Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN

KEGAWATDARURATAN

“ABORTUS IMINENS”

DOSEN PEMBIMBING:

RULLY HEVRIALNI SST.M.Keb

ANGGOTA KELOMPOK 2:

1. CAHYA PUTRI AYUNI


2. DESI KUSMAYA PUTRI
3. JESSYCA RAI SABILLAH
4. MANISA AMALIA
5. NADIA PUTRI
6. SELVIA DWI SAFITRI
7. TIA TAHNIA

DIII KEBIDANAN TINGKAT II A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES RIAU

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar belakang

Kematian maternal dan neonatal merupakan masalah besar khususnya


dinegara yang sedang berkembang. Sekitar 98-99% kematian maternal dan perinatal
terjadi di negara berkembang, sedangkan di negara maju hanya 1-2%. Sebenarnya
sebagian besar kematian tersebut masih dapat dicegah apabila mendapat pertolongan
pertama yang adekuat (Manuaba, 2007:6).
Sri Hermiyati (2008) mengatakan terdapat 4.692 jiwa ibu melayang karena
tiga kasus (kehamilan, persalinan, dan nifas). Kematian langsung ibu hamil dan
melahirkan akibat terjadinya perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%),
partus lama (5%) dan abortus (5%). Perdarahan yang banyak menyebabkan kematian
ibu yang sekarang banyak ditemui adalah abortus (Saleh, 2010).
Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita
meninggal  karena bortus tiap tahunnya. Angka kejadian abortus di Asia Tenggra
adalah 4,2 juta pertahun termasuk Indonesia, sedangkan frekuensi abortus spontan di
Indonesia adalah 10-15% dari 6 juta kehamilan setiap tahunnya atau 600-900 ribu,
sedangkan abortus buatan sekitar 750 ribu 1,5 juta setiap tahunnya, 2500 orang di
antaranya berakhir dengan kematian (Ulfah Ansor, 2006). Manuaba (2007),
mengemukakan diperkirakan terjadi gugur kandungan secara illegal pada kehamilan
yang tidak di inginkan sebanyak 2,5-3 juta orang/tahun dengan kematian sekitar
125.000-130.000 orang/tahun di Indonesia.
Abortus dapat dialami oleh semua ibu hamil, faktor resikonya meliputi usia
dan riwayat baortus berulang (Koesno, 2008). Usia dapat mempengaruhi kejadian
abortus berulang karena pada usia kurang dari 20 tahun belum matangnya alat
reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun
pertumbuhan dan perkembangan janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia
lebih dari 35 tahun disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada
kromosom dan penyakit kronis (Manuaba, 1998).

B.       Tujuan

1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian Abortus Imminens


2. Agar mahasiswa mengetahui cara penanganan pada Abortus Imminens
3. Agar mahasiswa mengetahui faktor resiko pada Abortus Imminens

C.      Manfaat

a.         Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah
Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dalam memberikan
asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus imminens.

b.         Bagi Institusi
Menambah pustaka bagi kampus asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
abortus imminens.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.      Abortus Imminens

