai alternatif peluang
dalam hal seperti estimasi pendapatan, estimasi biaya, dan return on investmenr
(ROI). Pertimbangan keuangan harus merefleksikan kedua ukuran investasi yang
dibutuhkan unutk berkompetisi secara efektif di pasar dan pengembalian potensial
terkait investasi tersebut.
c. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor terkait alasan pendirian, tujuan perusahaan dan
sumber daya organisasi.
Marketing adalah upaya mengindentifikasi dan mempertemukan manusia
dengan kebutuhan sosial. Salah satu definisi baik terkait pemasaran adalah “menemui
kebutuhan yang menguntungkan” ( Kotler dan Keller, 2012). Dalam mendapatkan
respon darri target pasar, marketer biasnanya menggunakan bauran pemasaran
sebagai peralatannya. Bauran pemasaran ini terdiri dari produk yang merupakan
solusi bagi konsumen harga yang merupakan biaya yang dikeluarkan konsumen
tempat yang nyaman bagi konsumen dan promosi yang merupakan alat komunikasi
dengan konsumen.
Keberlangsungan suatu usaha dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya
adalah keberadaan unsur legalitas dari usaha tersebut. Dalam suatu usaha, faktor
legalitas ini berwujud pada kepemilikan izin usaha yang dimiliki. contoh dokumen
yang mendukung syahnya perusahaan tersebut adalah antara lain: akte pendirian
perusahaan tersebut oleh notaris dan di umumkan dilembaran negara, nomor pokok
wajib pajak persahaan, surat izin usaha, izin ganguan atau HO (Hinderordonnantie),
izin lokasi,izin lingkungan, dan banyak izin-izin lainnya sesuai bidang usahanya
masing-masing ( Fitriani, 2017).

Gambar 2. Porter’s Five Forces Analysis


(sumber : ilmumanajemenindustri.com)
Analisis Lima Kekuatan Porter (Porter’s Five Forces Analysis) Analisis Lima
Kekuatan Porter atau dalam bahasa Inggris disebut denggan Portes’s Five Forces
Analysis adalah suatu alat yang sederhana namun sangat berguna untuk memahami
dimana letak kekuatan perusahaan kita dalam menghadapi situasi persaingan di dunia
bisnis. Dengan mengunakan Analisis Lima Kekuatan ini, kita dapat memahami
kekuatan posisi persaingan saat ini dan kekuatan posisi persaingan pada bisnis yang
sedang direncanakan. Konsep Analisis Lima Kekuatan (Five Forces) ini pertama kali
dikemukakan oleh Michael Porter dari Universitas Harvard pada tahun 1979. Michael
Porter juga dikenal sebagai Bapak Strategi Bisnis Modern. Analisis Lima Kekuatan
Porter atau Porter’s Five Forces Analysis ini merupakan salah satu Analisis yang
sering digunakan dalam Manajemen Strategi sebuah perusahaan (Kho, 2017).
Seperti namanya, Porter’s Five Forces Analysis ini mengunakan 5 Kekuatan
Industri untuk menentukan intensitas persaingan dalam suatu industri. Berikut ini
adalah kelima Kekuatan menurut Michael Porter atau lebih dikenal dengan Porter’s
Five Forces Analysis (Kho, 2017). Berikut 5 kekuatan insutri yang dikemukakan oleh
Kho (2017):

1. Threat of new entrants (Hambatan bagi Pendatang Baru)


Kekuatan ini menentukan seberapa mudah (atau sulit) untuk masuk ke industri
tertentu. Jika Industri tersebut bisa mendapatkan profit yang tinggi dengan sedikit
hambatan maka pesaing akan segera bermunculan. Semakin banyak perusahaan
saingan (kompetitor) yang bersaing pada market yang sama maka profit atau laba
akan semakin menurun. Sebaliknya, semakin tinggi hambatan masuk bagi pendatang
baru maka posisi perusahaan kita yang bergerak di industri tersebut akan semakin
diuntungkan.
Beberapa hambatan bagi para pendatang baru diantaranya adalah seperti :
 Memerlukan dana atau modal yang tinggi
 Teknologi yang tinggi
 Hak Paten, Merek dagang
 Skala Ekonomi
 Loyalitas Pelanggan
 Peraturan Pemerintah
2. Bargaining power of suppliers (Daya Tawar Pemasok)

