Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA

KESEHATAN WANITA DAN KEBUGARAN DI TEMPAT KERJA

Disusun Oleh:

Tingkat 3 Reguler 3
Kelompok 3

1. DENI KURNIATI
2. FADHILA HERYA UTAMI
3. KAMILIA NURJANAH
4. AMI UMAKA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

DIII KEPERAWATAN TANJUNGKARANNG

TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia yang diberikan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan tepat waktu. Makalah ini
disusun dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Keperawatan
Kesehatan Kerja.

Makalah ini kami susun dengan sebaik mungkin sebagaimana sesuai materi yang
terdapat dalam mata kuliah Keperawatan Kesehatan Kerja. Materi tersebut diambil dari
berbagai sumber referensi buku dari beberapa para ahli.

Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang
membacanya dan dapat membantu kita dalam memahami pembelajaran mengenai mata
kuliah Keperawatan Kesehatan Kerja.Kritik dan saran yang membangun selalu kami
harapkan agar dalam pembuatan makalah berikutnya lebih baik.

Bandar Lampung 07 Agustus 2020

Penulis kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1. 1................................................................................................... Latar Belakang


...................................................................................................1
1. 2................................................................................................... Rumusan
masalah......................................................................................1
1. 3................................................................................................... Tujuan
penulisan....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Wanita Bekerja ...........................................3


2.2 Kesehatan Tenaga Kerja wanita ..............................................3
2.3 Ketentuan-ketentuan Tentang perlindungan Dan Kesehatan
Tenaga Kerja Wanita ..............................................................8
2.4 Definisi Kebugaran Jasmani ...................................................9
2.5 Program Dan manfaat Kebugaran Jasmani ..............................10
2.6 Definisi Pos UKK ....................................................................13
2.7 Syarat Dan Tahapan Pembentukan Pos UKK...........................14
2.8 Operasional Kegiatan Dalam Pos Ukk ...................................14
2.9 Jenis pelayanan Kesehatan Di Pos UKK .................................15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...............................................................................16


3.2 Saran .........................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahwasanya secara normatif wanita mempunyai hak dan kewajiban serta


kesempatan yang sama dengan pria dalam segala bidang kehidupan dan bidang
pembangunan seperti yang tercantum dalam GBHN, tetapi secara factual persamaan
tersebut saat ini belum terwujud, diantaranya di bidang kesehatan. Masih banyak
wanita yang mengalami diskriminasi dalam bidang kesehatan, umpamanya: pembedaan
pemberian makanan bergizi pada anak laki-laki dan wanita, akses informasi, dan akses
pelayanan kesehatan dan sebagainya. Oleh sebab itu diperlukan usaha-usaha yang lebih
sederhana, lebih mudah terjangkau, lebih sesuai dengan kondisi sosial ekonomi dan
budaya setempat, dan juga mengikut sertakan masyarakat secara umum dan terpadu.

Kebugaran jasmani didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk melakukan


kerja sehari-hari secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti sehingga
masih dapat menikmati waktu luangnya. Dari definisi tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa orang sehat belum tentu bugar, sedangkan orang bugar semestinya
sehat. Program kebugaran jasmani selain akan meningkatkan status kebugaran, juga
akan menambah semangat kerja, mencegah berbagai penyakit, menghilangkan
ketegangan, menambah rasa percaya diri, membentuk jiwa sportif, mengajarkan sikap
sabar, gembira dan melatih konsentrasi.Oleh karena itu kita akan mempelajari
kesehatan wanita dan kebugaran di tempat kerja.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana Gambaran umum wanita bekerja ?
2) Bagaimana Kesehatan Tenaga Kerja Wanita ?
3) Apa saja Ketentuan- Ketentuan Tentang Perlindungan Dan Kesehatan
Tenaga Kerja Wanita ?
4) Apa Definisi Kebugaran Jasmani ?
5) Apa saja Program Dan Manfaat Kebugaran Jasmani ?
6) Apa Definisi Pos UKK ?

1
7) Apa Saja Syarat Dan Tahapan Pembentukan Pos UKK ?
8) Bagaiman Operasional Kegiatan Dalam Pos UKK ?
9) Apa Saja Jenis Pelayanan Kesehatan Di Pos UKK ?
1.3 Tujuan
1) Untuk Mengetahui Bagaimana Gambaran umum wanita bekerja
2) Untuk Mengetahui Bagaimana Kesehatan Tenaga Kerja Wanita
3) Untuk Mengetahui Apa saja Ketentuan- Ketentuan Tentang Perlindungan
Dan Kesehatan Tenaga Kerja Wanita
4) Untuk Mengetahui Apa Definisi Kebugaran Jasmani
5) Untuk Mengetahui Apa saja Program Dan Manfaat Kebugaran Jasmani
6) Untuk Mengetahui Apa Definisi Pos UKK
7) Untuk Mengetahui Apa Saja Syarat Dan Tahapan Pembentukan Pos UKK
8) Untuk Mengetahui Bagaiman Operasional Kegiatan Dalam Pos UKK
9) Untuk Mengetahui Apa Saja Jenis Pelayanan Kesehatan Di Pos UKK

