Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

Perjanjian sewa guna usaha (leasing) yang diadakan oleh Lessor dan Lesseen dilakukan
secara tertulis dalam bentuk perjanjian standar. Isi perjanjian tersebut ditentukan oleh jenis dari
leasing itu sendiri dan hubungan hukum (hak dan kewajiban) timbal balik antara Lessor dan
Lessee. Bagi Lessor, hak dan kewajibannya adalah memperoleh pembayaran sebagai imbalan
jasa dan menyerahkan barang modal kepada Lessee. Sedangkan hak dan kewajiban Lessee
adalah meperoleh kegunaan dari barang modal dan membayar sewa secara berkala. Tidak
dipenuhinya hak dan kewajiban masing-masing pihak maka dapat disebut wanprestasi.
Perjanjian akan berakhir jika hak dan kewajiban Lessor dan Lessee telah dilaksanakan sesuai
dengan perjanjian.

ISAK 8 merupakan panduan untuk menentukan apakah suatu perjanjian mengandung


suatu sewa, tetapi tidak memberikan panduan untuk menentukan sewa tersebut harus
diklasifikasi sesuai PSAK 30. Suatu entitas dapat melakukan suatu perjanjian dimana bentuk
legal perjanjian tersebut bukan suatu sewa tetapi perjanjian itu memberikan hak kepada pihak
lain untuk menggunakan suatu asset dengan imbalan suatu atau serangkaian pembayaran. Dalam
menentukan apakah suatu perjanjian merupakan perjanjian yang mengandung sewa perlu
diperhatikan substansi perjanjian dan dilakukan evaluasi pemenuhan perjanjian tergantung pada
penggunaan suatu aset atau aset-aset tertentu dan perjanjian tersebut memberikan suatu hak
untuk menggunakan aset tersebut.

PSAK 30 mengatur kebijakan akuntansi dan pengungkapan yang sesuai, baik bagi lessee
maupun lessor dalam hubungannya dengan sewa (lease). Suatu sewa dapat diklasifikasikan
sebagai sewa pembiayaan dan sewa operasi. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa
pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang
terkait dengan kepemilikan aset. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa
tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan
kepemilikan aset.

Bagi lessee kedua metode yaitu sewa pembiayaan dan sewa operasi mempunyai akibat
yang berbeda terhadap penyajian neraca dan laporan laba rugi. Sewa pembiayaan akan
menghasilkan jumlah laba yang lebih rendah dibandingkan dengan sewa operasi, hal ini
disebabkan dalam sewa operasi mencatat beban yang lebih besar yang ditimbulkan dari beban
bunga dan penyusutan atau amortisasi aset yang disewa. Sedangkan dalam sewa operasi hanya
mencatat beban sewa yang jumlahnya merata sepanjang periode sewa. 
PEMBAHASAN

1. Pengertian Sewa Menurut PSAK 30

Berdasarkan Peryataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 30) Sewa adalah


suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan suatu
aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan
pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor.

Dalam perjanjian sewa ada dua pihak yang terlibat langsung :

- Lessor bisa diartikan seseorang atau pihak yang menyewakan properti, suatu objek,


merek dagang, atau kekayaan intelektual lainnya dengan pembayaran pada jangan
waktu yang telah disepakati.
- Lessee merupakan pihak atau orang yang menyewa, baik barang, properti,
kekayaan intelektual dan lain-lain. Lessee menjadi salah satu pelaku ekonomi, di
mana interaksi sewanya akan memberikan banyak pendapatan untuk lessor.

 Klasifikasi sewa
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi keuangan (PSAK) No.30, sewa
diklasifikasikan ke dalam dua klasifikasi sewa, yaitu sewa pembiayaan (financial lease)
dan sewa operasi (operating lease), berikut penjelasan tentang kedua klasifikasi tersebut :

1. Sewa Pembiayaan (Finance Lease) adalah sewa yang mengalihkan secara substansial
seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu aset. Hak milik pada
akhirnya dapat dialihkan, dapat juga tidak dialihkan.
2. Sewa Operasi (Operating Lease) adalah sewa yang tidak mengalihkan secara substansial
seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Klasifikasi sewa
didasarkan atas sejauh mana resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset
sewaan berada pada lessor atau lessee, resiko termasuk kemungkinan kerugian dari
kapasitas tidak terpakai atau keusangan teknologi dan variasi imbal hasil karena
perubahan kondisi ekonomi, manfaat dapat tercermin dari ekspetasi operasi yang
menguntungkan selama umur ekonomi aset dan keuntungan dari kenaikan nilai atau
realisasi dari nilai residu.
Suatu sewa sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi tergantung substansi
transaksi daripada bentuk (“substance over form.” – “substansi mengungguli bentuk.”)