Daya tawar pemasok yang kuat memungkinkan pemasok untuk menjual bahan baku
pada harga yang tinggi ataupun menjual bahan baku yang berkualitas rendah kepada
pembelinya. Dengan demikian, keuntungan perusahaan akan menjadi rendah karena
memerlukan biaya yang tinggi untuk membeli bahan baku yang berkualitas tinggi.
Sebaliknya, semakin rendah daya tawar pemasok, semakin tinggi pula keuntungan
perusahaan kita. Daya tawar pemasok menjadi tinggi apabila hanya sedikit pemasok
yang menyediakan bahan baku yang diinginkan sedangkan banyak pembeli yang
ingin membelinya, hanya terdapat sedikit bahan baku pengganti ataupun pemasok
memonopoli bahan baku yang ada.

3. Bargaining power of buyers (Daya Tawar Pembeli)

Kekuatan ini menilai daya tawar atau kekuatan penawaran dari pembeli/konsumen,
semakin tinggi daya tawar pembeli dalam menuntut harga yang lebih rendah ataupun
kualitas produk yang lebih tinggi, semakin rendah profit atau laba yang akan
didapatkan oleh perusahaan produsen. Harga produk yang lebih rendah berarti
pendapatan bagi perusahaan juga semakin rendah. Di satu sisi, Perusahaan
memerlukan biaya yang tinggi dalam menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.
Sebaliknya, semakin rendah daya tawar pembeli maka semakin menguntungkan bagi
perusahaan kita. Daya tawar pembeli tinggi apabila jumlah produk pengganti yang
banyak, banyak stok yang tersedia namun hanya sedikit pembelinya.

4. Threat of substitutes (Hambatan bagi Produk Pengganti)

Hambatan atau ancaman ini terjadi apabila pembeli/konsumen mendapatkan produk


pengganti yang lebih murah atau produk pengganti yang memiliki kualitas lebih baik
dengan biaya pengalihan yang rendah. Semakin sedikit produk pengganti yang
tersedia di pasaran akan semakin menguntungkan perusahaan kita.

5. Rivalry among existing competitors (Tingkat Persaingan dengan Kompetitor)

Kekuatan ini adalah penentu utama, perusahaan harus bersaing secara agresif untuk
mendapatkan pangsa pasar yang besar. Perusahaan kita akan semakin diuntungkan
apabila posisi perusahaan kita kuat dan tingkat persaingan pada pasar (Market) yang
sama tersebut yang rendah. Persaingan semakin ketat akan terjadi apabila banyak
pesaing yang merebut pangsa pasar yang sama, loyalitas pelanggan yang rendah,
produk dapat dengan cepat digantikan dan banyak kompetitor yang memiliki
kemampuan yang sama dalam menghadapi persaingan.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Form penilaian
2. Alat tulis