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Wanita Bekerja


Bukti dari emansipasi wanita yang diperjuangkan oleh R.A. Kartini saat ini
telah menunjukkan hasil. Terbukti, jumlah pekerja wanita di Indonesia terus
meningkat setiap tahunnya dan tercatat oleh Depnaker. Perusahaan yang
mempekerjakan pekerja wanita umumnya menilai bahwa wanita lebih dapat
diandalkan dalam hal ketekunan, kedisiplinan, ketelitian, hingga kemampuan
negosiasi.
Jumlah pekerja perempuan di Indonesia sudah mencapai 37,9 persen dari sekitar
102 juta angkatan kerja (BPS, 2008).
Hak perempuan sebagai tenaga kerja telah diatur dalam Undang-Undang No. 13
tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yaitu :
 Pekerja/buruh perempuan dalam masa haid tidak wajib bekerja pada hari
pertama dan kedua waktu haidnya (Pasal 81)
 Memperoleh cuti istirahat selama 1,5 bulan sebelum dan 1,5 bulan sesudah
melahirkan (Pasal 82)
 Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi
kesempatan untuk menyusui anaknya jika harus dilakukan selama waktu
kerja (pasal 83).
 UU No. 36 tahun 2009 pasal 128  tempat kerja menyediakan fasilitas yg
mendukung ibu menyusui.

2.2 Kesehatan Tenaga Kerja Wanita

Tenaga kerja wanita semakin hari semakin banyak jumlahnya. Pada


umumnya wanita lebih serasi dengan pekerjaan ringan yang tidak memerlukan
kekuatan otot, pekerjaan repetitif berulang sebenarnya sangat monoton, pekerjaan
administratif, dan lain – lain. Keserasian akan pekerjaan tertentu seperti disebutkan
diatas, sama sekali tidak menutup kemungkinan bagi wanita menduduki jabatan –
jabatan tinggi yang mungkin dicapai oleh pria. Tidak sedikit bahkan telah banyak
wanita yang dapat mencapai kedudukan dan sukses besar dalam lapangan apa pun,
baik sektor pemerintahan, maupun swasta, bahkan pada gelanggang politik
3
sekalipun. Suatu fenomena yang sangat positif bahwa problematika jender dapat
diatasi walaupun tentunya secara bertahap. Selama ini, telah berkembang lapangan
pekerjaan baru yang sebelumnya tidak terjadi bagi tenaga kerja wanita. Dahulu
pekerjaan wanita di perusahaan adalah resepsionis, sekretaris, admin, dan
semacamnya. Hal ini menibulkan paradigma baru dalam kehidupan tenaga kerja
wanita.
Perbedaan di antara tenaga kerja pria dan wanita meliputi hal – hal sebagai berikut:
1. Fisik, yaitu ukuran dan kekuatan tubuh
2. Biologis, yaitu adanya fungsi kewanitaa seperti haid : kehamilan,
melahirkan, menopause pada wanita.
3. Sosio, kultural, yaitu akibat kedudukan wanita sebagai ibu dalam rumah
tangga dan tradisi dan tradisi sebagai pencerminan kebudayaan.
4. Peran ganda wanita yaitu ibu dalam rumah tangga dan sumber daya
manusia di dunia kerja.

Secara fisik, ukuran tubuh dan kekuatan otot tenaga kerja wanita relatif
kurang jika dibandingkan dengan laki – laki. Kenyataan ini sebagai akibat dari
pengaruh hormonal yang berbeda pada laki – laki dan perempuan. Hormon
kewanitaan menyebabkan fisik wanita lebih halus, pertumbuhan kelengkapan tubuh
kewanitaan dan terdapatnya jaringan lemak di tempat – tempat pada tubuh yang pria
tidak punya. Perbedaan ini menjadi cermin dari kenyataan, bahwa kedua jenis seks
ini harus saling mengisi dalam mencapai kesempurnaan atau taraf yang lebih tinggi
mutu kehidupan manusia. Terdapat aneka kecendrungan seperti sering dapat dengan
mudah disaksikan dari peranan yang acapkali berbeda, tetapi saling mengisi dari
kedua jenis seks tersebut.