1.      Pengertian Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada
atau sebelum kehamilan tersebut. Berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup di luar kandungan
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan (Mochtar Rustam, Sinopsis Obstetri. 1998 : 209).
Berikut ini macam macam abortus:
a.      Berdasarkan kejadiannya
1)        Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan)
untuk mengakhiri kehamilan tersebut (Saifuddin, 2002). Abortus spontan dibagi atas:
a)        Abortus imminens
Adalah abortus yang mengancam, perdarahannya bisa berlanjut beberapa hari
atau dapat berulang (Kusmiyati, 2009). Abortus imminens adalah terjadinya
perdarahan dari rahim sebelum kehamilan mencapai usia 20 minggu, dimana janin
masih berada di dalam rahim dan tanpa disertai pembukaan dari leher rahim. Apabila
janin masih hidup maka kehamilan dapat dipertahankan, akan tetapi apabila janin
mengalami kematian, maka dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin
dapat dilakukan dengan pemeriksaan USG (Ultrasonografi) untuk melihat gerakan
dan denyut jantung janin. Denyut jantung janin dapat juga didengarkan melalui alat
Doppler atau Laennec apabila janin sudah mencapai usia 12 – 16 minggu.
Abortus imminens adalah terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan
ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi ini, kehamilan
masih mungkin berlanjut dan dipertahankan (Wiknjosastro dkk, 2002 : 147). Abortus
imminens adalah abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk
mempertahankannya (FK-UNPAD, 1984 : 8)
b)        Abortus insipiens
Adalah terjadinya perdarahan ringan atau sedang pada kehamilan muda
dimana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri (Saifuddin, 2002).
c)        Abortus inkomplit
Adalah abortus yang terjadi sebelum usiagestasi 10
minggu, janin danplasenta biasanya keluar, tetapi dalam waktu yang terpisah
(Cunningham, 2005).
d)       Abortus komplit
Adalah terjadinya perdarahan sampai semua produk pembuahan
ataujanin, selaput ketuban dan plasenta sudah keluar (Helen Farrer, 1999).
e)        Abortus habitualis
Adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih
(Kusmiyati, 2009).
f)         Abortus infeksio
Adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi. Adanya penyebaran kuman
atau toksin ke dalam sirkulasi dan kavum peritoneum dapat menimbulkan septicemia,
sepsis atau peritonitis (Saifuddin, 2002).
g)        Abortus septic
Adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau
toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum (Saifuddin, 2002).
h)        Missed abortion
Missed abortion terjadi jika sesudah mengalami abortus imminens,perdarahan
pervaginam berhenti namun produk pembuahan meninggal dan tetap berada dalam
rahim (Helen Farrer, 1999).
2)        Abortus buatan
Adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk
mengakhiri proses kehamilan (Kusmiyati, 2009).
b.      Berdasarkan pelaksanaannya
1)        Abortus medisinalis (abortus therapeutik)
Abortus yang dilakukan atas dasar indikasi vital ibu hamil, jika diteruskan
kehamilannya , akan lebih membahayakan jiwa ibu sehingga terpaksa
dilakukanabortus spontan (Manuaba, 2007).
2)        Abortus kriminalis
Abortus yang dilakukan pada kehamilan yang tidak diinginkan, diantaranya
akibat perbuatan yang tidak bertanggung jawab. Sebagian besar dilakukan oleh
tenaga yang tidak terlatih sehingga dapat menimbulkan komplikasi (Manuaba, 2007).
2.      Etiologi
Insiden, 15% sampai 25% dari kehamilan yang dikenali secara klinis,
mungkin mendekati 50% dari semua konsepsi. (Graber, 2006:368) Penyebab abortus
merupakan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya abortus didahului oleh
kematian janin.
Faktor-faktor yang yang dapat menyebabkan terjadinya abortus adalah:
a.      Faktor Janin
Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan perkembangan
zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus
pada trimester pertama, yakni:
1)      Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau kerusakan
kromosom (monosomi, trisomi atau poliploidi)
2)      Embrio dengan kelainan lokal
3)      Abnormalitas pembentukan plasenta (hiplopasi trofoblas) (Cunningham, 2005:952)
Produk konsepsi yang abnormal menjadi penyebab terbanyak dari abortus
spontan. Paling sedikit 10% hasil konsepsi manusia mempunyai kelainan kromosom
dan sebagian besar akan gugur. (Benson, 2008:297).
b.      Faktor Maternal
1)      Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa dapat membawa resiko bagi janin yang
sedang berkembang , terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester
kedua. Tidak diketauhi penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang
menjadi terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme
penyebabnya.Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus.
2)      Virus
Misalnya rubella, sitomegalo virus, virus herpes simpleks, varicella zoster,
vaccinia, campak, hepatitis, polio dan ensefalomeilitis.
3)      Bakteri- misalnya Salmonella typi.
4)      Parasit- misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.
5)      Penyakit vaskular-misalnya hipertensi vaskular
6)      Penyakit endrokin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi atau
pada penyakit disfungsi tiroid, defisiensi insulin.
7)      Faktor Imunologis
Ketidakcocokan (Inkompatibilitas) sistem HLA (Human Leukocyte Antigen)
8)      Trauma
Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah trauma
tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan:
a.       Pengangkatan Ovarium yang mengandung korpus luteum gravidatum sebelum
minggu ke-8
b.      Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat hamil
9)      Kelainan Uterus
Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa), serviks inkompeten
atau retroflexio uteri gravidi incarcerata.
10)  Faktor psikosomatik pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan. (Benson,
2008:298)
c.      Faktor Eksternal
1)      Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada usia 9 minggu pertama dapat merusak janin
dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
2)      Obat-obatan
3)      Antagonis asam folat, antikoagulan dan lain-lain. Sebaiknya tidak menggunakan
obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah di buktikan bahwa obat
tersebut tidak membahyakan janin atau untuk pengobatan penyakit ibu yang parah.
4)      Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan benzen.
(Wiknjosastro, 2007:303)