B. Prosedur Praktikum
1. Situasi dan kondisi komoditi pertanian yang potensial dicermati agar dapat
dikembangkan menjadi industri pertanian.
2. Analisis strategic dibuat dengan memakai pendekatan strategi Five Forces of
Competition dari Porter untuk 3 alternatif peluang investasi. Bahas keterkaitannya
dengan sumber bahan baku, pesaing, industry subtitusi, dan factor konsumen.
3. Kriteria penilaian untuk pra studi kelayakan dibuat, meliputi :
a. Deskripsi produk
1. Produk yang akan diproduksi diterangkan secara spesifik (misalnya, tidak sekedar
hanya menyebutkan industri cokelat, tetapi harus lebih spesifik)
2. Sebagai produk utama, subtitusi, atau produk pelengkap.
3. Bentuk, karakteristik, dan ukuran kemasan, dll.
b. Pasar
1. Potensi pasar yang ada.
2. Kemungkinan perluasan pasar.
3. Jumlah pesaing dan kondisi persaingan untuk industri sejenis.
c. Teknologi
1. Jenis teknologi yang dipergunakan, sudah dikuasai atau masih perlu transfer
teknologi luar.
2. Peralatan dan mesin yang diperlukan, dll.
d. Ketersediaan faktor produksi utama
Tingkat ketersediaan bahan baku utama, bahan baku penunjang, air, energi, dll.
e. Ketrampilan tenaga kerja dibahas.
1. Kualitas tenaga kerja yang diperlukan (spesifikasi pekerjaan).
2. Jumlah tenaga kerja dan sumber perolehan tenaga kerja.
BAB IV
ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dilakukan identifikasi pra kelayakan yang berisi


penjelasan deskripsi produk dan pasar. Gambaran umum rencana industri yang akan
dilakukan yaitu industri makanan coklat sehat. Industri ini rencananya akan dibangun
pada daerah yang dekat dengan daerah dengan komoditas unggulan coklat, seperti
pada daerah Nglanggeran, Gunung Kidul dan direncanakan industri akan
dilaksanakan pada akhir April 2019. Industri ini dibangun atas kerjasama antara
pengusaha yang berkompeten dan mengetahui pasar coklat dengan petani kakao.
Target konsumen utama dari produk ini, yaitu masyarakat yang ingin atau sedang
melakukan program diet tanpa harus mengurangi kesenangan dalam mengonsumsi
makanan yang manis. Industri ini didirikan dengan alasan mendukung maraknya
kampanye untuk hidup sehat dengan pemilihan makanan sehat. Industri ini, baik pada
produksi hingga pemasarannya, akan dilaksanakan berdasarkan teknologi dan media
pemasaran saat ini.
Produk utama yang akan didproduksi yaitu Chootie yang merupakan makanan
coklat berbentuk butiran bulat dari bahan utama kualitas unggulan dengan bahan-
bahan pendukung pilihan yang sehat. Produk yang dapat menjadi subtitusi ini yaitu
produk sejenis yang memiliki brand yang berbeda (seperti Chacha, Chocoball,
Ferrero Rocher), produk coklat batangan yang sering dijumpai (seperti Silverqueen,
Cadburry, Toblerone, Monggo, Jago), dan produk coklat sereal dalam kemasan kecil,
seperti Oat Choco. Produk dari pelengkap produk ini tidak ada dikarenakan dapat
dikonsumsi apabila tidak ada jenis produk lain.
Potensi pasar yang dimiliki industri ini, yaitu belum banyak coklat yang
mengangkat isu kesehatan, pesaing produsen coklat di Indonesia belum banyak, dan
bahan baku murah dengan jumlah yang banyak. Perluasan pasar untuk produk ini
dapat dilakukan dengan memasukan produk pada ritel-ritel modern, toko oleh-oleh,
dapat melakukan kerjasama dengan petani untuk memperluas lahan penghasil kokoa
yang berintegritas dan pabrik dibangun pada daerah-daerah yang memiliki komoditas
unggulan coklat. Pesaing pasar produk ini dari industri global yang kurang lebih 15
industri coklat di Indonesia.