 Haid

Haid adalah perdarahan dari rahim setiap bulan dan merupakan satu kriterium
dari wanita normal. Istilah sebulan sebenarnya bervariasi di antara 20 – 35 hari.
Pekerja / buruh wanita yang dalam masa haid pertama dan kedua pada waktu haid
(UU No. 13 Tahun 2003). Haid yang disertai rasa sakit hingga tidak dapat bekerja
adalah peristiwa tidak normal. Wanita yang haidnya normal tidak merasakan sakit
dan biasa aktif bekerja. Kenyamanan dalam bekerja pada saat haid lebih didukung

4
pula oleh semakin majunya teknologi yang memproduksi alat pembalut wanita
dengan kualitas prima. Adapun haid yang tidak normal dirasakan sakit hingga
tenaga kerja wanita tidak mampu bekerja disebut dismenore. Ternyata frekuensi
haid demikina hanya sekitar 5% dari seluruh haid. Penyebabnya beragam, dari
kelainan organik, higiene mental disertai fisik atau olahraga umumnya sangat
membantu. Di perusahaan dianjurkan adanya kamar atau ruang khusus untuk
istirahat dan keperluan lainnya bagi wanita yang haid.

Ketentuan tentang cuti haid, yang termaktub dalam UU No 13 th. 2003 tegas
mengatur bahwa hak cuti pada hari pertama dan kedua pada wanita haid itu atas
dasar dialaminya rasa sakit sehingga tidak dapat bekerja dan pekerjaan/buruh No.
13 Th. 2003 tentang hak cuti haif bagi pekerjaan/buruh wanita berbeda dari
ketentuan sebelumnya sebagaimana termaktub dalam Undang – Undang Kerja,
yaitu adanya rasa sakit sehingga tidak mampu bekerja. Dengan tidak adanya syarat
tersebut, pekerja /butuh wanita yang haidnya normal acapkali memanfaatkan cuti
haid dengan akibat angka tidak masuk kerja pada pekerja/buruh wanita sangat
tinggi, dengan penggunaan cuti haid yang kurang tepat demikian mengganggu
kelancaran proses produksi khususnya pada perusahaan yang mayoritas sumber
daya manusianya adalah tenaga kerja wanita. Pada ketentuan menurut UU No. 13
Th 2003, pelaksanaan cutih haid diatur dalam perjanjian kerja bersama.

 Kehamilan

Kehamilan normal sampai saat 1,5 (satu setengah) bulan sebelum persalinan
bukan suatu tenaga kerja wanita tidak dapat bekerja, selama pekerjaan cukup ringan
dan dijamin tidak ada gangguan bagi kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan dan
bayi yang dikandungnya. Pekerjaan demikian umunya pekerjaan administrasi yang
dikerjakan sambil duduk. Lain halnya dengan pekerjaan yang membahayakan bagi
tenaga kerja wanita hamil dan bayi dalam kandungannya yang pada umumnya
meliputi :
1. Beban pekerjaan berat terutama fisik
2. Lingkungan fisik dengan faktor fisis yang berat menyebabkan
pembebanan tambahan yang cukup besar .

5
3. Lingkungan dengan faktor kimiawi yang berakibat keracunan, dalam
berbagai hal tenaga kerja yang sedang hamil lebih rentan terhadap racun
tertentu terutama yang memiliki efek terhadap fungsi reproduksi .
4. Pekerjaan dan lingkungan kerja yang mengandung faktor biologiss yang
menyebabkan terjadinya infeksi
5. Pekerjaan dengan tegangan psikis dan psikologis

Kehamilan harus terus menerus diperiksakan agar dijamin kehamilan yang


normal. Waktu – waktu pemeriksaan misalnya setiap 4 (empat) minggu sampai 28
minggu kehamilan, setiap 2 (dua) minggu sampai kehamilan 32 minggu, dan
seterusnya setiap minggu. UU no. 13 Th 2003 mewajibkan cuti hamil selama 3 (tiga)
bulan, dimulai 1,5 (satu setengah) bulan sampai persalinan dan 1,5 (satu setengah)
bulan sesudahnya. Banyak pengaturan yang menyimpang dari ketentuan ini , yaitu
misalnya 3 bulan diberikan sesudah persalinan . hal ini tidak dibenarkan oleh karena
cuti hamil 1,5 bulan sebelum persalinan dimaksudkan memberikan istirahat dan
mempersiapkan fisik dan mental pekerja/buruh hamil berada pada kondisi yang baik
saat persalinan. Waktu 1,5 bulan sesudah persalinan cukup memberikan kesempatan
bagi tenaga kerja wanita yang bersalin untuk pulih sehat seperti sediakala. Masa
pemulihan kesehatan dari persalinan disebut masa nifas, yang biasanya memerlukan
waktu 40 hari. Seandainya terjadi masa nifas yang tidak normal, maka dengan cuti
sakit dari dokter tenaga kerja wanita yang bersangkatan dapat memperpanjang
istirahatnya. Cuti hamil selama 3 (tiga) bulan merupakan perlindungan bagi kesehatan
ibu dan anak sehingga cuti wajib digunakan.