d.     Faktor Resiko
1)      Usia
Usia dibawah 20  tahun dan di atas 43 tahun merupakan usia resiko untuk
hamil dan melahirkan (Mulyati, 2003). Menurut Manuaba (1998) kurun waktu
reproduksi sehat adalah 20-30 tahun dan keguguran dapat terjadi pada usia yang
masih muda, karena pada saat remaja alat reproduksi belum matang dan belum siap
untuk hamil.
2)      Paritas ibu
Semakin banyaknya jumlah kelahiran yang dialami seorang ibu semakin
tinggi resikonya untuk mengalami komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas
(Mulyati, 2003). Sejalan dengan pendapat Cuningham (2005) bahwa resiko abortus
spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas.
3)      Riwayat abortus sebelumnya
Setelah satu kali abortus spontan, memiliki resiko 15% untuk mengalami
keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, resiko meningkatnya 25%. Beberapa
studi meramalkan resiko setelah 3 abortus berurutan 30-45% (Prawirohardjo, 2008).
4)      Pemeriksaan antenatal
Pemeriksaan antenatal yang baik adalah minimal 1 kali pada trimester
pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Keuntungan
yang diperoleh dengan melakukan pemeriksaan antental dengan baik adalah kelainan
yang mungkin ada atau timbul pada kehamilan tersebut cepat diketahui dan segera
dapat di atasi sebelum berpengaruh tidak baik pad kehamilan (Prawirohardjo, 2008).
5)      Pendidikan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saifudin (2002) bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan makin rendah kejadian abortus. Angka kejadian tertinggi
yaitu pada golongan berpendidikan 10-12 tahun (SMA). Secara teoritis diharapkan
wanita ynag berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan
diri dan keluarganya.
6)      Merokok
Merokok dilaporkan menyebabkan peningkatan risiko abortus. Bagi wanita
yang merokok lebih dari 14 batang per hari, risiko tersebut sekitar dua kali lipat
dibandingkan kontrol normal (Cuningham dkk, 2005)
7)      Alkohol
Abortus spontan dan anomaly janin dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi
alcohol selama 8 minggu pertama kehamilan. Angka abortus meningkat dua kali lipat
pada wanita yang minum 2 kali setiap minggu, dan tiga kali pada wanita yang
mengkonsumsi alcohol (Cuningham dkk, 2005)
3.      Patofisiologis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua
secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya karena vili koriales
belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,
penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan (Wiknjosastro, 2007:303-305). Mekanisme diatas
juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti
dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum
uteri.
Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat
pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang
banyak. (Widjanarko, 2009).
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion
atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum), janin lahir mati, janin
masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus
(Wiknjosastro, 2007:303-305). Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan
keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal
dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi
perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak
namun rasa nyeri lebih menonjol (Widjanarko, 2009).
4.      Gejala Klinis
a.        Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b.        Terdapat perdarahan, disertai perut sakit.
c.        Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan
terjadi kontraksi otot rahim.
d.       Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, kanalis
servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontrasi otot rahim.
e.        Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif
5.      Pemeriksaan Penunjang
a.        Hasil USG menunjukkan:
1)      Buah kehamilan masih utuh, ada tanda kehidupan janin.
2)      Meragukan
3)      Buah kehamilan tidak baik, janin mati. (Kusmiyati, 2009:150)
4)      Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
5)      pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
6)      pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
b.        Data laboratorium:
1)      Tes urine
2)      hemoglobin dan hematokrit
3)      menghitung trombosit
4)      kultur darah dan urine
c.        Pemeriksaan ginekologi :
1)      Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
2)      Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudahtertutup,
ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau
busuk dari ostium.
3)      Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak
menonjol dan tidak nyeri. (Ratihrochmat, 2009)
6.      Komplikasi
a.        Perdarahan
b.        Perforasi
c.        Infeksi
d.       Syok
1)      Perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik
2)      Infeksi berat atau sepsis disebut syok septic atau endoseptik
                             (Wiknjosastro, 2007:311-312)
7.      Diagnosa
Diagnosis abortus  imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi
melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus
membesar sebesar tuannya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan
positif. Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid
yang semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini disebabkan oleh
penembusan vili koriales ke dalam desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan
implantasi biasannya sedikit, warnanya merah, dan cepat berhenti, tidak disertai
mules-mules. (Wiknjosastro, 2007:305).
8.      Penanganan
a.        Istirahat–baring, tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya
rangsang mekanik.
b.        Anjuran untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau melakukan
hubungan seksual.
c.        Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih hidup.
(Wiknjosastro dkk, 2002 : 305)
d.       Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya dilakukan
melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik. (Saifuddin, 2007:149)
f.       Asam mefenamat
Digunakan sebagai anti prostaglandin dan penghilang nyeri tetapi
efektifitasnya dalam mengatasi ancaman abortus, belum dapat dikatakan memuaskan.
g.      Penenang penobarbital 3 x 30 gram valium
h.      Anti pendarahan: Adona , Transami
i.        Vit B Komplek
j.        Hormon progesteron
k.      Penguat plasenta: gestanom, dhopaston
l.        Anti kontraksi Rahim: Duadilan, papaverin