Gambar 2. Struktur Organisasi PT Chootie Indonesia


Struktur organisasi dari industri PT. Chootie Indonesia bersifat fungsional
maka tingkat jabatan berdasarkan fungsi kerja masing-masing jabatan dalam
perusahaan. Kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan industri berdasarkan jabatannya
berbeda-beda, sesuai kebutuhan dari tiap divisi manajerialnya. Pada manajer SDM
dan timnya sebaiknya memiliki kualitas tenaga kerja yang lebih dominan pada ilmu
psikologi. Majajer keuangan dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan
dalam akutansidan manajemen uang. Manajer Coklat dan tim diwajibkan memiliki
pengetahuan dalam mutu coklat, mesin produksi, pengembangan produk, ilmu
kesehatan dan memiliki keterampilan. Manajer pemasaran pada perusahaan ini
memiliki kualitas tenaga kerja berupa pengetahuan pasar coklat dan kebijakan
publiknya. Manajer pengadaan dan timnya memiliki pemahaman rantai pasok
industri, logistic dan perencanaan bahan. Manajer perkebunan dan tenaga kerjanya
harus memahami budidaya komoditas coklat berkualitas, sumber daya manusia dan
mutu. Jumlah pekerja berdasarkan kebutuhan manajerial, luas dari industri dan
jumlah industri sehingga diperlukan pekerja yang banyak dan bekerjasama dengan
petani daerah industri dibangun.
Jika dilihat dari aspek teknis pemilihan lokasi industri (Nglanggeran Gunung
Kidul Yogyakarta) industri ini akan cukup mudah dalam menjalankan kegiatan
produksinya dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku dan energi.
a. Bahan Baku Utama
Biji Kakao sebagai bahan baku utama akan didapatkan dari petani kakao daerah
Gunugkidul dan Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta dan PTPN VIII dan
XII Perkebunan Kakao. Sedangkan bahan baku utama lainnya, seperti lemak
kako bubuk coklat dan gula jagung akan didapatkan dari supplier.
b. Bahan Baku Penunjang
Bahan baku penunjang dibagi menjadi dua, yaitu penunjang produksi dan
transportasi. Unutk bahan penunjang produksi terdiri dari air dan alkali (NaOH).
Alkali digunakan dalam proses alkalinasi sedangkan air digunakan untuk
melaksanakan kegiatan sanitasi. Bahan baku penunjang transportasi disini adalah
kemasan dimana kemasan yang akan dgunakan terdiri dari tiga macam kemasan
primer berupa flexible packing yang terdiri dari 3 lapisan (alumunium foil,
plastik PP, dan printing) , kemasan sekunder yang berupa plastik PET dengan
zipper lock untuk memudahkan penyimpanan dan kemasan tersier berupa
corrugated paperboard tipe G-flute. Bahan-bahan penunjang ini didapatkan dari
supplier.
c. Penggunaan Energi
Energi yang digunakan berupa energi listrik untuk menjalankan kegiatan
produksi. Energi listrik utamanya akan didapatkan dari PLN Wonosari. Selain
itu, ditambah dengan energi listrik yang berasal dari matahari dengan memasang
panel surya diatap industri.
Berikut adlah mesin-mesin yang digunakan untuk mendukung kegiatan produksi
a. Pod breaker : Berfungsi untuk memecahkan dan memisahkan biji kakao dari
kulitnya
b. Mesin pengemas: Berfungsi untuk mengemas plastik dari proses sebelumnya ke
proses selanjutnya
c. Jet pice miling ADRS JRM 50: Berfungsi untuk menggiling bahan produk.
d. Alat pres lemak kakao: Berfungsi untuk memisahkan lemak dan minyak dari biji
kakao.
e. Mixer : Mekanis ini berfungsi untuk mencampur adonan.
f. Forklif: Berfungsi Untuk mengangkat barang – barang berat yang tidal bisa di
angkat menggunakan tenaga manusia.
g. Konfeyor: Berfungsi untuk memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain
h. Mesin pencetak: Mesin ini berfungsi untuk mencetak adonan sehingga adonan
dapat terbentuk secara baik.