 Menyusui

Menyusui bayi sama sekali bukan alasan medis untuk tidak masuk kerja. Untuk
menghilangkan kekhawatiran dan beban ibu bekerja dalam hal menyusui bayinya, telah
biasa diadakan tempat penitipan bayi atau anak. Untuk keperluan tersebut susu buatan
dari berbagai merk dengan harga relatif murah sampai keluar biasa mahal tersedia
sebagai pengganti susu ibu. Namun begitu, susu ibu adalah terbaik bagi anak dan
perkembangannya sehingga kesempatan harus senantiasa diberikan agar pekerja/buruh
dapat menyusui bayinya. Kadang – kadang perusahaan memberikan kelonggaran, agar
tenaga kerja wanita yang mempunyai bayi atau anak kecil dapat pulang kerumah untuk

6
menyusui bayinya dan melihat bayinya. Hal ini hanya dapat dilakukan apabila
perumahan berdekatan letaknya dengan perusahaan.

Selain beban pekerjaan, seseorang tenaga kerja wanita yang menjadi ibu dalam
suatu rumah tangga dibebani dirumahnya yang tidak sedikit. Soal makanan keluarga,
pendidikan anak, pakaian suami dan anak, keberesan di rumah dan lain – lain adalah
pekerjaan ruti dan terus menerus. Wanita adalah golongan yang paling efisien dan
produktif dalam arti tugas rumah tangga yang rutin itu pada umunya dapat selalu
diselesaikan dari hari ke hari. Beban kerja dalam rumah tangga adalah satu dari dua
peran ganda perempuan.

Faktor fisik keadaan jasmani, biologis dan sosial tenaga kerja wanita dapat
berakibat absenteisme yang lebih besar dan hali ini kadang menimbulkan efek negatif
bagi sementara pengusaha dalam menetapkan kebijakan mempekerjakan tenaga kerja
wanita. Bagi pengusaha dimaksud sangat produktivitas. Keadaan ini dapat dikurangi
dengan pembinaan tenaga kerja wanita agar menjadi karyawati yang baik, penempatan
yang tepat tenaga kerja wanita pada pekerjaan yang tepat, pemilihan pekerjaan yang
benar – benar sesuai untuk wanita, pelaksanaan ketentuan yang berlaku bagi
perlindungan tenaga kerja wanita dan penyediaan fasilitas yang diperlukan guna
mendukung semangat kerja dan disiplin tenaga kerja wanita, dan upaya lainnya.
Keluarga berencana yang menjarangkan serta mengurangi jumlah kehamilan sangat
membantu tenaga kerja wanita untuk lebih berdedikasi kepada pekerjaannya dan lebih
produktif dalam bekerja. Keluarga berencana yang diterapkan oleh tenaga kerja wanita
memberikan manfaat dalam hal berikut :
1. Keadaan fisik dan jasmani, termasuk kecantikan, dapat dipelihara
2. Karier kerja dapat lebih dijamin mengingat kemungkinan dedikasi kerja yang
lebih baik
3. Pembinaan keluarga dapat lebih dilaksanakan
4. Kepandaian merencanakan kehidupan dan penghidupan kian lebih baik.

Kadang – kadang motivasi khusus kewanitaan harus dikembangkan di tempat


kerja. Untuk inilah disediakan ruang hias terutama pada pekerjaan yang penampilan
(appearance) menentukan keberhasilan suatu pelayanan. Dengan pengertian demikian,
perkembangan salon kecantikan yang berarti tumbuh pula lapangan kerja bagi tenaga

7
kerja wanita. Pengalaman menunjukan, bahwa lingkungan kerja tidak boleh
menganggu motivasi wanita, salah stau contoh adalah pemilihan penerangan yang tidak
boleh merubah warna cat bibir tenaga kerja wanita yang berada di tempat yang
bersangkutan.

2.3 Ketentuan – ketentuan Tentang Perlindungan Dan Kesehatan Tenaga Kerja


Wanita
Ketentuan – ketentuan tentang perlindungan tenaga kerja wanita diatur oleh
UU. No. 13 Tahun 2003. Tenaga kerja wanita yang berumur kurang dari 18 tahun
dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 (pasal 76,
ayat (1). Pengusaha dilarang mempekerjakan tenaga kerja wanita hamil yang
menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan
kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan
pukul 07.00 (pasal 76 ayat (2)). Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja
wanita antara pukul 23.00 sampai pukul 07.00 wajib :

a. Memberikan Makan dan minum yang bergizi

b. Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja (pasal 76 ayat (3)).
Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi tenaga kerja wanita
yang bekerja antara pukul 23.00 – 07.00 (pasal 76 ayat 4).