B.       Tinjauan Asuhan Kebidanan

1.      Manajemen kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan atau manejemen kebidanan adalah suatu
metode berfikir dan bertindak tepat secara logis tentang asuhan yang diberikan.
Dalam prakteknya bidan harus berfikir kritis, tidak pragmatis untuk menjamin
keamanan dan kepuasan klien sebagai hasil (Pusdiknakes, 2003).
Asuhan kebidanan dengan abortus iminens ini merupakan manajemen
kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang dikembangkan oleh Varney dan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

2.      Langkah-langkah asuhan kebidanan menurut Varney (1997)


Konsep tujuh langkah manajemen kebidanan menurut Varney (1997), yaitu:
a.     Pengkajian
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008)pengkajian merupakan suatu langkah
awal yang dipakai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada pasien. Pada tahap ini
semua data dasar dan informasi yang akurat dan lengkap tentang klien dikumpulkan
dan dianalisis unuk mengevaluasi keadaan klien, maka pada pengkajian difokuskan
pada:
Data Subyektif
1)        Identitas Pasien
Nama          : Dikaji dengan tujuan agar dapat  mengenal/memanggil penderita dan tidak keliru dengan
penderita lain (Ibrahim, 1996).
Umur           :       Dikaji untuk mengetahui usia aman untukkehamilan dan persalinan adalah 20-30
tahun (Prawirohardjo, 2002).
Agama         :       Dikaji untuk menuntun kesuatu diskusi tentang pentingnya agama dalam kehidupan
pasien, tradisi keagamaan dalam kehamilan dan persalinan (Ibrahim, 1996).
Suku/bangsa   :    Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari (Ibrahim, 1996).
Pendidikan      : Berpengaruh pada tingkat penerimaan pasien terhadap konseling yang diberikan serta
tingkat kemampuan pengetahuan ibu terhadap keadaannya (Wildan dan Hidayat,
2008).
Pekerjaan         :   Berkaitan dengan keadaan pasien maka pekerjaan perlu dikaji apakah keadaan terlalu
berat sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya keadaan yang lebih parah
(Wildan dan Hidayat, 2008).
Alamat             : Dikaji untuk mengetahui ibu tinggal dimana dan diperlukan bila mengadakan
kunjungan pada pasien (Ibrahim, 1996).
2)        Keluhan utama
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008) keluhan utama berkaitan dengan
kejadian yang dirasakan pasien, dalam kasus abortus iminens pasien akan mengeluh
keluar darah sedikit ataupun banyak dari jalan lahir serta merasakan mules pada perut
bagian bawah.
3)        Riwayat kesehatan
a)      Riwayat kesehatan dahulu
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008) riwayat kesehatan yang lalu ditunjukkan
pada pengkajian penyakit yang diderita pasien yang dapat menyebabkan terjadinya
keadaan yang sekarang. Perlu dikaji juga ibu mempunyai penyakit jantung, asma,
hipertensi, DM, karena jika penyakit-penyaki tersebut sudah ada sebelum ibu hamil
maka akan diperberat dengan adanya kehamilan, dapat berisiko pada waktu
persalinan.
b)      Riwayat kesehatan sekarang
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008) riwayat kesehatan ini dikaji untuk
mengetahui adakah penyakit yang diderita pasien seperti: penyakit jantung, asma,
hipertensi dan DM.
c)      Riwayat kesehatan keluarga
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008)  riwayat kesehatan ini dikaji untuk
mengetahui apakah ada riwayat kembar pada keluarga, selain itu juga dikaji adakah
riwayat kecacatan pada keluarga.
4)        Riwayat Obstetri
a)      Riwayat menstruasi
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008) riwayat menstruasi dikaji untuk
mengetahui usia kandungan apakah sudah aterm atau belum, melalui HPHT (hari
pertama haid terakhir) karena bila dijumpai ibu bersalin dengan preterm,
(<37minggu) merupakan kontraindikasi dilakukannya indikasi persalinan, selain itu
untuk mengetahui apakah ibu ada riwayat keputihan, karena jika ada keputihan yang
sifatnya patologis, maka ada kemungkinan terjadi infeksi.
b)      Riwayat kehamilan sekarang
Menurut Muslihatun Wildan dan Hidayat, (2008) perlu dikaji untuk
menyatakan tentang keadaan kehamilan ibu yang sekarang ini.
5)        Pola pemenuhankebutuhan sehari-hari
a)      Pola nutrisi
Menggambarkan tentang kebutuhan nutrisi ibu selama hamil, apakah sudah
sesuai dengan gizi seimbang untuk ibu hamil (Wildan dan Hidayat, 2008).
b)      Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kebiasaan BAB (frekuensi, jumlah,
konsistensi, bau) dan kebiasaan BAK (warna, frekuensi, jumlahdan terakhir kali ibu
BAB atau BAK), karena jika ibu mengalami kesulitan BAB maka kemungkinan ibu
sering mengejan sehingga uterus berkontraksi (Wildan dan Hidayat, 2008).
c)      Pola istirahat
Menggambarkan tentang pola istirahat ibu, yaitu berapa jam ibu tidur siang
dan berapa jam ibu tidur malam, karena berpengaruh terhadap kesehatan fisik ibu
(Wildan dan Hidayat, 2008).