Dalam PSAK No. 30 (revisi 2011): Sewa, menyebutkan bahwa klasifikasi sewa
sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi didasarkan pada substansi transaksi dan
bukan pada bentuk kontraknya. Contoh dari situasi yang secara individual atau gabungan
pada umumnya mengarah pada sewa yang diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan
adalah:

a. sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa;
b. lessee memiliki opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah
dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga
pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi akan dilaksanakan;
c. masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomik aset meskipun hak milik
tidak dialihkan;
d. pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara
substansial mendekati nilai wajar aset sewaan; dan
e. aset sewaan bersifat khusus dan hanya lessee yang dapat menggunakannya tanpa
perlu modifikasi secara material. Klasifikasi sewa dibuat pada awal sewa dan
berubah selama masa sewa kecuali lessee dan lessor sepakat untuk mengubah
persyaratan sewa (selain melalui pembaruan sewa), di mana klasifikasi sewa harus
dievaluasi ulang.

2. ISAK 8 tentang penentuan apakah suatu perjanjian mengandung sewa

Dalam menentukan apakah suatu perjanjian mengandung sewa atau tidak harus
menggunakan paduan ISAK 8 : “penentuan apakah suatu perjanjian mengandung sewa”
yang mengadopsi IFRIC 4 “Determining Whether an Arrangement Containts a Leases”,
suatu entitas dapat melakukan suatu perjanjian, yang terdiri dari satu atau serangkaian
transaksi terkait, Perjanjian entitas dapat melakukan perjanjian dalam bentuk legal bukan
sewa tetapi memberikan hak kepada pihak lain untuk menggunakan aset dengan
serangkaian pembayaran. Misal
– Perjanjian pengalihdayaan (outsourcing) fungsi produksi

– Perjanjian dalam industri telekomunikasi, di mana pemasok nuntuk menyediakan


hak atas kapasitas kepada pembeli.

– Take or pay, pembeli melakukan pembayaran tertentu tanpa tergantung apakah


pembeli mengambil barang atau jasa yang diperjanjikan atau tidak. (misal kontrak
take or pay untuk memperoleh secara substansi seluruh keluaran pembangkit
listrik yang disediakan pemasok).

Dalam menentukan apakah suatu perjanjian merupakan perjanjian sewa atau


perjanjian yang mengandung sewa, perlu diperhatikan substansi perjanjian dan dilakukan
evaluasi apakah:

– Pemenuhan perjanjian tergantung pada penggunaan suatu aset atau aset-aset


tertentu

Aset bukan merupakan subjek sewa jika pemenuhan perjanjian tidak


sepenuhnya bergantung pada aset tersebut, walaupun secara eksplisit
diidentifikasikan seperti itu di dalam perjanjian. Sebagai contoh, jika pemasok
berkewajiban untuk menyerahkan barang atau jasa dalam jumlah tertentu, serta
mempunyai hak dan kemampuan untuk menyediakan barang atau jasa tersebut
dengan menggunakan asset lain yang tidak ditentukan dalam perjanjian; maka
pemenuhan perjanjian tidak bergantung pada asset tertentu sehingga perjanjian
tersebut tidak mengandung sewa. Apabila suatu garansi mengijinkan atau
mensyaratkan penggantian asset yang sama atau serupa ketika asset asset yang
disewakan tidak dapat beroperasi dengan baik, hal ini tidak berarti perlakuan sewa
tidak berlaku . Disamping itu, apabila suatu ketentuan kontrak (baik bersifat
kontijen atau lainnya) mengijinkan atau mensyaratkan pemasok untuk mengganti
asset lain dengan alasan apapun pada saat atau setelah suatu tanggal tertentu, tidak
menghalangi perlakuan sewa sebelum tanggal penggantian.

Suatu asset ditentukan secara impilisit jika, sebagai contoh, pemasok


memiliki atau menyewakan hanya satu asset untuk memenuhi kewajibannya serta
tidak ekonomik atau praktis bagi pemasok untuk melaksanakan kewajibannya
melalui penggunaan asset lainnya.

– Perjanjian tersebut memberikan suatu hak untuk menggunakan aset tertentu

Suatu perjanjian dianggap memberikan hak untuk menggunakan aset jika


perjanjian tersebut memberikan hak kepada lessee untuk mengendalikan
penggunaan asset tersebut.Di dalam ISAK 8, dijelaskan kondisi-kondisi yang
harus dipenuhi agar terdapat pengalihan hak untuk menggunakan aset, yaitu:

1. Lessee mempunyai kemampuan atau hak untuk mengoperasikan aset atau


mengarahkan pihak lain untuk mengoperasikan aset tersebut sesuai dengan
cara ditentukan pembeli dan pada saat yang bersamaan, pembeli mendapatkan
atau mengendalikan keluaran (output) atau kegunaan lainnya atas aset
tersebut, dalam jumlah yang lebih dari tidak signifikan.
2. Pembeli mempunyai kemampuan atau hak untuk mengendalikan akses fisik
terhadap aset tersebut dan pada saat yang bersamaan, pembeli mendapatkan
atau mengendalikan keluaran atau kegunaan lainnya atas aset tersebut, dalam
jumlah yang lebih dari tidak signifikan.
3. Fakta dan kondisi yang ada menunjukkan bahwa kecil kemungkinan bagi satu
atau lebih pihak lain selain pembeli akan mengambil keluaran atau kegunaan
lainnya dalam jumlah yang lebih dari tidak signifikan yang akan diproduksi
atau dihasilkan oleh aset tersebut selama masa perjanjian; dan harga yang
dibayar pembeli untuk keluaran tersebut bukan harga yang secara kontraktual
tetap untuk setiap unit keluaran ataupun harga yang sama dengan harga pasar
per unit keluaran pada saat penyerahan keluaran tersebut.

Penilaian tentang apakah suatu perjanjian mengandung sewa dilakukan pada awal
perjanjian, yaitu tanggal yang lebih awal antara tanggal perjanjian dan tanggal komitmen
pihak-pihak terhadap ketentuan pokok perjanjian, berdasarkan semua fakta dan kondisi .
Penilaian kembali tentang apakah perjanjian hanya akan dilakukan apabila salah satu dari
kondisi-kondisi berikut dipenuhi :

1. Terdapat perubahan dalam persyaratan perjanjian kontraktual, kecuali jika


perubahan tersebut hanya memperbarui atau memperpanjang perjanjian yang
ada.
2. Opsi pembaruan dilakukan atau perpanjangan disetujui oleh pihak-pihak yang
terkait dengan perjanjian, kecuali ketentuan pembaruan atau perpanjangan
pada awalnya telah termasuk dalam masa sewa. Pembaruan atau perpanjangan
perjanjian yang tidak mencakup modifikasi ketentuan dalam perjanjian awal
sebelum akhir masa perjanjian awal harus dipertimbangkan hanya berkenaan
dengan periode pembaruan atau perpanjangan.
3. Terdapat perubahan dalam penentuan apakah pemenuhan perjanjian
bergantung pada suatu asset tertentu.
4. Terdapat perubahan substansial atas asset, misalnya perubahan fisik asset
tetap secara substansial.

Penilaian kembali suatu perjanjian harus berdasarkan fakta dan keadaan pada
tanggal penilaian kembali tersebut, termasuk sisa masa perjanjian. Perubahan estimasi
(sebagai contoh estimasi jumlah keluaran yang akan dikirimkan kepada lessee atau lessee
potensial lainnya) tidak akan memicu suatu penilaian kembali. Jika perjanjian dinilai
kembali dan ditetapkan mengandung sewa (atau tidak mengandung sewa), maka
akuntansi sewa harus diterapkan (atau dihentikan penerapannya) sejak :

- Terjadi perubahan keadaan yang menimbulkan penilaian kembali


- Dimulainya awal periode pembaruan atau perpanjangan

3. Contoh kasus/Ilustrasi penjanjian sewa dan perjanjian yang mengandung sewa


- Perjanjian sewa
PT Jaya Konstruksi (Jakon) menyewa peralatan dari PT Traktor Leasing, dengan
persyaratan sebagai berikut:
• Masa sewa: 5 tahun dimulai 1 Januari 2012, tidak dapat dibatalkan.
• Jumlah sewa: Rp65.000.000 per tahun, dibayar di muka termasuk Rp5.000.000
untuk biaya pelaksanaan (biaya eksekutori – executory costs).
• Perkiraan umur ekonomis peralatan: 5 tahun.
• Nilai residu (sisa) peralatan yang diharapkan pada akhir periode sewa: Tidak ada.
• Tingkat bunga implisit sewa sama dengan tingkat bunga pinjaman inkremental
lessee yaitu 10%.

- Perjanjian Mengandung sewa


Suatu perusahaan Produksi (pelanggan) membuat kesepakatan dengan pihak ketiga
(pemasok) untuk memasok suatu kuantitas minimum gas yang diperlukan dalam proses
Produksi untuk suatu periode waktu tertentu.
Pemasok merancang dan membangun suatu fasilitas yang berdekatan dengan pabrik
pembeli untuk menghasilkan gas yang diperlukan serta mempertahankan kepemilikan
dan pengendalian atas seluruh aspek siginifikan operasi fasilitas tersebut.