Pengusaha yang mempekerjakan wanita harus memenuhi syarat :


 Ada persetujuan tenaga kerja yang bersangkutan
 Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam
1 hari dan 14 jam dalam 1 minggu (pasal 78 ayat 1).

Aspek kesehatan yang penting dan erat kaitannya dengan produktivitas kerja
adalah sering ditemukannya anemia gizi pada tenaga kerja wanita. Prevalensi
anemai pada tenaga kerja wanita perkebunan dapat mencapai lebih dari 80%
populasi tenaga kerja wanita. Selain kekurangan zat besi dalam menu makanan,
investasi parasif yaitu cacing merupakan faktor penyebab dari anemia dimaksud.

Terhadap kemungkinan kecelakaan kerja, pekerja wanita harus berhati – hati


terutama mengenai pakaian, perhiasan dan rambut. Pada pekerja yang menghadapi
risiko terjadinya kecelakaan, dianjurkan dipakai celana panjang dan baju yang pas ,
8
baju berlengan pendek dan tanpa perhiasan. Rambut sama sekali tidak boleh terurai
yang memungkinkan ditarik putaran mesin atau gerakan mesin dengan akibat
copotnya kulit kepala. Penggunaan tutup kepala atau ikat rambut merupakan
tindakan pencegahan yang cukup efektif. Sehubungan dengan pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja lainnya tidak berbeda untuk tenaga kerja
pria dan wanita. Kedua jenis kelamin wajib melaksanakan semua ketentuan yang
berlaku dalam keselamatan dan kesehatan kerja, higiene industrial serta ergonomi
untuk tetap selamat, sehat produktif dan sejahtera.

2.4 Definisi Kebugaran Jasmani


Kebugaran jasmani didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk
melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang
berarti sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya.
Kebugaran jasmani dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yakni:
1) kebugaran statis dalam arti kata keadaan seseorang yang bebas dari penyakit,
2) kebugaran dinamis dalam arti kemampuan untuk bekerja efisien yang tidak
memerlukan keterampilan, mmisalnya berjalan, mengangkat, dll, dan
3) kebugaran motoris dalam arti kemampuan untuk melakukan kerja dengan
keterampilan tinggi dan efisien.
Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa orang sehat belum
tentu bugar, sedangkan orang bugar semestinya sehat. Status kebugaran dapat
dinilai dari konponen kebugaran yang dikelompokkan menjadi dua golongan
yaitu:
1) Komponen kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan, meliputi:
dayatahan jantung-paru, kekuatan dan daya tahan otot, kelentukan,
komposisi tubuh
2) Komponen kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan, meliputi:
kecepatan, koordinasi, power, kelincahan, dan perasaan gerak. Karyawan
perusahaan dituntut untuk minimal memiliki komponen kebugaran
yang berhubungandengankesehatan

2.5 Program Dan Manfaat Kebugaran Jasmani

9
Banyak pilihan untuk jenis program kebugaran jasmani misalnya
berbentuk permainan seperti tennis, bulu tangkis, Bola Voli, Bola Basket, dll.
Bisa pula berbentuk senam dengan berbagai jenis, atau mungkin hanya lari atau
jalan bersama. Apapun bentuk programnya, pada dasarnya memerlukan tiga gerak
dasar yang sering disingkat dengan MOLIS (Move-Lift-Stretch).

1. Move adalah gerak kontinyu-ritmis, menggunakan otot-otot besar tubuh baik


anggota gerak atas maupun bawah, dasar gerak antara lain meliputi jalan, lari,
lompat, loncat dan lain sebagainya. Tipe gerak ini bertujuan untuk meningkatkan
dayatahan jantung-paru dan memperbaiki komposisi tubuh dalam arti
mengurangi lemak tubuh. Bahan bakar utama dari gerak ini adalah lemak.

2. Lift adalah gerak melawan beban, baik beban berat badan sendiri maupun beban
luar seperti misalnya dumble, atau partner. Tipe gerak ini bertujuan untuk melatih
otot baik kekuatan, dayatahan, pembentukan, maupun pengencangannya.

3. Stretch adalah gerak meregang sendi dan mengulur otot, dapat dikerjakan secara
statis maupun dinamis. Tipe gerak ini bertujuan untuk melatih kelentukan sendi
dan kelenturan otot, sehingga dihasilkan mobilitas gerak yang tinggi. Dengan
dasar gerak tersebut semua komponen kebugaran akan terlatih, sehingga status
kebugaran akan meningkat.