i. Mesin Pelet: Mesin pelet berfungsi untuk mencetak ukuran dengan ukuran lebih
pasti dan jelas.
Hal – hal yang diperhatkan dalam aspek lingkungan diantaranya:
a. Kondisi limbah industri
1. Limbah padat
Limbah padat berupa kulit, pulp, dan sisa potpngan biji yang berasal dari
kegiatan produksi. Limbah padat juga berasal kegiatan sehari-hari karyawan
seperti kertas, plastic bungkus makanan, dan sampah kantor lainnya.
2. Limbah cair
Limbah cair berasal dari proses pencucian bahan baku dan juga berasal dari
kegiata mck karyawan yang dialirkan menggunakan pipa secara langsung
kedalam bak penampung akhir.
3. Limbah udara
Limbah udara berasal dari kegiatan memamsak bahan baku.
b. Pengolahan limbah
Pengolahan limbah cair dilakukan untuk mengurangi padatan yang berbahaya dan
kandungan BOD dan COD didalam limbah cair. Mengurangi padatan didalam
limbah cair dilakukan dengan flokulasi dan koagulasi yang dilakukan di sepanjang
pipa saluran menuju penampungan, koagulasi dan flokulasi dilakukan dengan
memberikan turbulen di dalam saluran pipa. Pengendalian kandungan COD dan
BOD dapat dilakukan dengan aerob dan anerob menggunkana bantuan EM4.
Proses tersebut dilakukan didalam bak penampungan akhir selama 5-7 hari
sehingga limbah siap dibuang kelingkungan dalam kondisi yang tidak
membahayakan. Limbah padat diolah dengan menggunakan bantuan pihak ketiga.
Perusahaan hanya perlu mengeluarkan biaya yang sesuai kesepakatan untuk proses
pengolahan limbah padat. Pengolahan limbah undara dilakukan dengan
menggunakan teknologi wet scrabber yang dipasang didsalam pipa saluran
pembuangan gas. Wet srabber akan mengurangi padatan dengan mnyemprotkan
air ke udara kotor sehingga kandungan padatan akan otomatis turun dan
terkumpul. Untuk mengurangi kandungan kimia alat tersebut digunakan filter
khusus.
c. Peraturan yang berlaku
Beberapa peraturan yang digunakan oleh industry selain AMDAL dalam
pengolahan limbah diantaranya sebagai berikut:
a. UU No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan lingkungan.
b. UU RI NO 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengolahan lingkungan
hidup
Berikut adalah studi terkait aspek-aspek legalitas ya akan dijalankan:
a. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
b. Izin Edar Bahan Pangan, perizinan ini dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM) dan Dinas Kesehatan (Dinkes) namun surat izin edar
yang dikeluarkan berbeda. Perizinan ini didasarkan pada UU no 36 tahun
2009 tentang Pengaturan Pengamanan Makanan dan Minuman
c. Makanan Dalam (MD) adalah izin untuk industri besar dan berskala lokal
dalam memproduksi pangan. Perizinan ini dikeluarkan oleh BPOM.
d. Sertifikasi Halal, sertifikasi ini berisi pernyataan kehalalan suatu produk
karena kebetulan mayoritas enduduk Indonesia beragama islam. Sertifikasi ini
dikeluarkanoleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
e. Sertifikasi BPOM yang berisi tentang Hygiene dan Sanitasi suatu industri
dalam memproduksi pangan dan obat.
f. Izin Usaha berupa Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jendral Pajak.
g. Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam rangka menyesuaikan produk dengan
standar yang terlah ditetapkan oleh Badan Standarsisasi Nasional (BSN)
h. Standar kualitas  ISO 22000 dan HACCP. Standar ini akan diterapkan agar
nantinya dapat mempermuah dalam pemasaran prouk diluar negeri karena
standarissi ini bersifat internasional.
i. Legalitas Merk, hal ini dilakukan untuk menjaga merk agar tidak disamai oleh
pihak lain. Hal ini diatur dalam UU no 15 tahun 2001
j. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) untuk memastikan bahwa pemasaran