Perjanjian mengatur hal sebagai berikut:


• Fasilitas secara eksplisit diidentifikasi dalam perjanjian, dan pemasok memiliki
hak kontraktual untuk memasok gas dari sumber lain. Akan tetapi pada awal
perjanjian, memasok gas dari sumber lain secara ekonomik atau praktik.
• Pemasok mempunyai hak untuk menyediakan gas ke pelanggan lain serta
memindahkan dan mengganti peralatan fasilitas dan memodifikasi atau
memperluas fasilitas yang membuat pemasok mampu memasok gas. Akan tetapi,
pada awal perjanjian, pemasok tidak mempunyai rencana untuk memodifikasi
atau memperluas fasilitas. Fasilitas dirancang hanya untuk memenuhi kebutuhan
pembeli.

Pemasok bertanggung jawab atas pengeluaran untuk perbaikan, pemeliharaan


dan belanja modal.
Pemasok harus selalu siap mengirimkan gas minimum setiap bulan.
Setiap bulan, pembeli akan membayar beban kapasitas tetap dan beban
variabel berdasarkan Produksi aktual yang digunakan.
Pembeli harus membayar beban kapasitas tetap terlepas apakah pembeli
mengambil Produksi dari fasilitas.
Beban variable termasuk biaya energy actual dari fasilitas yang jumlahnya
sekitas 90% dari total biaya variable.
Pemasok menanggung kenaikan biaya yang timbul dari inefisiensi operasi
fasilitas.
Jika fasilitas tidak memproduksi kuantitas minimum yang ditetapkan maka
pemasok harus mengembalikan seluruh atau sebagian dari biaya kapasitas
tetap.

4. Analisa Kasus Diatas


perbedaanya menurut saya menggunakan ilustrasi atau contoh kasus diatas.

Seperti yang dilihat pada perjanjian sewa dari contoh kasus atau ilustrasi diatas,
perjanjian sewa itu pihak PT. Traktor Leasing menyewakan Peralatannya kepada PT.
Jaya Kontruksi jadi dalam perjanjian itu PT. Jaya Kontruksi harus membayar beberapa
pembayaran pada perjanjian tersebut untuk menggunakan aset tersebut dalam jangka
waktu yang diperjanjikan diatas,

Dan menurut saya pada perjanjian yang mengandung sewa dari contoh kasus atau
ilustrasi diatas maka, Perjanjian yang mengandung sewa tersebut pihak
pelanggan/pembeli melakukan perjanjian yang bukan sewa kepada pihak pemasok untuk
memasok gas yang diperlukan dalam jangka waktu tertentu dan pembeli harus melakukan
serangkaian pembayaran, dalam perjanjian tersebut pemasok membangun fasilitas (aset)
serta secara eksplisit diidentifikasi dalam perjanjian dan pemenuhan perjanjian
bergantung pada fasilitas (aset) tersebut, dalam hal ini mungkin menurut saya aset
tersebut hanya sebagai alat untuk memenuhi sesuatu yang diperjanjikan antar pembeli
dan pemasok seperti contoh diatas yang fasilitas sebagai aset untuk memenuhi
permintaan yang diperjanjikan yaitu gas, terlepas dari itu pembeli mempunyai hak untuk
menggunakan fasilitas (aset) karena fasilitas (aset) dirancang hanya untuk memenuhi
kebutuhan pembeli dan pemasok tidak mempunyai untuk memperluas atau memodifikasi
fasilitas.
PENUTUP

Kesimpulan

Perjanjian sewa dan perjanjian mengandung sewa adalah dua perjanjian yang berbeda
yang telah dijelaskan pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 30(PSAK 30) dan
Interprestasi Standar Akuntansi Keuangan 8 (ISAK 8)

Pada kasus atau ilustrasi diatas tentang perbedaaan perjanjian sewa dan perjanjian
mengandung sewa maka jika perjanjian mengandung sewa, maka pihak dalam perjanjian harus
menerapkan ketentuan PSAK 30 untuk unsur sewa dalam perjanjian tersebut.

Dan dalam menentukan apakah suatu perjanjian merupakan perjanjian sewa atau
perjanjian yang mengandung sewa, perlu diperhatikan substansi perjanjian dan dilakukan
evaluasi terlebih dahulu untuk mengetahuinya
DAFTAR PUSTAKA

Farida,2019, Akuntansi Sewa (Leasing), Diakses pada tanggal 9 febuari 2021 Di https://farida-
datakuliah.blogspot.com/2019/01/leasing.html

Riski,Rezwan,2013, Akuntansi Sewa, Diakses pada tanggal 9 febuari 2021 Di http://rezwan-


rizki.blogspot.com/2013/05/akuntansi-sewa.html

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2011. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 30 Sewa revisi
2011

Ikatan Akuntansi Indonesia,2007. Interprestasi Standar Akuntansi Keuangan No.8 Penentuan


Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Suatu Sewa revisi 2007

Anda mungkin juga menyukai