d)     Personal hygiene
Menggambarkan pola hygiene pasien misalnya: berapa kali ganti pakaian
dalam, mandi, gosok gigi dalam sehari dan keramas dalam satu minggu. Pola ini
perlu dikaji untuk mengetahui apakah pasien menjaga kebersihan dirinya (Wildan dan
Hidayat, 2008).
e)      Pola seksual
Untuk mengetahui kapan ibu terakhir melakukan hubungan seksual dengan
suami karena prostaglandin yang terkandung dalam sperma dapat merangsang
terjadinya kontraksi (Wildan dan Hidayat, 2008).
f)       Pola aktivitas
Untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu sehari-hari terlalu berat, sehingga
dapat mempengaruhi kehamilan (Wildan dan Hidayat, 2008).
g)      Psikososiospiritual
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana respon, tanggapan,
dukungan yang diberikan suami dan keluarga, serta kecemasan pasien dan keluarga
dalam menghadapi masalah yang terjadi dalam proses persalinan (Wildan dan
Hidayat, 2008). Dalam kasus abortus iminens pasien biasanya mengatakan takut dan
cemas akan kehilangan bayinya.
Data Obyektif
1)      Keadaan umum dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadi infeksi yang
ditandai dengan suhu meningkat, nadi meningkat, untuk mendukung kondisi selama
hamil berjalan baik, maka keadaan umum pasien dan tanda-tanda fisik hendaknya
tidak ada masalah (Wildan dan Hidayat, 2008).
2)      Pemeriksaan tanda vital
a)      Tekanan darah
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui tekanan sistolik dan tekanan
diastolik darah. Dengan pemeriksaan ini kita bisa menilai adanya kelainan pada
sistem kardiovaskuler. Tekanan darah normal pada orang dewasa yaitu tekanan
sistolik kurang dari 130 Mmhg dan tekanan diastolik kurang dari 80 mmhg (Uliyah,
2006).
b)      Pemeriksaan nadi
Pemerikasaan ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan irama detak
jantung. Frekuensi nadi normal pada orang dewasa 60-90 kali permenit (Uliyah,
2006).
c)      Pemeriksaan pernafasan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekuensi pernafasan, irama,
kedalaman, dan tipe atau pola pernafasan. Frekuensi pernafasan normal orang dewasa
yaitu sekitar 16-20 kali permenit (Uliyah, 2006).
d)     Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan ini untuk mengetahui keadaan suhu tubuh ibu,sehingga bisa
digunakan untuk mendeteksi dini suatu penyakit.  Pemeriksaan ini bisa dilakukan
melalui oral, rektal, dan aksila. Suhu tubuh normal pada orang dewasa yaitu 36-37 0C
(Uliyah, 2006).
3)      Antropometri
a)      Berat Badan
Dikaji untuk menentukan pertambahan berat badan total atau untuk membantu
mengevaluasi keparahan edema yang disertai preeklamsi (Varney, 1997).
b)      Tinggi badan
Dikaji karena pada ibu hamil yang tinggi badannya kurang dari 140 cm,
dicurigai adanya disproporsi sefalo pelvik (Mansjoer, 1999).
c)      LILA
Untuk mengetahui berapa lingkar lengan atas ibu, karena bila kurang dari 23,5
cm ibu menderita KEK ( Kekurangan Energi Protein).
4)      Pemeriksaan fisik pasien
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan pada organ
tubuh pasien (Wildan dan Hidayat, 2008).
a)        Kepala       : untuk mengetahui bentuk kepala, kulit kepala dan kebersihan rambut (Prihardjo,
2007).

b)       Muka         : untuk mengetahui pucat karena anemia (Prihardjo, 2007).