Disamping konsep MOLIS dikemukakan pula konsep FITT (Frequency-


Intensity-Time-Type) yang berkaitan dengan takaran/dosis latihan.

1. Frequency adalah banyaknya unit latihan per satuan waktu untuk meningkatkan
kebugaran. Diperlukan latihan dengan frekuensi 3-5 kali per minggu dengan
interval istirahat cukup.

2. Intensity menunjukkan derajad kualitas latihan. Intensitas latihan aerobik diukur


dengan kenaikan denyut jantung (latihan untuk peningkatan dayatahan jantung-
paru adalah pada intensitas 70%-85% denyut jantung maksimal). Denyut jantung
maksimal secara kasar dapat dihitung dengan rumus 220-umur. Intensitas yang
ditujukan untuk membakar lemak ditentukan lebih rendah yaitu 60%-75%.
Latihan untuk otot diukur dengan satuan angkatan / set.

10
3. Time atau durasi adalah lama setiap sesi latihan. Untuk meningkatkan
kebugaran dianjurkan untuk berlatih selama 20-60 menit dalam intensitas target
latihan. Hasil latihan akan nampak setelah 8-12 minggu, dan akan stabil setelah
20 minggu. Untuk mempertahankan kebugaran disarankan gerak biasa (berjalan,
menyapu) selama kumulatif 60 menit dan gerak terengah kumulatif 20 menit
sehari.

4. Type atau model latihan. Tidak semua tipe gerak/model latihan cocok untuk
meningkatkan semua komponen kebugaran namun perlu disesuaikan dengan
tujuan latihan, misalnya latihan untuk meningkatkan dayatahan jantung paru dan
komposisi tubuh, dipilih tipe latihan dengan gerak kontinyu, ritmis. Untuk
melatih otot dapat dipilih tipe latihan yang melawan beban, misalnya berlatih
dengan dumble, latihan isometric, isokinetik, maupun isotonic. Stretching
(pengeluaran/peregangan) adalah latihan yang tepat untuk meningkatkan kualitas
fungsi persendian.

Kedua konsep diatas harus dilakukan dengan mengikuti prinsip latihan.


Termasuk dalam prinsip latihan adalah:

1. Overload (beban berlebih) pembebanan diterapkan diatas ambang kemampuan,


dalam arti memaksa otot untuk bekerja sedikit lebih berat.

2. Specifity (kekhususan latihan) yaitu pemilihan latihan sesuai dengan tujuan


latihan.

3. Reversible (kembali asal) yang berarti hasil latihan akan berangsur berkurang atau
bahkan hilang samasekali jika latihan tidak teratur dan tidak
berkesinambungan. Tingkat kebugaran akan berkurang 50% setelah 4-12 minggu
tidak berlatih, dan akan hilang 100% setelah 30 minggu.

 Manfaat Kebugaran Jasmani


1) Manfaat bagi Jantung. Jantung akan bertambah besar dan kuat, sehingga
dayatampung besar dan denyutan kuat. Kedua hal ini akan meningkatkan efisiensi
kerja jantung. Dengan efisiensi kerja yang tinggi, jantung tak perlu berdenyut
terlalu sering. Pada orang yang tidak melakukan olahraga, denyut jantung rata-
rata 80 kali per menit, sedang pada orang yang melakukan olahraga teratur,
11
denyut jantung rata-rata 60 kali per menit, sehingga dalam satu menit dihemat
20 denyutan, dalam satu jam dihemat 1200 denyutan dan dalam satu hari 28.800
denyutan. Dengan demikian jantung menjadi awet dan kita boleh berharap hidup
lebih lama dan produktif.
2) Manfaat untuk pembuluh darah. Elastisitas pembuluh darah bertambah karena
berkurangnya timbunan lemak dan penambahan kontraktilitas otot di dinding
pembuluh darah. Elastisitas pembuluh darah yang tinggi akan memperlancar
jalannya darah dan mencegah timbulnya hipertensi. Disamping elastisitas
pembuluh darah meningkat, pembuluh-pembuluh darah kapiler pun akan
bertambah. Penyakit jantung koroner dapat dicegah atau diatasi dengan
mekanisme ini. Kelancaran aliran darah juga akan mempercepat pembuangan zat-
zat lelah sebagai sisa pembakaran, sehingga bisa diharapkan pemulihan yang
cepat.
3) Manfaat untuk paru. Elastisitas paru akan bertambah, sehingga kemampuan
berkembang-kempis juga bertambah. Selain itu jumlah alveoli yang aktif
(terbuka) akan bertambah dengan olahraga teratur. Kedua hal diatas menyebabkan
kapasitas penampungan dan penyaluran oksigen ke darah bertambah. Pernafasan
bertambah dalam dengan frekuansi yang rendah. Bersama-sama dengan manfaat
pada jantung dan pembuluh darah, ketiganya bertanggung jawab untuk penundaan
kelelahan.
4) Manfaat pada otot. Kekuatan, kelentukan, dan dayatahan otot akan bertambah. Hal
ini disebabkan oleh bertambah besarnya serabut otot dan meningkatnya sistem
penyediaan energi di otot. Lebih dari itu perubahan otot ini akan mendukung
kelincahan gerak, kecepatan reaksi dan lain-lain, sehingga dalam banyak hal
kecelakaan kerja dapat terhindari.
5) Manfaat bagi tulang. Penambahan aktiivtas enzim pada tulang akan meningkatkan
kekuatan, kepadatan, dan besarnya tulang, selain mencegah pengeroposan tulang.
Permukaan tulang juga akan bertambah kuat dengan adanya tarikan otot yang terus
menerus.
6) Manfaat pada ligamentum dan tendo. Kekuatan ligamentum dan tendo akan
bertambah, demikian juga dengan perlekatan tendo pada tulang. Keadaan ini
membuat ligamentum dan tendo mampu menahan berat dan tidak mudah cedera.