yang diakukan telah mendapatkan izin.
k. Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU)
Berikut adalah hasil analisis Lima Kekuatan Porter untuk perusahaan dibidang
pengolahan cokelat.
a. Threat of new entrants
Ancaman akibat datangnya perusahaan pendatang baru. Ancaman ini
berkaitan dengan mudah tidaknya perusahaan baru masuk dalam suatu
industri. Semakin mudah menandakan persaingan semakin ketat dan
sebaliknya. Untuk perusahaan pengolah produk cokelat bagi pendatang baru
sangat sulit untuk masuk. Hal ini disebabkan oleh pengolahan cokelat yang
tidak sederhana sehingga memerlukan dana atau modal yang cukup besar
untuk menjalankan bisnis serta mengawalinya, kemudian teknologi yang
digunakan harus canggih hal ini karena berkaitan dengan kesehatan (cokelat
diet dan anti stress), skala ekonomi yang tingg sehingga harus memiliki
kapasitas produksi yang cukup besar untuk menekan biaya, serta peraturan
pemerintah yang ketat dibidang pangan yang membuat pendatang baru bisa
saja kesusahan untuk masuk.
b. Bergaiing power of supplier
Daya tawar pemasok bahan baku pembuatan cokelat dapat memberikan efek
penekenan terhadap perusahaan. Akan tetapi, diperlukan strategi dalam
pengambilan keputusan pemilihan pemasok. Pemasok dipilih yang dekat
dengan perusahaan sehingga memerlukan biaya logistik dan distribusi yang
murah, pemilihan pemasok berdasarkan kualitas dan lebih dari 2 pemasok, hal
ini bertujuan supaya perusahaan dapat mengendalikan pemasok terkait harga,
kualitas, dan keputusan transaksi.
c. Bergaining power of buyer
Daya tawar konsumen terhadap produk ynag kita buat (chootie), untuk itu
perlu langkah dalam menjaga konsumen. Salah satunya dengan menjaga
kualiats produk, harga tidak terlalu mahal, serta mengikutkan teknologi dan
penelitian untuk mendukung tingkat kepercayaan konsumen terhadap produk
d. Threat of substitutes
Produk substitusi yang ada dipasaran terbilang banyak apalagi untuk makanan
diet khususnya lebih banyak seperti sereal. Selain tu untuk produk substitusi
sendiri tantangan yang ada adalah produk dari luar negeri yang lebih murah.
Produk lokal banyak tetapi masih sama tingkatnya.
e. Rival Among Existing
Disini peruahaan harus dapat bersaing dengan rivalnya yaitu dengan
memberikan nilai tambah dan produk unik sehingga dapat unggul. Dalam
menghadapi pesaing ini hal yang dilakukan adalah menjaga kualitas,
memberikan harga yang murah, membuat variasi produk untuk menjaga
loyalitas pelanggan khususnya. Selain itu, pemasaran yang ketat dan intensif
dapat meningkatan pemasaran produk serta edukasi kepada konsumen
(content marketing):
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Praktkan sudah mampu menggali berbagai peluang investasisebagai langkah
awal dalam perencanaan industri terutaa masalah pemasaran
2. Praktikan sudah mampu memahami arti penting pra studi kelayakan suatu
proyek industri
3. Praktikan sudah mampu melaksanakan pra studi kelayakan dan berbagai
peluang
B. Saran
Sudah baikkk
DAFTAR PUSTAKA

Fitriani, Rini. 2017. Aspek Hukum Legalitas Peruahaan atau Badan Usaha Dalam
Kegiatan Bisnis.Dalam Jurnal Hukum Samudra Keadilan.Vol 12(1)
Green James V. 2013. The Opportunity Analysis Canvas. Venture rtisans Press
Kho,Budi. 2017. Analisis Lima Kekuatan Porter (Five Forces Porter). Dalam
https://ilmumanajemenindustri.com/analisis-lima-kekuatan-porter-porters-five-forces-
analysis/ diakses pada 23 Maret 2019 pukul 11.35 wib
Kotler, P dan Keller, KL. 2012. Marketing Management. Pearson Education,Inc. New
Jersey
Stevens, RE., et al. 2006. Market Opportunity Analysis: Text and Cases. The Haworth
Press, Inc. Binghamton

Anda mungkin juga menyukai