c)        Mata          :  dilihat dari konjungtiva pucat atau tidak, bila ditemukan pucat berarti mengarah
pada anemia, sklera kuning atau tidak bila kuning mengarah pada hepatitis (Saifudin,
2002).
d)       Hidung      : untuk mengetahui kebersihan hidung dan ada kelainan pada hidung atau tidak
(Prihardjo, 2007).
e)        Telinga      :   untuk mengetahui kebersihan telinga (Prihardjo, 2007).
f)        Mulut        :   untuk mengetahui apakah ada kelainan pada bibir, lidah dan gigi (Prihardjo, 2007).
g)       Leher       :    untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar (Liewellyn, 2001).
h)       Dada        :    untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada pernafasan normal atau tidak
(Prihardjo, 2007).
i)         Abdomen  : untuk mengetahui ada tidaknya luka bekas operasi, tumor, linea nigra, dan strie
gravidarum. Pada kasus abortus iminens akan dikaji ada tidaknya nyeri perut bagian
bawah dan nyeri tekan, (Liewellyn, 2001).
j)         Genetalia  :   Untuk mengetahui varises, tumor, tanda-tanda infeksi atau penyakit menular
seksual, jumlah perdarahan dan warna perdarahan (Liewellyn, 2001).
k)       Anus      :      Untuk mengetahui adanya haemoroid atau tidak (Liewellyn, 2001).
l)         Ekstremitas: Pemeriksaan ekstremitas harus mencakup pengkajian reflek tendon dalam,
pemeriksaan adanya edema tungkai dan vena verikosa dan pemeriksaan ukuran
tangan dan kaki bentuk serta letak jari tangan dan jari kaki, kelainan menunjukkan
gangguan genetik (Wheeler, 2004)
5)      Pemeriksaan Obstetri
a)        Inspeksi
Pada abdomen adakah bekas operasi SC, pembesaran uterus, apakah ada
ketegangan perut karena kehamilan, pada genetalia dikaji jumlah perdarahan dan
warna perdarahanyang keluar (Wildan dan Hidayat, 2008).
b)        Palpasi
Apabila dari hasil palpasi ditemukan mal persentasi serta gemeli, tinggi
fundus uteri. Pada kasus abortus iminens belum dilakukan palpasi karana umur
kehamilan masih muda (Wildan dan Hidayat, 2008).
c)        Auskultasi
Untuk mengetahui apakah DJJ < 120 atau > 160 kali permenit berarti
kemungkinan terjadi gawat janin sampai dapat menyebabkan kematian janin, dalam
kasus abortus iminens belum dilakukan auskultasi (Wildan dan Hidayat, 2008).
6)      Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang diperlukan pada kasus abortus iminens untuk mengetahui
apakah kehamilan dapat berjalan normal apa tidak, seperti:pemeriksaan laboratorium,
USG, periksa panggul luar, pemeriksaan panggul dalam, PP test, hasil pemeriksaan
dalam (vaginal toucher) (Wildan dan Hidayat, 2008).
b.    Interpretasi Data
Diagnosa: dengan melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau
diagnosa berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Diagnosa masalah dan kebutuhan ibu hamildengan abortusiminenstergantung dengan
pengkajian terhadap pasien tersebut (Wildan dan Hidayat, 2008).
Intepretasi Data
1)      Diagnosa Kebidanan
Seorang ibu G..P..Ab..umur… tahun  hamil … minggu, dengan
abortus iminens.
DS :
a)          Pernyataan dari ibu ini kehamilan yang keberapa
b)          Pernyataan dari ibu mengenai umur ibu
c)          Pernyataan dari ibu apakah ibu pernah keguguran atau tidak
d)         Pernyataan dari ibu mengenai HPHT
e)          Pernyataan dari ibu mengenai ada tidaknya nyeri pada perut bagian bawah
DO :
a)        Ekspresi wajah
b)       Keadaan umum
c)        kesadaran
d)       Berat badan sebelum hamil
e)        Berat badan sekarang
f)        Tinggi badan
g)       LILA
h)       Vital sign : tekanan darah, suhu, nadi, respirasi
i)         TFU
j)         Hb
k)       PP test positif (+)
l)         Hasil pemeriksaan dalam (vaginal toucher): mengkaji vagina terdapat fleks atau
tidak, porsio tertutup atau terbuka, terdapat nyeri tekan atau tidak, digoyangkan terasa
nyeri atau tidak.Adnexa parametrium kanan dan kiri terasa nyeri atau tidak, cavum
douglas menonjol atau tidak.
m)     Diagnosa Masalah
Permasalahan yang muncul pada abortus iminens yaitu adanya perasaan cemas.
n)       Diagnosa Kebutuhan
KIE cara mengurangi rasa nyeri dan relaksasi
Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
Monitor tanda-tanda vital
c.     Diagnosa Potensial
Diagnosa atau masalah potensial diidentifikasi berdasarkan diagnosis atau
masalah yang telah teridentifikasi. Langkah ini penting dalam melakukan asuhan
yang aman, diagnosa potensial pada kasus abortus iminens yaitu dapat terjadinya
abortus insipiens (Wildan dan Hidayat, 2008).
d.       Antisipasi Tindakan Segera
Antisipasi tindakan segera dibuat berdasarkan hasil identifikasi pada diagnosa
potensial. Langkah ini digunakan untuk mengidentifikasi dan menetapkan
penanganan segera untuk mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan
yang terjadi. Antisipasi tindakan segera dalam kasus abortus iminens yaitu: Bed
rest total dan segera kolaborasi dengan dokter Obsgyn, (Wildan dan Hidayat, 2008).
e.        Perencanaan
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008) langkah ini direncanakan asuhan
menyeluruh yang ditentukan oleh hasil kajian pada langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan menyeluruh tidak hanya meliputi
yang sudah teridentifikasi atau setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dapat dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut apa yang akan terjadi
berikutnya, apakah dia membutuhkan penyuluhan, konseling, atau rujukan bila ada
masalah yang berkaitan dengan aspek sosial-kultural, ekonomi atau psikologi. Setiap
rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak sehingga asuhan yang
diberikan dapat efektif, karena sebagian dari asuhan akan dilaksanakan pasien.
Perencanaan yang harus dipikirkan pada kasus abortus iminens adalah:
1)      Beri ibu dukungan psikologis dan libatkan keluarga dalam memberikan dukungan
psikologis
2)      Observasi keadaan umum dan tanda vital ibu
3)      Kaji perdarahan pasien tiap jam
4)      Anjurkan bed rest total
5)      Kolaborasi dengan dokter Obsgyn untuk memberikan terapi obat untuk mengurangi
keluhan pasian
6)      Anjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas yang berat dan tidak
melakukan coitus selama satu bulan setelah perdarahan berhenti
7)      Anjurkan ibu untuk kontrol ulang apabila perdarahan tidak berhenti dalam 2 hari
atau bertambah banyak
f.         Pelaksanaan
Menurut Wildan dan Hidayat (2008), melaksanakan asuhan menyeluruh yang
telah direncanakan secara efektif dan aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagian
dilakukan oleh bidan, sebagian oleh klien sendiri atau oleh petugas lainnya. Walau
bidan tidak melaksanakan seluruh asuhan sendiri, tetapi dia tetap memiliki tanggug
jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya memantau rencananya benar-
benar terlaksana).
Pelaksanaan pada kasus abortus iminens adalah:
1)      Memberi ibu dukungan psikologis
Menjelaskan bahwa ibu bisa melewati masalah ini dengan baik, memberikan
support kepada ibu, dan mendampingi ibu selama ibu dalam pemantauan, serta
menghadirkan keluarga yang paling dekat dengan ibu.
2)      Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital ibu setiap 1 jam
Mengkaji perdarahan pasien tiap jam, catat warna perdarahan, jumlah
pembalut yang digunakan selama ibu berada di tempat pelayanan.
3)      Menganjurkan ibu bed rest total atau istirahat rebah baik di tempat pelayanan
maupun di rumah selama 48 jam, apabila kehamilan masih dapat dipertahankan
perdarahan dalam waktu 48 jam akan berhenti.
4)      Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi obat untuk
mengurangi keluhan pasian yaitu:
Penenang penobarbital 3 × 30 ml gram, valium
Anti pendarahan : Adona, Transamin
Vitamin B komplek
Hormonal : Progesteron 10 mg sehari untuk terapi subsitusi dan untuk mengurangi
kerentanan otot-otot rahim (misalnya: Gestanon, Dhupaston).
Anti kontraksi rahim : Duvadilan, Papaverin
5)      Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas yang dapat memperberat keadaan
seperti: angkat junjung berat, bekerja terlalu keras dan hindari stres serta tidak
melakukan coitus selama satu bulan setelah perdarahan berhenti.
6)      Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang apabila perdarahan tidak berhenti dalam 2
hari atau bertambah banyak.
g.    Evaluasi
Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan, apakah
telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam diagnosis maupun
masalah. Pelaksanaan rencana asuhan tersebut dapat dianggap efektif apabila ibu
mengalami perkembangan yang lebih baik. Ada kemungkinan bahwa sebagian
rencana tersebut terlaksana dengan efektif dan mungkin sebagian belum efektif.
Karena proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang
berkesinabungan maka perlu evaluasi, kenapa asuhan yang diberikan belum efektif.
Langkah-langkah proses manajemen umunya merupakan pengkajian yang
memperjelas proses berfikir yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada
proses klinis, karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik
(Wildan dan Hidayat, 2008).
Dengan melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa
berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Diagnosa masalah dan kebutuhan ibu hamildengan abortusiminenstergantung dengan
pengkajian terhadap pasien tersebut (Wildan dan Hidayat, 2008).
h.        Langkah Preventif Bidan Sebelum terjadi Abortus Imminens :
1. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total.
2. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
3. Jika perdarahan :
 Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika
perdarahan terjadi lagi.
 Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan berlanjut,
khususnya jika ditemukan uterus yang lebih besar dari yang diharapkan,
mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola.
4. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (misalnya
salbutamol atau indometasin)
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