12
7) Manfaat pada persendian dan tulang rawan.
Latihan teratur dapat menyebabkan bertambah tebalnya tulang rawan di
persendian, sehingga dapat menjadi peredam (shock absorber) dan melindungi
tulang serta sendi dari bahaya cedera.
8) Manfaat terhadap aklimatisasi terhadap panas.
Aklimatisasi terhadap panas melibatkan penyesuaian faali yang memungkinkan
kita tahan bekerja di tempat panas. Kenaikan aklimatisasi terhadap panas ini
disebabkan karena pada waktu melakukan olahraga, terjadi pula kenaikan panas
pada badan dan kulit kita. Keadaan yang sama akan terjadi bila kita bekerja di
tempat yang panas.
9) Manfaat untuk Otak.
Dengan berolahraga, myelin akan makin tebal sehingga penghantaran impuls
saraf menjadi lebih cepat. Disamping itu akan keluar juga neurotropin yang
merangsang neurotransmiter di sinaps sehingga reaksi akan cepat dan tepat, dan
demikian juga akan dengan cepat dan tepat mengatasi masalah.
10) Perubahan psikologis. Melalui mekanisme fisiopsikologis, olahraga akan
meningkatkan perasaan berprestasi, menghilangkan ketegangan, membentuk jiwa
sportif, mengajarkan sikap sabar, gembira dan melatih konsentrasi. Keadaan ini
secara fisiopsikologis disebabkan oleh meningkatnya kadar epinephrin dan
norepinephrin, serta suplai darah ke otak. Pengeluaran garam melalui keringat
pada waktu berolahragadiduga akan memperbaiki suasana hati. Lebih dari itu
olahraga akan membuat tidur lebih nyenyak, sehingga bisa mengurangi masalah
kejiwaan.

2.6 Definisi Pos UKK


Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) ialah bentuk pemberdayaan
masyarakat di kelompok pekerja informal utamanya di dalam upaya promotif,
preventif untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerja.
Prinsip Pos UKK ialah dari, oleh, untuk kelompok pekerja informal masyarakat.

2.7 Syarat Dan Tahapan Pembentukan Pos UKK

Berikut syarat-syarat pembentukan Pos UKK:


13
 Kelompok pekerja yang butuh pelayanan kesehatan  (10-50 orang)
 Keinginan pekerja untuk bentuk pos UKK
 Kesediaan pekerja untuk jadi kader pos UKK ( jumlah kader 10% dari jumlah
anggota)
 Ada tempat yang memadai yang dilengkapi dengan papan nama Pos UKK
 Tersedianya P3K kit dan P3P kit
 Ada contoh-contoh APD
 Ada timbangan badan dan alat pengukur tinggi badan
 Tersedianya meja kursi, lemari obat, tempat tidur.
 Ada buku pencatatan dan pelaporan

Tahap – tahap pembentukan Pos UKK seharusnya melalui tahap – tahap berikut

 Pertemuan tingkat desa


 Survei mawas diri
 Musyawarah masyarakat desa
 Pelatihan kader Pos UKK
 Pembentukan Pos UKK
 Pembinaan Pos UKK

2.8 Operasional Kegiatan Dalam Pos UKK


o Waktu buka Pos UKK disepakati bersama, bisa 1 bulan sekali
o Ada pembagian tugas diantara kader
o Ada struktur organisasi Pos UKK
o Ada rencana kerja Pos UKK
o Ada mekanisme pelayanan kesehatan kerja
o Ada pencatatan dan pelaporan Pos UKK

2.9 Jenis Pelayanan Kesehatan Di Pos UKK


14
 Pelayanan Promotif:
PHBS,  penyuluhan kesehatan, konsultasi sederhana.
 Pelayanan Preventif:
Mendata jenis pekerjaan untuk mengetahui risiko pekerjaan, pengenalan risiko di
tempat kerja,contoh APD dan membantu pemeriksaan kesehatan awal.
 Pelayanan kuratif:
P3K dan P3P
 Pelayanan rehabilitatif,  berupa kelompok kerja rehabilitatif penyakit akibat kerja
Sumber biaya untuk operasional Pos UKK dapat berasal dari :
 Dana sehat pekerja (iuranpekerja)
 Iuran pengguna jasa Pos UKK
 Sumbangan yang besifat tidak mengikat (donator)
 Dana stimulant dari pemerintah

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tenaga kerja wanita semakin hari semakin banyak jumlahnya. Pada umumnya
wanita lebih serasi dengan pekerjaan ringan yang tidak memerlukan kekuatan otot,
pekerjaan repetitif berulang sebenarnya sangat monoton, pekerjaan administratif, dan lain –
lain. Keserasian akan pekerjaan tertentu seperti disebutkan diatas, sama sekali tidak
menutup kemungkinan bagi wanita menduduki jabatan – jabatan tinggi yang mungkin
dicapai oleh pria. Tidak sedikit bahkan telah banyak wanita yang dapat mencapai
kedudukan dan sukses besar dalam lapangan apa pun, baik sektor pemerintahan, maupun
swasta, bahkan pada gelanggang politik sekalipun.
Kebugaran jasmani didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk melakukan
kerja sehari-hari secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti sehingga masih
dapat menikmati waktu luangnya. Kebugaran jasmani memiliki banyak sekali manfaat
bagi tubuh dari mulai jantung, paru-paru, bahkan sampai seluruh organ tubuh.
Selain kesehatan dan kebugaran wanita, Pos UKK pun berperan penting dalam
konsep dasar kesehatan kerja Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) ialah bentuk
pemberdayaan masyarakat di kelompok pekerja informal utamanya di dalam upaya
promotif, preventif untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerja.

3.2 Saran
Satu hal yang penting untuk dicatat adalah bahwa jaminan perlindungan kesehatan
kerja wanita ternyata lebih banyak dinikmati oleh para wanita yang bekerja pada
pekerjaan-pekerjaan yang berisiko rendah, misalnya pegawai di kantor (baik negeri atau
swasta), dibandingkan dengan mereka yang bekerja pada pekerjan-pekerjaan yang
berisiko tinggi, misalnya pekerja pabrik. terutama pekerja harian dan borongan.
Dibanyak perusahaan, ketidakadilan semacam ini secara mencolok mudah dilihat.
Perumahan-perumahan yang disediakan perusahaan untuk pegawai pegawainya sangat
kontras dengan bedeng-bedeng yang disediakan untuk pekerja hariannya. Penerapan hak

16
cuti untuk kedua kelompok tersebut diterapkan secara berbeda, meskipun secara hukum
mereka tidak boleh diperlakukan secara berbeda.
Diharapkan pemerintah akan menyoroti seberapa jauh sistem hukum kita telah
memberi perlindungan yang memadai kepada wanita pekerja, dan seberapa jauh hukum
yang telah dibuat diirnplementasikan secara konsisten di lapangan kerja.

17
DAFTAR PUSTAKA

Supariasa, I Nyoman. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Lutan, R. 2002. Pedoman Menuju Sehat Bugar. Jakarta : Direktorat jenderal olahraga,
Depdiknas.

Sharkey, B. 2003. Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta : Raja grafindo Persada.

http://urfisyifa.blog.friendster.com/2007/07/wanita-di-tempat-kerja/

http://agungsantoso77.wordpress.com/2009/02/24/memasyarakatkan-kesehatan-
reproduksi-wanita/
http://oshhome.blogspot.com/2017/08/kesehatan-kerja-wanita.html
http://dinkes.babelprov.go.id/content/pos-upaya-kesehatan-kerja-pos-ukk-dan-pos-ukk-
terintegrasi#:~:text=Pos%20Upaya%20Kesehatan%20Kerja%20(Pos%20UKK)%20ialah%20bentuk
%20pemberdayaan%20masyarakat,buruk%20yang%20diakibatkan%20oleh%20pekerja.

18

Anda mungkin juga menyukai