Tempat Yankes : Klinik Bunda


Tanggal pengkajian : 16 Februari 2021
A. DATA SUBJEKTIF
1. BIODATA
Nama Ibu : Ny. H Nama Suami : Tn. H
Umur : 23 Tahun Umur : 26 Tahun`
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Irt Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Hangtuah Alamat : Jl. Hantuah
No. Hp : 08xxxxxxx No. Hp : 08xxxxx

Alasan Kunjungan / Riwayat / Keluhan Utama :

- Ibu mengatakan keluar flek kecoklatan dari jalan lahir pukul 08.00-12.00 WIB (16-02-
2021) dan kemudian keluar darah segar yang menggumpal dan ibu merasakan mules.

2. RIWAYAT MENSTRUASI
HPHT : 25-10-2020 Perkiraan Partus : 01-07-2021
Siklus : 28 hari Masalah : Tidak ada

3. RIWAYAT PERKAWINAN
Perkawinan Ke :1 Usia Saat Kawin : 22 Tahun
Lamanya Perkawinan : 1 tahun

4. RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS YANG LALU

Anak Keadaan
Thn Usia Tempat Jenis
No Penolong Nifas Anak
Partus Kehamilan Partus Persalinan JK/BB sekarang
1. H A M I L I N I

5. RIWAYAT KEHAMILAN SAAT INI (G 1 P 0 A0 H 0)


Pertama kali memeriksakan kehamilan pada UK: 5 minggu di PMB
Pemeriksaan ini yang ke: 2
Masalah yang pernah dialami
Trimester I : Mual muntah
Trimester II :
Imunisasi : Imunisasi lengkap
Pengobatan/anjuran yang pernah diperoleh : Asam Folat, B6, Kalsium
Skor Poedji Rochjati : 2 (kehamilan resiko rendah)
6. RIWAYAT PENYAKIT/OPERASI YANG LALU
Ibu mengatakan tidak pernah menjalani operasi dan tidak pernah memiliki
riwayat penyakit yang lalu yang mengharuskan ibu dirawat di fasilitas pelayanan
kesehatan.

7. RIWAYAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN MASALAH KESEHATAN


REPRODUKSI
Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit yang berhubungan dengan kesehatan
reproduksi.

8. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA YANG PERNAH MENDERITA SAKIT


Ibu mengatakan tidak ada keluarga yang pernah menderita sakit baik penyakit keturuna
maupun penyakit menular

9. RIWAYAT KELUARGA BERENCANA


Ibu mengatakan belum pernah menggunakan kb

10. POLA MAKAN/ MINUM / ELIMINASI / ISTIRAHAT / PSIKOSOSIAL/AKTIVITAS


A. Makan : ±3x/hari (nasi, ikan, sayur, tahu, buah)
Minum : ±6-7 gelas/hari
B. Eliminasi : BAK :7 x/hari
BAB : 1x/hari
Masalah : Tidak ada
C. Istirahat : Tidur Siang : ±1 jam /hari
Tidur Malam : ±6-7 jam/hari
Keluhan/Masalah : Tidak ada
D. Psikososial : Penerimaan klien terhadap kehamilan ini : ibu senang dengan
kehamilan ini
E. Sosial Support dari : Ibu mendapatkan support dari suami dan keluarga.
F. AKTIVITAS : ibu mengatakan hanya melakukan pekerjaan rumah tangga

B. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran: Compesmentis
c. Sikap tubuh: Normal
d. BB Sebelum Hamil : 60 kg BB Sekarang : 60 kg
e. TB : 160 cm Imt: 23,43
f. LILA : 27 cm
g. TTV :
- TD : 120/80 mmHg
- Suhu : 36,5 oC
- P : 16 x/menit
- N : 85 x/menit
h. Rambut/kepala: Kepala tidak ada benjolan, tidak rontok dan tidak berketombe
i. Mata
- Sklera : Tidak ikterik
- Konjungtiva : Merah muda
- Penglihatan : Jelas
- Alat bantu : Tidak ada
j. Muka : Tidak pucat, tidak ada oedem
k. Hidung : Tidak ada folip
l. Mulut :
- Gigi : Tidak ada caries
- Lidah : Bersih, tidak ada stomatitis
- Gusi: Tidak ada radang gusi
m. Telinga : Tidak ada pengeluaran cairan
n. Leher : Tidak ada pembengkakan tyiroid
o. Payudara:
- Puting susu : Menonjol
- Areola mammae : Tidak Hyiperpigmentasi
- Pengeluaran ASI: Belum ada
p. Abdomen
- Bekas operasi : Tidak ada
- Striae : Tidak ada
- Linea : Tidak ada
q. Palpasi :
 Ballottement
r. Tfu : pertengahan simfisis dan pusat
s. DJJ : (+)
t. Anogenetalia : Tidak ada oedema, tidak ada varises, tidak ada keputihan dan tidak
ada hemoroid.
- Inspeksi: darah(+), lendir(-), warna darah segar dan kehitaman.
- Pemeriksaan dalam: tidak ada pembukaan kanalis servikalis dan portio tegang.
u. Ekstremitas : Tidak ada oedem dan tidak ada varises
v. Refleks Patella : Positif kanan dan kiri, gerakan normal
w. Akral : Hangat
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb : 11,5 gr/dL
Protein urine : Tidak diperiksa
Glukosa urine : Tidak diperiksa
D. KESIMPULAN
Diagnosa :
1. Dx Ibu : G1P0A0H0, Usia kehamilan 16 minggu dengan abortus immiens

1. PENATALAKSANAAN
2. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami Abortus
Imminens yaitu suatu kehamilan yang dapat dipertahankan.
3. Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas fisik dan hindari aktivitas
berlebihan.
4. Menganjurkan ibu untuk tidak berhubungan seks dahulu.
5. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi seperti makan yang
mengandung vitamin, protein dan mineral, contoh nasi, sayur, lauk-pauk, ikan,
daging dan minum air putih yang banyak.
6. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene seperti mengganti pembalut 2-
3 kali per hari, mandi 2x/hari dan menggunakan pakaian dari bahan katun yang
mudah menyerap keringat.
7. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi:
1) Preabor 5 mg 2 x 1 tablet

2) Asam folat 400 mg 2 x 1 tablet

3) Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet

4) Memasang infus RL 20 tpm


BAB IV

PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan urain pembahasan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. H umur
23 tahun dengan abortus imminens, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Manajemen asuhan kebidanan yang diberikan telah dilakukan dengan baik dan tepat
2.      Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. H telah sesuai dengan kebutuhan
3.      Adanya kesenjangan teori dan praktik dalam memberikan terapi obat yang
diberikan oleh dokter dan tidak dilakukannya pemeriksaan ginekologi

B.       Saran
1.      Pasien
Mengatahui tanda dan bahaya abortus imminens dan mengurangi aktivitas
sehari-hari apabila terdapat tanda dan gejala abortus imminens
2.      Tenaga Kesehatan
Mengetahui cara penanggulangan penyebab terjadinya abortus imminens.
DAFTAR PUSTAKA

Kusmiati,Yuni,dkk.2009.Perawatan Ibu Hamil.Yogyakarta:Fitramaya

Prawirohardjo, S. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai